Semester/Kelas: VIII/B
PENDAHULUAN
Di dalam al-Qur’an terdapat ayat yang Qathi’ (pasti, yang tidak mungkin lagi
dimasuki oleh daya nalar manusia, seperti kewajiban melakukan shalat, wajib puasa,
zakat dan haji. Kemudian ada lagi ayat-ayat yang zhanni (dugaan,memungkinkan
beberapa pengertian dan penafsiran). Dari ayat-ayat yang bersifat zhanni ini timbul
berbagai macam pendapat dan aliran dalam Islam.
Dari interpretasi yang berbeda terhadap ayat-ayat yang zhanni, kemudian muncul
berbagai macam aliran pemikiran Islam. Ini bermula ketika Nabi Muhammad SAW
wafat. Di zaman Nabi pemetaan pemikiran belum terjadi karena Nabi menjadi sumber
rujukan tunggal dalam memahami ayat-ayat tersebut.
Aliaran –aliran dalam Islam secara garis besarnya adalah tasawuf, politik, hukum, filsafat
dan teologi. Masing-masing dari pembagian aliran-aliran yang telah kami sebutkan di
atas. Mereka terbagi-terbagi lagi menjadi beberapa bagian.
Namun hal yang terpenting yang harus digaris bawahi sumber mereka satu yaitu al-
Qur’an dan as-Sunnah. Sedang realitas yang ada meman benar adanya bahwa Allah SWT
menurunkan ayat yang sifatnya zhanni lebih banyak daripada ayat yang sifatnya Qhat’i.
Agar daya nalar yang dimiliki oleh manusia berkembang.
Dan kami di sini ingin mengatakan perbedaan tersebut janganlah dianggap sebagai
sebuah masalah, terlebih mengatakan hal itu adalah ‘aib. Tidak perlu bingung, dan
menjadikannya sebagai beban yang memberatkan kehidupan kita. Yang terpenting
mengikuti ajaran yang telah diyakini dengan sebaik mungkin. Dengan landasan fitrah
yang menjadi neraca.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
B. Aliran Fikih
1. Aliran Syafi’iyyah ( Mutakallimin )
Aliran ini membangun ushul fiqih mereka secara teoritis, tanpa terpengaruh oleh
masalah-masalah furu’ (masalah keagamaan yang tidak pokok)[1]. Dalam
membangun teori, aliran ini menetapkan kaidah-kaidah dengan alasan yang kuat,
baik dari naqli (al-Qur’an dan atau Sunnah) maupun dari ‘aqli (akal pikiran),
tanpa dipengaruhi oleh masalah-masalah furu’ dari berbagai mazhab, sehingga
teori tersebut adakalanya sesuai dengan furu’ dan ada kalanya tidak. Setiap
permasalahan yang diterima akal dan didukung oleh dalil naqli, dapat dijadikan
kaidah, baik kaidah itu sejalan dengan furu’mazhab maupun tidak, sejalan dengan
kaidah yang telah ditetapkan imam mazhab atau tidak.
2. Aliran Fuqaha’
Aliran ini dianut ulama-ulama mazhab Hanafi. Dinamakan aliran fuqaha’, karena
aliran ini dalam membangun teori ushul fiqhnya banyak
dipengaruhi oleh masalah furu’ dalam mazhab mereka[2].Berbeda dengan aliran
Syafi’iyyah/Mutakallimin yang sama sekali tidak terpengaruh oleh furu’ yang ada
dalam mazhabnya, sehingga sering terjadi pertentangan kaidah dengan hukum
furu’ dan terkadang kaidah yang dibangun sulit untuk diterapkan.
3. Aliran Gabungan
Pada perkembangannya muncul trend untuk menggabungkan kitab ushul fiqh
aliran mutakallimin dan Hanafiyah. Metode penulisan ushul fiqih aliran gabungan
adalah dengan membumikan kaidah ke dalam realitas persoalan-persoalan fiqih.
Persoalan hukum yang dibahas imam-imam madzhab diulas dan ditunjukkan
kaidah yang menjadi sandarannya.
C. Aliran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang memfokouskan
perhatiannya pada dimensi esotorik yakni pembersihan aspek rohani manusia
sehinnga dapat menimbulkan ahlak mulia. Hal ini berbeda dengan aspek fiqih
seperti pelaksanaan thoharoh misalnya, memusatkan perhatiaannya pada
pembersiahan aspek jasmani manusia yang disebut dimensi eksoteris[3]. Macam –
Macam Aliran Tasawuf antara lain :
a) Tasawuf Ahlaki (sunni)
Dalam hal landasannya, tasawuf akhlaki (tasawuf sunni) ini berpijak pada
Al-Qur’an dan As-sunnah. Orientasi dari tasawuf akhlaki (tasawuf sunni)
ini adalah pembentukan akhlak yang mulia (mahmudah) dalam mencari
hakikat kebenaran, mewujudkan manusia yang mengenal dan dekat
kepada Allah (ma’rifah).
b) Tasawuf Irfani
Di samping tasawuf akhlaqi yang membahas moralitas yang terukur,
seperti kejujuran, keikhlasan, dan perkataan yang benar, ada juga tasawuf
irfani yang tingkatannya lebih tinggi lagi. Ini tidak hanya membahas soal
keikhlasan dalam hubungan antarmanusia, tetapi lebih jauh menetapkan
bahwa apa yang kita lakukan sesungguhnya tidak pernah kita lakukan. Ini
tingkatan ikhlas yang paling tinggi.
c) Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan
antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf
akhlaki, tasawuf falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya.
Terminologi falsafi tersebut berasal dari bermacam macam ajaran
filsafat yang telah memengaruhi para tokohnya.
Menurut At-Taftazani, tasawuf mulai muncul dengan jelas dalam
khazanah Islam sejak abad keenam Hijriah[4]. Masih menurut At-
Taftazani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang samar-samar
akibat banyak istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang
memahami ajaran tasawuf jenis ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran-aliran dalam pemikiran islam terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Aliran Teologi antara lain: Khawarij, Murji’ah, Qodariah, Jabariyah,
Muktazillah, Ahluss Sunnah wal Jama’ah, salafi, Al As-Ariyah.
2. Aliran Fiqih antara lain: Syafi’iyah (Mutakallimin), Fuqoha’, Gabungan.
3. Aliran Tasawuf antara lain: Tasawuf Ahlaqi (sunni), Tasawuf Irfani, dan
Tasawuf Falsafi
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1999
Nata, Abuddin, Metodologi Stiudi Islam, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2014