َُّوا َأِلنفُسِ ُكم مِّنْ َخي ٍْر َت ِج ُدوهُ عِ ندَ ٱهَّلل ِ ۗ ِإن
۟ ٱلز َك ٰو َة ۚ َو َما ُت َق ِّدم ۟ ص َل ٰو َة َو َءا ُت
َّ وا ۟ َوَأقِيم
َّ ُوا ٱل
ون بَصِ ي ٌر َ ُٱهَّلل َ ِب َما َتعْ َمل
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan
bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha
Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 110)
IX. PEMBAHASAN
Pembahasannya adalah terkait kriteria penentu mustahik, prosentase penyebaran mustahik
dan distribusi zakat. Dalam pemanfaatan zakat, amil zakat mendistribusikannya untuk dibagikan
kepada para mustahiq.
Kriteria mustahiq sesuai dengan yang tercantum dalam QS. At-Taubah: 60 yaitu terdapat 8
asnaf/golongan yang berhak menerima zakat. Namun, dalam praktiknya amil akan fokus
kepada fakir miskin. Amil zakat focus kepada fakir miskin dengan alasan:
a. Mengutamakan skala prioritas dimana untuk saat ini mayoritas dan layak dibantu adalah
golongan tersebut,
b. Bahwa pemberian zakat tidak harus kepada 8 asnaf apabila tidak terdapat secara utuh
dalam satu wilayah,
c. Apabila dipandang lebih mewujudkan kemaslahatan dengan hanya memberikan kepada
fakir miskin/ mengutamakan skala prioritas.
Untuk siapa yang termasuk dalam kategori fakir miskin amil zakat akan membuat sebuah
skala prioritas yang didalamnya terdapat pengkategorian calon mustahiq, seperti penghasilan
kepala keluarga, pekerjaan, keadaan rumah, kendaraan, dsb.
Bagian masing-masing mustahiq adalah sesuai kebutuhannya sehingga tidak harus 1/8
(seperdelapan). Bagian amil sesuai QS. At-taubah: 60, tetap mendapat bagian 1/8 sebagai jasa
upah atas fungsinya dalam mengumpulkan dan mendistribusikan dana zakat kepada mustahiq.
Biasanya bagian amil dapat juga masuk kedalam dana cadangan yang digunakan untuk
operasional atau untuk dibagikan kembali kepada mustahiq suatu saat nanti.
Kemudian, Kapan waktu Zakat Fitri harus Dikeluarkan Kemudian Didistribusikan?
berdasarkan hadits dari Abdullah bin ‘Umar (diriwayatkan), bahwa Rasulullah SAW telah
mewajibkan Zakat Fitri di bulan Ramadan atas setiap jiwa dari kaum muslimin, baik orang
merdeka, hamba sahaya, laki-laki atau pun perempuan, anak kecil maupun dewasa, yaitu
berupa satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum (HR. Muslim).
Hadits ini menjelaskan bahwa kewajiban mengeluarkan zakat bagi para muzakki adalah
selama bulan Ramadan. Ungkapan hadis Nabi Saw “min ramadan” sejatinya telah menunjukkan
bahwa sepanjang bulan Ramadan adalah waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah. Karenanya,
batas akhir mengeluarkan zakat fitrah bagi para muzakki adalah sebelum salat idul fitri.
Pendapat di atas juga diperkuat dengan hadis dari Ibnu ‘Abbas yang menegaskan bahwa
Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari
perkataan yang sia-ia dan kotor serta untuk memberi makan kepada orang-orang miskin.
Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat ‘Id, maka itu adalah zakat diterima, dan
barang siapa yang menunaikannya sesudah shalat ‘Id, maka itu hanyalah sekedar sedekah (HR.
Abu Dawud).
Karena zakat fitrah ini wajib, kalau orang lalai bisa jadi dosa. Karenanya harus disegerakan
mengeluarkan zakat. Boleh di awal, tengah, atau akhir Ramadan. Ini bagi muzakki atau orang
yang mengeluarkan zakat.
Setelah mengeluarkan zakat fitrah dan dikumpulkan oleh panitia zakat, lalu kapan zakat
tersebut didistribusikan kepada orang-orang fakir dan miskin. Distribusi zakat diutamakan
sebelum salat Id. Tetapi apabila ada kondisi tertentu terkendala teknis distribusi, maka
diperbolehkan atau sah-sah saja. Titik tekan keharusan dilaksanakan sebelum salat Id dalam
hadis Abu Dawud di atas, sejatinya ada pada mengeluarkan zakat dari para muzakki, bukan
pada distribusi zakat kepada fakir miskin.
Kata kunci hadis Abu Dawud di atas ada pada muzakki, yaitu harus mengeluarkan zakat
sebelum salat Id. Karena kalau mengeluarkan zakat setelah salat Id, dihitung pahala sedekah,
yang artinya kita tidak melaksanakan kewajiban zakat fitrah. Sementara distribusi zakat masih
ada pertimbangan boleh didistribusikan sepanjang tahun. Hal tersebut sebagai jalan paling
maslahat apabila zakat yang terkumpul begitu banyak yang mungkin akan kesulitan bila harus
didistribusikan dalam tempo yang singkat.
X. PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam pemanfaatan zakat, Amil Zakat akan mendistribusikannya untuk dibagikan kepada
para mustahiq. Kriteria mustahiq sesuai dengan yang tercantum dalam QS. At-Taubah: 60 yaitu
terdapat 8 asnaf/golongan yang berhak menerima zakat.
Namun, dalam praktiknya fokus kepada fakir miskin. Amil Zakat akan fokus kepada fakir
miskin dengan alasan, mengutamakan skala prioritas dimana untuk saat ini yang mayoritas dan
layak dibantu adalah golongan tersebut. Pemberian zakat tidak harus kepada 8 asnaf apabila
tidak terdapat secara utuh dalam satu wilayah, dan apabila dipandang lebih mewujudkan
kemaslahatan dengan hanya memberikan kepada fakir miskin/ mengutamakan skala prioritas.
Kewajiban mengeluarkan zakat bagi para muzakki adalah selama bulan Ramadan. Ungkapan
hadis Nabi Saw “min ramadan” sejatinya telah menunjukkan bahwa sepanjang bulan Ramadan
adalah waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah. Karenanya, batas akhir mengeluarkan zakat
fitrah bagi para muzakki adalah sebelum salat idul fitri.
Distribusi zakat diutamakan sebelum salat Id. Tetapi apabila ada kondisi tertentu terkendala
teknis distribusi, maka diperbolehkan atau sah-sah saja. Titik tekan keharusan dilaksanakan
sebelum salat Id, sejatinya ada pada mengeluarkan zakat dari para muzakki, bukan pada
distribusi zakat kepada fakir miskin.
Zakat fitrah wajib ditunaikan bagi setiap jiwa, dengan syarat beragama Islam, hidup pada
saat bulan Ramadhan, dan memiliki kelebihan rezeki atau kebutuhan pokok untuk malam dan
Hari Raya Idul Fitri. Besarannya adalah beras atau makanan pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter
per jiwa.
Para ulama, diantaranya Shaikh Yusuf Qardawi telah membolehkan zakat fitrah ditunaikan
dalam bentuk uang yang setara dengan 1 sha’ gandum, kurma atau beras. Nominal zakat fitrah
yang ditunaikan dalam bentuk uang, menyesuaikan dengan harga beras yang dikonsumsi.
Berdasarkan SK Ketua BAZNAS No. 10 Tahun 2022 tentang Zakat Fitrah dan Fidyah untuk
wilayah Ibukota DKI Jakarta Raya dan Sekitarnya, ditetapkan bahwa nilai zakat fitrah setara
dengan uang sebesar Rp45.000,-/hari/jiwa
Zakat fitrah boleh dibayarkan dalam bentuk uang. Mereka berpedoman pada firman Allah
sebagai berikut. (Imam Hanafi)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (Ali Imran: 92)
Pada ayat tersebut, Allah memerintahkan hambanya untuk menafkahkan sebagian harta
yang kita cintai. Harta yang paling dicintai pada masa Rasul berupa makanan. Sementara, harta
yang paling dicintai pada masa sekarang adalah uang. Oleh karena itu, menunaikan zakat fitrah
diperbolehkan dalam bentuk uang.
Wallohu a’lam_