PENDAHULUAN
Banyaknya cara mendapatkan hak kepemilikan suatu atas tanah. Pada rangka
perolehan dan peralihan hak atas tanah sebagai penetapan eksistensi hak milik atas tanah
yang dilaksanakan menggunakan cara, antara lain : jual beli, tukar menukar, hibah,
hadiah, infak, sedekah, zakat, membuka tanah baru, dan wakaf. Wakaf berasal dari
bahasa Arab waqf yang artinya “menahan, berhenti, diam di tempat, atau tetap berdiri”.
Wakaf menurut syara’ yaitu menahan zat (asal) benda dan digunakan hasilnya, yaitu
Ali bin Muhammad Al-Jurjani, wakaf yaitu menahan zat suatu benda dalam pemilikan si
Menurut Anwar Haryono, wakaf ialah melepaskan hak milik orang muslim yang
manfaat ataupun hasilnya digunakan bagi keperluan umum. Pelepasan hak milik tersebut
3
dinilainya sebagian shodaqoh jariyah (continue). Wakaf merupakan menahan harta
yang kelola manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk pelaksanaan yang mubah, serta
1
Sayid Sabiq. 197. Fiqih Sunnah. PT Al-Ma’arif. Bandung. hlm. 378.
2
Suparman, Usman. 2006. Hukum Perwakafan Indonesia. Darul Ulum Perss. Jakarta. hlm. 27.
3
Anwar Haryono. 1968. Hukum Islam Keluasan dan Keadilannya. Bulan Bintang. Jakarta. Hlm. 148.
4
Ahmad Azhar Basyir. 1987. Hukum Islam tentang Wakaf, Ijarah, dan Syirkah. PT Al-Ma’arif. Bandung. Hlm. 5.
1
Wakaf merupakan perikatan antara orang yang memberi wakaf (wakif) terhadap
seseorang yang menerimalah wakaf untuk bertujuan wakaf (Nazir). Perikatan ialah
merupakan ikatan hukum yaitu sifatnya harta kekayaan antara dua orang maupun lebih,
atas dasar pihak yang satu berhak atau pihak lain bertanggungjawab atas suatu prestasi.5
Jika tanah wakaf kemusnahaan manfaatnya pantas didalam tujuannya, maka tanah wakaf
itu dapat dijual oleh nazir. Pemasarannya wajib dibelikanlah tanah lain yang nilai dan
manfaatnya sama dengan harta wakaf awal yang dijual. Asalkan perikatan terjadi maka
secara otomatis didalamnya menyimpan sebuah kata “sepakat” sesuai dengan Asas
Konsensualisme.
nya sendiri dibilang cukup besar. Sebagian besar dari barang yang akan di wakafkan
tersebut sebidang tanah yang akan dibangun untuk tempat ibadah, lembaga pendidikan
Islam, pemakaman dan lain-lain yang rata-rata tidaklah produktif. Benda wakaf untuk
memiliki nilai produktif yaitu di kelola oleh majemen yang sangat baik dan modern,
tetapi harus berdasarkan Syari’at Agama Islam dibawah koordinasi BWI. Pemberdayaan
benda wakaf tersebut mutlak perlakuannya dalam rangka kekuatan ekonomi umatnya
mengembangkan perwakafan pada masa yang akan datang yaitu semoga mendapatkan
5
R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung:Binacipta, 1987, Cet.IV), hal. 1 .
2
peraturan yang kuat, terutama adanya kepastian hukum kepada nazir, wakif, dan
peruntukkan wakaf.
berjalan tertib dan efisien sehingga mengalami berbagai kasus harta benda perwakafan
tidak terpelihara semstinya, dan mengalami keterlantar dan beralihnya kepihak ketiga
dengan cara melawan hukum. Perbuatan tersebut ,akibat kelengahan maupun ketidak
mampuan seorang nadir dalam menjalankan atau memajukan harta wakaf namun karena
sikap masyarakatnya sendirilah yang kurang peduli atau belum memahami kedudukan
harta benda wakaf yang seharusnya dilindungi demi kesejahteraan umum sesuai menurut
Benda wakaf yang sesudah di wakafkan tidak boleh digantikan apalagi di tukar
dengan benda yang lain, jika benda wakaf di gantikan maka tidak bisa diproses dengan
baik. Dan sudah banyak benda wakaf yang tidak berfungsi karena sudah di makan usia.
memberikan harta bendanya agar dimanfaatkan selamanya ketika batas waktu tertentu
selaras dengan kebutuhannya untuk keperluan ibadah dan kesejahteraan umum menurut
melepaskan atau menahan hak milik atas harta benda untuk dimanfaatkan guna
Adanya wakaf, diatur di dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw
berikut:
6
Umar Said Sugiharto. 1993. Efektifitas Pendaftaran anah di Kota Malang Setelah Berlakunya PP No. 28 Tahun
1977 (Thesis). Hlm. 86.
3
Berbuatlah kebajian agar kamu mendapat kebahagiaan/kemenangan (QS. Al-Hajj: 77)
Kamu tidak akan memperoleh kebaikan, kecuali kamu belanjakan sebagian harta yang
melaksanakan dengan cara konvensional yang bisa rentan karena beragam masalah atau
tidaklah sedikit yang berakhir di dalam pengadilan. Keadaa kini diperkeruh karena
adanya penyimpangan didalam benda-benda wakaf yang dikerjakan oleh oknum yang
tidaklah bertanggung jawab, dan juga telah menjadi rahasia umum dan ada juga benda-
Didalam Pasal 225 Kompilasi Hukum Islam disebutkan, terhadap benda yang
akan diwakafkan tidaklah boleh melakukan pergantian ataupun penggunaan lain kepada
yang dimaksud didalam ikrar wakaf. Penyimpangan dalam ketetapan yang dimaksud
dapat dilakukan untuk hal-hal tertentu setelah mendapat persetujuan tertulis dari Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan berdasarkan saran dari Majelis Ulama Kecamatan dan
a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif;
7
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 71.
4
Tetapi, pada kenyataan jualbeli tanah wakaf yaitu dilakukan baik dari keluarga
tidaklah melihat dan memperhatikan syarat atau tata cara yang berlaku.
Hal demikian terjadilah disebuah kasus yang saya ambil yaitu mengenai jualbeli
tanah wakaf pemakaman yang dikategorikan telah melawan hukum. Kasus jualbeli tanah
41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang dimana Tanah Wakaf tersebut di jual oleh Ketua Rw
05, yang tidak bertanggung jawab, kasus tersebut di tangani oleh Kuasa Hukum Anton
Suhartono dan Leni Anggraeni kasus tersebut mengalami kejanggal karena pada
Menurut Kuasa Hukum Leni Anggraeni pada fakta jual-beli yang ada terdapat
tandatangan warga yang di duga dipalsukan dan belum di uji penyidik, padahal ada bukti
penguat lainnya. Bukti tersebut adalah surat pernyataan dari terlapor tersendiri yang
menyatakan bahwa tanah tersebut adalah milik warga Rw 05. Kemudian di tambah
dengan surat pernyataan H. Amas sebagai penjul tanah tersebut bahwa tanah tersebut
sudah dijual ke warga RW 05. Jadi bagaiman mungkin akta jual beli disejajarkan dengan
surat pernyataan. Jadi arahnya bukan ke sana lanjut Leni Anggraeni karena akta jualbeli
yaitu harus mengetahui asal muasalnya terlebih dahulu. Apakah terlapor mempunyai hak
penuh dalam menjual tanah tersebut. Dan bagaimana juga dengan Kepala Desa Supriatna
8
https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01567260/kasus-tanah-wakaf-kuburan-diduga-dijual-ketua-rw-
di-sp3-kuasa-hukum-ajukan-praperadilan. Diakses tanggal 28 Oktober 2021.
5
Leni Anggraeni juga sudah mengatakan dari hasil BAP (berita acara pemeriksaan)
yang dilakukan oleh penyidik menurut Kepala Unit Harta Benda Polresta Bandung hal itu
harus dilporkan kembali. Tetapi kan sulit rasanya warga menuntut keadilan bila proses
hukum harus seperti ini jika harus melapor kembali. Ada berapa banyakwarga lagi tersita.
Padahal Tanah tersebut lanjut Leni Anggraeni, adalah untuk kepentingan umum yaitu
tanah untuk kuburan. Karena sah-sah saja berbeda pendapat hukum, karena akan kita uji
lag di pra peradilan ucap Leni Anggraeni, oleh karenanya Leni pun akan melakkan upaya
hukum lain yaitu dengan cara pra peradilan tersebut dalam waktu dekat.
Leni Anggraeni juga menyatakan kasus penjualan Tanah Wakaf ini sama seperti
kasus tanah waris. Jadi apabila salah satu ahli waris tidak setuju maka dinyatakan
penjualan tidak sah secara hukum. Hal insesuai dengan Pasal 1471 Kitab Undang-undan
“Jual beli atas barang orang lain ialah batal dan dapat memberikan dasar kepada
pembeli untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga, jika ia tidak
Jadi penjualan tanah wakaf yang dilakukan oleh Ketua RW 05 dan Kepala Desa
setempat ini tidak sah, karena tidak melalui persetujuan warga seutuhnya. Tetapi
seharusnya tanah yang sudah berubah menjadi tanah wakaf tidak boleh di ganggu gugat
Dalam kasus ini sebanyak 13 saksi yang akan diperiksa oleh Polresta Bandung
atas adanya dugaan tandatangan palsu penjualan tanah kuburan untuk wakaf di Kampung
6
orang ini diduga terkait tanda tangan palsu yang tercantum di penjualan tanah wakaf
tersebut. Pada persetujuan yang ada, tiga orang di antaranya menggunakan tanda tangan
palsu kata kuasa Hukum Warga RW 05 yaitu Leni Anggraeni. Sebelumnya warga RW
pertanyakan nasib tanah wakaf untuk pekuburan yang dijual oleh warga lainnya yang
diberi mandate.Bahkan yang warga diberi mandate ini pu didukung oleh kepala dsa
setempat dalam menjual tanahnya. Pada tahun 2000 lalu Pemkab Bandung lakuan
normalisasi Sungai Citarum, sehingga tanah wakaf pekuburan di lokasi Kampung Bantar
terpaksa dindahkan. Pengganti tanah wakaf tersebut langsung diberikan ke ahli waris,
sedangkan biaya pemindahan jenazah dibayarkan oleh para ahli warisnya masing-masing
menurut Anton.
Lalu lanjut Anton warga setempat yang terdiri dari tokoh masyarakat, Ketua
DKM dan lainnya bersepakat untuk mengurus pemindahan jenazah tersebut. Tetapi
warga pun sepakat biaya dari pemindahan ini akan diajukan lahan baru pekuburan,
mengingat taka da lokasipekuburan di tempat tersebut. Hanya saja selama beberapa bulan
belum ditemukan tanh baru untuk pekuburan ini yang lokasinya tidak jauh. Jadi untuk
mengurangi isu dan suudzan warga maka biaya ganti rugi wakaf tersebut dibelikan dulu
sawah di sekitar lokasi tak lama dari kejadian tersebut warga akhirnya menemukan tanah
di RW 04 milik Bapak Amas adi untuk pekuburan baru. Tetapi untuk mempermudah
menjualnya ata Anton maka warga pun berembg untuk menjadikan tanah tersebut atas
nama wakil dari warga, kami kuasakan ke Pak Dede Sutisna saat itu merupakan Ketua
RW 05. Sehingga tanah tersebut atas nama Pak Dede Sutisna dengan Nomor Akta Jual
7
Tanah itu pun selama beberapa tahun menjadi asset berjalan bagi warga
khususnya bagi DKM, pengurus masjid. Lumayan untuk memberi gaji para guru ngaji di
masjid setempat. Hanya saja pada tahun 2013 tanah tersebut dijual begitu saja oleh Pak
Dede Sutisna sehingga membuat keadaan kisruh, jadi tanpa koordinasi dengan warga atau
ahli waris dan uangnya diserahkan ke kepala desa tidak jelas. Setelah ditelusuri ternyata
yang setuju ini hanya segelintir orang ahkan beberapa di antaranya hanya nama dengan
Orang yang memberi wakaf harta benda berupa tanah yang dimiliki dalam
kegiatan pembangunana yayasan. Maka tanah tidaklah boleh dijualkan atau dihibahkan
bahwa wakaf merupakan upaya bersedekah, yaitu dengan menyedekahkan harta secara
tetap dan di jadikan kepentingan umum misalnya masjid, sekolahan, yayasan, atau
pemakaman atau yang lainnya. Maka dari sumber tersebut penulis berkeinginan dan
WAKAF”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, topik-topik yang akan dibahas didalam penelitian ini :
1. Bagaimana aturan hukum terhadap tanah wakaf pemakaman yang dijual dalam
8
3. Bagaimana solusi penyelesaian sengketa tanah wakaf pemakaman yang di jual
C. Tujuan Penelitian
Dalam tujuan penelitian ini didasarkan pada identifikasi masalah diatas yaitu sebagai
berikut :
dalam Masyarakat.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik dari segi teoritis
Indonesia;
9
b) Hasil dalam penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat untuk
c) Dari hasil penelitian ini semoga bisa digunakan sebagai acuan untuk
peneliti dan dapat menerapkan ilmu hukum yang sudah diperoleh dan
ilmu pengetahuan khusus nya dalam ilmu hukum mengenai wakaf atau
E. Kerangka Pemikiran
berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” menyatakan bahwa Negara Indonesia mengakui
Tuhanan yang menjadikan landasan moral dan etika didalam kehidupan bermasyarakat.
bahwa religiou bangsa Indonesia, yaitu masyarakat Indonesia ialah masyarakat yang
begitu kental dengan nilai ketuhanan. Didalam pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar
10
Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia yaitu berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa dengan demikian agama dijadikan landasan moral dan etika dalam
Wakaf ialah bagian dalam hukum Islam yang mendapatkan aturan secara khusus
Tentang Wakaf. Maka dari itu, perwakafan ialah salah satu lembaga hukum Islam yang
sudah menjadikan hukum positif. Yaitu menjadi lembaga keagamaan, dan berfungsi
sebagai ibadah kepada Allah SWT, wakif juga berfungsi sosial. Ketika fungsinya sebagai
ibadah, wakaf diinginkan menjadi bekal untuk kehidupan wakif (pemberi wakaf) di
akhirat karena pahalanya akan terus menerus mengalir selama harta wakaf tersebut
dimanfaatkan.
2004 Tentang Wakaf. Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Wakaf menyebutkan bahwa
wakaf ialah tindakan hukum wakif untuk memecahkan atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya agar dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sebanding
syariah.
fungsi wakaf, ialah buat melaksanakn potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf
bagi keperluan ibadah dan agar meningkatkan kesejahteraan umum. Hal itu akan
9
Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003,hlm.77.
11
pertimbangan pentingnya benda wakaf harus dikelola oleh lembaga Negara, dalam hal ini
Badan Wakaf Indonesia secara langsung. Maupun lembaga lain yang independen,
bukanlah afiliasi dari salah satu ormas. Dapat dipahami, apabila benda wakaf tersebut
dikelola oleh salahsatu ormas, maka lingkup wakaf akan terbatas yang pemanfaatannya
bisa jadi hanya berkisar pada mereka yang terkait dengan ormas tersebut.
sebanyaknya, dia juga berniat agar wakafnya manfaat untuk masyarakat banyak melalui
jangka waktu yang tidak ada batasnya. Didalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004 menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan dan fungsi wakaf, benda wakaf
e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan
peraturan perundang-undangan.
Dalam kalangan ulama fiqih berbeda pendapat boleh atau setidak-tidaknya harta
benda wakaf ditukar maupun ruslag. Meskipun ulama fiqih beda pendapat, maka alasan
mereka masing-masing tetap sama, yaitu didasarkan oleh pertimbangan aspek maslahat
12
pendapat kedua lebih melihat kepada kemaslahatan harta yang diwakafkannya, yaitu
Menggunakan terhadap pendapat para pakar tersebut, maka yang akan menjadi
perhatian dan acuan ialah bertujuan untuk rakyat luas. Secara jujur, siapapun tidaklah
mungkin memaksa sekalipun tiada mengubah benda wakaf semisal benda wakaf tersebut
tidaklah produktif dan tidak dapat lagi dimanfaatkan. Tentu saja perlu adanya
pemahaman yang sama dalam mengartikan makna abadi dalam sebuah benda wakaf
ialah, apabila benda wakaf dapat terus berguna dan memberikan manfaat.
Imam Maliki mengemukakan bahwa wakaf yaitu menjadi manfaat suatu benda
yang dimilikinya, baik berupa sewa maupun hasilnya untuk diserahkan pada orang yang
berhak, dengan bentuk penyerahannya berjangka waktu sesuai dengan yang diperjanjikan
atau yang di kehendaki oleh orang yang mewakafkan. Imam Malik berpendapat yaitu
wakaf tidaklah disyaratkan berlaku untuk selamanya, tetapi sah apabila berlaku untuk
waktu tertentu saja (misalnya untuk satu tahun), sesudah itu kembalikan lagi kepada
pemiliknya.
Asas perwakafan yang kesatu yaitu asas pertanggung jawaban didalam wakaf
mendapat dua dimensi pertanggung jawaban akherat, pada prinsip bahwa kedua dimensi
serta mempunyai prinsip kemanfaatan, benda yang menjadikan benda wakaf nanti bakal
menerima status sebagai benda wakaf sesuai dengan syariah Islam, dan orang yang
10
Ibid., hlm. 39-44.
11
Abdul Shomad, Hukum Islam, Kencana, Jakarta, 2010,hlm371.
13
mengelola wakaf yaitu disebut dengan nazira dan telah menerima pelatihan secara
Didalam Pasal 215 angka (1) Kompilasi Hukum Islam, bahwa mengatakan
maupun badan hukum yang menyisihkan setengahnya dari benda miliknya dan
lainnya sesuai dengan aliran kepercayaannya. Berarti wakaf ialah suatu perbuatan hukum
yang dilakukan terhadap seorang, kelompok orang melainkan badan hukum dengan cara
bagi kepentingan ibadat maupun awam lainnya sesuai dalam ajaran agama Islam. Benda
milik yang dimaksud bukan hanya benda tidak bergerak (benda tetap) tetapi juga dapat
benda bergerak asalkan benda yang bersangkutan mempunyai daya tahan yang tidaklah
Badan wakaf Indonesia baik dari pusat maupun Perwakilan BWI didalam provinsi
12
Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf Tentang Fungsi Dan Pengelolaan Wakaf, Alkabisi, Jakarta, 2006, hlm
16.
13
Ibid., hlm. 65-66.
14
1) Melakukan pembinaan terhadap Nazir dalam mengelola dan mengembangkan harta
benda wakaf;
2) Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan
internasional;
3) Memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta
benda wakaf;
dengan instansi Pemerintah, baik pusat ataupun Daerah, organisasi masyarakat, para ahli,
badan internasional, dan pihak lain yang dipandang perlu. Setelah memerhatikan saran
Tugas serta kewenangan BWI relative luas meliputi pelatihan mengelola dan
pengawasan, bahkan BWI bisa bertindak menjadi Nazir yakni “mengelol ataupunrghujj
mengembangkan harta benda wakaf”.16 BWI merupakan lembaga Pembina dan dapat
memberhentikan dan mengganti nadzir tidak lazim untuk bertugas menjadi pengelola
(Nazir) di saat yang bersamaan, didalam permasalahan ini haruslah menjadikan kajian
14
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Bab VI Pasal 49 ayat 1.
15
Ibid., Pasal 49 ayat (2) dan Pasal 50.
16
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 11 poin b.
15
melaksanakan tugas dan kewenangan, BWI harus diawasi publik, wewenang dan
tugasnya yaitu dibatasi sehingga tidak melampaui tugas dan wewenang lembaga lain.
Wakaf tanah di Indonesia sudah berada sejak usang ialah semenjak adanya
keagamaan, khususnya untuk umat yang memeluk agama Islam untuk rangka mencapai
serta telah menjadikan sebagai salah satu cara agar mendekatkan diri kepad Allah.
Didalam Alquran yang berhubungan suatu perintah harus melaksanakn wakaf, yang
“ Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usaha kamu yang baik-baik, atau sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Janganlah dirimu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal
(enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji”
”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik”.
17
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan HAM RI, Aspek Hukum Perwakafan Hak Atas
Tanah Selain Hak Milik, Jakarta, 2002, hlm. 22.
16
“Kamu tidak akan memperoleh kebaikan kamu belanjakan sebagian harta yang kamu
cintai”.
Kemudian Hadits yang memberikan isyarat terhadap kita agar melakukan ibadah
dapat mengikutinya sesudah ia meninggal ialah: ilmu yang disebar luaskan, anak saleh
yang ditinggalkan, Al-Quran yang diwariskan, masjid yang didirikan, rumah yang
dibangun untuk musafir, sungai yang ia alirkan, atau sedekah yang dikeluarkan dari harta
konvensional yang menyebabkan rentan bagi masalah atau tidaklah sederhana yang
berakhir didalam pengadilan, keadaan kini lebih parah lagi karena adanya penyimpangan
antara barang wakaf yang telah dilakukan oknum yang tidaklah bertanggungjawab atas
berbuatannya, telah menjadikan rahasia umum ada benda wakaf yang diperjualbelikan.
Keadaan ini tidaklah hanya berdampak buruk dalam perkembangan wakaf di Indonesia,
tetapi termasuk nilai luhur ajaran Islam yang seharusnya dijaga kelestariannya sebab itu
merupakan bagian suatu ibadah kepada Allah SWT. Menyadari adanya keadaan tersebut,
perwakafan yang dilakukan oleh umat muslim di Indonesia. Tetapi pengaturan yang
sudah disahkan dianggap masih tidak memadai untuk menghadapi arus globalisasi saat
17
ini, maka di perlukan peraturan baru tentang wakaf yang sesuai dengan situasi dan
wakaf di Indonesia masih sangat jauh ketinggalan. Selama ini pelaksanaan wakaf di
Indonesia masih menggunakan sarana peribadatan seperti masjid, sekolah, kuburan, dan
sarana keagamaan lainnya. Pengelolaan wakaf di beberapa Negara Islam seperti Mesir,
Arab Saudi, Qatar, Turki sudah melakukan dengan manajemen yang baik, wakaf tidaklah
fokus terhadap sarana peribadatansaja, walaupun ruang lingkupnya telah diperluas untuk
semua harta kekayaan baik yang bergerak atau yang tidak bergerak, yang berwujud serta
tidak berwujud, juga sudah dikenal dengan wakaf uang, logam mulia, surat berharga,
kendaraan transfortasi, hak kekayaan intelektual, hak sewa, hak pakai, dan sejenisnya.
Negara Islam telah mengeluarkan suatu peraturan yang melindungi dan memberikan rasa
aman terhadap para pengelola wakaf menggunakan pengawasan yang relative ketat.
Menurut Abdul Wahhab Khallaf18 rukun wakaf ada empat macam yaitu :
Yang dimaksud dengan wakif ialah pemilik harta benda yang melaksanakan
perbuatan hukum. Menurut para pakar hukum Islam, berwakaf dianggap sah dan telah
melepas hak milik tanpa mengharapkan imbalan materiil. Kemudian seorang wakif
harus seseorang yang berakal sehat, baligh, rasyid dan mempunyai harta benda
miliknya.
18
Abdul Wahhab Khallaf, Ahkam al-Waqf, Matba’ah al Misr, Kairo, Mesir, 1951, hlm. 24.
18
2. Harta yang diwakafkan (mauqul bih)
Supaya mal yang diwakafkan sah, maka harta benda itu yang pertama ialah:
mutaqawwin (mal mutaqawwin) yaitu kekayaan pribadi miliknya wakif secara sah
dan halal, maupun benda bergerak atau tidak bergerak, benda berwujud atau tidak
berwujud, kedua: benda wakaf tersebut jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya dan
tidak didalam situasi sengketa, ketiga: benda yang diwakafkan itu mesti kekal yang
Tetapi demikianlah menurut Imam Malik dan golongan Syiah Imamiyah wakaf dapat
dilakukan sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan oleh ajaran Islam. Oleh karena itu,
benda untuk menjadi sebagai objek wakaf hendaknya benda yang termasuk pada
bidang mendekatkan diri (qurbat) pada Allah SWT. Wakaf dilaksanakan dengan
bertujuan bagi kebaikan sesama manusia dan untuk mendapatkan pahala dari Allah
“saya wakafkan harta saya ini kepada Madrasah Polan untuk dipakai pembelanjaan
dan penyelenggaraannya” atau “saya wakafkan kebun kelapa ini untuk digunakan
hasilnya bagi penyelenggaraan yayasan yatim piatu polan” dan sebagai nya. Sighat
19
wakaf yaitu rukun wakaf yang disepakati oleh Jumhur Fuqaha. Tanpa adanya ikrar
1. Asas manfaat
benda wakaf, meskipun sudah rusak sekalipun, tidak boleh benda wakaf
ditukarkan dengan barang yang lain sekalipun benda akan rusak atau tidak
landasan yang relevan untuk beradanya benda wakaf tersebut. Hal tersebut ibadah
wakaf dikategorikan sebagai ibadah yang memiliki nilai pahalanya yang mengalir
terus.
Benda wakaf yaitu mempunyai keabadian manfaat, paling tidak ada empat
a) Benda wakaf itu bisa dimanfaatkan bagi orang banyak. Misalnya wakaf
b) Benda wakaf memberikan nilai yang riil terhadap wakif itu sendiri.
Apabila harta wakaf tersebut memberi manfaat terhadap orang lain, maka
19
Departemen Agung RI. Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Dirjen
Bimas Islam dan Penyelenggara Haji, Jakarta, 2005, hlm. 67-69
20
d) Benda wakaf tidaklah menimbulkan bahayanya untuk orang banyak
2. Asas pertanggungjawaban
maupun di akhirat kelak. Hal ini merupakan paradigm baru yang dianut dalam
dan penuh kejujuran dan niat yang tulus. Pertanggungjawaban terhadap Allah
SWT didasarkan dalam Al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 13 dan surat an-Nahl
ayat 93 yang mengatakan bahwa setiap orang akan diperiksa dan diminta
pertanggungjawabannya.
dan benar maka akan menghasilkan output yang baik juga. Demikian terhadap
dalam pelaksanaan wakaf, apabila dilakukan dengan manajemen yang baik dan
21
4. Asas keadilan sosial
bijaksana. Allah SWT. Mengatakan bahwa harta tersebut ialah milik-Nya dan
jalan Allah. Manusia diberikan hak oleh Allah SWT. Hanya dapat menguasai saja,
ma’un, dalam ibadah wakaf prinsip keadilan sosial dapat dilihat dari sifat
yang merupakan sebuah anjuran yang ada yaitu sebuah anjuran yang tujuannya
makhluk Allah. Apabila benda dijual dan dikeluarkan dari wakaf, harus ada benda
Maksud perubahan dan penggantinya lain fungsi benda atau harta wakaf
sebagaimana terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 225 ayat (1) adalah sebagai
berikut:
1. Sebelum terjadinya perubahan atau penggantian telah terjadi ikrar wakaf antara wakif
dengan nadzir;
3. Proses ikrar wakaf disaksikan oleh pihak KUA, MUI, Camat dan pihak-pihak lainnya
yang diundang atau diperlukan, misalnya ahli waris wakif yang sudah baligh.
22
4. Dalam melaksanakan pembangunan mesjid atau lainnya sesuai dengan ikrar wakaf
5. Dengan alasan-alasan di atas, maka pihak-pihak yang terkait langsung dengan ikrar
wakaf diundang untuk membicarakan perubahan atau penggantian fungsi benda atau
6. Atau ikrar wakaf yang telah dilakukan menyimpang dari kebutuhan umum.
perubahan ataupun pengganti lain harta wakaf ialah mengubahlah fungsi harta wakaf
Didalam kasus yang diteliti oleh penulis, wakaf yang di lakukan yaitu mengenai
penjualan tanah wakaf pemakan oleh ketua RW 05 yang berada di Kampung Bantarbaru,
Pasal 40 menentukan bahwa Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang :
a. Dijadikan jaminan;
b. Disita;
c. Dihibahkan;
d. Dijual;
e. Diwariskan;
f. Ditukar;
20
H. Moh. Fauzan Januri, Pengantar Hukum Islam Pranata Sosial, 2013, hlm 196-197.
23
g. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.
Namun dikecualikan dalam harta benda wakaf yang sudah di wakafkan atau
digunakan bagi kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang berdasarkan
(Pasal 41) dan bisa dilakukan sesudah mendapatkan izin tertulis dari Menteri atas
persetujuan Badan Wakaf Indonesia. Apabila harta benda wakaf yang sudah dirubah
dtatusnya dikarenakan ketentuan dalam pengecualian wajib ditukar dengan harta benda
yang manfaat dan nilai tukar yang sama dengan benda wakaf sebelumnya.
banyak dikaji oleh hukum islam dalam kitab fiqih, didalam fiqih pada dasarnya
perubahan dalam status tanah wakaf tersebut tidak diperbolehkan, kecuali tanah wakaf
tersebut tidak lagi dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf sebelumnya, maka tanah
wakaf tersebut haruslah diadakan perubahan baik peruntukannya ataupun statusnya. Para
pakar hukum islam berpendapat bahwasannya Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mughni
mengatakan bahwa apabila harta wakaf itu rusak dan tidak bermanfaat sesuai dengan
tujuannya, hendaknya dijual saja dan hasilnya dibelikan barang lain yang bermanfaat
sesuai dengan tujuan wakaf, dan barang yang dibeli itu berkedudukan sebagai harta
“Tindakan-tindakan yang tidak boleh dilakuakan, baik atas nama wakif ataupun
atas nama mauquf “alaih karena dapat merusak kelestarian wakaf, yaitu :
1. Menjual lepas, yaitu transaksi memindahkan hak atas tanah dan barang-barang yang
24
2. Mewariskan, ialah memindahkan harta wakaf dengan turun temurun untuk anak cucu
3. Menghibahkan, artinya menyerahkan harta wakaf terhadap pihak lain tanpa imbalan.
sepenuhnya berjalan dengan tertib dan efisien sehingga didalam bermacam kasus
sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, ataupun pengadilan (Pasal 62)
F. Metode Penelitian
metode atau tata cara tertentu, sistematis ialah merupakan penelitian harus mengikuti
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI,1986), hlm.43
25
langkah-langkah ataupun tahap-tahapan tertentu, dan konsisten berarti penelitian
Metode penelitian hukum ini tidak terlepas dari metode penelitian yang dipakai
sebagai cara kerja ketika penelitian. Mengenai metode yang digunakan dalam suatu
1. Spesifikasi Penelitian
Analisis, merupakan suatu ketentuan yang berhubungan erat dengan tema yang
2. Metode Pendekatan
suatu pendekatan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau bahan sekunder sebagai bahan dasarnya dan peneliti yaitu
3. Tahap Penelitian
22
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 93.
23
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, 17 ed. (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), hlm. 13-14
26
Tujuan penelitian ini yaitu mencari suatu permasalahan yang terjadi dan
dialami oleh masyarakat, lalu langkah selanjutnya menentukan focus kajian yang
akan menentukan rumusan masalah dalam penelitian ini, dan menetapkan tujuan
Wakaf
27
resmi. Yang merupakan publikasian perihal hukum tersebut yaitu
Bahan hukum sekunder yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas
a. Buku-buku hukum;
b. Jurnal-jurnal hukum.
keterangan untuk diolah dan dikaji untuk memeproleh data yang kongkrit
sekunder agar data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih akurat.
Penelitian ini akan meneliti menimpa data primer dan sekunder. Dengan itu ada
dua kegiatan yang akan dilaksanakan oleh penulis untuk melakukan penelitian ini,
a. Studi Kepustakaan
24
Ishaq, hal. 68.
28
Mengenai data sekunder, teknik pengumpulan data yang menggunakan
bersifat pendapat ataupun tulisan para ahli maupun dari pihak lain yang
b. Penelitian Lapangan
informasi.
Dalam penelitian kualitatif alat paling utama dalam pengumpulan data yaitu
manusia atau peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan melalui menelusuri,
6. Analisis Data
25
Amirudin dan Zaeulani Asikin, Op.Cit, hlm. 68.
29
Analisis data yang akan dipakai oleh penulis dalam penulisan ini yaitu
menggunakan metode yuridis kualitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi pisau
analisis oleh penulis yaitu berupa perundang-undangan oleh karena itu analisis
dan peneliti ini berupa metode analisis data yuridis. Data kualitatif merupakan
data yang berupa suatu kalimat-kalimat, catatan foto, rekaman suara dan gambar,
7. Lokasi Penelitian
a. Perpustakaan
42025.
b. Instansi
8. Jadwal Penelitian
Bulan
26
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, 1 ed. (Bandung: Alfabeta, 2020),
hlm. 102.
30
No Kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb
1. Persiapan
judul
penyusunan
penulisan
hukum
2. Seminar
proposal
3. Persiapan
penelitian
4. Pengumpulan
data
5. Pengelolaan
data
6. Analisis data
7. Penyusunan
hasil
penelitian ke
dalam bentuk
penulisan
hukum
8. Siding
komprehensif
31
9. Perbaikan
10. Penjilidan
11. Pengesahan
G. Sistematika Penulisan
Sistematika didalam penulisan hukum ini terdiri dari 5 (lima) bab, dan di dalam
bab tersebut terjadi beberapa sub-bab, sebagaihalnya yang tersusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
KABUPATEN BANDUNG
32
Dalam bab ini diuraikan mengenai solusi dalam penyelesaian sengketa
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesimpulan dan saran
sebelumnya.
33
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdul Wahhab Khallaf, Ahkam al-Waqf, Matba’ah al Misr, Kairo, Mesir, 1951,
Anwar Haryono. 1968. Hukum Islam Keluasan dan Keadilannya. Bulan Bintang. Jakarta.
Ahmad Azhar Basyir. 1987. Hukum Islam tentang Wakaf, Ijarah, dan Syirkah. PT Al-
Ma’arif.Bandung.
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan HAM RI, Aspek
Hukum Perwakafan Hak Atas Tanah Selain Hak Milik, Jakarta, 2002,
Zakat dan Wakaf, Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji, Jakarta, 2005,
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, 1 ed.
Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf Tentang Fungsi Dan Pengelolaan Wakaf,
34
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1990,
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal.
71.
Suparman, Usman. 2006. Hukum Perwakafan Indonesia. Darul Ulum Perss. Jakarta.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Umar Said Sugiharto. 1993. Efektifitas Pendaftaran anah di Kota Malang Setelah
B. Peraturan Perundang-Undangan
Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum
Islam
C. Sumber Linnya
35
https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01567260/kasus-tanah-wakaf-kuburan-
Oktober 2021.
36