PERKAWINAN
ISLAM
Universitas Merdeka Malang
MATERI HUKUM PERKAWINAN ISLAM
1. Memilih jodoh dan meminang
2. Makna, syarat, rukun perkawinan
3. Hukum dan tujuan perkawinan
4. Batalnya perkawinan
5. Perkawinan antar agama
6. Kawin siri dan akibat-akibatnya
7. Kawin hamil dan kawin mut’ah
8. Poligami dan akibat-akibatnya
9. Hak dan kewajiban suami istri
10. Putusnya perkawinan dan akibat-akibatnya
11. Talak dan macam-macamnya
12. Harta bersama dalam perkawinan
13. PP Nomor 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan&perceraian PNS
14. PP Nomor 45 tahun 1990 tentang perubahan PP No.10 tahun 1988
tentang izin perkawinan&perceraian PNS
15. Hak asuh anak setelah perceraian
16. Status hukum anak yang dilahirkan dari kawin hamil
17. Aborsi dalam pandangan islam
18. Perkawinan dibawah umur
19. Akad nikah via Telf dan video call
20. RUU KUHP perzinaan
21. Undang-Undang No.16 tahun 2019 tentang perubahan atas UU no.1
tahun 1974 tentang perkawinan
22. Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 tentang pengujian pasal 43 (1)
UU Perkawinan
MEMILIH CALON PASANGAN…
Memilih
jodoh secara
islam
Lidiiniha Limaaliha
(karena (karena
Agamanya) hartanya)
Llijamaaliha
Lihasaabiha
(karena
(karena
kerupawanan
keturunanya)
ya)
3
MEMINANG…
Meminang Khitbah
HUKUM ISLAM
pernyataan dari pihak laki-laki kepada pihak gadis
atau janda yang sudah habis masa iddahnya,
untuk dijadikan sebagai istri atau sebaliknya dari
pihak perempuan pada pihak laki-laki untuk
dijadikan suami.
KHI
kegiatan upaya kearah terjadinya hubungan
perjodohan antara seorang pria dengan seorang
wanita.
LANDASAN MEMINANG
“Jika salah seorang dari kalian melamar seorang wanita, sedangkan ia diberi
kesempatan untuk melihat sebagian dari apa-apa yang menarik dirinya untuk
menikahinya, hendaknya ia lakukan itu.”(Diriwayatkan Ahmad dan Abu
Daud)
Kosong dari
perkawinan Ditentukan
atau iddah wanitanya
laki-laki lain
Wanitanya
Tidak ada
beragama
hubungan
Islam atau
mahram
kafir kitabi
antara calon
yang asli,
suami dengan
(bukan kafir
calon istrinya
watsani)
SYARAT MEMINANG DALAM PASAL 12 KHI
2. Wanita yang ditalak suami yang masih berada dalam masa iddah
raj’iyyah, haram dan dilarang untuk dipinang
Mahram
adalah semua orang yang haram untuk dinikahi
selamanya karena sebab keturunan, persusuan dan
pernikahan dalam syariat Islam
MACAM-MACAM MAHRAM
Mahram muaqqot
Mahram muabbad mahram tidak boleh
mahram yang tidak dinikahi pada kondisi
boleh dinikahi tertentu saja dan jika
selamanya kondisi ini hilang maka
menjadi halal
MAHRAM MUABBAD
Mahram
karena
nasab
Macam
mahram
Mahram Mahram
karena karena
persusuan perkawinan
MAHRAM KARENA NASAB
ibu, nenek dan seterusnya ke atas baik dari jalur laki-laki maupun
wanita
Anak perempuan (putri), cucu perempuan dan seterusnya ke
bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita
Saudara perempuan sekandung, seayah atau seibu
Saudara perempuan bapak (bibi), saudara perempuan kakek (bibi
orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau
seibu
Saudara perempuan ibu (bibi), saudara perempuan nenek (bibi
orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau
seibu
Putri saudara perempuan (keponakan) sekandung, seayah atau
seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur
laki-laki maupun perempuan
Putri saudara laki-laki sekandung, seayah atau seibu (keponakan),
cucu perempuannya dan terus ke bawah baik dari jalur laki-laki
maupun perempuan
MAHRAM KARENA PERKAWINAN
PARA
PIHAK
AKAD
Rukun WALI
Pernikahan
SAKSI
SYARAT PERKAWINAN MENURUT UU NO.1/1974
1. Pemberitahuan
Syarat materiil umum ; kehendak akan
1. Persetujuan mempelai melangsungkan
2. Usia mempelai perkawinan kepada
3. Tidak dalam ikatan pegawai pencatat
perkawinan perkawinan.
2. Pengumuman oleh
pegawai pencatat
perkawinan.
Syarat materiil khusus ; 3. Pelaksanaan
1. Tidak melanggar Ps.8- perkawinan menurut
10 uu no.1/1974 hukum agama dan
2. Izin orangtua bagi anak kepercayaan masing-
dibawah umur masing.
3. Izin wali 4. Pencatatan perkawinan
4. Izin Pengadilan oleh pegawai pencatat
perkawinan
SYARAT PERKAWINAN MENURUT HUKUM ISLAM
Wali ;
Islam,Baligh,Berakal,
K Laki-laki, Adil,Tidak
1. Calon mempelai
h sedang ihrom
2. Wali
u
3. Saksi
S
4. ijab Saksi ;
u
s Islam, dewasa, laki-laki
adil
IJAB QOBUL
Pembatalan perkawinan
1. Pengajuan gugatan
2. Pemanggilan
3. Persidangan
4. Perdamaian
5. Putusan
PIHAK YANG DAPAT MENGAJUKAN PEMBATALAN PERKAWINAN
(UU NO.1/1974)
5. Jaksa;
Perkawinan
Adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita
yang karena berbeda agama, menyebabkan
tersangkutnya dua peraturan yang berbeda tentang
syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan perkawinan
sesuai dengan hukum agamanya masing-masing,
untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN PERKAWINAN SIRRI
Tidak adanya ikatan hukum yang sah dan kuat antara suami dan
istri sehingga bila terjadi penipuan dan kezaliman bisa
mengakibatkan kerugian baik secara materi maupun non-materiil
Istri sirri tidak dapat menggugat cerai suaminya karena hak untuk
melakukan talak ada pada suami. Tanpa pencatatan dalam hukum
istri tidak dapat menuntut cerai terlebih jika suami durhaka
terhadap istri.
Anak dari nikah sirri tidak bisa memiliki kejelasan terkait tanggung
jawab ayah jika meninggal dunia atau menjatuhkan talak kepada
istri maka anak tidak berhak mendapat hak waris secara hukum
Pernikahan sirri juga akan menyulitkan pengurusan administrasi
negara yang menyangkut keluarga misalnya KTP, Kartu Keluarga,
SIM maupun akte kelahiran.
PERKAWINAN ANTAR AGAMA
Undang-Undang No.1/1974
Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa
9. ‘Iddahnya dua kali haid bagi yang masih haid dan 45 hari bagi yang
telah putus haid
12. ‘Iddahnya dua kali haid bagi yang masih haid dan 45 hari bagi yang
telah putus haid
Pasal 5 UU perkawinan
Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat.
Pasal 30
Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah
tangga yang menjadi sendi dasar susunan masyarakat(pasal 30)
Pasal 31
Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Hak
dan kedudukan keduanya adalah sama, baik didalam bermasyarakat
maupun berumah tangga
Pasal 32
Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap, ini
ditentukan oleh suami istri tersebut
Pasal 33
Suami istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan
saling memberi bantuan lahir dan batin
Pasal 34
Seorang suami harus melindungi istrinya dan memberikan segala
keperluan berumah tangga sesuai kemampuannya, kemudian seorang
istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
HAK BERSAMA SUAMI ISTRI
Kewajiban istri
1. Hormat dan patuh pada suami dalam batas-batas yang
ditentukan oleh norma dan susila
2. Mengurus dan mengurus rumah tangga
3. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah SWT.
4. Memelihara dan mempertahankan kehormatan serta
melindungi harta benda keluarga.
5. Menerima dan menghargai pemberian suami juga
mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik,
hemat, cermat dan bijaksana.
KEWAJIBAN SUAMI
Kewajiban suami
1. Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir
dan batin, serta bertanggung jawab atas keselamatan dan
kesejahteraannya.
2. Memberi nafkah sesuai dengan kebutuhan sulit
Mengusahakan kebutuhan khusus sandang, makanan dan
papan.
3. Membantu tugas-tugas utama dalam mendanai dan
mendidik anak-anak dengan rasa tanggung jawab penuh.
4. Memberi kebebasn berfikir dan bertindak kepda istri sesuai
dengan agama, tidak mempersulit meminta istri melahirkan
lahir - batin yang dapat mendorong istri mengerjakan salah.
5. Dapat mengatasi kedaan, mencari solusi yang sulit dan
tidak bertindak sewenang-wenang.
KEWAJIBAN BERSAMA SUAMI ISTRI
Ps 38 UU No.1/1974
Putusan
Kematian Perceraian
pengadilan
- Talak ; ikrar
berakhirnya suami Berakhirnya
dihadapan
perkawinan PA yg perkawinan
yang menjadi salah yang
disebabkan satu sebab didasarkan
putusnya
salah satu atas putusan
perkawinan
pihak yaitu - Gugatan pengadilan
suami dan cerai ; yang telah
istri permohonan memperoleh
istri ke PA
meninggal untuk kekuatan
dunia mengakhiri hukum tetap
perkawinan
ALASAN PERCERAIAN
Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat
(pemarah), penjudi dan lain sebagainya yang sulit disembuhkan.
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-
berturut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain di luar kemampuannya.
Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun
atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
yang membahayakan pihak lain.
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan
akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.
Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.
Suami melanggar Ta’lik talak (janji calon suami setelah akad yang
dicantumkan dalam akta nikah untuk keadaan tertentu dikemudian
hari).
Peralihan Agama atau murtad yang menyebabkan ketidakrukunan
dalam rumah tangga.
AKIBAT PUTUSNYA PERKAWINAN - TALAK
57