Anda di halaman 1dari 8

RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Munakahat II

Dosen Pengampu Hj. Mardhiyah AW, S.Ag., M. Pd. I

Disusun oleh :

Nur Khofifah Maryam (20.74230.003)

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

SURAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai umat Islam yang bertaqwa kita tidak akan terlepas dari syariat Islam. Hukum
yang harus dipatuhi oleh semua umat Islam di seluruh penjuru dunia. Baik laki-laki maupun
perempuan tidak ada perbedaan di mata Allah SWT, tetapi yang membedakan hanyalah
ketaqwaan kita.

Salah satu dari syariat Islam adalah tentang perkawinan hal ini sudah diatur dalam hukum
Islam, baik dalam Al-Quran maupun dalam Hadits Rasulullah SAW. Perkawinan merupakan
peristiwa yang sering kita jumpai dalam hidup ini, bahkan setiap hari banyak umat Islam yang
melakukan perkawinan, dimana perkawinan ini mencegah perbuatan yang melanggar norma-
norma agama dan menghindari zina.

Terpenuhinya syarat rukun perkawinan mengakibatkan diakuinya keabsahan perkawinan


tersebut baik menurut hukum agama, fiqih munakahat, dan pemerintah (kompilasi hukum Islam).
Bila salah satu syarat rukun tersebut tidak terpenuhi maka mengakibatkan tidak sahnya
perkawinan menurut hukum Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu rukun nikah?
2. Apa saja kah yang termasuk ke dalam rukun pernikahan?
3. Apa itu syarat nikah?
4. Apa saja kah yang termasuk ke dalam syarat pernikahan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui arti dari rukun nikah
2. Mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam rukun pernikahan
3. Mengetahui arti dari syarat nikah
4. Mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam syarat pernikahan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. RUKUN NIKAH

a. PENGERTIAN RUKUN NIKAH

Rukun, yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan
(ibadah), dan sesuatu itu bermaksud dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka
untuk wudhu’ atau contoh rukun didalam perkawinan sendiri yakni adanya calon pengantin laki-
laki/perempuan dalam perkawinan.

b. RUKUN NIKAH

Jumhur ulama’ sepakat bahwa rukun perkawinan terdiri atas :

 Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.


 Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.

Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan
menikahkannya, berdasarkan sabda Nabi SAW :

“ Perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin walinya, maka pernikahannya batal.”

 Adanya dua orang saksi.


 Shighat akad nikah, yaitu Ijab Qabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak
wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.

Maksud ijab dalam akad nikah seperti ijab dalam berbagai transaksi lain, yaitu
pernyataan yang keluar dari salah satu pihak yang mengadakan akad atau transaksi, baik berupa
kata-kata, tulisan, atau isyarat yang mengungkapkan adanya keinginan terjadinya akad, baik
salah satunya dari pihak suami atau dari pihak istri. Sedangkan qabul adalah pernyataan yang
datang dari pihak kedua baik berupa kata-kata, tulisan, atau isyarat yang mengungkapkan
persetujuan ridhanya.

Berdasarkan pengertian di atas, ijab tidak dapat dikhususkan dalam hati sang istri atau
wali dan atau wakilnya. Demikian juga dengan qabul.

Akad adalah gabungan ijab salah satu dari dua pembicara serta penerimaan yang lain.
Seperti ucapan seorang laki-laki “aku nikahkan engkau dengan putriku” adalah ijab. Sedangkan
yag lain berkata “aku terima” adalah qabul.

Tentang jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat:

Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:

- Wali dari pihak perempuan


- Mahar (mas kawin)
- Calon pengantin laki-laki
- Calon pengantin perempuan
- Sighat akad nikah

Imam Syafi’I berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:

- Calon pengantin laki-laki


- Calon pengantin perempuan
- Wali
- Dua orang saksi
- Sighat akad nikah

Menurut ulama Hanafiyah, rukun nikah itu hanya ijab dan qabul saja (yaitu akad yag
dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon pengantin laki-laki).

Sedangkan menurut segolongan yang lain rukun nikah itu ada empat, yaitu:

- Sighat (ijab dan qabul)


- Calon pengantin perempuan
- Calon pengatin laki-laki
- Wali dari pihak calon pengantin perempuan

2. SYARAT NIKAH

a. PENGERTIAN SYARAT NIKAH

Syarat nikah merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila syarat-syaratnya


terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai
suami istri.

b. SYARAT NIKAH

Dalam menjelaskan masalah syarat nikah ini, terdapat juga perbedaan dalam penyusunan
syarat akan tetapi tetap pada inti yang sama. Syariat Islam menentukan beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh calon kedua mempelai yang sesuai dan berdasarkan ijtihad para ulama.

 Syarat-syarat calon suami


- Beragama Islam
- Bukan mahram dari calon istri dan jelas halal kawin dengan calon istri
- Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki
- Orangnya diketahui dan tertentu
- Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon istrinya halal
baginya
- Calon suami rela (tidak dipaksa/terpaksa) untuk melakukan perkawinan itu dan atas
kemauan sendiri
- Tidak sedang melakukan ihram
- Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri
- Tidak sedang mempunyai istri empat

 Syarat-syarat calon istri


- Beragama Islam
- Tidak ada halangan syara’, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak dalam sedang
iddah
- Terang bahwa ia wanita.
- Wanita itu tentu orangnya (jelas orangnya)
- Tidak dipaksa (merdeka, atas kemauan sendiri)
- Tidak sedang ihram haji atau umrah

 Syarat-syarat Ijab Qabul

Perkawinan wajib dilakukan dengan ijab dan qabul dengan lisan. Inilah yang dinamakan
akad nikah (ikatan atau perjanjian perkawinan). Bagi orang bisu sah perkawinannya dengan
isyarat tangan atau kepala yang bisa dipahami.

Ijab dilakukan oleh pihak wali mempelai perempuan atau walinya, sedangkan qabul
dilakukan oleh mempelai laki-laki atau wakilnya.

Ijab dan qabul dilakukan di dalam satu majlis, dan tidak boleh ada jarak yang lama antara
ijab dan qabul yang merusak kesatuan akad dan kelangsungan akad, dan masing-masing ijab dan
qabul dapat di dengar dengan baik oleh kedua belah pihak dan dua orang saksi.

Imam Hanafi membolehkan ada jarak antara ijab dan qabul asal masih di dalam satu
majelis dan tidak ada hal-hal yang menunjukkan salah satu pihak berpaling dari maksud akad itu.

Akad nikah itu wajib di hadiri oleh dua orang saksi yang memenuhi syarat sebagai saksi,
karena saksi merupakan syarat sah perkawinan.

 Syarat-syarat Wali

Perkawinan dilangsungkan oleh wali pihak mempelai perempuan atau wakilnya dengan
calon suami atau wakilnya. Adapun syarat-syaratnya ialah seorang wali hendaknya:

- Laki-laki
- Muslim
- Baligh
- Waras akalnya
- Adil
- Tidak dipaksa
- Tidak sedang berihram

 Syarat-syarat Saksi

Adapun syarat saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang laki-laki, muslim,
baligh, berakal, melihat dan mendengar serta mengerti (paham) akan maksud akad nikah.

Adapun kewajiban adanya saksi tidak lain, hanyalah untuk kemaslahatan kedua belah
pihak dan masyarakat. Misalnya, salah seorang mengingkari, hal itu dapat dielakkan oleh adanya
dua orang saksi. Juga misalnya apabila terjadi kecurigaan masyarakat, maka dua orang saksi
dapatlah menjadi pembela terhadap adanya akad perkawinan dari sepasang suami istri.
Disamping itu, menyangkut pula keturunan apakah benar yang lahir adalah dari perkawinan
suami istri tersebut. Dan di sinilah saksi itu dapat memberikan kesaksiannya.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang ada, dapat disimpulkan bahwa :

1. Rukun, yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan
(ibadah).
2. Rukun nikah
- Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.
- Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
- Adanya dua orang saksi
- Shighat akad nikah
3. Syarat nikah : merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila syarat-syaratnya
terpenuhi maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban
sebagai suami istri.
4. Syarat nikah
- Syarat-syarat calon suami
- Syarat-syarat calon istri
- Syarat-syarat ijab qabul
- Syarat-syarat wali
- Syarat-syarat saksi.

Anda mungkin juga menyukai