Anda di halaman 1dari 16

Wakaf Harta Bergerak di Indonesia

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Manajemen Wakaf di Indonesia

Dosen Pengampu : Supani

Disusun Oleh :

Taupan Muhamad Ramdan 214110302003

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. KH. SAIFUDDIN
ZUHRI
PURWOKERTO

2023

1
2

Wakaf Harta Bergerak di Indonesia

Pendahuluan

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan menyerahkan


sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan kesejahteraan umum
menurut syariah. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya, sedangkan
nazir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.1 Salah satu dari bentuk ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT yang berkaitan dengan harta benda adalah wakaf.
Wakaf telah disyari’atkan dan telah dipraktekkan oleh umat Islam seluruh dunia sejak
zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang termasuk oleh masyarakat Islam di
Indonesia. Amalan wakaf sangat besar artinya bagi kehidupan sosial ekonomi,
kebudayaan dan keagamaan. Oleh karena itu, Islam meletakkan amalan wakaf sebagai
salah satu macam ibadah yang amat digembirakan.2

Di dalam hukum Islam, benda yang diwakafkan (al-mawquf) terbagi


menjadi dua: benda wakaf bergerak dan tidak bergerak. Problematika obyek
wakaf tersebut mempengaruhi pada keabsahan tindakan wakaf atas dua
kategorisasi benda wakaf tersebut. Sementara itu, dalam UndangUndang Nomor
41 tahun 2004 tentang Wakaf Bagian Keenam Harta Benda Wakaf, Pasal 16, ayat
(3) dinyatakan bahwa benda bergerak yang bisa diwakafkan adalah harta benda
yang tidak bisa habis karena dikonsumsi. Adapun tradisi mewakafkan benda
bergerak di Indonesia belum populer dibandingkan dengan wakaf benda tidak
bergerak yang berupa tanah dan bangunan. Hal ini berimplikasi pada produktifitas
aset wakaf dan pengabadian kemanfaatannya.3

1
Sholikhul, Buku Pintar Wakaf , (Jakarta : BWI, 2020), h.15
2
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah dan Syirkah, Bandung: PT.
Al-Ma’arif, 1987, hlm. 7
3
Yusep Rafiqi, Wakaf Benda Bergerak Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Perundang-
Undangan Di Indonesia, Tasikmalaya
3

Rumusan Masalah

 Bagaimana Pengelolaan dan pengembangan wakaf harta bergerak yang


berupa uang.
 Dasar hukum wakaf harta bergerak menurut islam dan perundang
undangan.

4

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Wakaf adalah suatu kata yang berasal dari bahasa arab, yaitu
waqafa yang berarti menahan, menghentikan atau mengekang. Dalam
bahasa indonesia kata waqaf biasa diucapkan dengan wakaf dan ucapan
inilah yang dipakai dalam perundang-undangan di Indonesia. Menurut
istilah wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa
menghabiskan atau meneruskan bendanya (ainnya) dan di gunakan untuk
kebaikan.

Fikih wakaf mengenal adanya dua bentuk wakaf apabila dilihat


dari konteks kemungkinan pemindahannya. yaitu: wakaf benda tidak
bergerak (waqf al ‘iqâr) dan wakaf benda bergerak (waqf al-manqûl).
Benda tidak bergerak (al ‘iqâr) adalah benda yang tidak bisa dipindahkan
dari tempatnya semula, seperti rumah dan tanah atau sesuatu yang tetap.
Sementara, yang disebut dengan benda bergerak (al-manqûl) adalah benda
yang bisa dipindahkan dari tempatnya semula, atau sesuatu yang bisa
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya seperti mata uang,
binatang, timbangan dan sebagainya. apakah benda yang berubah
bentuknya ketika dipindahkan itu disebut benda tidak bergerak atau benda
bergerak seperti bangunan dan pepohonan. Dalam hal ini, ada dua
pendapat yang berbeda: Pendapat ulama Hanafiyah yang menyatakan
bahwa benda tersebut termasuk ke dalam benda bergerak (al-manqûl)
kecuali apabila bangunan dan pepohonan tersebut tetap di atas tanah.
Kemudian menurut Pendapat Jumhur Ulama selain Hanafiyah menyatakan
bahwa benda tersebut masuk dalam kategori benda tidak bergerak (al
‘iqâr).

Dari beberapa perbedaan pendapat para ulama atas keterangan dan


kategorisasi benda tidak bergerak (al ‘iqâr) dan benda bergerak (al-
manqûl) ini, mempengaruhi pula pada keabsahan tindakan wakaf atas dua
5

kategorisasi benda wakaf tersebut. Keabsahan mewakafkan harta tidak


bergerak menjadi dalil atas keabsahan mewakafkan harta.

B. Dasar Hukum

Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber


dari Al Qur’an dan hadis:

1. Surat Al Imron: 92

‫َلْن َتَناُلوا اْلَّرِب َح ىّٰت ُتْنِفُقْو ا ِم َّم ا ِحُت ُّبْو َۗن َو َم ا ُتْنِفُقْو ا ِم ْن ْيَش ٍء َفِاَّن اَهّٰلل ِبٖه َعِلٌمْي‬

“Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna)


sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun
yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.”

2. Surat Al Baqrah: 261

‫َم َثُل اِذَّل ْيَن ُيْنِفُقْو َن َاْم َو اَلُهْم ْيِف َس ِب ْيِل اِهّٰلل َمَكَثِل َح َّبٍة َاْۢنَبَتْت َس ْبَع َس َناِبَل ْيِف ِّلُك ُس ْۢنُبٍةَل ِّم اَئُة َح َّبٍة ۗ َو اُهّٰلل ُيٰض ِع ُف ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء ۗ َو اُهّٰلل َو اِس ٌع َعِلٌمْي‬

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti


sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada
seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan
Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Ayat-ayat tersebut secara umum memberi pengertian infak untuk


tujuan kebaikan.Wakaf adalah menafkahkan harta untuk tujuantujuan
kebaikan. Wakaf adalah salah satu usaha untuk mewujudkan dan
memelihara Hablun min Allah dan Hablun min an-nas. Dalam fungsinya
sebagai ibadah.

3. Hadis

Di antara hadis yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis
yang menceritakan tentang kisah Umar bin al-Khaththab ketika
memperoleh tanah di Khaibar. Setelah ia meminta petunjuk Nabi tentang
6

tanah tersebut, Nabi menganjurkan untuk menahan asal tanah dan


menyedekahkan hasilnya.

“Umar memperoleh tanah di Khaibar, lalu dia bertanya kepada


Nabi dengan berkata; Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh tanah di
Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang lebih
tinggi nilainya dari padanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya
untuk melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan
sumbernya dan sedekahkan manfaat atau faedahnya.” Lalu Umar
menyedekahkannya, ia tidak boleh dijual, diberikan, atau dijadikan
wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin, untuk keluarga,
untuk memerdekakan budak, untuk orang yang berperang di jalan Allah,
orang musafir dan para tamu. Bagaimanapun ia boleh digunakan dengan
cara yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya, seperti memakan atau
memberi makan kawan tanpa menjadikannya sebagai sumber
pendapatan”.4

4. Perundang undangan (Negara)

Dalam konteks negara Indonesia, amalan wakaf sudah


dilaksanakan oleh masyarakat Muslim Indonesia sejak sebelum merdeka.
Oleh karena itu pihak pemerintah telah menetapkan Undang-undang
khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia, yaitu Undang-
undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Untuk melengkapi Undang-
undang tersebut, pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah
nomor 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 41
tahun 2004.

C. Wakaf Air dan Bahan Bakar Minyak

Benda bergerak karena sifatnya dapat dibedakan menjadi dua: (1) benda
bergerak yang habis karrena pemakaian, dan (2) benda bergerak yang tidak
habis karena pemakaian.
4
Artikel Badan Wakaf Indonesia, Dasar Hukum Wakaf
7

Dalam membentuk hukum wakaf benda bergerak karena sifatnya, dapat


diberlakukan prinsip umum, yaitu wakaf benda bergerak yang tidak habis
dipakai hukumnya adalah boleh, dan benda bergerak yang habis dipakai
hukumnya tidak boleh. Setiap kaidah memiliki pengecualian (al-
mustasnayat). Oleh karena itu, kaidah tersebut juga memiliki pengecualian.

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf telah


diatur mengenai objek wakaf, yakni (1) benda tidak bergerak, dan (2) benda
bergerak. Objek wakaf berupa benda bergerak yang tidak habis karena
dikonsumsi5 diatur dalam Undang-Undang, sedangkan objek wakaf berupa
benda bergerak yang habis karena dimanfaatkan diatur dalam peraturan
pemerintah.6

Dalam peraturan pementah ditetapkan bahwa: (1) benda bergerak yang


tidak habis dikonsumsi dapat diwakafkan, dan (2) benda bergerak yang
habis karena dikonsumsi tidak dapat diwakafkan kecuali air dan bahan
bakar minyak yang persediaannya berkelanjutan.

Dalam penjelasan peraturan pemerintah ditegaskan bahwa yang


dimaksud dengan air dan bahan bakar minyak yang persediaannya
berkelanjutan tidak termasuk sumber daya air dan sumber minyak. Klausul
boleh mewakafkan air dan bahan bakar minyak karena persediannya
berkelanjutan, dan penegasan yang terdapat dalam penjelasan peraturan
pemerintah yang menyatakan bahwa sumber daya air dan sumber minyak
bukan bagian dari wakaf air dan bahan bakar minyak, merupakan ketentuan
yang menarik ari segi kaidah serta sejarah fikih wakaf.

Pertama, pengertian wakaf yang disusun oleh ulama dan dimuat dalam
kitab-kitab fikih merujuk kepada sabda Nabi saw. yang menyatakan bahwa
harta pokok harus tertahan (tidak habis karena dipakai) dan yang
disedekahkan adalah hasil atau manfaatnya. Oleh karena itu, syarat wakaf
adalah bahwa objek harus kekal - tidak habis karena dikonsumsi atau
5
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 16 ayat (3)
6
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, Pasal 19, ayat (2) dan (3)
8

dimanfaatkan – ma’a baqa’ aynihi. Oleh karena itu, secara implisit terdapat
produk ijtihad “baru”, seakan-akan air dan bahan bakar minyak tidak habis
sekali pakai karena persediannya berkelanjutan. Dengan demikian, air dan
bahan bakar minyak tetap abadi (tidak habis sekali pakai) secara hukum,
bukan secara fisik.

Kedua, ketentuan yang terdapat dalam penjelasan peraturan pemerintah


yang menetapkan bahwa sumber daya air dan sumber minyak bukan bagian
dari wakaf air dan bahan bakar minyak, juga merupakan terobosan baru.
Dalam sejarah wakaf terdapat peristiwa yang relevan dengan wakaf air,
yaitu wakaf sumur Raumah (bi’r al-rawmah).

Usman Ibn Affan meriwayatkan suatu ketika Nabi saw. tiba di Madinah
tidak mempunyai air bersih sehingga beliau menggunakan sumur Raumah.
Ketika itulah beliau bersabda, “Barang siapa yang membeli sumur Raumah,
maka embernya akan ditempatkan bersama ember umat Islam lainnya
dengan dengan kualitas yang lebih baik di surga”. Usman kemudian
berkata, “Sumur itu kubeli dengan hartaku sendiri ”. Sedangkan dalam
riwayat lain dikatakan bahwa Usman berkata, “Kekosongan sumur itu untuk
kepentingan kaum muslimin”. Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Nabi
saw. bersabda, “Barang siapa mewakafkan (hafara) sumur Raumah, akan
ditempatkan di surrga”. Usman berkata, “Aku mewakafkannya ”.

Selain riwayat mengenai sumur Usman, wakaf sumur juga pernah


dilakukan oleh Sa’ad Ibn Ubadah ra. Dalam riwayat tesebut tidak ditegaskan
mengenai objek wakafnya, apakah sumurnya atau airnya. Akan tetapi
pemahaman umum mengatakan bahwa yang diwakafkan adalah sumur
Raumah, sementara airnya adalah manfaat dari sumur itu sendiri. Jadi,
sumurnya tetap abadi dan airnya adalah manfaat yang didermakan kepada
umat Islam yang memerlukan.
9

Dengan diberlakukannya PP Nomor 42 Tahun 2006, dapat dipahami


bahwa yang diwakafkan oleh Usman bukanlah sumur Raumah semata,
tetapi juga termasuk airnya karena persediannya berkelanjutan.

Menjelaskan wakaf air dan bahan bakar minyak dari sudut pandang
pakar fikih agak sulit. Para pakar fikih menetapkan bahwa objek wakaf
tidak habis sekali pakai (ma’a baqa’ aynihi), sementara air dan bahan bakar
minyak habis sekali pakai. Oleh karena itu, peraturan pemerintah yang
menjadikan air dan bahan bakar minyak sebagai objek wakaf benda
bergerak merupakan terobosan baru yang luar biasa karena beberapa hal:
Pertama, pakar fikih memahami bahwa yang diwakafkan Usman adalah
sumurnya, bukan airnya. Airnya disedekahkan sebagai hasil dari sumur yang
diwakafkan. Nabi saw. menjelaskan bahwa wakaf harus tetap pokoknya dan
disedekahkan hasilnya. Oleh karena itu, yang diwakafkan Usman adalah
sumurnya, sedangkan yang disedekahkan adalah airnya.

Dengan demikian, yang pantas diwakafkan adalah sumur dan sumur


bahan bakar minyak. Sedangkan air dan bahan bakar minyak merupakan
merupakan hasil yang dapat disedekahkan. Kira-kira seperti itulah
pandangan pakar fikih mengenai pertimbangan wakaf air dan bahan bakar
minyak. Imam Taqiy al-Din menegaskan bahwa air bukanlah milik
perseorangan. Pendapat tersebut didasarkan pada sebuah riwayat yang
menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, “Padang rumput, air,
dan api milik umat manusia secara bersama-sama (syarikat)”. Jika padang
rumput, air, dan api merupakan milik bersama maka sebenarnya air tidak
perlu diwakafkan sebab pada dasarnya wakaf merupakan akad atau
pernyataan yang mengakibatkan adanya pengalihan milik dari milik pribadi
menjadi miik publik. Dalam konteks ini mewakafkan air berarti kurang tepat
karena tumpang-tindih dari segi pengalihan kepemilikan.

Meskipun demikian, dalam semangat wakaf produktif, aspek ekonomi


dari wakaf air dan bahan bakar minyak adalah bahwa air (termasuk di
Indonesia) sudah menjadi komoditas bisnis. Oleh karena itu, aspek manfaat
10

ekonomi dari sumur air dapat dilakukan dengan cara menjual,


menghibahkan, atau menyedekahkan airnya. Secara teoritis, benda yang
disediakan oleh alam bukanlah komoditi. Namun jika persediaannya
terbatas dan permintaan meningkat, mendorong benda yang disediakan alam
yang berupa air berubah dari barang bukan komoditi menjadi barang
komoditi. Sementara itu, jauh sebelumnya bahan bakar minyak telah
menjadi komoditas. Setelah dilakukan pekacakan terhadap berbagai sumber
daya dijadikan rujukan dalan penyusunan peraturan perundang-undangan
mengenai wakaf, Karnaen A. Perwataatmadja memperkenalkan wakaf air
minum:

“Contoh pertama dari pembiayaan dengan menciptakan harta wakaf


baru untuk melengkapi harta wakaf lama adalah wakaf air minum yang
dilakukan oleh Usman pada masa Rasulullah saw. dimotivasi oleh
Rasulullah, beliau mampu membeli sumber air Raumah yang semula hanya
diberikan sebagian, tetapi kemudian pemiliknya setuju menjual lagi
sebagian yang lain”.

Dengan demikian meskipun yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah


Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang 41 Tahun 2004
tentang Wakaf adalah wakaf air dan bahan bakar minyak tetapi yang
dimaksud adalah wakaf sumber air dan sumber minyak.

Pendapat pakar fikih mengenai objek wakaf memang tidak seragam.


Pembahasan mengenai objek wakaf yang berupa bahan bakar minyak belum
banyak dilakukan oleh para pakar fikih. Setidak-tidaknya wakaf yang
objeknyaberupa air dan bahan bakar minyak memiliki sandaran yaitu
pendapat Wahbah al-Zuhaili, yang menyatakan bahwa air dan minyak wangi
dapat dijadikan objek wakaf. Akan tetapi pendapat yang paling umum
adalah yang dimaksud dengan wakaf air dan bahan bakar minyak adalah
wakaf sumber air dan sumber minyak.
11

D. Wakaf Kendaraan

Benda bergerak yang dapat dijadikan sebagai objek wakaf karena


sifatnya adalah:

1) kapal: kapal tongkang, perahu, dan kapal feri;


2) pesawat terbang;
3) kendaraan bermotor;
4) mesin atau peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan;
5) logam dan batu mulia;
6) benda lainnya yang tergolong sebagai benda bergerak karena sifatnya
yang memiliki manfaat jangka panjang.7

Pada dasarnya, dalam peraturan pemerintah tersebut terdapat dua objek


wakaf yang termasu benda bergerak karena sifatnya: (1) objek wakaf berupa
kendaraan, yaitu kapal: kapal tongkang, perahu, dan kapal feri, pesawat
terbang, kendaraan bermotor; (2) objek wakaf berupa mesin atau peralatan
industri yang tidak tertancap pada bangunan; dan (3) logam dan batu mulia.
Sementara khlausul mengenai “benda lainnya yang tergolong sebagai benda
bergerak karena sifatnya yang memiliki manfaat jangka panjang”,
merupakan pasal yang bersifat antisipatif.

Wakaf kendaraan adalah wakaf yang dilakukan seseorang, suatu


kelompok, lembaga atau badan hukum, wakaf yang di berikan dalam bentuk
kendaraan. Kendaraan tergolong dalam wakaf benda untuk diambil
manfaatnya. Selain dari pengertian tersebut, Wakaf Kendaraan dapat
diartikan sebagai Hibah dari Muwakif (Pemberi Wakaf) kepada sebuah
yayasan yang dikelola oleh nadzir dalam bentuk kendaraan (motor/mobil)
yang akan digunakan sepenuhnya untuk kegiatan operasional yayasan sesuai
dengan hajat yang dimaksud.

Objek wakaf yang berupa kendaraan agak mudah dipahami aspek


pemanfaatannya. Benda-benda tersebut ddapat dijadikan pelengkap

7
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, pasal 20
12

kegiatan utama, atau malah menjadi kegiatan utama. Seperti dijadikan alat
angkut yang dikelola secara profesional dalam bentuk korporasi atau
perusahaan, disewakan, atau disewabelikan. Dengan demikian, aspek
ekonomi benda wakaf berupa kendaraan agak mudah dimengerti.

Objek wakaf benda bergerak karena sifatnya yang berupa mesin atau
peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan juga mudah
dmengerti aspek ekonominya. Benda tersebut dapat dijadikan modal utama
atau modal pelengkap dalam perusahaan yang dikelola dengan akad
syirkah atau misalnya disewakan dengan akad ijarah.

Objek wakaf benda bergerak karena sifatnya yang berupa logam dan
batu mulia agak rumit dimengerti karena di banyak tempat (termasuk di
Jawa Barat) penyewaan logam dan batu mulia masih dimanfaatkan sebagai
perhiasan, bukan sebagai benda yang biasa disewakan dengan akad ijarah.
Akan tetapi, mungkin saja di tempat lain dan atau di masa yang akan
datang ada kebiasaan penyewaan logam dan batu mulia. Dengan demikian,
aspek ekonomi-bisnis dari logam dan batu mulia adalah disewakan dengan
akad ijarah sehingga pengelolanya (nazhir) memperoleh masukan untuk
disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak menerima manfaat wakaf.

E. Mekanisme Pendaftaran Wakaf Kendaraan

Pendaftaran wakaf tanah milik telah diatur dengan sedemikian rupa.


Akta Ikrar Wakaf (AIW) dibuat oleh Pejabat Pembuat akta Ikrar Wakaf
(PPAIW) dan diajukan ke badan pertahanan kabupaten/kota untuk
disertifikatkan. Jadi, instansi yang berhak membuat data autentik mengenai
wakaf tanah milik adalah badan pertahanan. tanah yang sudah diwakafkan
dan dibuat akta dan sertifikatnya dibebaskan dri beban oajak tanah.

Suparman Usman (Guru Besar Hukum Islam pada Fakultas Syari’ah


IAIN Sultan amulana Hasanudin Serang, Banten) menjelaskan mengenai
pembebasan tanah wakaf dari pajak dalam subbab khusus dengan judul
13

tanah Wakaf dan Pajak. Dalam penjelasannnya, Usman mengutip Undang-


Undang No. 15 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, serta
Penjelasannya.

Dalam Undang-undang no. 15 tahun 1985 ditetapkan bahwa objek


pajak adalah bumi atau bangunan.8 Bumi dan bangunan tidak dibebani
pajak apabila: (1) digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan
umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan
nasional yang tidakk dimaksudkan untuk mencari keuntungan; (2)
digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenisnya;
(3) dijadikan hutang lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara
yang belum dibebani suatu hak; (4) digunakan oleh perwakilan diplomatik,
konsulat, berdasarkan asas perlakuan timbal balik; (5) digunakan oleh
badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
menteri keuangan.9

Tanah wakaf dibebaskan dari pajak bumi dan bangunan tidak ditetapkan
secara eksplisit dalam undang-undang. Akan tetapi tanah wakaf
dibebaskan dari pajak karena penggunaannya, yaitu semata-mata untuk
melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, dan
pendidikan yang tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan.
Persoalannya, pihak/instansi manakah yang berhak/berwenang membuat
sertifikat wakaf kendaraan? Apakah kendaraan wakaf yang telah
dibuktikan dengan akta autentik juga dibebaskan dari beban pajak?

Secara sederhana kiranya dapat dipahami bahwa kewenangan Pejabat


Pembuat Akta Ikrar Wakaf dapat diperluas. Dari segi konteks
pembentukan, Pejabat Pembuat akta Ikrar Wakaf berwenang membuat akta
Ikrar wakaf yang objek wakafnya berupa tanah milik. Akan tetapi sesuai
8
Undang-undang Nomor 15 tahun 1985 pasal 2, ayat 1.
9
Undang-undang Nomor 15 tahun 1985 pasal 3 ayat (1)
14

dengan perkembangan peraturan perundang-undangan, Pejabat Pembuat


Akta Ikrar Wakaf juga semestinya berhak membuat Akta Ikrar wakaf yang
Objek Wakafnya bukan tanah milik, seperlu perluasan objek wakaf yang
ditetapkan dalam Undang-undang No.41 tahun 2004 tentang wakaf dan
peraturan Pemerintah No.42 tahun 2006 tentang pelaksanaan Undang-
Undang No.41 tahun 2004 tentang wakaf.

Peraturan perundang-undangan tentang wakaf kelihatannya bebas


mengatur tentang akta autentik dari wakaf kendaraan, pihak (instansi)
mana yang berwenang menerbitkan sertifikat wakaf kendaraan, dan juga
belum menegaskan bahwa benda wakaf yang berupa kendaraan
dibebaskan dari pajak. Sebut saja kira-kira pihak yang berhak menerbitkan
sertifikat wakaf kendaraan adalah Samsat (kantor bersama). Pihak samsat
akan menerbitkan sertifikat wakaf kendaraan setelah menerima pengajuan
dari Pejabat Pembuat akta Ikrar Wakaf . tentu saja, wakaf kendaraan
diharuskan menempuh prosedur tertentu dan menyertakan bukti-bukti
kepemilikan seperti BPKB dan STNK.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PKPU di Bandung,


kendaraan Wakaf telah dibuatkan akta Wakafnya oleh pihak PKPU.
Sementara dalam BPKB dan STNK, kendaraan wakaf tersebut masih
menggunakan nama perorangan (yang berasal dari PKPU), serta masih
diharuskan membayar pajak kendaraan.

Aspek ekonomi bisnis kendaraan tidak perlu dipertanyakan. Kendaraan


dapa disewakan dengan akad ijarah. Oleh karena itu, pengelola (nadzir)
wakaf kendaraan bisa memperoleh manfaat-ekonomi dari wakaf
kendaraan untuk disalurkan kepada pihak yang berhak menerimanya.
Hanya saja, pengelola wakaf kendaraan setidaknya orang yang mengerti
sifat-sifat kendaraan yang dikelolanya. Kendaraan harus diperlakukan
dengan mempertimbangkan kapasitasnya, jangan digunakan secara
berlebihan, dan harus dipelihara secara baik dan apik dengan
memperhatikan berbagai hal yng menyangkut kelestariannya.
PENUTUP

A. Simpulan

Dari berbagai penjelasan yang telah penulis paparkan di bab


sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa objek wakaf yang
dibahas pada kali ini mencakup wakaf air dan bahan bakar minyak, serta
wakaf kendaraan. wakaf air ditelaah dari segi pemahaman pakar fikih
mengenai syarat keabadian objek wakaf mengingat air dan bahan bakar
minyak habis sekali pakai.

Sementara wakaf kendaraan ditelah dari segi pihak-pihak yang


secara administratif berwenang menerbitkan Akta Ikrar Waka, sertifikat
wakaf, dan pembebanan pajak.

B. Saran

Sejalan dengan simpulan di atas, maka dapat merumuskan saran


mengenai wakaf benda bergerak ini adalah untuk mencapai tujuan
ekonomi Islam maka wakaf harus dikelola dengan sebaik mungkin dan
diberdayakan secara produktif agar benda wakaf yang dititipkan bisa
bermanfaat sesuai peruntukannya.
16

DAFTAR PUSTAKA

Basyir, A. A. (1987). Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah dan Syirkah. Bandung:
PT. Al-Ma’arif.
Mardani. 2016. Hukum Islam: Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (Konsep Islam
Mengetaskan Kemiskinan dan Menyejahterakan Umat). Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.

Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana.

Mubarok, Jaih. 2008. Wakaf Produktif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Undang-undang Nomor 15 tahun 1985

Anda mungkin juga menyukai