Anda di halaman 1dari 10

1.

Konsep dasar Zakat dan Wakaf

Definisi Zakat

Secara istilah, zakat berasal dari bahasa Arab, (zakah atau zakat), yang mengandung arti harta
tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada
golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Dari segi bahasa, zakat
berarti bersih, suci, subur, berkat, dan berkembang. Menurut syariat Islam, zakat merupakan
rukun ketiga dari rukun Islam.

Kata zakat memiliki arti “yang menyucikan dan yang menumpuk”, (Muhammad Abdul
Mannan) baik yang berasal dari matahari, bulan, bintang, awan pembawa hujan, angin yang
menggerakkan awan, dan seluruh karunia dari Allah kepada seluruh umat manusia. Apa pun
jenis harta atau bendanya, asalkan diperoleh secara halal dan baik serta sampai nisab, wajib
dikeluarkan zakatnya.

Yusuf Al-Qardhawi (2007: 35) menjelaskan bahwa zakat ialah sejumlah harta tertentu yang
diserahkan kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya dan diwajibkan oleh Allah.4
Empat mazhab fikih besar pun mengartikan zakat dengan berbeda. Menurut mazhab Hanafi,
zakat adalah pemilikan bagian harta tertentu dari harta tertentu yang dimiliki seseorang
berdasar ketetapan Allah Swt. Menurut mazhab Maliki, zakat adalah mengeluarkan bagian
tertentu dari harta tertentu yang telah mencapai satu nisab bagi orang yang berhak
menerimanya, dengan ketentuan harta tersebut milik sempurna, telah haul, dan bukan
merupakan barang tambang. Menurut mazhab Syafi’i, zakat adalah sesuatu yang dikeluarkan
dari harta atau jiwa dengan cara tertentu. Sedangkan menurut mazhab Hambali, zakat ialah
hak wajib pada harta tertentu, bagi kelompok orang tertentu, pada waktu yang tertentu pula.
Berdasarkan pengertian tersebut, bisa disimpulkan bahwa zakat adalah pemberian sebagian
harta kepada yang berhak menerimanya. (Dibuat Tabel)

Menurut Didi Mashudi (2012: 6), secara bahasa zakat berarti nama’ (kesuburan), thaharah
(kesucian), barakah (keberkahan), dan tazkiyah tathhir (menyucikan). Orang yang
menunaikan zakat berarti ia terbebas dari sifat kikir dan dosa. Dosa dalam arti ia tidak
memakan harta yang bukan miliknya. Ia terlepas dari sifat kikir karena zakat menumbuhkan
rasa solidaritas dan kebersamaan untuk saling membantu antarsesama.
Syarat-Syarat Wajib Zakat
Zakat merupakan ibadah wajib bagi setiap umat Islam. Namun dalam pelaksanaannya, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi seseorang sebelum zakat, diantaranya adalah:
a. Muslim
Muslim adalah sebutan untuk orang yang beragama Islam. Pada dasarnya, semua muslim
wajib menunaikan zakat sampai ada ketentuan yang membatalkan kewajiban tersebut.
b. Merdeka
Seorang muslim yang berstatus sebagai budak tidak diwajibkan untuk membayar zakat,
kecuali zakat fitrah.
c. Berakal
Seperti halnya kewajiban lain, kewajiban membayar zakat tidak dikenakan kepada orang
yang mengalami gangguan kejiwaan. Kewajiban ini gugur, sebagaiamana kewajiban shalat,
puasa, haji dan lain-lain.
d. Baligh
Selain zakat fitrah, seorang muslim yang telah terkena kewajiban membayar zakat adalah
mereka yang memasuki baligh, sedangkan zakat fitrah wajib bagi seluruh umat Islam tanpa
terkecuali.
e. Harta yang dimiliki sudah sampai nisabnya
Nisab adalah ukuran atau jumlah tertentu dari harta tertentu dari harta sesuai dengan
ketetapan yang menjadikan wajib untuk dizakati. Harta yang jumlahnya belum mencapai
nisab tidak diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya, namun dianjurkan untuk mengeluarkan
sedekah dari harta tersebut.
f. Haulnya sudah terpenhi
Haul adalah kepemilikan. Untuk zakat mal, haul untuk setiap hartanya adalah satu tahun.
Ketika harta tersebut telah dimiliki selama satu tahun dan setelah satu tahun tersebut
memenuhi nisab maka harta tersebut telah wajib dikeluarkan zakatnya.
g. Milik Penuh
Harta yang dimiliki tersebut haruslah kepemilikan secara penuh, kepemilikannya tidak dibagi
dengan orang lain.
h. Pemilik harta bebas dari hutang
Jika seseorang memiliki utang dan jumlah utangnya menyebabkan hartanaya tidak sampai
pada nisab maka hartanya harus digunakan untuk melunasi utangnya terlebih dahulu.
Syarat-Syarat Harta Yang Wajib Dizakati
Keadilan yang diajarkan oleh Islam dan prinsip keringanan yang terdapat didalam ajaran-
ajarannya tidak mungkin akan membebani orang-orang yang terkena kewajiban itu
melaksanakan sesuatu yang tidak mampu dilaksanakannya dan menjatuhkannya kedalam
kesulitan yang oleh Tuhan sendiri tidak diinginkan-Nya. Oleh karena itu mestilah diberi
batasan tentang sifat kekayaan yang wajib zakat dan syarat-syaratnya. Yusuf Al-Qardawi
menguraikan syarat-syarat harta yang wajib dizakati sebagai berikut:
a. Milik Penuh
Bahwa kekayaan itu harus berada dibawah kontrol dan didalam kekuasaannya, atau seperti
yang dinyatakan oleh sebagian ahli fiqh, “bahwa kekayaan itu harus berada ditangannya,
tidak tersangkut didalamnya hak orang lain, dapat ia pergunakan, dan faedahnya dapat
dinikmatinya.”
b. Berkembang
Menurut pengertian istilah terbagi dua, bertambah secara konkrit adalah bertambah akibat
pembiakan dan perdagangan dan sejenisnya, sedangkan bertambah tidak secara kongkrit
adalah kekayaan itu berpotensi berkembang baik berada ditangannya maupun ditangan orang
lain.
c. Cukup Senisab
Islam tidak mewajibkan zakat atas seberapa saja besar kekayaan yang berkembang sekalipun
kecil sekali, yaitu sejumlah tertentu yang dalam ilmu fikih disebut nisab.
d. Lebih dari Kebutuhan Biasa
Ulama-ulama Hanafi memberikan tafsiran ilmiyah dan jelas tentang apa yang dimaksud
dengan kebutuhan rutin. Yaitu sesuatu yang betul-betul perlu untuk kebutuhan hidup atau
kebutuhan primer.
e. Berlalu Setahun
Maksudnya adalah bahwa pemilikan yang berada ditangan si pemilik sudah berlalu masanya
dua belas bulan tahun Qomariyah. Persyaratan setahun ini hanya untuk ternak, uang, dan
harta benda dagang, yaitu yang dapat dimasukkan kedalam istilah “zakat modal”. Tetapi hasil
pertanian, buah-buahan, madu, logam mulia, harta karun dan lainnya yang sejenis, tidaklah
dipersyaratkan satu tahun dan semuanya itu dapat dimasukkan kedalam istilah “zakat
pendapatan”.
Persyaratan ini hanya berlaku pada ternak, uang dan harta dagang. Sedangkan hasil pertanian,
buah-buahan, madu, logam mulia, rikaz dan lainnya yang sejenis dengan itu tidak disyaratkan
harus satu tahun. Mengenai harta yang wajib dikeluarkan zakat. Wahbah al-Zuhaili
menyatakan ada lima macam yaitu nuqud (emas dan perak), barang tambang dan barang
temuan, harta perdagangan, tanaman dan buah-buahan, binatang ternak (Unta, sapi dan
kambing).
Macam-macam zakat

a. Zakat fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan pada akhir puasa bulan Ramadhan. Hukumnya
wajib bagi setiap muslim, kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka.

b. Zakat mal

Zakat mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib
diberikan kepada orang-orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu (nishab) dan
setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu pula (haul).

Definisi Wakaf

Secara bahasa, wakaf berasal dari kata waqf yang berarti radiah (terkembalikan), al-tahbis
(tertahan), al-tasbil (tertawan), dan al-man’u (mencegah).
Secara istilah, para ulama mendefinisikan wakaf sebagai berikut:
1. Muhammad al-Syarbini al-Khatib berpendapat bahwa wakaf ialah penahanan harta yang
memungkinkan untuk dimanfaatkan disertai dengan kekalnya zat benda dengan memutuskan
(memotong) tasharruf (pertolongan) dalam penjagaannya atas mushrif
(pengelola) yang dibolehkan adanya.
2. Ahmad Azhar Basyir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf ialah menahan
harta yang dapat diambil manfaatnya yang tidak musnah seketika, dan untuk penggunaan
yang dibolehkan serta dimaksudkan untuk mendapat rida Allah.
3. Idris Ahmad (rujukan dari buku) berpendapat, wakaf ialah menahan harta yang mungkin
dapat diambil manfaatnya, kekal zatnya, dan menyerahkannya ke tempat-tempat yang telah
ditentukan syara’ serta dilarang leluasa (dicek ulang) pada benda benda yang
dimanfaatkannya itu.
Rukun dan Syarat Wakaf
1. Syarat wakaf
Syarat syarat wakaf adalah:
a. Orang yang mewakafkan harus orang yang sepenuhnya berhak untuk menguasai
benda yang akan diwakafkan. Si wakif tersebut harus mukallaf (akil baligh) dan atas
kehendak sendiri, tidak dipaksa orang lain.
b. Benda yang akan diwakafkan harus kekal zatnya. Berarti ketika timbul manfaatnya,
zat barang tidak rusak. Hendaklah wakaf itu disebutkan dengan terang dan jelas
kepada siapa diwakafkan.
c. Hendaklah penerima wakaf tersebut orang yang berhak memiliki sesuatu, maka tidak
sah wakaf kepada hamba sahaya.
d. Ikrar wakaf dinyatakan dengan jelas baik dengan tulisan atau lisan.
e. Tunai dan tidak ada khiyar, karena wakaf berarti memindahkan milik waktu itu.

2. Rukun wakaf
Rukun wakaf menurut jumhur ulama ada empat, yaitu:
1) wakif
2) benda yang diwakafkan
3) mauquf alaih (penerima wakaf/nadzhir) (dicek ulang)
4) ikrar (pernyataan)

1) Orang yang mewakafkan (wakif) Orang yang mewakafkan (wakif) disyaratkan memiliki
kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam membelanjakan hartanya.
Kecapakan bertindak disini meliputi 4 (empat) kriteria, yaitu:
a) Merdeka
Menurut Al-Baijuri, wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba shaya) tidak sah,
karena wakaf adalah pengangguran (dicek) hak milik dengan cara memberikan hak milik itu
kepada orang lain. Sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai hak milik, dirinya dan apa
yang dimilki adalah kepunyaan tuannya. Namun demikian, Abu Zahrah mengatakan bahwa
para fuqaha sepakat, budak itu boleh mewakafkan hartanya bila ada ijin dari tuannya, karena
ia sebagai wakil darinya.
b) Berakal sehat
Menurut Asy-Syarbaini, Wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah hukumnya, sebab ia
tidak berakal, tidak mumayyiz dan tidak cakap melakukan akad serta tindakan lainnya.
Demikian juga wakaf orang yang lemah mental (idiot), berubah akal karena faktor usia sakit
atau kecelakaan, hukumnya tidak sah karena akalnya tidak sempurna dan tidak cakap untuk
menggugurkan hak miliknya.
c) Dewasa (baliqh)
Menurut Asy-Syarbaini, Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa (baliqh),
hukumnya tidak sah karena ia dipandang tidak cakap melakukan akad dan tidak cakap pula
untuk menggugurkan hak miliknya.
d) tidak berada dibawah pengampuan
Menurut AL-Baijuri, Orang yang berada dibawah pengampunan dipandang tidak cakap untuk
berbuat kebaikan (tabarru), maka wakaf yang dilakukan hukumnya tidak sah.

2) Benda yang diwakafkan (Mauquf)


Syarat barang yang diwakafkan itu ada lima macam, yaitu sebagai berikut:
a) Harta wakaf itu memiliki nilai (ada harganya)
b) Harta itu berupa benda tidak bergerak (Uqar)/benda bergerak (Manqul)
c) Harta itu diketahui kadar dan batasannya
d) Harta itu milik wakif
e) Harta itu terpisah dari harta pengkonsian atau milik bersama

Para fuqaha berbeda pendapat tentang bentuk harta yang bisa diserahterimakan untuk
berwakaf. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa wakaf tidak dapat dilaksanakan, kecuali
benda yang akan diwakafkan itu adalah harta tidak bergerak atau harta bergerak yang
memiliki ikatan (hak milik) sebagian lagi berpendapat harta yang boleh diwakafkan adalah
setiap harta yang bergerak dan harta tidak bergerak. Bahkan Ulama Malikiyah menambahkan
bahwa wakaf dari sesuatu yang bermanfaat sah hukumnya.

3) Penerima wakaf (Mauquf Alaih)


Mauquf Alaih yaitu yang berhak menerima dari manfaat harta wakaf, wakaf haruslah
dimanfaatkan dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan syariat islam.

4) Sighat wakaf (Akad wakaf)


Para fuqaha telah menetapkan bahwa shighat wakaf, seperti rukun yang lain, juga harus
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a) Shighat wakaf itu harus mengandung pernyataan yang berarti bahwa wakaf harus bersifat
kekal.
b) Shighat itu harus mengandung arti tegas dan tunai tidak boleh pula ditangguhkan untuk
masa yang akan datang. Sebab wakaf itu mengandung ketentuan pemindahan pemilikan
ketika akad diucapkan.
c) Shighat wakaf adapun syarat akad dan lafal wakaf cukup dengan ijah saja, menurut ulama
Hanafi dan Hanbali, baik untuk wakaf baik pada orang-orang tertentu maupun tidak.
Sedangkan menurut ulama Mazhab Maliki dan Syafi’I, dalam wakaf harus ada ijab dan
kabul, jika wakaf ditujukan kepada pihak/orang tertentu.
d) Shighat wakaf itu harus tidak diikat dengan syarat yang batil. Seperti seseorang yang
berwakaf mensyaratkan barang yang diwakafkan tetap sebagai miliknya, atau mensyaratkan
sebagian dari hasil wakaf itu untuk perbuatan wasiat.
e) Khusus bagi Syafi’iyah, shighat wakaf tersebut harus mengandung penjelasan tempat atau
tujuan wakaf. Artinya, seseorang yang berwakaf harus menjelaskan kemana dan untuk siapa
atau untuk apa wakaf itu diberikan.

2. Aspek Hukum dan Syariah Zakat dan Wakaf

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Ayat tentang Zakat

Surat Al-Baqarah (2): 43

َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َوارْ َكعُوْ ا َم َع الرَّا ِك ِع ْين‬

43. Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.

Tafsir Al-Mishbah

Terimalah ajakan untuk beriman, lalu kerjakanlah salat dengan rukun yang benar dan
berikanlah zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Salatlah berjamaah dengan
orang-orang Muslim agar kalian mendapatkan pahala salat dan pahala jamaah.
Hal ini menuntut kalian untuk menjadi orang-orang Muslim.

Tafsir Jalalain
(Dan dirikanlah salat, bayarkan zakat dan rukuklah Bersama orang-orang yang rukuk) artinya
salatlah Bersama Muhammad dan para sahabatnya. Lalu Allah Taala menunjukkan kepada
para ulama mereka yang pernah memesankan kepada kaum kerabat mereka yang masuk
Islam, “Tetaplah kalian dalam agama Muhammad, karena ia adalah agama yang benar!”

Surat Al-Baqarah (2): 277

ٌ ْ‫ت َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتَ ُوا ال َّز ٰكوةَ لَهُ ْم اَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ۚ ْم َواَل خَ و‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُوْ ن‬ ّ ٰ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

277. Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan salat dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada
mereka dan mereka tidak bersedih hati.

Tafsir Al-Mishbah

Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah, menaati perintah-Nya dengan


mengerjakan amal saleh, meninggalkan segala larangan-Nya, melaksanakan salat secara
sempurna, memberikan zakat kepada orang yang berhak, bagi mereka pahala yang besar di
sisi Tuhan.
Mereka tidak akan khawatir menghadapi segala sesuatu di masa depan.
Dan tidak akan bersedih merenungi sesuatu yang tertinggal di masa lalu.

Tafsir Jalalain
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta mendirikan salat dan
membayar zakat, bagi mereka pahala di sisi Tuhan mereka, taka da kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula mereka berduka cita)

Surat At Taubah (9): 103

tٌ‫ع‬t‫ ي‬t‫ ِم‬t t‫ َس‬tُ ‫ هَّللا‬t‫و‬tَ tۗ t‫ ْم‬tُ‫ ه‬tَ‫ ل‬t‫ن‬tٌ t‫ َك‬t t‫ َس‬t‫ك‬ tَ t‫ ْم‬t‫ ِه‬tِ‫ل‬t‫ ا‬t‫و‬tَ t‫ َأ ْم‬t‫ن‬tْ t‫ ِم‬t‫ ْذ‬t‫ُخ‬
tَ t‫ َو‬t‫ ا‬ttَ‫ ه‬tِ‫ ب‬t‫ ْم‬t‫ ِه‬t‫ ي‬t‫ ِّك‬t‫ َز‬ttُ‫ ت‬t‫ َو‬t‫ ْم‬tُ‫ ه‬t‫ ُر‬tِّt‫ ه‬tَ‫ ط‬tُ‫ ت‬tً‫ ة‬tَ‫ ق‬t‫ َد‬t ‫ص‬
tَ t‫ ِإ َّن‬tۖ t‫ ْم‬t‫ ِه‬t‫ ْي‬tَ‫ ل‬t‫ َع‬tِّt‫ ل‬t ‫ص‬
َ tَ‫ اَل ت‬t ‫ص‬
t‫م‬t‫ ي‬tِ‫ ل‬t‫َع‬

103. Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Tafsir Al-Mishbah

Wahai Rasulullah, ambillah sedekah dari harta orang-orang yang bertobat itu, yang dapat
membersihkan mereka dari dosa dan kekikiran dan dapat mengangkat derajat mereka di sisi
Allah.
Doakanlah mereka dengan kebaikan dan hidayah, karena sesungguhnya doamu dapat
menenangkan jiwa dan menenteramkan kalbu mereka. Allah Maha Mendengar doa dan Maha
Mengetahui orang-orang yang ikhlas dalam bertobat.

Tafsir Jalalain
(Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka) dari dosa-dosa mereka, maka Nabi ‫ﷺ‬ mengambil sepertiga harta
mereka kemudian menyedekahkannya (dan berdoalah untuk mereka).
(Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenangan jiwa) rahmat (bagi mereka) menurut suatu
pendapat yang dimaksud dengan sakanun ialah ketenangan batin lantaran tobat mereka
diterima. (Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).

Ayat tentang Wakaf

Surat Ali Imran (3): 92

tْ t‫ َش‬t‫ن‬tْ t‫ ِم‬t‫ا‬t‫ و‬tُ‫ ق‬tِ‫ ف‬t‫ ْن‬tُ‫ ت‬t‫ ا‬t‫ َم‬t‫ َو‬tۚ t‫ن‬tَ t‫ و‬tُّt‫ ب‬t‫ ِح‬tُ‫ ت‬t‫ ا‬t‫ َّم‬t‫ ِم‬t‫ا‬t‫ و‬tُ‫ ق‬tِ‫ ف‬t‫ ْن‬tُ‫ ت‬t‫ى‬tٰ tَّ‫ ت‬t‫ َح‬tَّt‫ ر‬tِ‫ ب‬t‫ ْل‬t‫ ا‬t‫ا‬t‫ و‬tُ‫ل‬t‫ ا‬tَ‫ ن‬tَ‫ ت‬t‫ن‬tْ tَ‫ل‬
tٌ‫م‬t‫ ي‬tِ‫ ل‬t‫ َع‬t‫ ِه‬tِ‫ ب‬tَ ‫ هَّللا‬t‫ ِإ َّن‬tَ‫ ف‬t‫ ٍء‬t‫ي‬

92. Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Tafsir Al-Mishbah
Kalian, wahai orang-orang Mukmin, tidak akan memperoleh kebajikan dan kebaikan
sempurna dan diridhai seperti yang kalian harapkan, kecuali apabila kalian mengeluarkan
sebagian barang kecintaan kalian untuk berbagai jalan Allah. Apa pun yang kalian keluarkan
itu, sedikit atau banyak, berupa materi atau lainnya, pasti diketahui Allah.Sebab, Allah Maha
Mengetahui, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, baik di langit maupun di
bumi.

Hadist tentang Wakaf


َ‫ُّوب َوقُتَ ْيبَةُ يَ ْعنِي ا ْبنَ َس ِعي ٍد َوابْنُ حُجْ ٍر قَالُوا َح َّدثَنَا ِإ ْس َم ِعي ُل ه َُو ابْنُ َج ْعفَ ٍر ع َْن ْال َعاَل ِء ع َْن َأبِي ِه ع َْن َأبِي هُ َري َْرة‬
َ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ َأي‬

‫اريَ ٍة َأوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬ َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬


َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِإ َذا َماتَ اِإْل ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ ِإاَّل ِم ْن ثَاَل ثَ ٍة ِإاَّل ِم ْن‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬

ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫َأوْ َولَ ٍد‬


ٍ ِ‫صال‬

Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] -yaitu Ibnu Sa'id- dan
[Ibnu Hujr] mereka berkata; telah menceritakan kepada kami [Isma'il] -yaitu Ibnu Ja'far- dari
[Al 'Ala'] dari [Ayahnya] dari [Abu Hurairah], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala
amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak
shalih yang selalu mendoakannya."

(Hadits Riwayat Imam Muslim: 3084)

Anda mungkin juga menyukai