Anda di halaman 1dari 4

TATA CARA PERWAKAFAN DAN PENDAFTARAN WAKAF

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau


Oleh: Ahmad Andri
Email: ahmad12andri0702@gmail.com

Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan
metode pendekatan kepustakaan dengan cara membaca dan memahami buku-buku
literatur, peraturan perundang-undangan, artikel jurnal dan karya ilmiah yang
lainnya yang ada kaitannya dengan penulisan ini.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil dari analisis dari berbagai sumber kepustakaan, penulis
menemukan beberapa jurnal pendukung untuk memperkuat literatur review ini.
Dari beberapa jurnal yang ditemukan, membahas tentang tata cara perwakafan dan
pendaftaran wakaf. Adapun sumber data yang digunakan data sekunder dan data
primer dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan studi kepustakaan dan
studi lapangan serta dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Dalam penulisan karya ilmiah ini ditemukan beberapa artikel jurnal dan
karya tulis ilmiah yang lainnya yang memiliki relavansi dengan topik penulisan
karya ilmiah ini. Sebelum membahas tentang tata cara perwakafan dan pedaftaran
wakaf, penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang defenisi dari wakaf. Dari
berbagai artikel jurnal maupun karya tulis ilmiah yang lainnya, defenisi wakaf ini
memiliki kesamaan. Wakaf merupakan istilah yang dikenal dalam Islam yaitu
pemberian suatu harta milik pribadi menjadi kepentingan bersama, sehingga
kegunaanya mampu dirasakan masyarakat luas tanpa mengurangi nilai harta
tersebut.1
Menurut Elfasari Kurniawati dalam jurnalnya berjudul “Pelaksanaan Ikrar
Wakaf Tanah Dan Pendaftarannya di Kantor Pertanahan Kabupaten Blora” bahwa
tata cara perwakafan dimulai dengan mengadakan ikrar wakaf atau pernyataan
kehendak mewakafkan tanah antara wakif kepada nadzir dihadapan PPAIW

1
Surjanti, „Pelaksanaan Peraturan Tentang Perwakafan‟, Jurnal Hukum, 7.1, (2021). h.1.
disaksikan oleh 2 orang saksi kemudian dituangkan dalam Akta Ikrar Wakaf
(AIW). Proses ikrar wakaf harus secara tertulis dengan meyerahkan sertifikat asli
atau surat pemetaan, foto copy KTP wakif, nadzir, saksi dan surat keterangan
bahwa tanah tidak dalam sengketa.2 Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian
yang ditulis oleh Abdul Rahman Praja Negara dengan jurnalnya berjudul
“Implementasi Perwakafan Tanah Menurut Undang-undang Nomor 41 tahun
2004” yaitu adanya peraturan tentang perwakafan.3
Akan tetapi, menurut Askani Askani dalam jurnalnya berjudul “Tata Cara
Pelaksanaan Berwakaf Tanah Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang wakaf” bahwa dapat diketahui pelaksanaan wakaf tanah berdasarkan
Undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf di Desa Tempirai
Kecamatan Penukal Utara Kabupaten Pali masih banyak yang melaksanakan
wakafnya langsung kepada pihak nadzir tanpa bukti penerimaan yang kuat. Ada
pula hanya bersifat keagamaan atau kekeluargaan, kendalanya dari segi
pengetahuan nadzir yang masih rendah, hal ini akan menyebabkan perselisihan
antara beberapa orang yang berhak atas tanah wakaf tersebut, sehingga dapat
dikatakan belum sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 41 tahun 2004 tentang
wakaf.4 Hal ini juga sejalan dengan penjelasan lain yang penulis temukan salah
satunya yaitu menurut Yulita Winda dalam jurnalnya berjudul “Problematika
Sertifikasi Harta Wakaf di Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti
Kabupaten Solok Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004
Tentang Wakaf” bahwa wakif yang akan mewakafkan tanahnya terlebih dahulu
berdiskusi dengan keluarga, menyampaikan kehendaknya dan menyerahkan tanah
wakaf kepada nadzir yang ditunjuk untuk mengelola tanah wakaf dihadapan para
saksi.5
Selanjutnya untuk tata cara pendaftaran wakaf, menurut Amirul Tejo
Laksono dalam jurnalnya berjudul “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pendaftaran
2
Elfasari Kurniawati, „Pelaksanaan Ikrar Wakaf Tanah Dan Pendaftarannya Di Kantor
Pertanahan Kabupaten Blora‟, Fakultas Hukum UNISSULA, 4 (2018), h. 6.
3
Abdul Rahman Praja Negara, „Implementasi Perwakafan Tanah Menurut Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.‟, Fakultas Hukum, 8 (2017), h. 4.
4
Askani Askani, „Tata Cara Pelaksanaan Berwakaf Tanah Menurut Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf‟, UIN Raden Fatah Palembang, 3.6 (2018), h. 4.
5
Yulita Winda, „Problematika Sertifikasi Harta Wakaf Di Nagari Alahan Panjang
Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf‟, Universitas Andalas, 1 (2022), h. 7.
Tanah Wakaf di Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal” bahwa pelaksanaan
pendaftaran Tanah Wakaf kantor Pertanahan Kabupaten Kendal dimulai dengan
pemenuhan Pesyaratan, wakif dan nadzir harus mengurus data pendukung
konversi jika tanahnya berasal dari tanah ulayat. Kemudian wakif, nadzir dan 2
orang saksi harus mengurus Akta Ikrar Wakaf (AIW) di KUA, setelah persyaratan
lengkap wakif dan Nadzir mendaftarkannya di kantor pertanahan kabupaten
Kendal dengan waktu yang diperkirakan adalah 98 hari kerja.6 Hal ini juga sejalan
dengan jurnal yang ditulis oleh Elfasari Kurniawati bahwa pendaftaran wakaf
dilakukan oleh wakif atau nadzir dengan membawa sertifikat asli atau surat
pemetaan, akta ikrar wakaf, ikrar wakaf, surat pengesahan nadzir, foto copy KTP
Nadzir, wakif dan saksi serta surat pengantar dari kepala desa.7
Menurut Rifa Rahman dalam skripsinya berjudul “Kesadaran Hukum
Masyarakat dalam Pendaftaran Tanah Wakaf di Desa Cigugur Kecamatan
Cigugur Kabupaten Pangandaran” bahwa pendaftaran harta benda wakaf di atur
dalam Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf bahwa PPAIW atas
nama Nadzir mendaftarkan harta benda wakaf kepada instansi yang berwenang
paling lambat 7 hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani. 8

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tata cara perwakafan dan pendaftaran wakaf telah
di atur dalam hukum positif yang ada di Indonesia. Namun, masih banyak juga di
kalangan masyarakat yang mewakafkan harta bendanya dengan cara langsung
atau di bawah tangan tanpa adanya keabsahan dari PPAIW. Peraturan Perundang-
undangan jelas memberikan tuntunan cara berwakaf dengan baik dan benar.
Tujuan perwakafan itu di catat di hadapan PPAIW adalah agar suatu saat jelas dan
pasti serta memiliki kekuatan hukum agar dikemudian hari tidak terjadinya
perselisihan.

6
Amirul Tejo Laksono, „Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Wakaf Di
Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal‟, Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 7.2 (2023), h.
23.
7
Elfasari Kurniawati, Op.cit.
8
Rifa Rahman, „Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Pendaftaran Tanah Wakaf Di Desa
Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran‟, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 7.3
(2019), h. 21.
Daftar Pustaka
Abdul Rahman Praja Negara, „Implementasi Perwakafan Tanah Menurut Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.‟, Fakultas Hukum, 8 (2017),
4
Amirul Tejo Laksono, „Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Wakaf
Di Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal‟, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang, 7.2 (2023), 23
Askani Askani, „Tata Cara Pelaksanaan Berwakaf Tanah Menurut Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf‟, UIN Raden Fatah
Palembang, 3.6 (2018), 4
Elfasari Kurniawati, „Pelaksanaan Ikrar Wakaf Tanah Dan Pendaftarannya Di
Kantor Pertanahan Kabupaten Blora‟, Fakultas Hukum UNISSULA, 4 (2018),
6
Surjanti, „Pelaksanaan Peraturan Tentang Perwakafan‟, 7.1, 2021
Rifa Rahman, „Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Pendaftaran Tanah Wakaf
Di Desa Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran‟, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, 7.3 (2019), 21
Yulita Winda, „Problematika Sertifikasi Harta Wakaf Di Nagari Alahan Panjang
Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok Setelah Berlakunya Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf‟, Universitas Andalas, 1
(2022), 7

Anda mungkin juga menyukai