Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Randa Febrial

Nim : 190104085

Mk : Fiqh Munakahat

PENDAHULUAN

Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia. Untuk
melangsungkan sebuah pernikahan yang sah, perlu diketahui rukun dan syarat-syaratnya. Oleh
sebab itu makalah ini secara ringkas akan membahas tentang rukun dan syarat pernikahan, yang
saat ini banyak perselisihan tentang apa saja rukun dan syarat pernikahan, dan bagai mana pula
rukun dan syarat pernikahan itu sendiri.

PEMBAHASAN

A. Pengertian rukun dan syarat

Menurut bahasa rukun adalah yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan,
sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan
dilakukan1.

Secara istilah rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau tidaknya suatu
perbuatan tersebut dan ada atau tidaknya sesuatu itu. sedangkan syarat adalah sesuatu
yang tergantung padanya keberadaan hukum syar’I dan ia berada diluar hukum itu sendiri
yang ketiadaanya menyebabkan hukum itupun tidak ada.

B. Rukun nikah

Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas :

1.) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan
2.) Adanya wali dari pihak wanita
1
Prof. Dr. Abdul Rahman Ghozali, MA. Fiqih Munakahat. (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2010)Hal.45-46
3.) Adanya dua orang saksi
4.) Sighat akad nikah2

C. Syarat pernikahan
1. Kedua mempelai
a. Calon mempelai laki laki
- Calon suami beragama islam
- Terang(jelas) bahwa calon suami itu benar laki-laki
- Calon laki-laki itu jelas halal dikawin dengan calon istri
b. Calon mempelai perempuan
- Beragama islam
- Terang bahwa ia wanita
- Wanita tersebut tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam iddah
2. Ijab Kabul
Ijab adalah pernyataan dari calon pengantin perempuan yang diawali oleh wali.
Hakikat dari ijab adalah sebagai pernyataan perempuan sebagai kehendak unutk
mengikatkan diri dengan seorang laki-laki sebagai suami sah. Qabul adalah pernyataan
penerimaan dari calon penganitn laki-laki atas ijab calon penganuitn perempuan.
Bentuk pernyataan penerimaan berupa sighat atau susunan kata-kata yang jelas yang
memberikan pengertian bahwa laki-laki tersebut menerima atas ijab perempuan.3
3. Wali
Wali hendaklah seorang laki-laki, muslim, baligh, berakal, dan adil. Perkawinan
tanpa wali tidaklah sah.4
Adapun orang-orang yang berhak menjadi wali yaitu :
- Bapak
- Kakek dan seterusnya kakek
- Saudara laki sekandung/seayah
- Anak laki dari pamansekandung/seayah
- Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung/seayah
- Paman sekandung/seayah
- Anak laki paman sekandung/seayah
- Saudara kakek
- Anak laki saudara kakek
4. Saksi
Saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang laki-laki, muslim, baligh,
melihat, berakal, melihat dan mendengar serta mengerti akan maksud akad nikah.5

2
Prof. Dr. Abdul Rahman Ghozali, MA. Fiqih Munakahat. (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2010) Hal.46
3
Gemala dewi, SH, Dkk. Hukum perikatan islam Indonesia. (Jakarta : kencana, 2005) Hal.63
4
Drs. Sudarsono, SH. Pokok-Pokok hukum Islam. (Jakarta : Rineka Cipta, 1992). Hal.602
5
Drs. Sudarsono, SH. Pokok-Pokok hukum Islam. (Jakarta : Rineka Cipta, 1992). Hal.604
Sebagian besar ulama berpendapat saksi merpakan syarat (rukun) perkawinan.
Karena itu perkawinan (akad nikah) tanpa dua orang saksi tidak sah. Inilah pendapat
syafi’I, khanafi, hanbali.

Anda mungkin juga menyukai