Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

RUKUN DAN SYARAT ZAKAT DAN WAKAF

Oleh

AL AMIN NIM 2130404009

Dosen Pengampu:

DRS. H. EMRIZAL, MM

ASRIDA, M.E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS

BATUSANGKAR

2023
Rukun dan Syarat Zakat dan Wakaf

A. Rukun Zakat
Rukun zakat yaitu unsur-unsur yang harus terpenuhi sebelum mengerjakan
zakat, rukun zakat meliputi orang yang berzakat (muzzaki), harta yang dizakatkan, dan
orang yang berhak menerima zakat (mustahik). Orang Yang Berzakat (Muzzaki) adalah
orang yang dikenai kewajiban membayar zakat atas kepemilikan harta yang telah
mencapai nisab dan haul. Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Zakat, muzzaki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh seorang
muslim dan dikenai kewajiban membayar zakat atas harta yang telah mencapai nisab
dan haul. Rukun zakat meliputi orang yang berzakat (muzzaki), harta yang dizakatkan,
dan orang yang berhak menerima zakat (mustahik).(Lahuri & Alaidi, 2018)
Istilah "mustahik" mengacu pada orang yang berhak menerima zakat. Zakat
sendiri adalah ibadah yang dilakukan dengan tujuan menyucikan diri sendiri,
membersihkan harta benda, dan membagikannya kepada mereka yang kurang
beruntung. Delapan Orang Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah dan Mal adalah
Mustahik..(Lutfi, 2021)
Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta), dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir (dan
mustahik zakat) dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada
wakilnya; yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.(Ii & Zakat,
n.d.)
Sebagaimana dinyatakan dalam surat at Taubah ayat 60, ada delapan jenis orang
yang menerima zakat;
1) Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidup mereka
2) Miskin, mereka yang memiliki harta tetapi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka
3) Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat
4) Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan iman dan syariah mereka
5) Budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya
6) Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam
mempertahankan jiwa dan izzahnya,
7) Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan
dakwah, jihad dan sebagainya
8) Ibnu Sabil, yaitu mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan
kepada Allah.

B. Syarat Zakat
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam membayar zakat adalah syarat yang
harus dipenuhi dari sisi wajib zakat (orang yang memberikan zakat) dan dari sisi syarat
harta yang dapat dikeluarkan zakatnya. Syarat harta yang dizakatkan mencakup(Lutfi,
2021)
1) Harta yang kepemilikannya sempurna
2) Berkembang (produktif atau berpotensi produktif)
3) Mencapai nisab
4) Melebihi kebutuhan pokok
5) Terbebas dari hutang
6) Kepemilikan harta sudah satu tahun penuh (haul)

Menurut Qardhawi (dalam Kartika sari, 2006) adapun syarat-syarat zakat


sebagai berikut:
1) Beragama Islam
2) Mencakupi satu nishab
3) Berlalu satu Haul atau satu tahun
4) Harta tersebut baik dan halal
5) Bersifat produktif, baik secara riil ataupun tidak riil.
Oleh karena itu, harta yang tidak berkembang dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup pemiliknya tidak diwajibkan untuk dizakati. Contoh harta yang tidak
berkembang termasuk rumah dengan segala perlengkapannya, kendaraan pribadi,
perhiasan yang tidak digunakan secara berlebihan, surplus dari kebutuhan pokok
minimal (primer), dan tidak memiliki hutang yang jatuh tempo.(Hastuti, 2014)
Syarat wajib zakat di sini dibagi ke dalam dua kategori yaitu:
Pertama ; orang-orang yang diwajibkan atasnya berzakat (muzakki).
Kedua ; benda atau harta kekayaan yang wajib dizakati.
1. Syarat-Syarat Muzakki (Orang yang Diwajibkan Berzakat);
(a) Merdeka. Umar bin al-Khattab r.a menegaskan:
‫قتعي ىتح ةاكزدبعال الم يف سيل‬

Artinya : “harta seorang hamba sahaya tidak dikenakan zakat, sehingga


ia merdeka.”

(b) Islam. Seorang muzakki disyaratkan muslim dan tidak dikenakan kewajiban
zakat bagi orang kafir. Adapun orang kafir dianggap tidak bersih jiwanya
selama dia tetap berada di dalam kekafirannya, sehingga tidak diwajibkan
atasnya menzakati harta kekayaan yang ia miliki. Allah berfirman:

‫مويالو هلال اب نونمؤيال نيذال كنذأتسي امنا‬


‫نوددرتي مهبير مهف مهبولق تباتراورخأال‬

Artinya : “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah


orang- orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan
hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam
keraguannya.”

2. Syarat-Syarat Harta yang Wajib di Zakati; Zakat ada dua macam;


1) Zakat yang berhubungan dengan harta disebut zakat mal (zakat harta).
Misalnya zakat emas, perak, hewan ternak, dan harta perniagaan.

2) Zakat yang berhubungan dengan badan disebut zakat nafs atau zakat
fitrah. Adapun syarat benda yang wajib dizakati sebagai berikut:
a. Milik penuh, maksudnya harta itu berada di dalam kekuasaan
dan dapat diapasajakan olehnya tanpa tersangkut dengan orang
lain. Harta kekayaan itu pada dasarnya kepunyaan Allah, karena
Dialah yang menciptakan dan mengkaruniakan kepada manusia.
b. Harta itu berkembang, maksudnya berkembang secara alamiah
sebab sunnatullah atau berkembang sebab usaha manusia.
Dengan ungkapan lain bahwa ketentuan tentang kekayaan yang
wajib dizakatkan adalah kekayaan dikembangkan dengan
sengaja atau kekayaan itu sendiri memiliki potensi berkembang.
Artinya, kekayaan itu menghasilkan keuntungan, bunga, atau
pendapatan, keuntungan investasi dan semacamnya.(Helwig et
al., n.d.)

C. Rukun wakaf
Adapun beberapa Rukun wakaf sebagai berikut;
1) Wakif (Orang yang mewakafkan harta)
Orang yang melakukan wakaf atas harta bendanya harus memenuhi
syarat sebagai orang yang berhak melakukan suatu perbuatan atau cakap
bertindak menurut hukum, yaitu orang yang telah dewasa (balig), sehat akalnya,
dan tidak terhalang untuk melakukan suatu perbuatan hukum. Selain itu, wakaf
harus dilakukan secara sukarela dan bebas dari paksaan.(Lutfi, 2021)
2) Mauquf bih (Barang atau harta yang diwakafkan)
Objektif wakaf harus memiliki karakteristik tertentu, seperti kekal
zatnya, yang berarti bahwa barang yang diwakafkan tidak dapat digunakan lagi
setelah digunakan.Selain itu, benda yang diwakafkan harus benar-benar milik
orang yang diwakafkan secara sah menurut hukum. Menurut PP No 28 tahun
1997, tanah wakaf tidak boleh digunakan untuk usaha, bangunan, pakai, atau
sewa. Selain itu, tanh tersebut bebas dari semua beban, ikatan, sitaan, dan
elemen lainnya.
3) Mauquf ‘alaih (Pihak yang diberi wakaf atau peruntukkan wakaf)
Penerima wakaf juga harus seorang yang cakap melakukan perbuatan
hukum. Ia harus sudah dewasa, sehat akalnya, dan tidak terhalang untuk
melakukan sesuatu perbuatan hukum.
4) Shighat (Pernyataan atau ikrar sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan)
sebagian harta bendanya.
Lafaz artinya ucapan dari orang yang berwakaf bahwa dia mewakafkan
untuk kepentingan tertentu atas sebuah obyek wakaf.(Iii et al., 1986)

D. Syarat Wakaf
Dalam kitab fiqih menyebutkan siapapun bisa menjadi nazir asal memenuhi
syarat-syarat untuk menjadi nazir, seorang wakif pun bisa menunjuk dirinya sendiri
atau orang lain menjadi nazir. Masa kerja nazir tidak seumur hidup, seorang nadzir bisa
berhenti kapanpun apabila disebabkan oleh hal-hal yang bisa membatalkan dia sebagai
nazir, seperti:
a) Meninggal dunia
b) Mengundurkan diri
c) Dibatalkan kedudukannya sebagai nadzir oleh Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan karena :
1) Tidak memenuhi syarat seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah dan
peraturan pelaksanaannya.
2) Melakukan tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan jabatannya
sebagai nadzir.
3) Tidak dapat melakukan kewajibannya lagi sebagai nadzir

Dalam rukun-rukun wakaf tersebut terdapat beberapa syarat yang harus


terpenuhi guna menentukan sah atau tidaknya rukun tersebut.(Hastuti, 2014)
1) Wakif
• Wakif harus orang yang merdeka (bukan hamba sahaya)
• Berakal sehat, sebab wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah
hukumnya dan dapat menggugurkan hak miliknya
• Dewasa (baligh)
• Cerdas
• Tidak berada dibawah pengampuan (boros atau lalai).
Syarat wakif organisasi
Yaitu organisasi tersebut harus memenuhi ketentuan organisasi untuk
mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran
dasar organisasi yang bersangkutan.
2) Maukuf Bih (benda atau barang yang diwakafkan)
Yaitu harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaaat
jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomis.Harta benda wakaf hanya
dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah.
• Abadi untuk selamanya
• Benda yang diwakafkan harus tetap zatnya dan bermanfaat untuk jangka
panjang
• Jelas wujudnya dan batasannya, contohnya tanah yang diwakafkan
harus milik si wakif, bukan benda yang diragukan serta terbebas dari
segala ikatan dan beban
• Jenis benda bergerak atau tidak bergerak seperti buku-buku, saham, dan
surat berharga
3) Maukuf ‘alaih (pihak yang diperuntukkan wakaf)
• Maukuf ‘alaih harus hadir saat penyerahan wakaf
• Bertanggung jawab dalam menerima wakaf tersebut
• Tidak durhaka pada Allah Swt.
• Orang yang ditanggungjawabi wakaf harus orang yang tepat dan sesuai
dengan yang dimaksud oleh wakif
4) Sighat
Yaitu pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/ atau
tulisan kepada nadzir untuk mewakafkan harta benda miliknya. Dalam hal ini
wakif tidak dapat menyatakan ikrar secara lisan atau tidak dapat hadir dalam
pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan yang dibenarkan oleh hukum, wakif
dapat menunjukan kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh dua orang
saksi.
• Tidak digantungkan
• Tidak menunjukkan waktu yang terbatas
• Tidak mengandung pengertian untuk mencabut kembali wakaf yang
hendak diberikan atau diserahkan.
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, Q. A. W. (2014). Urgensi manajemen zakat dan wakaf bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Ziswaf, 1(2), 379–403.

Helwig, N. E., Hong, S., & Hsiao-wecksler, E. T. (n.d.).

Iii, B. A. B., Pengertian, A., Hukum, D., & Wakaf, P. (1986). 4 3 2 32. 32–50.

Lahuri, S. Bin, & Alaidi, R. (2018). Analisis Kiasan Wakaf Terhadap Wakaf Jiwa Di Pondok
Modern Darussalam Gontor. Journal of Indonesian Comparative of Law, 1(2), 1.
https://doi.org/10.21111/jicl.v1i2.3872

Lutfi, M. (2021). Optimalisasi Zakat Profesi Para Muzzaki di Baznas Kota Tangerang. Madani
Syari’ah, 4(1), 1–13.

Anda mungkin juga menyukai