DISUSUN OLEH:
PEMERINTAHAN ACEH
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 1 TAKENGON
2023
DAFTAR ISI
2
BAB I
Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini, siswa dapat:
1.4 Meyakini kebenaran ketentuan pelaksanaan pernikahan berdasarkan syariat Islam
2.4 Menunjukkan sikap bersatu dan kebersamaan dalam lingkungan masyarakat sebagai
implementasi ketentuan pernikahan dalam Islam
3.4 Menganalisis dan mengevaluasi ketentuan pernikahan dalam Islam
4.4 Menyajikan prinsip-prinsip pernikahan dalam Islam
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisa’/4: 3)
3
”Dari Abdullah bin Mas’ud RA Rasulullah Saw berkata kepada kami. Hai para pemuda,
barangsiapa diantara kamu telah sanggup menikah, maka nikahlah. Karena nikah itu
dapat menundukkan mata dan memelihara faraj (kelamin) dan barang siapa tidak
sanggup maka hendaklah berpuasa karena puasa itu menjadi perisai (dapat melemahkan
sahwat)”. (HR. Bukhari Muslim)
“Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda: “wanita dinikahi
karena empat hal: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan karena
agamanya. Nikahilah wanita karena agamanya, kalau tidak kamu akan celaka” (HR. Al-
Bukhori dan Muslim).
C. Hukum Pernikahan
Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah dalam artian
boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian ditinjau dari segi kondisi
orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi wajib,
sunah, makruh, dan haram. Berikut penjelasannya:
1. Jaiz atau mubah, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum nikah.
2. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah. Bila tidak menikah, khawatir
ia akan terjerumus ke dalam perzinaan.
3. Sunat, yaitu orang yang sudah mampu menikah, tetapi masih sanggup mengendalikan
dirinya dari godaan yang menjurus kepada perzinaan.
4. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah memiliki keinginan
atau hasrat, tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberikan nafkah
tanggungannya.
5. Haram, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan, tetapi ia mempunyai niat yang
buruk, seperti niat menyakiti perempuan atau niat buruk lainnya.
4
D. Tujuan Pernikahan
Menikah harus memiliki tujuan positif dan mulia, di antaranya sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup (sakinah: QS. Ar-Rum/30: 21),
2. Untuk membina rasa cinta dan kasih sayang. Nikah merupakan salah satu cara untuk
membina kasih sayang antara suami, istri, dan anak (QS. Ar-Rum/30: 21),
3. Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang sah dan diridhai Allah Swt.,
4. Untuk melaksanakan Perintah Allah Swt. menikah merupakan pelaksanan perintah
Allah Swt. Oleh karena itu menikah akan dicatat sebagai ibadah (QS. An-Nisa’/4: 3),
5. Mengikuti Sunah Rasulullah Muhammad Saw. (HR. Bukhari-Muslim),
“Nikah itu adalah sunahku, barang siapa tidak senang dengan sunahku, maka bukan
golonganku.”
6. Untuk Memperoleh Keturunan yang Sah. (QS. Al-Kahfi/18: 46),
5
sehat akalnya,
tidak fasik,
hadir dalam akad nikah.
5. Ijab-Qabul Ijab : Ikrar/pernyataan yang disampaikan oleh
pihak mempelai wanita (wali nikah),
Qabul : Ikrar/pernyataan yang disampaikan oleh
pihak mempelai pria (calon suami
6
G. Wali Nikah
NO WALI NIKAH KETERANGAN
1. Wali nasab yaitu wali Ayah kandung, (ayah tiri tidak sah jadi wali)
yang mempunyai Kakek (ayah dari ayah mempelai perempuan) dan
pertalian darah dengan seterusnya ke atas
mempelai wanita yang Saudara laki-laki sekandung
akan dinikahkan Saudara laki-laki seayah
Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
Saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah
Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang
sekandung dengan ayah
Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang
seayah dengan ayah
2. Wali hakim, yaitu Wali nasab benar-benar tidak ada.
seorang kepala negara Wali yang lebih dekat (aqrab) tidak memenuhi
yang beragama Islam syarat dan wali yang lebih jauh (ab’ad) tidak ada.
Wali aqrab bepergian jauh dan tidak memberi kuasa
kepada wali nasab urutan berikutnya untuk berindak
sebagai wali nikah.
Wali nasab sedang berikhram haji atau umroh.
Wali nasab menolak bertindak sebagi wali nikah.
Wali yang lebih dekat masuk penjara sehingga tidak
dapat berintak sebagai wali nikah.
Wali yang lebih dekat hilang sehingga tidak
diketahui tempat tinggalnya.
Wali hakim berhak untuk bertindak sebagai wali
nikah
7
H. Kewajiban Suami Dan Istri
NO KEWAJIBAN KETERANGAN
1. Suami Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada
istri dan anak-anaknya sesuai dengan kemampuan
yang diusahakan,
Menggauli istri secara makruf, yaitu dengan cara
yang layak dan patut misalnya dengan kasih
sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya.
Memimpin keluarga, dengan cara membimbing,
memelihara semua anggota keluarga dengan penuh
tanggung jawab.
Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama
dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya agar
menjadi anak yang saleh
2. Istri Patuh dan taat pada suami dalam batas yang sesuai
dengan ajaran islam. Perintah suami yang
bertentangan dengan ajaran islam tidak wajib ditaati
oleh seorang istri.
Memelihara dan menjaga kehormatan diri dan
keluarga serta harta benda suami.
Mengatur rumah tangga dengan baik sesuai dengan
fungsi ibu sebagai kepala rumah tangga,
Memelihara dan mendidik anak terutama pendidikan
agama
Bersikap hemat, cermat, ridha dan syukur serta
bijaksana pada suami.
8
I. Hak Suami Dan Istri
NO HAK KETERANGAN
1. Suami atas Istri Ditaati dalam seluruh perkara kecuali maksiat. Sabda
rasulullah saw: “hanyalah ketaatan itu dalam
perkara yang ma’ruf.” (Hr. Bukhari dan muslim).
Dimintai izin oleh istri yang hendak keluar rumah.
Istri tidak boleh keluar rumah kecuali seizin suami.
Istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izin
suaminya. Rasulullah saw. Bersabda: “tidak boleh
seorang istri puasa (sunnah) sementara suaminya
ada di tempat kecuali dengan izin suaminya.” (Hr.
Bukhari dan muslim).
Mendapatkan pelayanan dari istrinya.
Disyukuri kebaikan yang diberikannya. Istri harus
mensyukuri atas setiap pemberian suaminya.
2. Istri atas Suami Mendapat mahar dari suaminya;
Mendapat perlakuan yang patut dari suaminya.
Rasulullah saw. Pun telah bersabda: “mukmin yang
paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik terhadap istri-istrinya.” (Hr. At-tirmidzi)
Mendapatkan nafkah , pakaian, dan tempat tinggal
dari suaminya.
Mendapat perlakuan adil, jika suami memiliki lebih
dari satu istri. “Siapa yang memiliki dua istri lalu ia
condong (melebihkan secara lahiriah) kepada salah
satunya maka ia akan datang pada hari kiamat nanti
dalam keadaan satu sisi tubuhnya miring/lumpuh.”
(Hr. Ahmad dan abu dawud);
Mendapatkan bimbingan dari suaminya agar selalu
taat kepada allah swt.
9
J. Hikmah/Manfaat Pernikahan
1. Pernikahan merupakan jalan keluar yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan
seksual.
2. Pernikahan merupakan jalan terbaik untuk memuliakan anak, memperbanyak
keturunan, melestarikan hidup manusia, serta memelihara nasab/keturunan.
3. Pernikahan menumbuhkan naluri kebapakan dan keibuan yang menumbuhkan pula
perasaan cinta dan kasih sayang.
4. Pernikahan menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja karena
adanya rasa tanggung jawab terhadap keluarganya.
5. Pernikahan akan mempererat tali kekeluargaan yang dilandasi rasa saling menyayangi
sebagai modal kehidupan masyarakat yang aman dan sejahtera.
Dapat disimpulkan bahwa jumlah dana yang dibutuhkan untuk menu makanan dan
dekorasi acara berkisar Rp. 21.300.000,-
10
BAB II
ADAB - ADAB TERHADAP DIRI SENDIRI DAN ORANGTUA
2. Muraqabah (Pengawasan)
Apabila seorang muslim merasa selalu diawasi oleh Allah dan meyakini
dalam hati bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui segala
sesuatu dalam kehidupan kita baik siang maupun malam, baik ketika sendirian atau
bersama orang lain, terlihat dan tersembunyi, maka dia akan termotivasi untuk selalu
beramal shalih dan meninggalkan larangan. Allah berfirman, “ Dan Allah Maha
Mengawasi
segala sesuatu “ (Q.S Al Ahzab: 52)
11
mendapatkan kebahagiaan di kampung akhirat adalah sesuatu yang bisa kita jumpai
12
dalam masyarakat kita, berkumpulnya kita dengan orang-orang sholeh dan sholehah
akan menjadikan kita semangat dalam beribadah kepada-Nya.
Bermuhasabah atau introspeksi diri dalam beramal adalah sesuatu hal untuk
menjadi pribadi lebih baik. Jika kita merasa kekurangan dalam hal ibadah wajib, kita
bisa menutupi kekurangan itu dengan menjalankan ibadah sunnah, mislanya berpuasa
sunnah senin dan kamis, shalat dhuha, shalat malam dan sebagainya.
Dalam Q.S Al-Hasyr ayat 18: “Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dalam Q.S Al-Ankabut ayat 69: “Dan orang-orang yang berjihad untuk
mencari keridaan Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan
sungguh ,Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”
13
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah,
14
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra: 23-24)
Berbuat baik bisa dengan selalu membantu orangtua, bertutur kata dan
berperilaku baik, menghormati orangtua, merawat mereka di hari tua, dan
menyayangi mereka dengan tulus.
Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."
Setiap umat Muslim dianjurkan untuk selalu bersyukur atas berkat dari Allah
SWT serta keberadaan orangtua terutama ibu yang sudah melahirkan, mendidik, serta
mengasuh sejak kecil. Hal itu bentuk tanda rasa syukur kepada kedua orangtua untuk
memuliakannya selama masih hidup di dunia.
“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan 'ah' kepada
keduanya”(Al-Isra: 23)
Selain itu, kita juga harus menjaga setiap kata yang keluar dari mulut untuk
tidak mengatakan kalimat kasar ataupun ‘ah’. Artinya, meskipun kata-kata ringan
sekalipun harus tetap dijaga agar tidak menyakiti hati kedua orangtua.
Artinya: "Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Al-Isra: 23)
Perkataan yang mulia adalah tutur kata yang lemah lembut, penuh kasih
sayang, dan rasa hormat.
7. Mengasihi orangtua
16
Adab kepada orangtua yang berikutnya adalah mengasihi kedua orangtua. Kamu bisa
memberikan kasih sayang dan perhatian kamu kepada kedua orangtua, seperti mereka
menyayangimu selagi masih kecil. Bersikaplah rendah hati pada orangtua. Jangan
merasa sombong, apalagi berada di atas orangtua, misalnya karena kamu memiliki
17
pendidikan tinggi atau karier yang hebat. Bagaimanapun, kesuksesan yang kamu
capai, sedikit banyak merupakan buah dari doa dan restu orangtua. Sudah sewajarnya
kamu selalu mengasihi mereka.
8. Mendoakan orangtua
Seorang anak mempunyai kewajiban untuk mendoakan kedua orangtuanya
supaya diberikan ampunan oleh Allah dan keberkahan umurnya selama hidup. Hal ini
tercantum dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 41.
رَبَّنا
ْ و ُم ي و ِل ْل ُم ْؤ و ِل ي لي اغ ا ْل حسا
ِف ْر ِم ِن ْين َوا ِلد ْو َم ب
ق
Artinya: "Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang
yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat).” (QS. Ibrahim: 41)
18