Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Zakat, Infaq, dan Shodaqoh


Zakat secara etimologi berarti pertumbuhan, pertambahan,
penyucian, dan penghargaan (pujian). Sedangkan secara terminologi ialah
mengeluarkan sejumlah harta tertentu, sesuai ketentuan syariat kepada
orang orang tertentu (ashnaf makhshushah), dengan cara yang telah
ditentukan.1
Di dalam Al-Qur’an, Allah mengaitkannya dengan shalat pada
hampir 82 tempat. Dalil Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah mengenai zakat
sangat banyak, di antaranya firman Allah berikut:
“ Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” (Al-Baqarah [2] : 43,83, 110)
Hadits Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
“ Islam tegak di atas lima (perkara) : bersaksi bahwa tidak ada
tuhan yang patut disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-
Nya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat berpuasa Ramadhan, dan
mengunjungi Baitullah (menunaikan haji) bagi orang yang bisa
menempuhnya,” (Muttafaq ‘Alaih)
Dalam hal ini, kaum muslimin sepakat bahwa membayar zakat
adalah wajib. Zakat dapat membersihkan muzaki (orang yang
mengeluarkan zakat) dari sifat kikir dan rakus, serta menghiasinya dengan
akhlak yang terpuji.
Zakat merupakan upaya mensucikan diri dari kotoran kikir dan
dosa, menyuburkan pahala melalui pengeluaran sedikit dari nilai harta
pribadi untuk kaum yang memerlukan. Zakat adalah penyerahan atau
penunaian hak yang wajib yang terdapat di dalam harta untuk diberikan
kepada orang-orang yang berhak. Zakat merupakan tindakan pemindahan
kekayaan dari golongan mampu kepada golongan tidak mampu.²
Menurut ED PSAK 109, zakat merupakan harta yang wajib
dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). 3
Kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah,
tumbuh, dan baik. Menurut lisan al Arab kata zaka mengandung arti suci,
tumbuh, berkah, dan terpuji. Zakat menurut istilah fiqh adalah sejumlah
harta tertentu yang harus diserahkan kepada orang-orang yang berhak
menurut syariat Allah SWT (Qardawi,1991).4
Zakat meningkatkan pendapatan orang-orang miskin. Karena
rendahnya pendapatan mereka, tambahan pendapatan melalui zakat akan
digunakan keseluruhannya untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa
pokok sehingga meningkatkan permintaan agregat terhadap barang dan
jasa pokok.5
Zakat dibagi menjadi dua, yaitu zakat nafs dan zakat mal. Zakat
mal atau zakat harta misalnya, zakat emas, perak, binatang ternak, hasil
tumbuh-tumbuhan baik berupa buah-buahan maupun biji-bijian, dan harta
peniagaraan. Zakat nafs atau zakat jiwa biasa dikenal dengan zakatul fitri
atau zakat yang harus dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan ramadhan
menjelang shalat Idul Fitri.6
Infaq berasal darikata anfaqa yang berarti mengeluarkan segala
sesuatu untuk kepentingan sesuatu. Infaq adalah pemberian atau
sumbangan harta selain zakat untuk kebaikan. Sedangkan menurut
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dijelaskan
bahwa infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan
usaha diluar zakat untuk kemaslahatan umum.7
Menginfaqan harta secara baik dan benar termasuk salah satu
ukuran atau indikasi sifat ketaqwaan manusia kepada Allah SWT. Infaq
yang diberikan menjadi salah satu pemasukan untuk dana sosial, yang
tidak terikat jumlah dan waktunya. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang
yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah. Seperti
pada ayat Al-Qur’an Surah Ali Imran : 134:
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema’afkan (kesalahan) rang. Allah meyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” 8
Shadaqah adalah suatu pemberian yang diberikan oleh seorang
muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi
waktu dan jumlah tertentu, suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang
sebagai suatu kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala
semata. 9
Dalam terminologi syariah, pengertian shadaqah berarti
\mengeluarkan sebagian harta atau penghasilan untuk kepentingan yang
diperintahkan ajaran islam.10
Jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih
luas, menyangkut hal-hal yang bersifat non materiil. Adapun anjuran
tentang bersedekah seperti dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah : 254:
“ Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah ( di jalan Allah) sebagian
dari rezki yang telah kami berikankepadamu sebelum datang hari yang
pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at, dan orang-
orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”11
Infaq dan shadaqah menjadi bagian dari zakat danmemiliki tujuan
sama yaitu untuk mensejahterakan umat dan mengajarkan untuk selalu
berbagi kepada sesama dengan memberikan sebagian harta yang kita
miliki. Yang membedakan yaitu orang yang menerimanya, zakat terbatas
pada delapan asnaf sedangkan infaq dan shadaqah kepada siapa saja yang
membutuhkan termasuk delapan asnaf, zakat dikeluarkan setelah harta
mencapai nisabnya sedangkan shadaqah dan infaq bisa kapan saja
dikeluarkan. Tetapi ketiganya memiliki peran dan fungsi yang sama untuk
muzzaki (pemberi zakat),munfik (pemberi infaq), dan mushaddiq (pemberi
sedekah) maupun mustahiq (penerima zakat, infaq, dan shodaqoh).12
B. Penerima Akuntansi untuk Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Orang yang berhak menerima zakat sesuai dengan syariat islam


berdasarkan Quran Surah At-Taubah : 60, yaitu:

“ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang kafir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” 13

1. Orang-orang Fakir dan Miskin

Fakir adalah mereka yang tidak berharta serta tidak memiliki usaha
yang tetap dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka
juga dikategorikan sebagai orang yang fakir juga tidak memiliki pihak-
pihak yang menjamin kehidupannya. Miskin adalah orang-orang yang
tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, meskipun selama itu ia
memiliki pekerjaan ataupun usaha yang tetap. Para ulama menegaskan
bahwa mereka yang dikategorikan sebagai fakir dan miskin pada dasarnya
adalah mereka yang tidak memiliki kemampuan materi, dengan ciri-ciri:

a. Kemampuan materi nol atau kepemilikan aset yang nihil


b. Memiliki aset property dalam jumlah yang sangat minim
c. Mereka yang tidak dapat memanfaatkan kekayaannya karena berada
jauh dari tempat tinggalnya juga dapat dikategorikan sebagai orang
yang tidak mampu secara materi.14

2. Amil Zakat atau Pengumpul Zakat

Amil adalah mereka yang diangkat oleh pihak yang berwenang


yang diberikan tugas untuk melaksanakan berbagai kegiatan dengan
urusan zakat. Seperti mengumpulkan danazakat serta membagikannya
kepada para mustahik penerima dana zakat. Tugas para amil dalam
menyalurkan zakat adalah:

a. Menarik zakat dari para muzaki


b. Mendoakan ketika muzaki menyerahkan zakatnya
c. Mencatat zakat dengan benar (diserahkan oleh muzaki)
d. Mengatur pembagian zakat dengan benar dan adil
e. Menyalurkan zakat kepada yang berhak menerimanya.15
3. Mualaf

Mualaf adalah mereka yang baru masuk Islam, yang diharapkan


kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap
Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin
atauharapan akanadanya kemanfaatan mereka dalam membela dan
menolong kaum muslimin. 16

4. Riqab (Budak)

Riqab budak merupakan orang-orang yang kehidupannya dikuasai


secara penuh oleh majikannya. Islam telah melakukan berbagai cara
untuk menghapuskan tindakan perbudakan di dalam masyarakat. Di
antaranya sebagian dana zakat digunakan untuk memerdekakan
budak.17

5. Gharim (Orang yang Berhutang)

Gharim adalah orang yang mempunyai utang, dan ia tidak


mempunyai kelebihan dari utangnya. Termasuk dalam kategori
pertama orang yang berhutang untuk kepentingan pribadi yang tidak
bisa dihindarkan dengan syarat-syarat sebagai berikut; utang itu tidak
timbul karena kemaksiatan, utang itu melilit pelakunya, orang yang
berhutang tidak sanggup lagi melunasi utangnya, utang sudah jatuh
tempo, atau sudah harus dilunasi ketika zakat itu diberikan kepada
orang yang berhutang. Kedua, orang yang berhutang untuk
kepentingan sosial, seperti untuk mendamaikan antara pihak yang
bertikai dengan memikul biaya denda kriminal atau biaya barang-
barang yang dirusak. Ketiga, orang yang berhutang karena menjamin
utang orang lain dimana yang memjamin dan yang dijamin keduanya
berada dalam kondisi kesulitan keuangan.18

6. Ibnu Sabil

Seseorang yang berada dalam perjalanannya tidak mempunyai


bekal untuk memenuhi kebutuhannya dalam perjalanan. Kelompok-
kelompok sasaran zakat tersebut padaumumnya kaum lemah yang
memerlukan perlindungan di bidang ekonomi. Islam mempunyai
komitmen yang tinggi terhadap kaum yang lemah, termasuk lemah di
bidang ekonomi, karena orang lemah tidak mampu mewujudkan
eksistensi dirinya sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi dan
sebagai hamba yang harus mengabdi kepadanya. 19
7. Fisabillah (Berjuang di jalan Allah)

Fisabillah adalah orang berjuang dijalan Allah dalam pengertian


luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama fiqih. Intinya
adalah melindungi dan memelihara agama serta meninggikan kalimat
tauhid20, orang yang berjihad di jalan Allah, bila terjadi peperangan
dan untuk kepentingan kemaslahatan bersama seperti mendirikan
masjid, membuat jembatan, memperbaiki jalan-jalan dan lain-lain.21

Al Imam Al Hasan Al Bashri pernah ditanya tentang orang yang


mempunyai rumah dan pembantu, bolehkah ia diberi zakat? Ia
menjawab: “Boleh jika ia sedang butuh. Ini tidak dosa baginya.” 22

Para pengikut Asyafi’i berkata: “ Jika ia mempunyai biaya


pengobatan, sedangkan pemasukannya kurang dari mencukupi, maka
ia orang fakir atau miskin. Maka ia diberikan harta zakat yang cukup
hingga tidak terbebani belanjanya.” 23

Laporan keuangan zakat,infaq, dan shodaqoh dimulai pencatatan


pada pnerimaan serta dilampirkan bukti transaksi penerimaan kas,
kemudian membuat daftar pengeluaran/penyaluran zakat,infaq dan
shodaqoh serta bukti pengeluaran, kemudian dihitung total penerimaan
yang dikurangkan dengan total pengeluaran dan menghasilkan sisa
saldo. Kemudian membuat laporan pertanggungjawaban atas hasil
penerimaan danpenyaluran dana zakat, infaq dan shodaqoh.24
C. Akuntansi untuk Zakat, Infaq, dan Shodaqoh
Lembaga zakat merupakan organisasi yang mendapat tanggung
jawab (amanah) dari para muzakki untuk menyalurkan zakat yang telah
mereka bayarkan kepada masyarakat yang membutuhkansecara efektif dan
efisien. Penyaluran secaraefektif adalah penyaluran zakat yang sampai
pada sasaran masyarakat dan mencapai tujuan. Sementara itu, penyaluran
zakat yang efisien adalah terdistribusikannya zakat dengan baik. Lembaga
zakat berkewajiban untuk mencatat setiap setoran zakat dari muzakki baik
kuantitas maupun jenis zakat, kemudian melaporkan pengelolaan zakat,
infaq, dan shodaqoh kepada masyarakat. Akuntansi zakat, infaqdan
shodaqoh berfungsi untuk melakukan pencatatan dan pelaporan atas
penerimaan dan pengalokasian zakat.25
Anies Basalamah, 1995, membagi sistem akuntansi dan pelaporan
untuk Lembaga zakat menjadi dua bagian, yaitu untuk dana yang terbatas
(restricted funds) yaitu zakat dan infaq. Dan untuk dana yang tidak
terbatas (unrestricted funds) yaitu dana shodaqoh. 26
Tujuan akuntasi zakat,infaq, dan shodaqoh antara lain:
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,
efisien, dan efektif atas zakat, infaq dan shodaqoh, hibah, serta wakaf.
Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management
control) untuk kepentingan internal organisasi.
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi lembaga pengelola
zakat (manajemen) untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab
dalam mengelola secara tepat dan efektif program penggunaan zakat,
infaq dan shodaqoh, hibah, serta wakaf yang menjadi wewenangnya;
dan memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat untuk melaporkan
kepadapublikatas hasil operasi dan penggunaan danapublik (dana
umat). Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).27
Akuntansi zakat terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan
informasi, pengendalian manejemen, dan akuntabilitas. Bagi manajemen,
informasi akuntansi zakat,infaq, dan shodaqoh digunakan dalam proses
pengendalian manajemen mulai dari perencanaan, pembuatan program,
alokasi anggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.28
Pada dasarnya terdapat beberapa teknik akuntansi yang biasa
diadopsi oleh organisasi baik yang bersifat mencari laba (profit motive)
maupun lembaga nonprofit, seperti lembaga pengelola zakat, yayasan,
LSM, partai politik, dan sebagainya. Teknik akuntansi tersebut, yaitu: 29
1. Akuntansi Anggaran
2. Akuntansi Komitmen
3. Akuntansi Dana
4. Akuntansi Kasa
5. Akuntansi Akrual
Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat
mutually exclusive. Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi
tersebut tidak berarti menolak penggunaan teknik yang lain. Dengan
demikian, suatu organisasi dapat menggunakan teknik akuntasi yang
berbeda-beda, bahkan dapat menggunakan kelima teknik tersebut secara
bersama-sama. Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi komitmen
berbeda satu dengan yang lainnya karena adanya perbedaan waktu
pengakuan pendapatan dan biaya (timeof recognition).30
Untuk kepentingan zakat,infaq dan shodaqoh, penggunaan teknik
akuntansi kas dan akuntansi dana dapat digunakan dengan beberapa
alasan. Pertama, pengelolaan ZIS tidak melibatkan rekening utang-piutang
dan persediaan sehingga penggunaan teknik akuntansi kas sudah cukup
memadai. Kedua, akuntansi dengan basis kas cukup sederhana dan mudah
sehingga personel yang tidak berlatar belakang pendidikan tinggi
akuntansi dapat melakukannya. Jika hendak menciptakan lembaga
pengelola ZIS yang baikmaka perlu akuntan untuk mendesain sistem
akuntansi dan sistem informasi manajemen.31
Akuntansi Dana (Fund Accounting). Penggunaan dana peran
anggaran sangat penting dalam organisasi sektor publik. Dalam tahap awal
perkembangan akuntansi dana, pengertian “dana (fund)” dimaknai sebagai
dana kas (cash fund). Tiap-tiap dana harus ditempatkan pada laci (cash
drawer) secara terpisah; beberapa pengeluaran harus diambilkan dari satu
laci dan pengeluaran lain dari laci lainnya. Namun saat ini “dana”
dimakanai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang tepisah,
termasuk sumber daya nonkas dan utang diperhitungkan di dalamnya.32
General Fund atau dana umum merupakan jumlah total penerimaan
zakat,infaq, shodaqoh, hibah, dan wakaf yang diterima oleh lembaga
pengelola zakat. Total dana ini akan dialokasikan ke beberapa kelompok
penerima (fakir-miskin, fisabilillah, ibnu sabil dan lain sebagainya).33
Akuntansi Kas. Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada
saat kas diterima, dan pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Banyak
organisasi nonprofit menggunakan akuntansi kas karena akuntansi kas
relatif lebih sederhana dan tidak menyita waktu.34

Anda mungkin juga menyukai