Pengertian Wakaf
Secara etimologis wakaf berasal dari kata waqafa dalam bahasa Arab yang merupakan
sinonim dari kata habasayahbisu-habsan yang menurut bahasa berarti menahan, Rasulullah
SAW menggunakan kata al-habs dalam menunjukkan pengertian wakaf. Dengan demikian
yang dimaksud wakaf dalam pembahasan ini ialah menahan (al-habs), yaitu menahan suatu
harta benda, yang manfaatnya diperuntukkan bagi kebajikan yang dianjurkan oleh agama1.
a) Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat 1 Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang
atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran islam
Berdasarkan ketentuan Pasal 215 ayat 4 KHI tentang pengertian benda wakaf adalah :
Segala benda baik bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak
hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam
b) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa pengertian Wakaf adalah :
1
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta. Penerbit
Krapyak. Hal 2033-2034
Dari beberapa pengertian wakaf di atas, kiranya dapat ditarik cakupan bahwa wakaf meliputi:
a. Harta benda milik seseorang atau sekelompok orang.
b. Harta benda tersebut bersifat kekal dzatnya atau tidak habis apabila dipakai.
c. Harta tersebut dilepaskan kepemilikannya oleh pemiliknya, kemudian harta tersebut tidak
bisa dihibahkan, diwariskan, ataupun diperjual belikan.
d. Manfaat dari harta benda tersebut untuk kepentingan umum sesuai dengan ajaran Islam.
- Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2010 tentang Standard
Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan
- Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
7 Tahun 2017 tentang Pengaturan dan Tata Cara Penetapan Hak Guna Usaha
- Peraturan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2011 tentang
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah
Tertentu
Unsur-unsur wakaf
1. Wakif
Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta bendanya miliknya. Wakif meliputi
perseorangan, organisasi, atau badan hukum.
2. Nazhir
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
3. Harta Benda Wakaf
Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan
oleh Wakif. Harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak
a) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
baik yang sudah maupun yang belum terdaftar
b) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
c) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
d) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
e) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Benda bergerak meliputi :
a) Benda Bergerak Selain Uang
b) Benda Bergerak Berupa Uang
4. Ikrar Wakaf
Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau
tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya. Ikrar wakaf dilaksanakan
oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan PPAIW dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi.
Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud dinyatakan secara lisan dan/atau tulisan serta
dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat
diperuntukan bagi:
e) kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan
peraturan perundang-undangan
Wakaf dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingan yang bersangkutan. Apabila wakaf untuk selamanya,
maka diperlukan pelepasan hak dari pemegang hak pengelolaan atau hak milik. Hak atas
tanah yang diwakafkan wajib dimiliki atau dikuasai oleh wakif secara sah serta bebas dari
segala sitaan, perkara sengketa, dan tidak dijaminkan.
Jenis-jenis Wakaf
1. Berdasarkan Peruntukan
Wakaf ahli (wakaf Dzurri/wakaf ’alal aulad) yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi
kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan
keluarga, dan lingkungan kerabat sendiri.Wakaf Khairi (kebajikan) adalah wakaf yang
secara tegas untuk kepentingan agama (keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan
umum)
Prosedur wakaf
1. Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga Wakif dilegalisir kepala desa/kelurahan atau
camat
2. Foto Copy KTP Nadzir dilegalisir kepala desa/kelurahan
3. Asli sertipikat tanah yang diwakafkan
4. SK Nadzir dari KUA asli atau copy dilegalisir.
5. Ikrar Wakaf & Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti AIW asli
6. Surat keterangan Warisan dari kepala desa/kelurahan diketahui camat bila wakif
meninggal dunia atau sertipikat masih atas nama orang tua yang sudah meninggal.
7. Surat Persetujuan dan Kuasa seluruh ahli waris kepada wakif (mewakili seluruh
ahli waris) untuk mendaftar/melaksanakan ikrar wakaf.
8. Foto copy KTP/KSK seluruh ahli waris dilegalisir (no 6 – 7 bila wakif atau
sertipikat atas nama orang yang sudah meninggal)
9. Copy surat keterangan PBB bidang wakaf bila ada dan SPP Waris bila diperlukan
(Nomor 1 s/d 8 rangkap 2 dilegalisir)
10. Mengisi Formulir BPN
b) Surat keterangan dari Kepala Kantor Pendaftaran Tanah Kab/Kota, bahwa tanah
tersebut sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan dapat ditingkatkan status
hak kepemilikan menjadi Hak Milik.
3. Tanah Hak Milik yang Belum Bersertifikat (Bekas Tanah Milik Adat)
a) Persyaratan
(1) Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga Wakif dilegalisir kepala desa/kelurahan atau
camat
(2) Foto Copy KTP Nadzir dilegalisir kepala desa/kelurahan
(3) Asli Petok D atau yang sejenis (SPOP, surat girik dll). Bila tidak ada/hilang diganti
keterangan pernyataan kehilangan dari yang bersangkutan/ahli waris diketahui
kepala desa.kelurahan dan dua orang saksi. Diupayakan ada surat kehilangan dari
kepolisian (polsek)
(4) Asli Riwayat Tanah dari kepala desa/kelurahan
(5) Foto copy C desa atau bukti lain sesuai dengan riwayat tanah dilegalisir kepala
desa/kelurahan atau bukti penguasaaan tanah (pernyataan dll) sesuai dengan
riwayat tanah.
KHUSUS BAWEAN : Bila Buku C desa tidak ada diganti Fotocopy Peta Blok
Pajak tanah wakaf ( difotocopy pecah-pecah saja, bila digabung jadi satu blok) dan
foto copy Daftar Rincian Objek Pajak atau buku daftar pajak tahun 2003 dan 2009
bila ada nama objek pajak tanah wakaf
(6) Surat keterangan Warisan dari kepala desa/kelurahan diketahui camat bila wakif
meninggal dunia atau riwayat tanah terakhir atas nama orang tua yang sudah
meninggal.
(7) Surat Persetujuan dan Kuasa seluruh ahli waris kepada wakif (mewakili seluruh
ahli waris) untuk mendaftar/melaksanakan ikrar wakaf.
(8) Foto copy KTP dan Kartu Keluarga seluruh ahli waris dilegalisir (no 6 – 8 bila
wakif atau petok d atas nama orang yang sudah meninggal)
(9) SK Nadzir dari KUA asli atau copy dilegalisir
(10) Ikrar Wakaf & Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti AIW asli dan copy.
(Bila wakif masih hidup memakai Ikrar Wakaf & AIW, bila wakif telah meninggal
atau ikrar sebelum tahun 1977 memakai Akta Pengganti AIW dan disertai
keterangan warisan dari kepala desa/kelurahan diketahui camat)
(nomor 1 s/d 10 rangkap 2 dilegalisir)
(11) Mengisi Formulir BPN
4. Tanah yang Belum ada Haknya (yang dikuasai / tanah Negara)
a) Persyaratan
(1) Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga Wakif dilegalisir kepala desa/kelurahan atau
camat
(2) Foto Copy KTP Nadzir dilegalisir kepala desa/kelurahan
(3) SK Nadzir dari KUA asli atau copy dilegalisir KUA
(4) Surat Pernyataan menguasai tanah negara oleh tokoh masyarakat & ta’mir
dan suratkuasa untuk melaksanakan Ikrar Wakaf
(5) Ikrar Wakaf & Akta Ikrar Wakaf asli
(6) Copy surat keterangan PBB lokasi terdekat bidang wakaf
(7) Copy gambar kretek desa
(8) Foto copy sertipikat tanah sekitarnya yang berbatasan dengan lahan wakaf (bila
ada). (nomor 1 s/d 7 rangkap 2 dilegalisir)
(9) Mengisi Formulir BPN
b) Pihak Kantor Pertanahan melakukan pengukuran tanah wakaf untuk dibuatkan Gambar
Situasi Tanah.
Bagan 1.
wakif
PPAIW melakukan
Wakif/ kuasanya memberitahukan
penelitian terhadap
menyiapkan kehendak wakafnya
persyaratan wakaf
persyaratan kepada PPAIW/
dan calon Nadzir
Kepala KUA
Penerbitan Surat
Penandatanganan Wakif mengikrarkan
pengesahan Nadzir
naskah ikrar wakaf wakaf kepada nadzir
dan pembuatan
masing-masing di hadapan PPAIW
naskah ikrar wakaf
rangkap tiga dan dua orang saksi
dan Akta Ikrar Wakaf
Pengiriman berkas
BPN untuk Proses
untuk proses
penerbitan sertifikat
wakaf
Nadzir
Nadzir (pengelola wakaf) Nadzir wakaf adalah orang yang memegang amanat untuk memelihara
dan menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan perwakafan. Mengurus atau mengawasi
harta wakaf pada dasarnya menjadi hak wakif, tetapi boleh juga wakif menyerahkan hak pengawasan
wakafnya kepada orang lain, baik perseorangan maupun organisasi.
Beberapa syarat yang harus dipenuhinya untuk menjadi Nadzir yaitu terdapat pada pasal 219 KHi:
a. Warga Negara Indonesia,
b. Beragama Islam,
c. Sudah dewasa,
d. Sehat jasmani dan rohani,
e. Tidak berada di bawah pengampuan,
f. Berempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkannya.
Pada dasarnya siapa saja dapat menjadi nadzir asal saja ia berhak melakukan
tindakan hukum. Adapun mengenai ketentuan nadzir sebagaimana tercantum pada pasal
9 UU No. 41 Tahun 2004 meliputi: Nadzir meliputi:
a) Perorangan;
b) Organisasi; atau
c) Badan hukum.
Pada dasarnya siapa saja dapat menjadi nadzir asal saja ia berhak melakukan
tindakan hukum. Adapun mengenai ketentuan nadzir sebagaimana tercantum pada pasal
9 UU No. 41 Tahun 2004 meliputi: Nadzir meliputi:
a) Perorangan;
b) Organisasi; atau
c) Badan hukum. Dalam Pasal 10 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, dinyatakan
bahwa :
1) Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a hanya dapat menjadi
nadzir apabila memenuhi persyaratan:
a. Warga negara Indonesia;
b. Beragama Islam;
c. Dewasa;
d. Amanah;
e. Mampu secara jasmani dan rohani; dan
f. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
2) Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b hanya dapat menjadi
Nadzir apabila memenuhi persyaratan :
a. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nadzir perorangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1); dan
b. Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan atau
keagamaan Islam.
3) Badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c hanya dapat menjadi
Nadzir apabila memenuhi persyaratan :
a. Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan nadzir
perseorangan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1); dan
b. Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
c. Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan
kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, tugas dari nadzir meliputi
a. melakukan pengadministrasian harta benda wakaf,
b. mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan
peruntukannya,
c. mengawasi dan melindungi harta benda wakaf,
d. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.
Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, nazhir diberhentikan dan diganti
dengan nazhir lain apabila yang bersangkutan
a. meninggal dunia bagi nazhir perseorangan,
b. bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk
nazhir organisasi atau nazhir badan hukum,
c. atas permintaan sendiri,
d. tidak melaksanakan tugasnya sebagai nazhir dan/atau melanggar ketentuan larangan dalam
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,
e. dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan oleh nazhir lain, karena
pemberhentian dan penggantian nazhir dilakukan dengan tetap memperhatikan peruntukkan
harta benda wakaf yang ditetapkan dan tujuan serta fungsi wakaf.