Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama atau manfaat jangka
panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif. Wakif
adalah orang yang mewakafkan harta benda miliknya. Selain itu, wakaf ditinjau dari
pandangan ahli agama amatlah luas dan rinci definisinya.
BENDA YANG DAPAT DI WAKAFKAN
1. Benda Tidak Bergerak
Benda tidak bergerak adalah benda yang sifatnya tidak bergerak atau tidak dapat
digerak-gerakkan dan biasanya berkaitan dengan tanah
A. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
B. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
C. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
D. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
E. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Benda Bergerak Selain Uang
Sedangkan benda bergerak yaitu benda-benda yang dapat berpindah atau dapat
dipindahkan.
A. Uang;
B. Logam dan batu mulia;
C. Surat berharga;
D. Kendaraan (kapal, pesawat terbang, kendaraan bermotor);
E. Mesin atau alat industri yang tidak tertancap pada tanah
F. Hak atas kekayaan intelektual;
G. Hak sewa; dan/atau
H. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku karena sifatnya dan memiliki manfaat jangka panjang.
3. Benda Bergerak Berupa Uang
Uang bisa disebut dengan wakaf produktif karena nantinya uang tersebut akan
dikelola dan disalurkan ke kegiatan yang produktif. Dengan begitu, manfaatnya bisa
terasa oleh masyarakat dan bagi yang berwakaf mendapat pahala.
RUKUN WAKAF
Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut- Thalibin menjelaskan bahwa rukun wakaf ada
empat rukun yang harus dipenuhi dalam berwakaf:
c. Al-mauquf ‘alaih (pihak yang dituju untuk menerima manfaat dari wakaf tersebut),
SYARAT-SYARAT WAKAF
a. Memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu
kepada siapa yang ia kehendaki.
b. Berakal. Tidak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk.
b. Harta yang diwakafkan itu harus diketahui dan ditentukan bendanya. Jadi apabila
harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik tidak sah.
c. Harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Tidak
boleh mewakafkan harta yang sedang dijadikan jaminan atau digadaikan kepada pihak
lain.
d. Harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau
disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).
a. Wakaf benda tak bergerak (diam), seperti tanah, rumah, toko, dan semisalnya. Telah
sepakat para ulama tentang disyariatkannya wakaf jenis ini.
b. Wakaf benda bergerak (bisa dipindah), seperti mobil, hewan, dan semisalnya.
Termasuk dalil yang menunjukkan bolehnya wakaf jenis ini adalah hadits:
“Adapun Khalid maka dia telah mewakafkan baju besinya dan pedang (atau
kuda)-nya di jalan Allah Ta’ala” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
a) Penerima ditentukan pada pihak tertentu (mu’ayyan), yaitu jelas orang yang
menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang
semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah.
Karena wakaf hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja, maka syarat
penerima wakaf itu haruslah orang yang dapat menjadikan wakaf itu untuk
kemaslahatan yang mendekatkan diri kepada Allah.
4. Syarat-syarat Shigah (lafaz ikrar wakaf)
a) Lafaz ikrar harus berisi kata-kata yang menunjukkan kekalnya wakaf (ta’bid).
Tidak sah kalau ucapan wakaf dibatasi dengan waktu tertentu.
c) Ucapan itu bersifat pasti dan jelas (sharih) yang berarti wakaf dan tidak
mengandung makna lain.
d) Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua
persyaratan di atas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi
penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan
harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang
yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira
tammah.