Perbedaan antara Rukun dan Syarat Perkawinan adalah bahwa rukun perkawinan sebagian dari
hakikat perkawinan, seperti laki-laki, perempuan, wali, aqad nikah dan sebagainya. Kalau salah
satu tidak ada maka perkawinan tersebut tidak sah. Sedangkan syarat adalah sesuatu yang mesti
ada dalam perkawinan, tetapi tidak termasuk salah satu dari hakikat perkawinan itu, misalnya
syarat wali itu laki-laki, baligh, berakal dan lain sebagainya. Dalam uraian mengenai rukun nikah
disampaikan beberapa unsur yang harus ada yakni calon mempelai laki-laki dan perempuan; wali
dari calon mempelai perempuan; dua orang saksi (laki-laki) yang adil dan tidak fasik; ijab dari
wali calon mempelai perempuan atau wakilnya dan qabul dari calon mempelai laki-laki atau
wakilnya. Sementara dalam syarat nikah, Adam menguraikan syarat-syarat yang mesti dipenuhi
baik oleh calon pengantin pria, calon pengantin wanita maupun oleh wali nikah. Sehubungan
dengan perkawinan itu, beliau juga mengemukakan juga sejumlah larangan yang harus dihindari
menurut syariat Islam yakni hubungan darah terdekat (nasab); hubungan persusuan (radha);
hubungan persemendaan (mushaharah); talak bain kubra; permaduan; poligami (pernikahan
kelima); masih bersuami/dalam iddah; perbedaan agama dan ihram haji atau umrah
Keberadaan seorang wali dalam aqad nikah adalah suatu yang mesti dan tidak sah aqad
perkawinan yang tidak dilakukan oleh wali. Wali itu ditempatkan sebagai rukun dalam
perkawinan, menurut kesepakatan ulama adalah prinsip. Dalam aqad perkawinan itu
sendiri wali dapat berkedudukan sebagai orang yang bertindak atas nama mempelai
perempuan dan dapat pula sebagai orang yang diminta persetujuannya untuk
1. Wali Nasab. Yang dimaksud wali nasab yaitu wali berhubungan tali darah dari pihak
Ayah kandung
Paman kandung
Paman seayah
4. Wali Mu’thiq: yaitu orang yang menjadi wali terhadap perempuan bekas hamba sahaya
yang dimerdekakannya.
5. Wali Hakim: yaitu orang yang menjadi wali dalam kedudukannya sebagai hakim atau
penguasa yang diangkat oleh negara yang telah ditauliyahkan sebagai wali hakim.
Jumhur ulama Imam Syafi’i dan Imam Malik mereka berpendapat bahwa wali merupakan
salah satu rukun perkawinan dan tak ada perkawinan kalau tak ada wali. Oleh sebab itu
perkawinan yang dilakukan tanpa wali hukumnya tidak sah (batal). S. An Nur/24 : 3 “Laki-laki
yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang
musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau
laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.”
4. Ijab Qobul
Ijab adalah sesuatu yang timbul / keluar salah seorang yang berakad (Kehendak)
Qobul adalah sesuatu yang keluar dari orang yang berakad lainnya (Pernyataan
kehendak)
Syarat Ijab Qobul
Keduanya jelas dalam mengungkapkan keinginan membuat akad
Kesesuaian qabul dengan ijab
Masing-masing orang yang berakad mengetahui maksud lawannya
Persambungan qabul dengan ijab dalam majelis akad
Menggambarkan kesungguhan dan keamanan para pihak yang bersangkutan
5. Syarat-syarat perkawinan mengikuti rukun-rukunnya sebagai berikut (khalil Rahman, tt:
31)
a. Calon mempelai pria syarat-syaratnya adalah
1. Beragama islam
2. Laki-laki
3. Jelas orangnya
4. Dapat memberikan persetujuan
5. Tidak terdapat halangan perkawinan
b. Calon mempelai wanita, syarat-syaratnya yaitu :
1. Beragama Islam atau Yahudi dan Nasrani yang masih asli turun menurun.
2. Perempuan
3. Jelas orangnya.
4. Dapat memberikan persetujuan
5. Tidak terdapat halangan perkawinan.