Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AGAMA ISLAM

MUNAKAHAT

ANGGOTA :

TIYA ARWITASARI

LISNA ERYFIANTI

M.REZA SAPUTRA

M.RAHMAN

NADYA KHAIRUNISA

SMA NEGERI 10 PALANGKA RAYA


Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan petunjuk sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah pendidikan agama islam
tentang MUNAKAHAT.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

BAB II MUNAKAHAT

A. KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN ............. 2


B. HIKMAH PERNIKAHAN ....................................................................... 8

BAB III KESIMPULAN............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11


BAB I

PENDAHULUAN

Allah SWT menciptakan manusia telah berpasang-pasangan , seperti halnya manusia yang
pertama diturunkan pertama dibumi yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa mereka diturunkan dari surga ke
bumi karena kesalahannya sendiri yang telah memakan buah Quldi. Mereka ditugaskan oleh Allah
SWT di bumi menjadi manusia pertama yang kemudian mempunyai keturunan yang bertambah
banyak dan berlipat-lipat jumlahnya seperti sekarang ini,karena mereka telah melalui alur
perkawinan/pernikahan karena perintah Allah SWT.

Pernikahan atau munakahat dalam islam memiliki syarat serta hukum tertentu karena pernikahan
adalah sesuatu yang sakral dalam hidup kita dan seharusnya hanya sekali dilakukan dalam
hidup,sehingga kita perlu memperhatikan dengan sebaik-baiknya,janganlah kita menjadi hanya
sebuah pernikahan tanpa kita mengetahui ketentuan-ketentuannya apalagi kita sebagai kaum muslim
hendaknya kita mendambakan sebuah keluarga yang sakinah mawadah warahmah melalui sebuah
pernikahan. Oleh karena itu langsungkanlah sebuah pernikahan dengan syarat dan syariat yang telah
di tentukan oleh hukum negara maupun agama. Dan jadilah keluarga yang bahagia baik di dunia
maupun di akhirat. Untuk selanjutnya ikuti pembahasan yang lebih lanjut dalam makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN

1.Pengertian Munakahat(Nikah)

Nikah menurut bahasa berarti menghimpun,sedangkan menurut terminologis adalah akad yang
menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukn muhrim sehingga menimbulkan
hak dan kewajiban antara keduanya .

Pernikahan dalam arti luas adalah suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan untuk hidup
bersama dalam suatu rumah tangga.pernikahan dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang
dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat islam . Pernikahan merupaka merupakan suatu
hal yang sangat penting dan mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan.Tanpa
pernikahan tidak akan terbentuk rumah tangga yang baik,teratur dan bahagia serta akan timbul hal-
hal yang tidak diinginkan dalam masyarakat.Misalnya,manusai tadak bisa menahan nafsunya
sehingga timbul pemerkosaan.Oleh karena itu, dengan pernikahan akan timbul kasih-
mengasihi,sayang-menyayangi antara suami dan istri, saling kenal-mengenal,tolong-menolong antar
keluarga uami dengan keluarga istri dan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.
2.Hukum Pernikahan

 Jais atau Mubah


Perkawinan hukum asalnya adalah mubah(boleh).Pada prinsipnya,setiap manusia yang
telah memiliki persyaratan untuk menikah,dibolehkan untuk menikahi seseorang yang
menjadi pilihannya.Hal ini didasarkan atas firman allah SWT.Dalam surat An-Nisa
(4)ayat 3

‫اع َف ِإ ْن ِخ ْف ُت ْم‬ َ ‫اء َم ْث َنى َو ُث‬


َ ‫الث َو ُر َب‬ ِ ‫الن َس‬ َ ‫ِحوا َما َط‬
َ ‫اب َل ُك ْم م‬
ِّ ‫ِن‬ ُ ‫َوإِ ْن ِخ ْف ُت ْم أَال ُت ْق ِس ُطوا فِي ا ْل َي َتا َمى َفا ْنك‬
)٣( ‫ِك أَ ْد َنى أَال َت ُعولُوا‬
َ ‫اح َد ًة أَ ْو َما َملَ َك ْت أَ ْي َما ُن ُك ْم َذل‬
ِ ‫أَال َت ْع ِدلُوا َف َو‬
“ Dan jika kalian khawatir tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan
yatim(bilamana kalian menikahinya)maka nikahilah wanita-wanita lain yang kalian
senangi:dua,tiga,atau empat.Kemudian jika kalian khawatir tidak dapat belaku adil maka
nikahilah seorang wanita saja atau budak-budak perempuan yang klian miliki. Yang
demikian itu lebih dekat untuk kalian tidak berlaku aniaya.”
(An-Nisa.3)
 Sunnah
Perkawinan hukumnya sunnah bagi mereka yang telah mampu dan berkeinginan untuk
menikah. Perkawinan yang dilakukannya mendapat pahala dari Allah SWT. Hal ini
didasarkan pada sabda Rasulullah Saw.dalam sebuah sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh semua ahli hadis,yang artinya,
“ Hai para pemuda, barang siapa diantara kamu yang mampu dan berkeinginan untuk
menikah,hendaklah dia menikah.Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat
menundukkan pandangan mata terhadap orang yang tidak halal dilihat dan akan
memeliharanya dari godaaan syahwat.Dan barang siapa yang tidak mampu
menikah,hendaklah dia berpuasa.Karena dengan puasa hawa nafsunya terhadap
perempuan akan berkurang.”
 Wajib
Perkawinan yang dilakukan seseorang yang sudah memiliki kemampuan,baik secara
materi maupun mental hukumnya wajib.Jika ia menangguhkannya, justru dikhawatirkan
akan terjerumus ke dalam kesesatan.
 Makruh
Perkawinan menjadi makruh hukumnya apabila oleh orang-orang yang belum
melangsungkan perkawinan.Kepada mereka dianjurkan untuk berpuasa.
 Haram
Perkawinan menjadi haram hukumnya apabila dilakukan oleh seorang yang bertujuan
tidak baik dalam perkawinannya. Misalnya untuk menyakiti hati seseorang.Perkawinan
dengan motiv yang demikian dilarang oleh ajaran islam dan sangat bertentangan dengan
tujuan mulia dari perkawinan itu sendiri

3. Kedudukan dan Tujuan Pernikahan

Pernikahan bukan sekedar mengesahkan hubungan badan antara laki-laki dan perempuan, atau
memuaskan kebutuhan suksual semata-mata. Dari perkawinan akan lahir generasi penerus, baik atau
buruknya mereka sangat dipengaruhi oleh peristiwa yang dimulai dalam pernikahan.

“ Nikah itu sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia tergolong bukan umatku “ .

“ Nikah itu adalah setengah iman “ .

4. Rukun dan Syarat Nikah

Rukun Nikah

Untuk sahnya pernikahan dan dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya memenuhi
rukun dan syarat-syaratnya.

 Rukun, ada 5 macam


a. Calon Suami
Calon suami harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Benar-benar pria
3. Tidak dipaksa
4. Bukan mahram calon istri
5. Tidak sedang ihram, haji ,atau umroh
6. Usia sekurang-kurangnya 19 tahun
b. Calon istri
Calon istri harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Benar-benar perempuan
3. Idak dipaksa
4. Hala bagi calon suami
5. Bukan mahram calon suami
6. Tidak sedanh ihram, haji,atau umroh
7. Usia sekurang-kurangnya 16 tahun
c. Wali
Wali harus mempinyai syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Baligh(dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tadak sedang ihram, haji,atau umroh
5. Adil(tidak fasik)
6. Mempunyai hak untuk menjadi wali
7. Laki-laki
d. Dua orang saksi
Dua orang saksi harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
1. Islam
2. Baligh(dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tidak sedang ihram,haji,atau umroh
5. Adil(tidak fasik)
6. Mengerti maksud akad nikah
7. Laki-laki
e. Ijab dan Qabul
Ijab di ucapkan oleh wali yang berisi persyaratan menikah, misalnya : “Bapak
nikahkan ananda, dengan putri bapak yang bernama......... dengan mas
kawin(mahar)......bebentuk......
Qabul adalah ucapan dari seorang suami yang berisi pengakuan atau
penerimaan nikah misalnya :”Saya terima nikah denga putri bapak yang
bernama......dengan mas kawin....!

5 . Mahar(Maskawin)
Al-Mahr atau al-shadaq (maskawin) dalah pemberian sesuatu yang bernilai dari pihak mempelai
laki-laki kepada pihak mempelai perempuan yang disebabkan terjadinya akad nikah(‘aqd al-nikah).
Mas kawin ada 2 macam yaitu al-mahr al-musamma da al-mahr al-mitsl. Al-mahr al-musamma
adalah maskawin yang disebutkan pada saat akad nikah, yaitu maskawin yang macam dan jumlahnya
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. Adapun mahr al-mitsl yaitu maskawin yang tidak
disebutkan saat akad nikah , namun tetap harus dibayarkan dengan jumlah dan macamnya
disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat setempat dan martabat mempelai wanita.

6.Muhrim

Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi.Dalam hal ini ada 14 orang sebagai berikut:

Tujuh orang karena nasab(keturunan ) yaitu

a) Ibu,nenek,dan seterusnya keatas,bapak kakek dan seterusnya


b) Anak,cucu dan seterusnya ke bawah
c) Saudara seibu dan sebapak, sebapak dan seibu saja
d) Saudara dari bapak
e) Saudara dari ibu
f) Anak dari saudara laki-laki dan seterusnya
g) Anak dari saudara perempuan dan seterusnya

Dua orang dari sebab menyusu, yaitu

a) Ibu yang menyusui


b) Saudara sepersusuan

Lima orang dari sebab perkawinan, yaitu

a) Ibu dari istri atau bapak dari istri(mertua)


b) Anak tiri apabila orang tuanya sudah dicampuri(digauli)
c) Istri atau suami dari anak(menantu)
d) Orang tua tiri
e) Mengumpulkan bersama-sama antara dua orang dalam satu waktu

7.Tujuan Nikah

Tujuan nikah dalam agama islam adalah membentuk keluarga(rumah tangga)yang bahagia
keluarga yang merasakan kebahagiaan lahir dan batin, keluarga yang sakinah dan sejahtera.
8.Kewajiban seorang suami dan kewiban seorang istri

 Kewajiban Suami
 Memberi nafkah,sandang,pangan,papan,dan tempat tinggal kepada istri dan
anaknya.
 Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak agar menjadi orang yang
berguna bagi bdiri sendiri,keluarga,agama,masyarakat serta bangsa dan negara.
 Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik
 Memelihara istri dan anak-anak dari bencana
 Membantu istri dalam tugas sehari-hari terutama dalam mengasuh dan mendidik
anak-anak agar menjadi anak yang shaleh.
 Kewajiban Istri
 Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran islam
 Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami baik dihadapan
/dibelakang
 Membantu suami dalam mumimpin kesejahteraan dan keselamatan keluarga
 Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit,serta
mencukupkan nafkah yang diberi suami.
 Hormat dan sopan terhadap suami dan keluarga
 Memelihara,mengasuh,dan mendidik anak agar menjadi anak yang shaleh.

9.Putusnya Pernikahan

Dalam proses pernikahan,selalu ada ada faktor yang menebabkan antara suami dan istri
kehilangan rasa cinta sehingga menyebabkan pertengkaran yang amat hebat.Kalau sudah terlalu
parah, hal tersebut bisa berujung dengan perceraian. Dalam islam ada tiga hal yang menyebabkan tali
pernikahan putus yaitu:

a) Kematian
Kematian adalah faktor pertama penyebab putusnya pernikahan. Dalam hal ini bukan berarti
cerai. Putusnya pernikahan yang diakibatkan oleh kematian adalah putusnya hukum-hukum
pernikahan antara suami istri beserta dengan hak dan kewajibannya. Ada tiga cara
menentukan bahwa seseorang telah meninggal:
 Mati Hakiki :mati yang terlihat jasadnya. Artinya jasadnya secara biologis tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Pastinya yang meninggal tersebut tidak bisa
rujam dengan suami/istri lagi.
 Mati Takdir i:mati yang dikira-kira atau dengan dugaan yang sangat kuat.
Contoh:,ketika ada sebuah bencana alam. Seorang suami berpisah dengan istrinya dan
salah satunya hilang tidak ada kabarnya dikarenakan bencana alam tersebut. Setelah
sekian lama tidak kembali, maka diputuskan bahwa yang bersangkutan telah mati.
Mati ini bersifat memutuskan dan jasadnya tidak bisa dilihat(tidak dihadapan
matanya). Mati takdir bersifat dugaan dan ada syaratnya, yaitu yang diduga mati telah
hilang dalam kondisi tidak aman misal:bencana alam,perang,dll)dan dalam jangka
waktu yang lama,yang bersangkutan tidak ada kabar tentang kehidupannya.
 Mati Hukmi : mati yang pada dasarnya sama seperti mati takdir, tetapi mati hukmi
diputuskan oleh pengadilan. Misalnya seperti kasus diatas. Setelah sekian lama tidak
ada kabar, maka kelurga mendatangi pengadilan dan pengadilan memutuskan bahwa
yang bersangkutan telah meninggal. Mati hukmi sifatnya lebih formal. lalu ada kasus
ketika ada seorang suami di vonis mati karena mati takdir atau mati hukmi, lalu
istrinya menikah lagi dengan pria lain. Setelah punya kelurga baru, akhirny si suami
muncul kembali. Pertanyaanya bagaimana dengan pernikahan baru yang dilakukan
sang wanita tersebut ? para ulama ahli fiqih berpendapat jika terjadi kasus demikian,
maka kembali ke suami pertama sekalipun sang perempuan tersebut telah memiliki
anak dari hasil pernikahan barunya.
b) Perceraian
Perceraian adalah faktor kedua yang menyebabkan putusnya tali pernikahan seseorang.
Perceraian terjadi karena banyak hal. dalam islam, ada yang dinamakan Syiqoq. Syiqoq
adalah pertengkaran suami atau istri yang sudah diredam. Ada 2 solusi untuk
menyelesaikanya dengan mempertemukan perwakilan dari keluarga laki-laki dan perempuan
untuk berunding untuk mencari jalan keluar (untuk mendamaikan). Jika jalan tersebut tidak
membuahkan hasil, maka solusi kedua yang diambil yaitu Talak. Talak adalah pemutusan tali
perkawinan yang artinya melepaskan ikatan perwakilan sesuai dengan syariat. Talak terbagi 2
macam yaitu:
 Talak raj’i : talak yang boleh rujuk(bersatu) lagi dalam masa iddah. Ketika sang suami
menjatuhkan talak kepada istrinya maka putuslah tali pernikahan antara keduanya.
Dalam masa iddah ( 100 hari atau 3 bulan setelah talak dijatuhkan ) pasangan tersebut
boleh rujuk kembali tanpa kembali melakukan nikah baru untuk mentalak istri tidak
bisa sembarangan. Syarat untuk mentalak istri adalah istri harus suci tidak dalam masa
haid, bebas dari nifas, tidak hamil dan tidak ada benih sperma dari sang suami. Jadi
kalau istri sedang haid, hendaknya suami menunggu hingga sang istri suci katiak ingin
menjatuhkan talak. Dalam masa idah tersebut,sang istri tidak boleh membuat
pernikahan baru sampai masa iddah tersebut berakhir. Inilah manfaat dari masa iddah,
yaitu menjaga-jaga apakah di dalam rahim sang istri masih ada benih dari suaminya
atau tidak.
 Talak ba’in : talak yang tidak bisa rujuk kembali. kalaupun ingin bersatu lagi maka
harus dengan proses nikah ulang. Talak ba’in dibagi menjadi 2 yaitu talak ba’in sugho
dan talak ba’in kubra. Contohnya : dari talak ba’in sughra adalah ketika ada pasangan
menikah suatu hari, namun sorenya sudah cerai sebelum melakukan jima’(hubungan
suami istri),maka ketika akan balik lagi harus melakukan nikah baru(tidak bisa seperti
rujuk biasa). Sedangkan talak ba’in kubro adalah talak yang jika di keluarkan,
pasangan tersebut tidak bisa bersatu lagi walaupun melalui proses nikah baru.
Contohnya, ketika sang suami menjatuhkan talak yang ketiga kepada sang istri, maka
ini termasuk talak ba’in kubro. Sang istri tersebut tidak boleh dinikahinya lagi kecuali
kalau sang istri nikah dengan orang lain,kemudian cerai lagi dengan orang tersebut.
Artinya, jika ingin menikah ulang sang istri harus menikah dengan orang lain terlebih
dahulu,lalu kemudian cerai. Tetapi hal ini tidak bisa dibuat main-main misalnya
menyuruh/membayar seseorang untuk menikahi istri untuk sementara(dalam jangka
waktu tertentu). Ada lagi talak ba’in kubro yang tidak bisa balik lagi untuk selama-
lamanya,yaitu li’an. Contohnya, ketika pernikahan berlangsung 3 bulan, sang istri
sudah mengandung 5 bulan. Lalu didalam rahim tersebut anak siapa?sang suami
menuding sang istri berzinah,tetapi sang istri tetap pada pendiriannya bahwa anak
dirahimnya adalah anak dari sang suami tersebut. Akhirnya, mereka berdua datang ke
pengadilan kemudian bersumpah sebanyak 5 kali,dengan 4 kali bersumpah dengan
nama Allah bahwa dirinya tidak berzinah,1 kali bersumpah jika salah maka bersedia
menerima laknat dari Allah di dunia dan akhirat. Perceraian seperti ini menyebabkan
pasangan tersebut tidak bisa kembali untuk selama-lamanya.
c) Keputusan Pengadilan
Yang terakhir adalah keputusan dari pengadilan. Pastinya seorang suami dan istri yang ingin
cerai mengadukan ke pengadilan dan akhirnya pengadilan memutuskan bahwa mereka
bercerai.
10.Hikmah Pernikahan

1. Hikmah pernikahan bagi yang menjalaninya,


 Menyelamatka diri dalam penyalahgunaan nafsu seksual
 Sebagai wadah bagi ketentraman jiwa,cinta kasih dan sayang
 Sebagai wadah pembina tanggung jawab keluarga.
2. Hikmah Pernikahan bagi masyarakat
 Dengan adanya pernikahan berarti menyelamatkan masyarakat dari kemungkinan
maraknya rperzinaan.
 Dengan adanya pernikahan aum perempuan memperoleh kewajaran dalam
derajatnya dimasyarakat
 Dengan adanya pernikahan syiar islam akan semakin berkembang.
Menyemarakkan pernikahan memang dianjurkanoleh syariat, seperti yang
disabdakan oleh Rasulullah SAW. Kepada Abdurrahman yang artinya, “Adakanlah
walimah(kendiri) walaupun hanya dengan memotong seekor
kambing.”(HR.Bukhari dan Muslim).

BAB III

KESIMPULAN

Munakahat atau menikah merupakan suatu peritiwa yang akan di lalui manusia dengan penuh
persiapan dan pemikiran yang benar-benar,karena dimana seorang laki-laki sebelum menikah yang
biasa hidup sendiri,tanpa harus memikirkan orang lain,tanpa beban tanggung jawab dan tanpa
memikiran kehidupan keluarganya,tetapi setelah menikah seorang laki-laki tersebut harus
menjalankan syariat dan syarat pernikahan dalam agama islam dan mau tidak mau harus
menjalankannya. Maka dari itu kita yang masih jauh perjalanan hidupnya untuk bisa menghadapi
peristiwa tersebut kita harus memahami serta mempersiapkan untuk hal itu dari sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Arnaldi, Ardie. 2011. Research Makalah Pai Dan Ketentuan Munakahat. Diakses
www.wordpress.com tanggal 1 Oktober 2012.
Hartono. 2012. Research Munakahat Tentang Masa Idda. Diakses www.lembarislam.com
Tanggal 30 September 2012.
Mutawwafiqin. 2011. Research Pernikahan Munakahat. Diakses www.pengertian
munakahat.com tanggal 2 Oktober 2012.
Nurfahrudin, Iwan. 2012. Research Putusnya Pernikahan. Diakses www.secercah sinar
lentera.com tanggal 1 Oktober 2012.
Rosyidi, M Rifqi. Pendidikan Al-Islam Untuk SMA Kelas 12. Surabaya: Majelis Dikdasmen
PWM Jatim,2008.
Satrio, Agung. 2010. Research Pengertian Dan Ketentuan Munakahat Dalam Islam. Diakses
www.blospot.com tanggal 1Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai