Anda di halaman 1dari 12

Ilmu Kalam

Perbandingan Kelompok kelompok Teologi Islam berdasarkan pada Periodesasi Sejarah


Islam (klasik, pertengahan, modern)
Teologi Islam adalah ilmu yang membahas tentang ushul sebagai suatu akidah tentang
keesaan Allah SWT, wujud dan sifat-sifat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan
sebagainya yang diperkuat dengan dalil akal dan keyakinan. (Laily Mansur, 2004:23)
Dalam perkembangannya, muncul berbagai macam aliran teologi Islam. Dan untuk
memudahkan pembahasan berbagai macam aliran teologi tersebut, maka dapat
digolongkan kepada aliran teologi Islam klasik, pertengahan dan modern.
Periode klasik (650-1250 M)
1. Khawarij
a) Latar Belakang Munculnya
 Munculnya Khawarij akibat ketidakpuasan terhadap Ali yang menerima
tahkim atau arbitrase dari Muawiyah.
 Secara penamaan, mereka disebut Khawarij karena memisahkan diri dari
barisan Ali. Khawarij juga bermakna keluar dari rumah meninggalkan
kampung halaman mereka untuk mengabdi kepada Allah dan Rasul-Nya.
Adapun dalil yang mendukung pengertian tersebut QS. An-Nisaa (4) : 100.
 Kaum Khawarij juga menamakan dirinya sebagai kaum Syurah, artinya
orang-orang yang mengorbankan dirinya untuk kepentingan keridhaan
Allah dengan berpegang pada dalil al-Qur’an, QS. al-Baqarah: 207.
 Tahkim bagi mereka bukan dari ajaran Islam melainkan aturan atau
metode penyelesaian masalah yang diadopsi dari Romawi dan Persia. Ayat
yang digunakan untuk menguatkan pendapatnya adalah al-Maidah ayat (5)
44. Berdasarkan ayat tersebut, menurut Khawarij seharusnya setiap
masalah diselesaikan berdasarkan al-Qur’an bukan melalui tahkim. Sebagai
konsekuwensinya, maka barangsiapa yang tidak menyelesaikan masalah
dengan al-Qur’an, dicap sebagai kafir dan aliran inilah yang menandai
munculnya term kafir antar sesama umat Islam.
 Khawarij merupakan kelompok yang keluar dari barisan Ali karena kecewa
terhadap keputusan Ali menerima Tahkim sebagai media penyelesaian
masalah. Menurut mereka model penyelesaian tersebut tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Mereka menyatakan perang pada seluruh umat Islam
yang tidak sesuai dengan keyakinan yang mereka perperangi.
 Dalam perang dengan kekuatan Ali, mereka mengalami kekalahan besar,
tetapi akhirnya seorang Khawarij bernama Abd. Al-Rahman Ibn Muljam
dapat membunuh Ali. Sunggupun telah mengalami kekalahan, kaum
khawarij menyusun barisan kembali dan meneruskan perlawanan
terhadap kekuatan Islam di zaman Dinasti Bani Umayyah dan Dinasti Bani
Abbas.
b) Ajaran
 Secara umum, ajaran Khawarij berkisar pada masalah dosa besar, kafir, dan
khilafah atau imamah (politik kenegaraan).
 Dosa besar
Orang Islam yang berbuat dosa besar adalah kafir. Yang dimaksud
kafir oleh Khawarij adalah yang bertahkim tidak dengan al-Qur’an,
dan melakukan dosa besar lainnya.
 Masalah Kafir
Mengenai masalah kafir ini, tidak semua golongan Khawarij setuju.
Namun pada umumnya mereka berpendapat bahwa sekalipun
seseorang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, tapi kemudian
melanggar ketentuan agama maka ia dihukum kafir.
 Masalah Pemimpin/Khilafah
Seorang khalifah tidak harus dari kalangan Bani Quraisy. Siapa saja
orang Islam dapat mencalonkan diri menjadi khalifah, selama
mampu dan sanggup berlaku adil. Jika di kemudian hari ia tidak
sanggup berlaku adil, maka rakyat wajib menjatuhkannya bahkan
membunuhnya. Ketentuan khalifah dari kalangan Bani Quraisy
dinilai sebagai bentuk ketidakadilan, sebab seyogyanya setiap orang
memiliki derajat yang sama dan berhak mendapatkan kesempatan
yang sama untuk menjadi pemimpin umat.

2. Murji’ah
a) Latar Belakang Munculnya
 Al-Hasan bin Ali Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli
hadist kemudian dikenal dengan sebutan Murji’ah. Jadi bagi kelompok ini
orang Islam yang berdosa besar masih tetap beriman.
 Mereka percaya bahwa tindakan ditangguhkan dari Imaan ( Al-Irjaa ). Jadi
tindakan, menurut mereka, bukan bagian dari itu. Eemaan hanyalah
kepatuhan hati. Dengan demikian orang berdosa, menurut mereka, adalah
seorang mukmin dengan Iman yang sempurna , bahkan jika dia melakukan
apa yang dia lakukan dari tindakan yang tidak patuh atau dia meninggalkan
apa yang dia tinggalkan dari tindakan yang taat. Dan jika kami memutuskan
bahwa seseorang yang meninggalkan salah satu perintah agama adalah
kafir, maka itu karena tidak adanya kepatuhan di hatinya bukan karena
meninggalkan perbuatan itu. Ini adalah pandangan Jahmiyyah . Dan itu,
dibandingkan dengan pandangan Khawarij, adalah dua ekstremitas yang
berlawanan.
b) Ajaran
 Murji’ah mengatakan bahwa iman hanyalah ilmu (ma'rifah),
meskipun tidak disertai dengan kesaksian (tasdeeq).
Ini adalah pernyataan Jahmiyyah, pernyataan yang paling jahat dan
paling jelek. Sesungguhnya kekufuran (kufur) kepada Allah Azza wa
Jall, karena kaum musyrikin sejak awal, dan Fir'aun (Firaun), dan
Haamaan dan Qaarun dan (bahkan) Iblis semua mengakui
(keberadaan) Allah, Azza wa Jall, di hati mereka. Namun karena
mereka tidak mengatakan ini dengan lidah mereka, tidak bersaksi
dalam hati mereka, dan tidak mengamalkannya dengan anggota tubuh
mereka, maka pengetahuan ini tidak bermanfaat bagi mereka.
 Mereka yang mengatakan bahwa iman adalah kesaksian di dalam hati
saja.
Ini adalah pernyataan dari Ashaa'irah (Asy'arees), yang juga
merupakan pernyataan yang salah karena orang-orang kafir (kuffar)
bersaksi dalam hati mereka, mereka tahu bahwa Al-Qur'an adalah
Benar dan bahwa Muhammad utusan Allah adalah Benar, dan orang-
orang Yahudi dan Kristen tahu itu.
 Pernyataan orang-orang yang merupakan lawan langsung dari
Ashaa'irah – dan mereka adalah Karaamiyah. Orang-orang yang
mengatakan bahwa imaan adalah pernyataan di lidah bahkan jika
orang tersebut tidak benar-benar percaya dalam hatinya.
Tanpa ragu, ini adalah pernyataan yang salah karena orang-orang
munafik. Mereka yang berada di kedalaman neraka yang paling bawah
mengatakan, “Kami bersaksi bahwa laa ilaaha ill Allah dan bahwa
Muhammad rasul Allah' dengan lidah mereka dan mereka bertindak
(sesuai ) dengan anggota badan mereka, tetapi mereka tidak benar-
benar percaya akan hal itu dan tidak pula bersaksi dalam hati mereka.
 Pernyataan murji'ah al fuqahaa, dan mereka adalah kelompok yang
paling ringan dalam hal irjaa' – mereka yang mengatakan bahwa iman
adalah keyakinan (i'tiqaad) dalam hati dan pernyataan di atas lidah,
tetapi tindakan tidak tidak masuk ke dalamnya.
Ini adalah pernyataan Murji'ah al-Fuqahaa dan ini adalah pernyataan
yang juga salah karena tidak ada iman tanpa tindakan.

3. Mu’tazilah (Ahl al-Sunnah Wal Jama’ah)


a) Latar Belakang Munculnya
 Salah satu aliran teologi Islam yang mengagungkan akal di atas segala hal
adalah Mu'tazilah. Dalil-dalil nas Al-Quran dan hadis adalah penopang dari
kapasitas akal yang sudah dianugerahkan Allah SWT kepada manusia,
demikian kesimpulan umum dari doktrin ajaran Mu'tazilah. Penganut
aliran Mu'tazilah meyakini bahwa akal bisa mengantarkan pada keimanan
dan ketaatan pada Allah SWT.
 Aliran Mu'tazilah dipelopori tokoh intelektual muslim bernama Washil bin
Atha' Al-Makhzumi pada tahun 700-an masehi di Irak. Tokoh aliran ini
adalah Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ary dan Imam Abu Mansur Al-Maturidy.
 Aliran ini pada dasarnya aturan esensial berfikir ini terdiri dari tiga
komponen. Pertama adalah pengakuan bahwa masing-masing lapisan
realitas memiliki logika berfikir yang sesuai dengan kodrat sendiri. Kedua
adalah pengakuan bahwa kebenaran dari lapisan lain dapat diterima
melalui keyakinan atas dasar otoritas aturan berfikir. Ketiga adalah
pengakuan bahwa lapisan realitas tersebut merupakan kesatuan dasar
Tuhan yang diterima dalam Islam. Jadi aliran ini tidak menetapkan hukum
kafir bagi pelaku dosa besar.
 Perselisihan ini menjadi perselisihan keagamaan setelah pada mulanya
merupakan perselisihan politik sehingga menjadi salah satu pembahasan
ilmu tauhid yang penting, sebagaimana masalah jabatan Khalifah juga
menjadi bidang kajian ilmu ini, meskipun lebih tepat untuk di bab ilmu
Fiqih karena menyangkut hukum amaliah bukan masalah keyakinan.
b) Ajaran
 Mengesakan Tuhan (At-Tauhid)
Untuk mengesakan Allah SWT, ajaran Mu'tazilah menafikan dan
mengingkari sifat-sifat Allah yang tertuang dalam Asmaul Husna.
Menurut Mu'tazilah, ada kesalahpahaman umat Islam memahami
tauhid Allah. Penganut Mu'tazilah meyakini bahwa yang disebut sifat
dan nama-nama-Nya yang Indah (Asmaul Husna) adalah satu
kesatuan dengan Zat Allah SWT, bukan terpisah dari-Nya. Selain itu,
Mu'tazilah memandang bahwasanya Al-Quran adalah "makhluk baru".
Dalam kasus ini, "makhluk" merujuk ke penggunaan bahasa Arab,
yang artinya sesuatu yang diciptakan. Artinya, Allah menciptakan Al-
Quran, serta terlepas dari sifat firman-Nya.
 Keadilan Allah SWT (Al-‘Adlu)
Mu'tazilah memandang bahwasanya manusia memiliki kehendak
bebas (free will). Karena itu, ia bebas melakukan perbuatan apa pun di
luar intervensi Allah SWT. Menurut Mu'tazilah, Allah SWT tidak
mungkin menciptakan keburukan, tidak juga menghendaki bencana,
atau perbuatan dosa. Jika demikian, maka semua perbuatan buruk
pasti dilakukan oleh manusia dengan kehendak bebas mereka sendiri.
 Al-Manzilah baina Al-Manzilatain
Ajaran yang paling terkenal dari Mu'tazilah adalah derajat para pelaku
dosa besar. Jika aliran Khawarij memandang bahwa orang yang
berbuat dosa besar telah murtad dan keluar dari Islam, sementara
Murjiah memandangnya tetap mukmin, maka Mu'tazilah
berpandangan bahwa pelaku dosa besar tidak bisa dianggap mukmin,
tidak bisa juga dibilang kafir. Posisi pelaku dosa besar berada di
antara dua posisi tersebut, yaitu fasik. Orang fasik memiliki derajat
tersendiri, yaitu berada di bawah mukmin, namun di atas posisi kafir.
Menurut Mu'tazilah, pelaku dosa besar yang tidak bertobat dan
meninggal dalam kefasikan akan dimasukkan ke neraka selama-
lamanya, namun hukumannya diringankan. Nerakanya tidak sepanas
neraka yang dihuni oleh orang-orang kafir.
 Amar Makruf, Nahi Munkar
Setiap muslim berkewajiban untuk mengajak kepada hal yang baik
(amar makruf) dan melarang perbuatan buruk (nahi mukar). Namun,
saat aliran Mu'tazilah menjadi mazhab resmi pemerintahan beberapa
khalifah Dinasti Abbasiyah, penerapan prinsip menjadi sangat
ekstrem. Akibatnya, sejumlah ulama yang pendapatnya
berseberangan dengan ajaran Mu'tazilah dipenjara dan disiksa agar
menyetujui paham aliran Mu'tazilah.
 Janji dan Ancaman (Al-Wa’du wa Al-Wa’id)
Allah SWT tidak akan pernah mengingkari janji dan ketentuannya. Jika
seorang muslim berbuat baik, maka balasannya adalah pahala dan
surga. Sebaliknya, perbuatan buruk diganjar dengan dosa dan balasan
neraka. Melalui akal, manusia diberi kemampuan untuk membedakan
hal-hal baik dan buruk. Dengan kapasitas akal, manusia bisa
memahami perintah Allah SWT meskipun belum sampai kepadanya
pengetahuan agama.
4. Maturidiyah
a) Latar Belakang Munculnya
 Aliran Matudridyah meyakini bahwa akal dan syariat saling melengkapi
untuk mencapai kebenaran ilahiyah. Sementara penamaan Maturidiyah
dinisbahkan kepada nama pendirinya: Abu Mansur Al-Maturidi.
 Aliran ini berkembang pesat di Maturid, Samarkand sehingga dikenal
sebagai aliran Maturidiyah Samarkand. Selain di Samarkand, Maturidiyah
berkembang di Bukhara. Dua tempat ini dianggap sebagai episentrum
tumbuhnya aliran pemikiran Maturidiyah.
 Kemunculan Maturidiyah dianggap menjadi respons atas berkembangnya
aliran Mu'tazilah di masa Dinasti Abbasiyah. Aliran Mu'tazilah
berpandangan bahwa kebenaran dapat dicapai hanya dengan rasio atau
akal manusia. Sedangkan Maturidiyah menyangkal hal itu dan
menyodorkan pemikiran bahwa, untuk mencapai kebenaran ilahiyah,
seorang muslim tidak dapat hanya berpegang kepada akal, melainkan
harus mengiringi pertimbangan rasio dengan syariat dari Allah SWT.
b) Ajarannya
 Kewajiban Mengenal Allah SWT dan Syariat Islam
Menurut aliran Maturidiyah, meski akal dapat mengetahui kebaikan
dan keburukan secara objektif, tetapi pemikiran manusia tidak dapat
mencapai pengetahuan agama (perintah Allah SWT) secara sempurna.
Dengan demikian, akal manusia tetap membutuhkan syariat Islam
untuk mengetahui kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada
hambanya.
 Kebaikan dan Keburukan
Menurut Rasio Maturidiyah membagi kemampuan akal dalam
mengetahui kebaikan dan keburukan dalam tiga hal. Adapun tiga
doktrin aliran Maturidiyah tersebut adalah sebagai berikut. Pertama,
ada kebenaran objektif yang bisa diketahui akal. Misalnya, mencuri
adalah perbuatan yang salah, bahkan tanpa harus ada larangan
mencuri dari syariat Islam. Kedua, kebenaran dan keburukan yang
tidak mungkin diakses oleh akal dan hanya Allah SWT yang
mengetahui hal tersebut. Ketiga, kebenaran dan keburukan yang tidak
sanggup diketahui oleh akal. Karena itu, manusia harus mempelajari
syariat Islam untuk mengetahui hal tersebut.
 Perbuatan Manusia
Aliran Maturidiyah memandang bahwasanya perwujudan perbuatan
itu terdiri dari dua hal, yaitu perbuatan Allah SWT dan perbuatan
manusia. Artinya, Allah menciptakan perbuatan manusia sebagaimana
firman-Nya dalam surah As-Shaffat ayat 96: “Allah-lah yang
menciptakan kamu apa yang kamu kerjakan” (Q.S. As-Shaffat [37]: 96)
 Janji dan Ancaman
Allah SWT memberikan ancaman neraka kepada pendosa dan
menjanjikan surga bagi orang-orang yang beramal baik. Kendati
demikian, Allah SWT berkehendak sesuai kebijakannya. Apabila Allah
SWT ingin memberi ampun kepada pendosa maka Sang Maha Kuasa
akan memasukkan hambanya itu ke surga. Demikian juga sebaliknya.
Berbeda dengan aliran Khawarij, aliran Maturidiyah memandang
bahwa pelaku dosa besar masih dikategorikan mukmin (muslim)
sepanjang masih ada keimanan dalam hatinya. Pendosa besar tidak
bisa dicap telah kafir, menurut aliran Maturidiyah. Sementara jika
pelaku dosa besar meninggal sebelum bertaubat maka nasibnya
diserahkan kepada kehendak Allah SWT.
Periode pertengahan (1250-1800 M)
Periode pertengahan berlangsung antara tahun 1250-1800 M., meliputi masa
kemunduran budaya dan peradaban Islam yang diawali dengan kehancuran Baghdad
sebagai pusat budaya Islam. Pada masa ini berdiri tiga kerajaan besar yaitu Daulah
Turki Utsmani di Turki, Daulah Shafawiyah di Iran, dan Daulah Mongol di India.
Perkembangan teologi pada periode pertengahan adalah hasil penyederhanaan dari
perkembangan teologi masa disintegrasi di penghujung periode klasik yang ditandai
dengan disingkirkannya filsafat sebagai metode pemahaman agama.
Al-Asy‟ariyah
a) Latar Belakang Munculnya
 Aliran Asy’ariah merupakan salah satu paham teologi Islam yang
mengembangkan paham teologi Islam yang lebih mengutamakan dalil
naqli (Al-Qur’an dan Al-Hadis) dan membatasi penggunaan logika filsafat.
 Dalam perkembangannya, aliran Asy’ariyah mendapatkan dukungan dari
berbagai pemerintahan Islam. Salah satunya Dinasti Gaznawi (India) pada
abad ke 11-12 M. Karena itu, paham Asy’ariyah kemudian menyebar di
India, Pakistan, Afganistan dan wilayah-wilayah lain, termasuk Indonesia.
 Pada periode ini al-Asy‟ariyah telah benar-benar menjadi momok yang
menakutkan bagi filsafat dengan tantangannya terhadap filsafat yang
dinilai oleh mutakallimin yang tergabung dalam Ahl al-Sunnah wa al-
Jamaah (al-Asy‟ariyah dan al-Maturidiyah) sebagai ajaran yang
bertentangan dengan wahyu, terutama dengan doktrin kekekalan alam
dan doktrin tentang Tuhan yang tidak mengetahui hal partikular, atau
dalam istilah lain, Tuhan terpisah dari ciptaanNya.
 Sejarah aliran Asy’ariyah tidak bisa dilepaskan dari tokoh pendirinya
yaitu Abu Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari. Bahkan, sebutan aliran ini
diambil dari nama kabilah yang melahirkan Abu Hasan.
 Secara politis pengaruh al-Asy‟ariyah dalam periode pertengahan yang
dominan adalah berkat sokongan otoritas penguasa, terutama dinasti
Saljuk yang mampu menyebarluaskan paham al-Asy‟ariyah dan
patronnya Syafi‟iyah, hingga menjadikannya sebagai paham yang dianut
oleh mayoritas umat Islam. Berkat argumentasi teologis yang melenakan,
kalangan awam dibuat terlena dalam tindakan apologi tekstualis yang
melibatkan teks wahyu sebagai legitimasi
b) Ajarannya
Pokok pokok pemikiran dalam ajaran aliran al-Asy‟ariyah
 Sifat Tuhan
Pandangan aliran Asy’ariyah mengenai sifat ketuhanan ialah
mengakui Zat Allah SWT berbeda dari makhluk. Contoh, Allah Maha
Mendengar. Sifat itu berbeda dengan manusia yang bisa mendengar.
 Kekuasaan Tuhan dan Perbuatan Manusia
Aliran Asy’ariyah meyakini manusia tidak memiliki kekuasaan untuk
menciptakan sesuatu, kecuali dengan adanya daya dan upaya dari
Allah SWT.
 Keadilan Tuhan
Aliran Asy’ariyah berpandangan bahwa penentuan nasib manusia di
akhirat merupakan hak mutlak Allah SWT untuk menentukan hal itu
dengan segala kuasa-Nya.
 Melihat Tuhan di Akhirat
Paham aliran Asy’ariyah memuat keyakinan bahwa melihat Zat Tuhan
adalah kegembiraan paling tinggi bagi manusia di akhirat kelak.
Perihal bagaimana manusia bisa melihat Zat Tuhan ketika di akhirat
kelak, aliran Asy’ariyah menganggap itu menjadi hak Allah SWT untuk
menentukannya.
 Dosa Besar
Aliran Asy’ariyah meyakini bahwa orang Islam yang melakukan dosa
besar layak disebut fasik, dan soal kemungkinan ia masih mungkin
menerima ampunan atau tidak, tergantung kepada kehendak Allah
SWT. Jika seorang muslim masuk golongan orang fasik maka ia akan
dimasukkan ke neraka. Sedangkan jika ia mendapatkan pengampunan
dari Allah SWT, ia akan dimasukkan ke dalam surga-Nya
Periode Modern (1800 M sampai sekarang)
Periode ini umumnya ditandai dengan munculnya usaha umat Islam mengatasi
problematika teologis umat Islam periode pertengahan yang mengungkung.
1. Muhammad Abduh
a) Latar Belakang Munculnya
 Syekh Muhammad Abduh, nama lengkapnya adalah Muhammad bin
Abduh bin Hasan Khairullah. Dilahirkan di desa Mahallat Nashr di
kabupaten Buhairah, Mesir, pada tahun 1849 M
 Di samping mempunyai ndaya pikir, manusia juga mempunyai
kebebasan memilih yang merupakan sifat dasar alaminya. Jika sifat
dasar ini dihilangkan dari manusia maka dia bukan manusia lagi,
melainkan makhluk lain. Manusia dengan akalnya mempertimbangkan
akibat perbuatan yang dilakukannya, kemudian mengambil keputusan
dengan kemauannya dan mewujudkan perbuatannya dengan daya
yang ada dalam dirinya.
b) Ajarannya
 Dalam hal memandang wahyu, Muhammad Abduh sejalan dengan
kaum Mu‟tazilah. Ia tidak sepakat dengan pandangan teologi
Maturidiyah Samarkan dan Bukhara, Asy‟ariyah yang tidak memberi
kedudukan bagi wahyu.
 Dalam masalah wahyu, untuk menetap suatu keputusan Muhammad
Abduh dan Mu‟tazilah tidak memberikan peran yang mutlak, tapi itu
tidak berarti bahwa wahyu tidak diperlukan. Wahyu tetap merupakan
sandaran awal, di mana harus diinterprestasikan dengan akal pikiran.
 Mengenal keadilan Tuhan, secara impilisit menggambarkan keyakinan
Muhammad Abduh akan adanya perbuatan-perbuatan wajib bagi
Tuhan. Paham akan adanya kewajiban bagi Tuhan ini sejalan dengan
penadapatnya bahwa kehendak Tuhan tidak bersifat absolute.
 Teorinya tentang sunah Allah (sunnatullah) mengandung arti bahwa
Tuhan tidak bertindak seperti raja, yang zalim, yang tidak tunduk
kepada hukum, tetapi Tuhan mengatur segalanya sesuai dengan
hukum-Nya.
 Menurut Abduh jalan yang dipakai untuk mengetahui Tuhan,
bukanlah wahyu saja, tetapi juga akal. Akal dengan kekuatan yang ada
dalam dirinya berusaha memperoleh pengetahuan tentang Tuhan dan
wahyu. Untuk memperkuat pengetahuan akal itu dan untuk
menyampaikan kepada manusia apa yang tidak diketahui akalnya.
Inilah dasar sistem teologi Muhammad Abduh yang juga diterapkan
kepada aliran-aliran teologi Islam.Abduh menyebut sifat-sifat Tuhan
dalam Risalahnya.
 Mengenal masalah apakah sifat itu termasuk esesnsi Tuhan atau yang
lain? Ia menjelaskan bahwa hal itu terlretak di luar kemampuan
manusia utuk mengetahuinya.
2. Sayyid Ahmad Khan
a) Latar Belakang Munculnya
 Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1812. Ia berasal dari
keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali.
Kakeknya, Sayyid Hadi adalah pembesar istana (1754-1759).
 Semangat pembaharuan Islam dari sisi teologis, sebelumnya telah
berkembang di India. Sayyid Ahmad Khan, adalah salah satu tokoh
yang sangat bepengaruh bagi kemajuan India ketika itu.
 Keberadaannya sangat diperhitungkan, apalagi ia juga dikenal sebagai
bagian dari istana kerajaan Mughal pada masa pemerintahan Akbar
Syah II (1806-1837 M).
b) Ajarannya
 .Keyakinan, kekuatan dan kebebasan akal menjadikan Khan percaya
bahwa manusia bebas menentukan kehendak dan perbuatan. Ini
berarti bahwa ia mempunyai faham yang sama dengan faham
Qadariyah.
 Menurutnya manusia telah dianugerahi Tuhan bermacam-macam daya,
di antaranya adalah daya berfikir berupa akal dan fisik untuk
merealisasikan kehendaknya.
 Khan mengemukakan bahwa Tuhan telah menentukan tabi‟at atau
nature (sunnatullah) bagi setiap makhluk-Nya yang tetap dan tidak
pernah berubah. Islam adalah agama yang paling sesuai dengan hukum
alam. Karena hukum alam adalah ciptaan Tuhan dan al-Qur‟an adalah
firman-Nya, sudah tentu keduanya sejalan dan tidak ada
pertentangan.Ide-ide ijtihad yang berkembang inilah yang kemudian
memompa semangat Khan untuk melahir generasi terbaik umat
melalui lembaga pendidikan modern.
 Menurutnya, umat Islam terbelakang karena tidak memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi modern sebagaimna yang oleh Negara-
negaara Eropa. Sampai di sini dapat dikatakan bahwa teologi Khan
adalah teologi pembaharuan dengan dasar al-Qur‟an dan Sunnatullah..
3. Muhammad Iqbal
a) Latar Belakang Munculnya
 Sir Muhammad Iqbal adalah tokoh penyair, filosof dan pembaharu
pemikiran dalam Islam. Lahir di Sialkot, Punjab, India, pada tanggal 22
Pebruari 1873 M.
 Muhammad Iqbal sesungguhnya lebih dikenal sebagai seorang filosof
eksistensialis. Oleh karena itu, kesulitan untuk menemukan
pandangan-pandangannya mengenai wacana-wacana kalam klasik,
seperti fungsi akal dan wahyu, perbuatan Tuhan, perbuatan manusia,
dan kewajiban-kewajiban tuhan. Itu bukan berarti ia tidak sama sekali
menyinggung ilmu kalam.
b) Ajarannya
 Pemikiran teologinya yaitu mengkritik tiga dalil kosmologis, ideologis,
dan ontologis. Muhammad Iqbal dengan pemikiran Asrori Khadi-nya,
hendak membangun pribadi manusia yang kreatif, dinamis dan
produktif.
 Dengan demikian, dapat dikategorikan bahwa pemikiran kalam
Muhammad Abduh pendahulunya. Intinya hanya satu, yaitu
pemabaharuan pemikiran Islam ke arah modern dalam berbagai segi
kehidupan.
 Karenanya, ia menolak bepasrah pada nasib yang dialami dengan tanpa
bergerak untuk berbuat yang lebih baik. Takdir Tuhan dan kehendak
mutlak-Nya, harus ditentukan dengan perbuatan manusia, sehingga
Tuhan akan mengamininya. Pemikiran semacam ini sangatlah Qadari
dan jauh dari Jabari yang dikembangkan pada pemikiran kalam awal
Islam.
4. Hasan Hanafi
a) Latar Belakang Munculnya
 Hasan Hanafi, yang terkenal dengan Teologi Tradisional. Untuk
mengatasi kekurangan, teologi klasik yang dianggap tidak berkaitan
dengan realitas sosial, Hanafi menawarkan 2 teori.
 Pertama, bahsa-bahasa istilah dalam teologi klasik adalah warisan
nenek moyang dalam bidang teologi. Warisan ini dianalisis ulang,
sehingga mampu menghasilkan teologi yang relavan dengan
perubahan zaman.
 Kedua, realitas teologi masa lalu harus dianalisi kembali, untuk
mengetahui latar belakang historis dan sosiologis munculnya teologi di
masa lalu itu dan bagaimna pengaruh bagi kehidupan masyarakat
ataupun para penganutnya.
b) Ajarannya
 Gagasan tentang teologi tradisional Hanafi menegaskan perlunya
mengubah orientasi konseptual kepercayaan (teologi). Sesuai dengan
perubahan konteks politik yang terjadi, hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa teologitradisional, lahir dalam konteks sejarah ketika
itu.
 Teologi lahir sebagai inti keislaman yang bertujuan untuk memelihara
kemurniannya.Hanafi memandang bahwa teologi bukanlah, pemikiran
murni yang hadir, dalam kehampaan sejarah, melainkan
merelefleksikan konflik sosial politik. Oleh karena itu kritik teologi
merupakan tindakan yang sah dan dibenarkan karena sebagai produk
pemikiran manusia yang terbuka untuk dikritik. Hal ini sesuai dengan
pendefinisiaannya tentang definisi itu sendiri.
 Menurutnya teologi bukanlah ilmu tentang Tuhan, karena tuhan tidak
tunduk pada ilmu.Hanafi menganggap bahwa teologi Islam tidak ilmiah
dan tidaak membumi. Itulah sebabnya ia mengajukan teologi yang
bukan sekadar dogma keagamaan yang kosong, melainkan menjelma,
sebagai ilmu tentang pejuangan sosial, menjadikan keimanan berfungsi
secara aktual. Tauhid, bagi Hanafi, bukan berarti sifat dan Zat Tuhan,
deskripsi atau sekedar konsep kosong yang hanya ada dalam angan
belaka, tetapi lebih mengarah kepada tindakan konkrit, baik dari sisi
penafsiran maupun penetapan.
5. Ismail Raji al Faruqi
a) Latar Belakang Munculnya
 Ismail Raji Al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina, 1 januari 1921 dan
meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 1986.
 Ia adalah seorang pendiri Pusat Pengkajian Islam di Tempel
University, Philadelphia, Amerika Serikat, tokoh PanIslamisme. Ia
juga seorang pembaharu yang menginginkan teraktualitasnya ajaran
Islam dalam dunia modern.
b) Ajarannya
 Gagasan tentang Khilafah Islamiyah yang belakangan ini
dikembangkan umat Islam tertentu di berbagai belahan dunia, pada
dasarnya merupakan hasil pemikiran Faruqi.
 Baginya, Khilafah adalah prasyarat mutlak bagi tegaknya paradigm
Islam di muka bumi
 Beberapa gagasan yang dibangun oleh Faruqi, yaitu:
 Tauhid sebagai pandanngan dunia.
Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas,
kebenaran, dunia, ruang dan waktu sejarah manusia serta
takdir.
 Tauhid sebagai inti pengalaman agama.
Tuhan dan kalimat syahadat menempati posisi sentral dalam
setiap kedudukan tindakan, dan pemikiran setiap muslim.
Kehadiran Tuhan harus mengisi kesadaran muslim dalam
setiap waktu.
 Tauhid sebagai prinsip metafisika.
Dalam Islam, alam adalah ciptaan dan anugrah, ia merupakan
kebaikan yang tak mengandung dosa yang disediakan untuk
manusia. Tujuannya agar manusia melakukan kebaikan dan
mencapai kebahagiaan.
 Tauhid sebagai intisari Islam.
Esensi peradaban Islam adalah Islam sendiri. Tidak ada satu
perintahpun dalam islam yang dapat dilepaskan dari tauhid.
Tanpa tauhid Islam tidak ada, tanpa tauhid bukan hanya
Sunnah Nabi yang di patut diragukan bahkan pranata
kenabianpun menjadi hilang.
 Tauhid sebagai prinsip pengetahuan.
Berbeda dengan iman kristen, iman Islam adallah kebenaran
yang diberikan kepada pikiran, bukan kepada perasaan
manusia yang mudah percaya begitu saja kebenaran. Preposisi
iman bukanlah misteri, hal yang tidak dapat dipahami dan
diketahui, serta tidak masuk akal, kecuali dengan bersikap
kritis dan rasional.

Anda mungkin juga menyukai