Dosen Pembimbing :
Ustadz Ma’ruf Zein
Disusun Oleh:
Muhammad Mario
Rahmat Adz-Dzikri
TAKHASSUS FIQH DAN USHUL FIQIH
JURUSAN AHWAL AL SYAKHSIYYAH
MA’HAD ALY AL MUNAWWARAH PEKANBARU-RIAU
TAHUN AJARAN 2021/ 2022
A.Syarat-syarat menjadi Pasangan suami istri.
3. Perempuan yang dinikahi harus benar benar perempuan (tidak boleh berkelamin dua).
4. Bahwa mempelai laki-laki dan perempuan muslim (maka akad, mempelai laki-laki non
muslim menikahi perempuan muslimah, maka batal).
Akad nikah tidak sah kecuali adanya wali dan saksi yang adil, syarat-syarat menjadi wali dan
dua saksi ada enam:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Laki-laki
6. Adil
فال تعضلو هن انMenurut mazhab Imam Syafi’I, adanya wali merupakan salah satu rukun nikah
ينكحن ازوجهن
Diriwayatkan dari Rasulullah ada beberapa hadist-hadist nas yang menyatakan wajib
adanya wali di dalam nikah, peremupuan yang menikah tanpa restu dari walinya, maka akadnya
batal. Dalam mazhab Imam Syafi’I, perempuan tidak boleh menikahi dirinya sendiri, baik
dengan izin wali atau tanpa izin wali. Oleh karena itu, perempuan tidak boleh menjadi wali.
ايما امراة نكحت بغير اذن وليها فانكاحها باطل: عن السيدة عا ئشة رضي هللا عنها عن النبي قال
Wali dan dua saksi merupakan salah satu syarat sah nikah, maka non muslim walaupun
ayahnya sendiri tidak boleh menjadi wali atau saksi bagi muslimah, demikian juga anak kecil
dan orang gila, karena pikirannya anak kecil dan orang gila belum memenuhi syarat menjadi
wali dan saksi.
Adil merupakan salah satu syarat sah nikah, karena perkataan nabi:tidak sah nikah
kecuali dengan wali yang cerdas. ال نكاح اال بولي مرشد, oleh karena itu orang fasik tidak bisa
menjadi wali.
Orang fasik bisa menjadi wali bila, ia bertobat ketika itu. Bagi orang buta boleh menikah
tanpa khilaaf. Orang buta boleh menjadi wali atas pendapat ashoh, orang bisu boleh menjadi wali
apabila ketika memaksa keluar suaranya, terdengar suaranya oleh orang terdekatnya, apabila
ketika memaksa keluar suaranya tidak terdengar oleh oranag terdekatnya, maka tidak boleh ia
menjadi wali.
Di dalam islam menampakkan persaksian untuk memberi tahu kepada khalayak ramai,
bahwa islam memiliki hubungan syariat antara laki-laki dan perempuan. Apa hukum dari akad
suami istri beserta saksinya dari menyembunyikan akad pernikahan. Fuqoha berbeda pendapat
tentang hukum menyembunyikan persaksian.
Bait tersebut menjelaskan yang dimaksud dengan menyembunyikan pernikahan yaitu dua orang saksi,
lebih dari dua orang saksi maka itu dinamakan isyhar.
Khitbah sebelum pernikahan termasuk dari adab-adab ‘akad pernikahan, orang jahiliah
dulu juga mengganggap seperti demikian, Didalam khitbah ada bermacam-macam kesunnahan
termasuk, zikir-zikir, pujian, isti’anah, istigfar.
Termasuk adab-adab ‘akad pernikahan bagi orang yang mendatangi pasangan baru yang
baru akad dengan doa بارك هللا لك وبارك عليك و جمع بينكما في خير, yang mana kita mendoakan
pasangan atau pengantin baru tadi,dengan harapan mudah-mudahan mereka dikumpulkan dalam
kebaikan.
Didalam Akad pernikahan dianjurkan menghadirkan orang-orang yang baik atau orang-
orang yang sholeh/Sholeha, menambah saksi lebih dari dau orang, dan bagi pengantin juga
disunnah kan berniat dalam pernikahannya untuk membangun (mengikuti sunnah
rasullulah),untuk menundukkan pandangan,untuk mengharapkan anak(berharap memperbanyak
umat nabi Muhammad). Akad pernikahan ini disunnahkan pada Bulan syawal, baik diawal,
dipertengahan, juga diakhir bulan. Dan tidak boleh bagi perngantin baru meniatkan dalam
pernikahannya untuk memperturutkan hawa nafsu.
Dalam satu riwayat dari imam bukhari, bahwasanya Abdurrahman bin A’uf yang baru
saja nikah, lalu rasullullah memerintahkan walimah lah kamu, sekalipun dengan menyembelih
satu ekor kambing. Dari kisah sanalah kebanyakan para fuqaha berpendapat bahwa walimah
dalam pernikahan itu ialah sunnah. Oleh karena itu menjawab atau menghadiri waliwah adalah
fardu a’in. dan ada juga fuqaha berpendapat menghadiri walimah itu hokumnya ialah fardhu
kifayah,dan sunnah.
Para ulama bersepakat bahwasanya syarat-syarat yang diiringi dalam akad bukan
termasuk dari akad itu sendiri, hanya saja mempertambah kalimat yang ada pada lafazh akadnya
saja. Para ulama berpendapat bahwa ada syarat-syarat yang sah dan harus dipenuhi da nada juga
syarat-syarat yang tidak sah.
*“Calon suami mengatakan bahwa, si istri tidak boleh bepergian kecuali dengan izin ku”
*”Calon suami mengatakan bahwa, si istri tidak boleh pergi jauh kecuali dengan izin
keluarganya”
Syarat ini akan bertentangan dalam syariat, yang mana syarat-syarat yang dituju tidak
sesuai dengan kebolehan syariat.
Dalam Syarat-syarat yang tidak sah ini juga, fuqoha berbeda pendapat tentang ini.