Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ega Rafiansyah

Nim : 11823136
Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Islam

HARTA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Pengertian
Pengertian harta (maal) dalam bahasa Arab ialah apa saja yang dimiliki manusia.
Pengertian harta secara Istilah Madzhab Hanafiyah: Semua yang mungkin dimiliki, disimpan
dan dimanfaatkan. Menurut Jumhur Fuqaha; Setiap yang berharga yang harus diganti apabila
rusak.Menurut Hambali: apa-apa yang memiliki manfaat yang mubah untuk suatu keperluan
dan atau untuk kondisi darurat. Imam Syafii: barang-barang yang mempunyai nilai untuk dijual
dan nilai harta itu akan terus ada kecuali kalau semua orang telah meninggalkannya (tidak
berguna lagi bagi manusia). Ibnu Abidin: segala yang disukai nafsu atau jiwa dan bisa disimpan
sampai waktu ia dibutuhkan. As Suyuti dinukil dari Imam Syafii: tidak ada yang bisa disebut
mal (harta) kecuali apa-apa yang memiliki nilai penjualan dan diberi sanksi bagi orang yang
merusaknya.

B. Pengelolaan Harta Dalam Islam


Ada 3 poin penting dalam pengelolaan harta kekayaan dalam Islam (sesuai Al-Qur’an dan
Hadits); yaitu:
1. Larangan mencampur-adukkan yang halal dan batil. Hal ini sesuai dengan Q.S. Al-Fajr
(89): 19; ”Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang
halal dan yang bathil)”
2. Larangan mencintai harta secara berlebihan Hal ini sesuai dengan Q.S. Al-Fajr (89): 20;
”Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”
3. ”Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram darahnya, hartanya dan kehormatannya”
(hadits Muslim).

C. Cara Memperoleh Harta


Pertama, kepemilikan itu tidak dilakukan dari hasil mengambil atau merampas hak orang
lain. Maksud orang lain di sini tidak hanya terbatas pada orang pribadi tapi juga banyak orang,
seperti harta yang dimiliki oleh negara, perusahaan atau badan hukum lainnya.Kedua, tidak
menguasai atau memiliki barang-barang yang diharamkan untuk dikonsumsi, seperti minuman
keras, atau barang yang memang tidak ada keperluan bahkan berbahaya jika dimiliki, seperti
hewan buas. Keharaman dalam hal ini tidak hanya ditinjau dari aspek syariah, tapi juga dari
aspek hukum yang berlaku. Sebagai contoh, ketika negara melarang warganya untuk memiliki
suatu barang, maka barang tersebut tetap diharamkan. Ketiga, diperoleh dengan cara berdagang
atau usaha lain yang halal. Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw ayyul kasbi
athyab, (usaha apa yang paling baik). Rasulullah saw menjawab amalur rajuli biyadihi wakullu
baiin mabrur (usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan jual beli yang mabrur) (Musnad
Ahmad, No 17265). Keempat, kepemilikan dapat timbul karena pemberian. Pemberian dapat
dilakukan dengan hadiah atau warisan. Cara ini juga merupakan salah satu cara yang halal
dalam memperoleh harta kekayaan. Kelima, kepemilikan karena undang-undang atau karena
hukum. Seperti apabila orang merusak barang milik orang lain, maka dia wajib membayar
denda, mahar, nafkah dan lain sebagainya.
Nama : Ega Rafiansyah
Nim : 11823136
Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Islam

ZAKAT

A. Definisi Zakat
Pengertian zakat dari segi bahasa, zakat yang berarti suci dan subur. Menurut istilah syara’
ialah: mengeluarkan sebagian dari harta benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah wajib
kepada mereka yang telah ditetapkan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum
Islam. Definisi zakat secara terminologi (istilah), terdapat beberapa pendapat yang bervariasi
yang dikemukakan oleh para ulama. Meski demikian, semuanya mengacu pada makna dan
substansi yang sama. Karena itu, Wabah al-Zuhaili menyebutkan dalam bukunya bahwa
pengertian zakat secara umum adalah “ hak tertentu yang terdapat dalam harta seseorang”.
Definisi umum ini dihimpun dan muncul dari saringan berbagai definisi yang lebih spesifik
yang dikemukakan oleh ahli fiqih. Misalnya ulama dari kalangan mazhab Syafi’I
mendefinisikannya sebagai: “suatu istilah tentang suatu ukuran tertentu dari dari harta yang
telah ditentukan,yang wajib dibagikan kepada golongan-golongan tertentu serta dengan syarat
yang ditentukan”.
B. Yang Berhak Menerima Zakat
Kitab suci Al-Quran dalam surat At-Taubah ayat 60 menetapkan orang–orang yang berhak
menerima zakat dari negara. Mereka terdiri atas delapan orang yang menurut Sayyid
Muhammad Rasyid Ridha dapat dibagi menjadi 2 bagian:
1. Individu-individu, terdiri atas enam golongan:
a. Golongan fakir (fuqoro) yang terlantar dalm kehidupan karena ketiadaan alat dan
syarat-syaratnya.
b. Golongan Miskin (masakin) yang tidak mempunyai apa-apa
c. Golongan para pegawai (‘amilin ‘alaiha) yang bekerja untuk mengatur pemungutan dan
pembagian zakat tersbut.
d. Golongan orang-orangyang perlu dihibur hatinya (muallafati qulubuhum), yang
memerlukan bantuan materi atau keuangan untuk mendekatkan hatinya kepada Islam.
e. Golongan orang-orang yang terikat oleh utang (ghorim), yang tidak menyanggupi
dirinya untuk melunasi utang tersebut.
f. Golongan orang-orang yang terlantar dalm perjalanan (ibnu sabil), yang memerlukan
bantuan ongkos untuk kehidupan dan kediamannya serta untuk pulang ke daerah
asalnya.
2. Kepentingan umum dari masyarakat dan negara, terdiri atas dua golongan:
a. Untuk pembebasan dan kemeedekaan, bagi masing-masing diri, (individu),suatu
golongan, atau suatu bangsa, yang dinamakan fir riqaab.
b. Untuk segala kepentingan, masyarakat dan negara, yang bersifat pembangunan dalam
segala lapangan atau pembelaan perjuangan yang dinamakan fisabilillah.
C. Macam- Macam Zakat Yang Harus Dipungut
Selain penetapan pembagian harta-harta zakat yang tersbut dalm Al –Quran, hadist Nabi
yang diriwayatkan oleh Bukhori menyebutkan pula macam-macam benda yang harus ditarik
zakatnya. Jika disimpulkan dapat dibagi empat bagian:
a. Zakat harta kekayaan yang dinamakan (zakat an-nuqud), yaitu barang-barang emas
dan perak, mata uang, uang kertas, cek, dan sebagainya.
b. Zakat hewan yang dinamakan (zakat al-an’am), yaitu unta, sapi, kerbau, kambing, dan
domba.
c. Zakat perdagangan yang dinamakan (zakat at-tijaroh), yaitu segala macam barang
perdagangan.
d. Zakat pertanian yang dinamakan (zakat az-ziro’ah), yaitu beras, gamdum, jagung, dll.

D. Syarat-Syarat Zakat

1. Dimiliki secara sempurna.Pemilik harta yang hakiki sebenarnya adalah Allah Ta’ala.
Harta yang hakikatnya milik Allah ini telah dikuasakan pada manusia. Jadi manusia yang
diberi harta saat ini dianggap sebagai pemegang amanat harta yang hakikatnya milik
Allah.Sedangkan yang dimaksud dengan syarat di sini adalah harta tersebut adalah milik
di tangan individu dan tidak berkaitan dengan hak orang lain, atau harta tersebut
disalurkan atas pilihannya sendiri dan faedah dari harta tersebut dapat ia peroleh.
2. Termasuk harta yang berkembang.Yang dimaksudkan di sini adalah harta tersebut
mendatangkan keuntungan dan manfaat bagi si empunya atau harta itu sendiri
berkembang dengan sendirinya.
3. Telah mencapai nishob. Nishob adalah ukuran minimal suatu harta dikenai zakat. Untuk
masing-masing harta yang dikenai zakat, ada ketentuan nishob masing-masing yang nanti
akan dijelaskan.
4. Telah mencapai satu haul. Artinya harta yang dikenai zakat telah mencapai masa satu
tahun atau 12 bulan Hijriyah.
5. Kelebihan dari kebutuhan pokok. Harta yang merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok,
itulah sebagai barometer seseorang itu dianggap mampu atau berkecukupan.
Nama : Ega Rafiansyah
Nim : 11823136
Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Islam

WAKAF

A. Definisi Wakaf
Wakaf menurut bahasa adalah sesuatu (kendaraan, tanah, dsb) yg diberikan secara ikhlas
untuk kepentingan umum yg berhubungan dengan agama. Sedangkan menurut Al-Syarbani Al-
Khatib wakaf berasal dari kata waqf yang berarti radiah (terkembalikan), al-tahbis (tertahan)
dan al-man’u (mencegah).
B. Definisi Wakaf Uang
Wakaf uang (wakaf tunai) menurut Syauqi Beik (2014) merupakan dana atau uang yang
dihimpun oleh institusi pengelola wakaf (nadzir) melalui penerbitan sertifikat wakaf uang yang
dibeli oleh masyarakat. Dalam pengertian lain wakaf uang dapat juga diartikan mewakafkan
harta berupa uang atau surat berharga yang dikelola oleh institusi perbankkan atau lembaga
keuangan syari’ah yang keuntungannya akan disedekahkan, tetapi modalnya tidak bisa
dikurangi untuk sedekahnya, sedangkan dana wakaf yang terkumpul selanjutnya dapat
digulirkan dan diinvestasikan oleh nadzir ke dalam berbagai sektor usaha yang halal dan
produktif, sehingga keuntungannya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan umat dan bangsa.
C. Pengelolaan Invesatasi Wakaf Uang
Investasi Wakaf tunai dapat dilakuan dengan berbagai jenis investasi antara lain:
1. Investasi jangka pendek yaitu investasi dalam bentuk mikro kredit.
2. Investasi jangka menengah yaitu investasi kepada industri dan usaha kecil.
3. Investasi jangka panjang yaitu investasi untuk industri manufaktur, atau industri besar
lainnya .

D. Urgensi Wakaf Terhadap kegiatan ekonomi secara makro


1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Wakaf uang yang digunakan untuk investasi bisnis seperti yang difatwakan Muhammad
ibn Abdullah al-Anshari ternyata mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu
negara, yaitu dengan mentransformasikan tabungan masyarakat menjadi modal investasi.
2. Pemerataan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai salah satu institusi keagamaan yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi
yang tidak melihat lintas waktu, wakaf ternyata tidak hanya sekedar mentransformasikan
tabungan masyarakat berkecukupan menjadi dana umat , namun juga dapat menjadi salah
satu sarana meratakan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
3. Stabilitas politik dan ekonomi
Jika asumsi pertama dan kedua diatas ternyata dapat diwujudkan , maka wakaf uang
diperkirakan tidak hanya sebatas mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pertumbuhan ekonomi. Lebih dari itu , juga akan mampu menjaga stabilitas
polituik yang diakibatkan oleh tidak meratanya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
ekonomi akibat tidak seimbangnya antara uang dan barang, disamping gejolak tingkat
bunga , nilai tukar dan komoditas serta harga saham yang berlebihan.
Hasil dari pengelolaan dana wakaf , dapat menjaga stabilitas politik akibat
kitidakmampuan pemerintah menciptakan pertumbuhan ekonomi , yakni dengan
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang meliputi : Pendapatan yang lebih tinggi
dan tersedianya lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan sarana pendidikan yang baik.
Dan bagi pemerintah juga dapat mengurangi beban APBN dan menambah devisa negara.
Nama : Ega Rafiansyah
Nim : 11823136
Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Islam

ETIKA BISNIS DALAM ISLAM

A. Pengertian Moral dan Etika


Pengertian moral adalah merupakan pengetahuan atau wawasan yang menyangkut budi
pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik, buruknya perbuatan dan
kelakuan. Moralisasi yaitu uraian (pandangan dan ajaran) tentang perbuatan serta kelakuan
yang baik. Demoralisasi, yaitu kerusakan moral.
Pengertian etika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan-perbuatan yang di lakukan oleh manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan
kata lain aturan ataupun pola-pola dari tingkah laku yang di hasilkan oleh akal manusia. Karena
adanya etika pergaulan dalam masyarakat/bermasyarakat akan terlihat baik & buruknya.
B. Pengertian Etika Bisnis
Etika sebagai perangkat prinsip moral yang membedakan apa yang benar dari apa yang
salah, sedangkan bisnis adalah suatu serangkaian peristiwa yang melibatkan pelaku bisnis,
maka etika diperlukan dalam bisnis. Dengan demikian dapat dipahami bahwa, Etika bisnis
adalah norma-norma atau kaidah etik yang dianut oleh bisnis, baik sebagai institusi atau
organisasi, maupun dalam interaksi bisnisnya dengan “stakeholders”nya.
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita
tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan
usaha yang kita sebut bisnis. Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan
menyediakan kerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan
istilah baik dan benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang dapat membahas implikasi-
implikasi terhadap dunia bisnis. Etika dan Bisnis, mendeskripsikan etika bisnis secara umum
dan menjelaskan orientasi umum terhadap bisnis, dan mendeskripsikan beberapa pendekatan
khusus terhadap etika bisnis, yang secara bersama-sama menyediakan dasar untuk
menganalisis masalah-masalah etis dalam bisnis.
Dengan demikian, bisnis dalam islam memposisikan pengertian bisnis yang pada
hakikatnya merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah swt. Bisnis tidak
bertujuan jangka pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan kalkulasi
matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawab
pribadi dan sosial dihadap masyarakat, Negara dan Allah swt.
C. Etika Bisnis Rasulullah
Etika bisnis memegang peranan penting dalam membentuk pola dan sistem transaksi bisnis
yang dijalankan oleh seseorang. Dalam etika bisnis nabi muhammad, sisi yang cukup menonjol
adalah pada nilai spiritual, humanisme, kejujuran keseimbangan dan semangatnya untuk
memuaskan mitra bisnisnya. Nabi muhammad sangat banyak memberikan petunjuk mengenai
etika bisnis diantaranya :
1. Jujur dalam menjelaskan produk
Kejujuran merupakan syarat paling dasar dalam kegiatan bisnis. Dalam hal ini beliau
bersabda “ tidak dibenarkan seorang muslim yang menjual satu jualan yang mempunyai aib
kecuali ia menjelaskan aibnya”(H.R. Al-Quzwani). Nabi muhammad sendiri selalu bersifat
jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk disebelah
bawah dan barang baru di sebelah atas.
2. Suka sama suka
‫منكم تراض عن تجارة تكن إالان بالباطل بينكم اموالكم االتأكلو أمنوا الذين يأيها‬. . .
“hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang
batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu” (Q.S.
An-Nisa:29)
3. Tidak menipu ukuran, takaran dan timbangan
Dalam perdagangan timbangan yang benar dan tepat harus benar benar diutamakan.
4. Tidak boleh menghina bisnis orang lain agar orang lain beralih kepadanya
Nabi muhammad saw bersabda “ janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan
maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain.”(H.R. Mutafaqun alaih)
5. Bersih dari unsur riba
Firman allah:
‫البقرة( مؤمنين كنتم إن بوا ال من وذروامابقى التقوهللا امنوا الذين يأيها‬:278)
“hai orang orang yang beriman tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman” (Q.S. Al-
Baqarah)
Oleh karena itu allah dan rasulnya mengumumkan perang terhadap riba.
6. tidak menimbun barang ( ihtikar )
ialah menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu dengan tujuan agar harganya
suatu saat menjadi naik dan keuntugan besar pun diperoleh. Rasululaah melarang tegas
kegiatan seperti ini
7. tidak melakukan monopoli
Salah satu keburukan system ekonomi kapitalis adalah melegitymasi monopoli dan
oligopoly. Misalnya adanya eksploitasai atau penguasaan individu tertentu atas hak milik sosial
seperti air, udara, tanah serta kandungan isisinya seperti barang tambang dan mineral. Individu
tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi tanpa member kesempatan pada orang lain, ini
dilarang di islam.
8. mengutamakan kepuasan pelanggan.
pelaku bisnis menurut islam tidak hanya mengejar keuntungan sebanyak-banyaknaya
sebagaimana diajarkan bapak ekonomi kapitalis, adam smhith, tetapi juga berorientasi pada
sifat ta’ ngawun sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis sehingga pelanggan puas terhadap hal
tersebut
9. membayar upah pekerja sebelum keringat para pekerja kering
Nabi Muhammad SAW bersabda : “berikanlah pada kariyawan sebelum kering
keringatnya. “ hadist ini mengindifikasikan bahwa pembayaraan upah tidak boleh ditunda-
tunda dan pembayaraan upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.
10. teguh menjaga amanah.
11. toleran dalam berbisnis.
12. menepati janji.
13. murah hati.
14. tidak melupakaan akhirat
15. bersikap dalam bisnis
16. menjual produk yang halal
Dilarang menjual komidity bisnis seperti babi, anjing, minuman keraas. Ekstasi dan
sebagainaya.
17. tidak boleh melakukaan bisnis dalam eksisnya bahahya yang dapat merugikan dan merusak
kehidupan individu dan sosial, misalnya, dilarang melakukan bisnis senjata saat terjadi
kekacoan politik,tidak boleh menjual barang yang halal kepada produssen minuman keras
semua bentuk bisnis tersebut dilarang islam karna dapat merusak esensi sosial yang justru
harus dijaga dan diperhatikan secara cernat.
18. tidak boleh berpura-pura menawar harga dengan harga tinggi agar orang lain tertarik
membeli dengan harga tersebut.

19. Tidak melakukan sumpah palsu.

Nabi Muhammad SAW melarang para pelaku bisnis yang melakukan sumpah palsu dalam
melakukan transaksi bisnis. Nabi Muhammad SAW bersabda : dengan melakukan sumpah
palsu barang-barang memang terjual tetapi hasilnya tidak berkah “ (H.R. Bukhori )
Peraktek sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering dilakuakan karna dapat
menyakinkan pembeli dan pada giliranya meninggatkan daya beli atau pemasaraan. Namun
harus disadari bahawa meskipun keuntungan melimpah, tetapi hasilnya tidak berkah.

Anda mungkin juga menyukai