B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana wali dalam pernikahan!
2. Bagaiman saksi dalam pernikahan!
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui wali dalam pernikahan.
2. Untuk mengetahui saksi dalam pernikahan.
1
A. Wali Dalam Pernikahan 1. Pengertian Wali dalam Pernikahan
Kata “wali” menurut bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu al Wali
dengan bentuk jamak Auliyaa yang berarti pecinta, saudara, atau penolong.
Sedangkan menurut istilah, kata “wali” mengandung pengertian orang
yang menurut hukum (agama, adat) diserahi untuk mengurus kewajiban
anak yatim, sebelum anak itu dewasa; pihak yang mewakilkan pengantin
perempuan pada waktu menikah (yaitu yang melakukan akad nikah dengan
pengantin pria). Wali dalam nikah adalah yang padanya terletak sahnya
akad nikah, maka tidak sah nikahnya tanpa adanya (wali).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil suatu pengertian
bahwa wali dalam pernikahan adalah orang yang melakukan akad nikah
mewakili pihak mempelai wanita, karena wali merupakan rukun nikah, dan
akad nikah yang dilakukan tanpa wali dinyatakan batal.
2. Kedudukan Wali sebagai salah satu Rukun Nikah
Wali adalah rukun dari beberapa rukun pernikahan yang lima, dan
tidak sah nikah tanpa wali laki-laki. Dalam KHI pasal 19 menyatakan wali
nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon
mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya.
Namun para ulama berbeda pendapat mengenai kedudukan wali
dalam pernikahan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat para
ulama mengenai kedudukan wali dalam pernikahan, yaitu: a. Jumhur
ulama, Imam Syafi’I dan Imam Malik
Mereka berpendapat bahwa wali merupakan salah satu rukun
perkawinan dan tak ada perkawinan kalau tak ada wali. Oleh sebab itu
perkawinan yang dilakukan tanpa wali hukumnya tidak sah (batal).
Selain itu mereka berpendapat perkawinan itu mempunyai
beberapa tujuan, sedangkan wanita biasanya suka dipengaruhi oleh
perasaannya. Karena itu ia tidak pandai memilih , sehingga tidak dapat
memperoleh tujuan –tujuan utama dalam hal perkawinan ini. Hal ini
mengakibatkan ia tidak diperbolehkan mengurus langsung aqadnya
2
tetapi hendaklah diserahkan kepada walinya agar tujuan perkawinan ini
benar-benar tercapai dengan sempurna.
b. Imam Hanafi dan Abu Yusuf (murid Imam Hanafi)
Mereka berpendapat bahwa jika wanita itu telah baligh dan
berakal, maka ia mempunyai hak untuk mengakad nikahkan dirinya
sendiri tanpa wali. Selain itu Abu Hanifah melihat lagi bahwa wali
bukanlah syarat dalam akad nikah. Beliau menganalogikan dimana
kalau wanita sudah dewasa, berakal dan cerdas mereka bebas
bertasarruf dalam hukum-hukum mu’amalat menurut syara’, maka
dalam akad nikah mereka lebih berhak lagi, karena nikah menyangkut
kepentingan mereka secara langsung. Khususnya kepada wanita (janda)
diberikan hak sepenuhnya mengenai urusan dirinya dan meniadakan
campur tangan orang lain dalam urusan pernikahannya.
Menurut beliau juga, walaupun wali bukan syarat sah nikah, tetapi
apabila wanita melaksanakan akad nikahnya dengan pria yang tidak
sekufu dengannnya, maka wali mempunyai hak I’tiradh (mencegah
perkawinan).
3. Syarat syarat Wali
Wali dalam pernikahan diperlukan dan tidak sah suatu pernikahan
yang dilakukan tanpa adanya wali. Oleh karena itu maka seorang wali
haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai wali. Syarat-syarat tersebut
adalah :
a. Islam ( orang kafir tidak sah menjadi wali)
b. Baligh (anak-anak tidak sah menjadi wali)
c. Berakal (orang gila tidak sah menjadi wali)
d. Laki-laki (perempuan tidak sah menjadi wali)
Seorang wanita tidak boleh menjadi wali untuk wanita lain ataupun
menikahkan dirinya sendiri. Apabila terjadi perkawinan yang
diwalikan oleh wanita sendiri, maka pernikahannya tidak sah. Hal ini
sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW:
3
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah SAW
bersabda “wanita tidak boleh mengawinkan wanita dan wanita tidak
boleh mengawinkan dirinya”(HR. Ibnu Majah dan Daruquthni ).
e. Adil (orang fasik tidak sah menjadi wali)
Telah dikemukakan wali itu diisyaratkan adil, maksudnya adalah tidak
bermaksiat, tidak fasik, orang baik-baik, orang shaleh, orang yang
tidak membiasakan diri berbuat munkar. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa adil diartikan dengan cerdas. Adapun yang
dimaksud dengan cerdas disini adalah dapat atau mampu
menggunakan akal pikirannya dengan sebaik-baiknya atau seadil-
adilnya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW:
Artinya: “Dari Imran Ibn Husein dari Nabi SAW bersabda: “Tidak sah
pernikahan kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang
adil”(HR.Ahmad Ibn Hanbal).
f. Tidak sedang ihram haji atau umrah.
Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah mengemukakan beberapa
persyaratan wali nikah sebagai berikut : Syarat-syarat wali ialah:
merdeka, berakal sehat dan dewasa. Budak, orang gila dan anak kecil
tidak dapat menjadi wali, karena orang-orang tersebut tidak berhak
mewalikan dirinya sendiri apalagi terhadap orang lain. Syarat kempat
untuk menjadi wali ialah beragama Islam, jika yang dijadikan wali
tersebut orang Islam pula sebab yang bukan Islam tidak boleh menjadi
walinya orang Islam.
4. Macam Macam Wali
Wali dalam pernikahan secara umum ada 3 macam, yaitu: a.
Wali Nasab
Wali nasab urutannya adalah sebagai berikut:
4
4. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung
5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
6. Paman (saudara dari bapak) kandung
7. Paman (saudara dari bapak) sebapak
8. Anak laki-laki paman kandung
9. Anak laki-laki paman sebapak.
5
b) wali nasab biasa, yaitu wali nasab yang tidak mempunyai
b. Wali Hakim
Wali hakim adalah orang yang diangkat oleh pemerintah untuk
bertindak sebagai wali dalam suatu pernikahan. Wali hakim dapat
menggantikan wali nasab apabila:
5. Wali nasab memang tidak ada.
6. Wali nasab bepergian jauh atau tidak ditempat, tetapi tidak
memberi kuasa kepada wali yang lebih dekat yang ada di tempat.
7. Wali nasab kehilangan hak perwaliannya.
8. Wali nasab sedang berihram haji/umrah.
9. Wali nasab menolak bertindak sebagai wali.
10. Wali nasab menjadi mempelai laki-laki dari perempuan di bawah
perwaliannya. Hal ini terjadi apabila yang kawin adalah seorang
perempuan dengan saudara laki-laki sepupunya,kandung atau
seayah.2
c. Wali Muhakkam
Wali muhakkam adalah seseorang yang diangkat oleh kedua calon
suami-istri untuk bertindak sebagai wali dalam akad nikah mereka.
1 http://wwwsaliem.blogspot.com/2009/07/wali -dan-saksi-nikah-
dalamislam.html
2 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2011), h. 42
6
Orang yang bisa diangkat sebagai wali muhakkam adalah orang lain
yang terpandang, disegani, luas ilmu fiqihnya terutama tentang
munakahat, berpandangan luas, adil, islam dan laki-laki.3
2. Kedudukan Saksi
Dalam KHI pasal 26, saksi harus hadir dan menyaksikan secara
langsung akad nikah serta menandatangani Akta Nikah pada waktu dan di
tempat akad nikah dilangsungkan.
3 M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1999, cet. Ke-2), hal.
25
7
3. Syarat syarat Saksi
Dalam KHI pasal 25, yang dapat ditunjuk menjadi saksi dalam
akad nikah ialah seorang laki-laki muslim, adil, aqil baligh, tidak
terganggu ingatan dan tidak tuna rungu atau tuli.
Adapun berikut adalah beberapa syarat yang harus ada pada dua
orang saksi, antara lain:
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Laki-laki
e. Adil.
f. Tidak tuna rungu atau tuli.4
“Persaksian dengan dua orang saksi dari kaum lelaki di antaramu, jika
tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai.”
5
http://saveandsound.wordpress.com/2012/02/14/perwalian -dalam-pernikahan-
dan-persaksian-dalam-akad-nikah/
9
B. Kesimpulan
Wali dan Saksi merupakan rukun Nikah. Ada 3 macam wali yaitu Wali
nasab, wali hakim dan wali muhakkam. Syarat Wali Dan Saksi Nikah
1. islam
2. baligh
3. berakal
4. laki-lakio
5. adil
6. laki-laki, persyaratan yang terakhir ini sesuai dengan sabda nabi yang
Artinya: Dari abu r.a bahwa rasullullah saw. Bersabda: perempuan
tidak boleh menikah perempuan lainya dan tidak boleh pula menikahkan
dirinya (HR ibnu majah dan daruqutni)
DAFTAR PUSTAKA
Ghofur, Abdul Anshori, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press, 2011
http://saveandsound.wordpress.com/2012/02/14/perwalian-dalam-pernikahan-
danpersaksian-dalam-akad-nikah/
http://wwwsaliem.blogspot.com/2009/07/wali-dan-saksi-nikah-dalam-islam.html
10
11