Kelompok 4 Anggia sukma dewi Genta putra adietama M rizki Mutiara yulied Shafira nabila alqauni Dasar hukum Pengertian wakaf Rukun wakaf wakaf
Harta yang dapat Syarat-syarat
Pengelolaan wakaf diwakafkan wakaf
Prinsip Tujuan dan fungsi Hikmah dan
pengelolaan wakaf wakaf manfaat wakaf Menurut bahasa (etimologi) adalah tertahan . Menurut istilah syari’ (terminologi) adalah Menahan suatu benda dan membebaskan / mengalirkan manfaatnya. Jadi maksudnya adalah menahan harta milik pribadi yang diserahkan kepada pihak lain untuk kepentingan umum dengan tujuan mendapatkan ridlo Allah SWT . Menurut kamus besar bahasa Indonesia wakaf itu adalah benda bergerak atau tidak bererak yang disediakan untuk kepentingan umum (Islam) sebagai pemberian yang ikhlas * ْن تَنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون وما تنفقوا من شئ فإن هللا به عليم (ال 92 :)عمران “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.(QS. Ali-Imran/3: 92) * اأيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما كسبتم ومما أخرجنا لكم من األرض 267:)…(البقرة * “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu………”.[2] (QS. Al- Baqarah/2: 267) * وتعاونوا على البر والتقوى وال تعاونوا على اإلثم والعدوان واتقوا هللا إن هللا شديد العقاب (المائدة: “……… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.[3] (QS. Al-Maidah/5: 2) 1. Al-waqif (orang yang mewakafkan), 2. Al-mauquf (harta yang diwakafkan) 3. Al - mauquf ‘alaih (pihak yang dituju dari wakaf tersebut) 4. Shighah (lafadz dari yang mewakafkan). 1. Syarat – Syarat Al-waqif (orang yang mewakafkan) : Berakal Dewasa pemikirannya (rasyid). Sudah berusia baligh dan bisa bertransaksi. Orang yang merdeka (bukan budak). 2. Syarat - Syarat Al-mauquf (harta yang diwakafkan): Harta tersebut telah diketahui dan jelas bendanya. Benda tersebut adalah milik pribadi yang mewakafkan. Harta yang diwakafkan adalah benda yang bermanfaat dan memiliki daya tahan lama 3. Syarat - Syarat Al - mauquf ‘alaih (pihak yang dituju dari wakaf tersebut) *Berakal *Dewasa pemikirannya (rasyid). *Sudah berusia baligh dan bisa bertransaksi. *Orang yang merdeka (bukan budak belian). Benda Tidak Bergerak yang Dapat Diwakafkan 1. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar. 2. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah dan atau bangunan. 3. Tanaman dan beda lain yang berkaitan dengan tanah 4. Hal milik atas satuan rumah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Benda tidak bergerak lain yang sesuai dengan sejarah dan peraturan perundang-undangan. Benda Bergerak yang dapat Diwakafkan 1. Uang Rupiah 2. Logam Mulia 3. Surat Berharga 4. Benda bergerak lain yang berlaku 5. Kendaraan 6. Hak atas kekayaan intelektual 7. Hak sewa sesuai ketentuan syariah dan peraturan perunda-undanga yang berlaku. PP no. 28 Tahun 1977 dan Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1978 mengatur petunjuk yang lebih lengkap. Menurut pasal 9 ayat (1) PP No. 28 Tahun 1977, pihak yang hendak mewakafkan tanahnya harus datang di hadapan PPAIW guna melakukan ikrar wakaf. Pertama, Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara produktif. Kedua, Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat (1) diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah. Ketiga, Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir dilarang melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin tertulis dari Badan Wakaf Indonesia. Keempat, Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan yang dinyatakan dalam ikrar wakaf. 1. Asas Keberlangsungan Manfaat Praktek pelaksanaan wakaf yang dianjurkan oleh nabi yang telah dicontohkan oleh Umar bin Khattab dan diikuti oleh beberapa sahabat nabi lainnya yang sangat menekankan pentingnya menahan eksistensi benda wakaf, dan diperintahkan untuk menyedekahkan hasil dari pengelolaan benda tersebut. Pemahaman yang paling mudah untuk dicerna dari maksud nabi adalah bahwa substansi ajaran wakaf itu tidak semata-mata terletak pada pemeliharaan bendanya (wakaf), tapi yang jauh lebih penting adalah nilai manfaat dari benda tersebut untuk kepentingan kebijakan umum. 2. Asas Pertanggungjawaban Bentuk dari pertanggung jawaban tersebut adalah pengelolaan secara sungguh-sungguh dan semangat yang didasari oleh: 1) Tanggung jawab kepada Allah SWT yaitu atas perilaku perbuatannya, apakah sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturanNya. 2) Tanggung jawab Kelembagaan yaitu tanggung jawab kepada pihak yang memberikan wewenang (lembaga yang lebih tinggi). 3) Tanggung jawab Hukum yaitu tanggung jawab yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan hokum yang berlaku. 4) Tanggung jawab Sosial yaitu tanggung jawab yang terkait dengan moral masyarakat. 3. Asas Profesional Manajemen Manajemen wakaf menempati pada posisi paling urgen dalam dunia perwakafan. Karena yang paling menentuka benda wakaf itu lebih bermanfaat atau tidak tergantung pada pola pengelolaan, bagus atau buruk. dalam asas profesional manajemen ini harus memiliki/mengikuti sifat-sifat Nabi yaitu: 1) Amanah (dapat dipercaya) 2) Shiddiq (jujur) 3) Fathanah (cerdas/brilian) 4) Tabligh (menyampaikan informasi yang tepat dan benar) 4. Asas Keadilan Sosial Penegakan keadilan sosial dalam islam merupakan kemurnian dan legalitas agama. Orang yang menolak prinsip keadilan sosial ini dianggap sebagai pendusta agama (QS. 147/ Al-Ma’un). Substansi yang terkandung dalam ajaran wakaf ini sangat tampak adanya semangat menegakkan keadilan sosial melalui pendermaan harta untuk kebajikan umum. Tujuan dan fungsi wakaf harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan bagi: a. Sarana dan kegiatan ibadah; b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan; c. Bantuan kepada fakir miskin anak terlantar, yatim piatu, bea siswa; d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan. a. Menghilangkan sifat tamak dan kikir manusia atas harta yang dimilikinya. b. Menanamkan kesadaran bahwa di dalam setiap harta benda itu meski telah menjadi milik seseorang secara sah, tetapi masih ada di dalamnya harta agama yang mesti diserahkan sebagaimana halnya juga zakat. c. Menyadarkan seseorang bahwa kehidupan di akhirat memerlukan persiapan yang cukup . Maka persiapan bekal itu diantaranya adalah harta yang pernah diwakafkan d. Dapat menopang dan mengerakan kehidupan sosial kemasyarakatan umat islam, baik aspek ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lainnya. a. Pahala yang trus menerus mengalir selama benda yang diwakafkan masih dimanfaatkan walaupun si wakif sudah meninggal dunia b. Terus-menerusnya manfaat dalam berbagai jenis kebaikan dan tidak terputus dengan sebab berpindahnya kepemilikan Thank you