Anda di halaman 1dari 13

1

MAKALAH
PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN GALIAN, PAJAK AIR TANAH,
DAN

PAJAK SARANG BURUNG WALET

DOSEN PENGAMPU :

Ayu Oktaviani, SE, M.Si, Ak, CA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

ODIATHAMA SUANDA (1900312310031)

ABDUL GAPUR (1800312310073)

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


Rahmat dan KaruniaNya sehingga makalah ini dapat disusun dengan
selesai. Kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak
yang berkontribusi dalam memberikan sumbangan materi dan
pikirannya. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini
yaitu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
dan untuk lebih memperluas pengetahuan para pembaca.

Kami telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan


sebaik baiknya, namun kami menyadari akan adanya keterbatasan
sebagai manusia biasa. Oleh Karena itu, jika terdapat kesalahan dari
segi penulisan,isi, dan penyampaian, maka kami memohon maaf dan
kritik serta saran dari dosen pengampu bahkan semua pembaca
sangat diharapkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini, terlebih
juga dalam pengetahuan kita bersama. Semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Banjarmasin, 22 Februari 2021


Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................. 3
BAB I.......................................................................................... 4
PENDAHULUAN......................................................................... 4
A. Latar Belakang.................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................... 4
C. Tujuan................................................................................. 4
BAB II........................................................................................ 5
PEMBAHASAN........................................................................ 5
A. Pengertian Pajak Mineral bukan logam dan galian ............ 5
B. Objek Pajak......................................................................... 5
C. Subjek Pajak........................................................................ 6
D. Wajib Pajak......................................................................... 6
E. Tarif Pajak........................................................................... 7
F. Pengertian Pajak Air Tanah................................................ 7
G. Objek Pajak......................................................................... 7
H. Subjek Pajak........................................................................ 8
I. Wajib Pajak......................................................................... 8
J. Tarif Pajak...........................................................................11
K. Pengertian Pajak Sarang Burung Walet..............................12
L. Subjek Pajak........................................................................12
M. Objek Pajak.........................................................................12
N. Wajib Pajak.........................................................................12
O. Tarif Pajak...........................................................................12
BAB III......................................................................................13
PENUTUP..................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................13
4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pajak adalah iuran wajib kepada negara yang mana tidak mendapatkan
kontra prestasi secara langsung dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara dalam rangka pelaksanaan tugas negara sebagai
penyelenggara negara. Jenis pajak dibedakan menjadi 2 yaitu pajak pusat
yang contohnya pajak penghasilan(Pph) , pajak pertambahan nilai barang &
jasa (Ppn) , pajak penjualan atas barang mewah (Ppn-BM) serta pajak bumi
dan bangunan (Pbb) dan pajak daerah contohnya seperti pajak
reklame,pajak bahan bakar,pajak hiburan serta pajak kendaraan bermotor.

Dalam makalah ini saya mengangkat tema Pajak daerah (Pajak Mineral
bukan logam dan galian, Pajak Air tanah, dan Pajak Sarang Burung Walet.
Pajak daerah ini menjadi bagian dari Otonomi daerah yang mana ditandai
dengan pemberian kewenangan yang besar dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Pemberiankewenangan ini diharapkan mampu memacu pemerintah daerah
untuk mewujudkan kesejahteraan yang lebih besar bagi masyarakatnya.
Pemberian kewenangan ini tidak hanyadari sisi administrasi pemerintahan,
tetapi juga dalam hal keuangan. Melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemerintah pusat
mengalihkan beberapa pajak yang semula ditarik oleh pusat menjadi pajak
daerah. Pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu pendapatan
daerah yang tergolong kedalam PAD (pendapatan asli daerah).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pajak Mineral bukan Logam dan galian
(Objek,Subjek,Wajib pajak, dan Tarif Pajak) ?
2. Apa Pengertian Pajak Air Tanah (Objek,Subjek,Wajib pajak, dan Tarif
Pajak) ?
3. Apa Pengertian Pajak Sarang Burung Walet (Objek,Subjek,Wajib pajak,
dan Tarif Pajak) ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian dari Pajak Mineral bukan Logam dan Galian
2. Untuk Mengetahui Pengertian Pajak Air Tanah
3. Untuk Mengetahui Pengertian Pajak Sarang Burung Walet
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN GALIAN


 PENGERTIAN
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam
di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan
batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan
di bidang mineral dan batubara.

 DASAR HUKUM
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049).

 OBJEK PAJAK
Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan
pengambilan pengambilan mineral bukan logam dan batuan.

 OBJEK PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN MELIPUTI :


a. Asbes
b. Batu tulis
c. Batu setengah permata
d. Batu kapur
e. Batu apung
f. Batu permata
g. Bentonit
h. Dolomit
i. Feldspar
j. Garam batu (halite)
k. Grafit
l. Granit/andesit
m. Gips
n. Kalsit
o. Kaolin
p. Leusit
q. Magnesit
r. Mika
6

s. Marmer
t. Nitrat
u. Opsidien
v. Oker
w. Pasir dan kerikil
x. Pasir kuarsa
y. Perlit
z. Phospat
aa. Talk
bb. Tanah serap (fuller earth)
cc. Tanah diatome
dd. Tanah liat
ee. Tawas (alum)
ff. Tras
gg. Yarosif
hh. Zeolit
ii. Basal
jj. Trakkit
kk. Mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

 DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN


BATUAN ADALAH :
1. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang nyata-nyata
tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah
untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon,
penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;

2. kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang merupakan


ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara
komersial.

 SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau
badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan.

 WAJIB PAJAK
Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau
badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.

 DASAR PENGENAAN PAJAK


7

1. Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah nilai jual
hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan.

2. Nilai Jual dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan


dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis mineral bukan
logam dan batuan.

3. Nilai Pasar untuk masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan
ditetapkan secara periodik berdasarkan Peraturan Walikota sesuai dengan
harga rata-rata yang berlaku setempat di wilayah Kota.

 TARIF PAJAK
1. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 25% (dua
puluh lima persen).

2. Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

 CARA PENGHITUNGAN PAJAK


Pajak = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak.

B. PAJAK AIR TANAH


Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah.

 DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049).

 OBJEK PAJAK AIR TANAH


1. Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah adalah pengambilan dan/atau


pemanfaatan air tanah yang digunakan oleh orang pribadi atau badan untuk
berbagai keperluan, antara lain konsumsi perusahaan, perkantoran dan
rumah tangga.

2. Tidak termasuk dari objek Pajak Air Tanah :


8

a. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh Pemerintah Pusat dan


Pemerintah Daerah.

b. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah


tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat serta peribadatan.

c. Pemanfaatan air tanah oleh Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan usaha eksploitasi dan
mengusahakan air dan sumber-sumber air.

d. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan pemadaman


kebakaran.

 SUBJEK DAN WAJIB PAJAK AIR TANAH


1. Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

2. Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

 IZIN PENGAMBILAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR TANAH


Berdasarkan pasal PP 121 tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air.
Pemerintah Provinsi Kalimatan Timur melakukan pengaturan dan pemberian
izin bagi orang atau badan yang akan mengambil dan/atau memanfaatan air
tanah untuk keperluan air minum, rumah tangga, industri, peternakan,
pertanian, irigasi, pertambangan, dan untuk kepentingan lainnya. Kegiatan
pemanfaatan dimaksud diberikan izin oleh Gubernur melalui BP2MD provinsi
Kalimantan Timur. hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin dari
Gubernur melalui Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD)
Provinsi Kalimantan Timur.

 IZIN TERSEBUT MELIPUTI :


1. Izin pengeboran air tanah.

2. Izin pemanfaatan air tanah :

a. Izin pemanfaatan air tanah untuk sumur bor.

b. Izin pemanfaatan air tanah untuk sumur pantek/pasak atau sumur gali.
9

Izin yang diberikan oleh Gubernur tidak dapat dipindahtangankan tanpa


persetujuan tertulis dari Gubernur, untuk perubahan izin harus dengan
persetujuan Gubernur.

Permohonan untuk mendapatkan izin disampaikan secara tertulis kepada


Gubernur melalui Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi
Kalimantan Timur dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan dan izin
tersebut diberikan oleh Gubernur setelah hasil pemeriksaan laboratories
kualitas air tanah berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan telah memenuhi
syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 PERATURAN TENTANG IZIN PEMANFAATAN AIR TANAH ADALAH


UNTUK KEGIATAN:
1. Air minum dan/atau dasar rumah tangga.

2. Penelitian dan/atau penyelidikan yang dilakukan oleh instansi/lembaga


pemerintah atau swasta yang telah mendapat pengakuan pemerintah dengan
memberikan laporan penelitian kepada Gubernur.

3. Rumah ibadah, panti asuhan dan bangunan sosial.

Namun untuk melaksanakan kegiatannya, perlu melaporkan kepada Dinas


Lingkungan Hidup Kota Balikpapan.

 IZIN PEMANFAATAN AIR TANAH DAPAT DICABUT APABILA :


1. Pemegang izin tidak melakukan kegiatan selama jangka waktu tertentu,
misalnya tiga bulan sejak izin dikeluarkan.

2. Kualitas air tanah tidak memenuhi persyaratan.

3. Pemegang izin tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam surat
izin.

4. Bertentangan dengaan keperntingan umum dan atau mengganggu


keseimbangan air atau menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan hidup.

5. Atas dasar permintaan pemegang izin.

 DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PERHITUNGAN PAJAK AIR


TANAH
1. Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah.

2. Nilai Perolehan Air Tanah dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
10

a. Lokasi sumber air.

b. Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air.

c. Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan.

d. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau


pemanfaatan air.

3. Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah dihitung dengan cara mengalikan volume
pengambilan air dengan Harga Dasar Air.

Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah ditetapkan sebagai berikut :

Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah perusahaan PT Pertamina dan para


Kontraktornya untuk kegiatan Industri Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
sebesar Rp.125,00/M3.

Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero) untuk kegiatan pembangkit listrik Industri sebesar Rp. 75,00/M3.

Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh Perusahaan Daerah Air


Minum (PDAM) sebesar Rp. 125,00/M3.

5. Perhitungan Nilai Perolehan Air Tanah dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup
Kota Balikpapan.

6. Penetapan Nilai Perolehan Air Tanah adalah berdasarkan tarif progresif dan
klasifikasi pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

Klasifikasi pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah dibagi ke dalam 5 (lima)


golongan, terdiri dari:

a. Non Niaga, merupakan kegiatan yang tidak termasuk Niaga dan Industri, akan
tetapi pemakaian air tanah lebih 100 M3/bulan.

b. Niaga kecil, merupakan kegiatan usaha dengan modal < (kurang dari) 200 juta
(dua ratus juta rupiah) dengan kegiatan pembelian, penjualan, jasa, ekspor
dan impor suatu barang, yang memakai air dengan kapasitas pompa < (kurang
dari) 2 liter/detik, antara lain toko/kios/warung, tempat penjualan air,
perusahaan negara yang diusahakan secara komersial seperti kantor, rumah
sakit/klinik swasta, apotek, bengkel, percetakan, gudang, penjahit/tailor,
salon kecantikan, panti pijat, mandi uap, pangkas rambut, kolam renang,
bimbingan tes/kursus keterampilan, biro jasa, terminal bus,
losmen/penginapan/villa / cottage, rumah makan, restoran, hotel, dan niaga
lainnya yang sejenis.

c. Niaga Besar, merupakan kegiatan usaha dengan modal > (lebih dari) 200 juta
(dua ratus juta rupiah) dengan kegiatan pembelian, penjualan, jasa, ekspor
11

dan impor suatu barang, yang memakai air dengan kapasitas pompa > (lebih
dari) 2 liter/detik, antara lain toko/kios/warung, tempat penjualan air,
perusahaan negara yang diusahakan secara komersial seperti kantor, rumah
sakit/klinik swasta, apotek, bengkel, percetakan, gudang, penjahit/tailor,
salon kecantikan, panti pijat, mandi uap, pangkas rambut, kolam renang,
bimbingan tes/kursus keterampilan, biro jasa, terminal bus, losmen
/penginapan /villa/ cottage, rumah makan, restoran, hotel, dan niaga lainnya
yang sejenis;

d. Industri Kecil, merupakan kegiatan usaha dengan modal < (kurang dari) 400
juta (empat ratus juta rupiah) dengan kegiatan ekonomi dan jasa yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi dan/atau barang
jadi, yang lebih tinggi penggunaannya yang memakai air tanah dengan
kapasitas pompa < (kurang dari) 2 liter/detik, antara lain industri rumah
tangga, pengrajin/sanggar seni lukis, industri tekstil/batik, industri bahan
kimia/obat-obatan, industri kertas, industri perkayuan, industri
pertambangan, industri minuman/es, industri mobil/karoseri, kontraktor
pertambangan, minyak, gas bumi, dan perkebunan, industry perkebunan dan
industri lainnya yang sejenis.

e. Industri Besar, merupakan kegiatan usaha dengan modal > (lebih dari) 400
juta (empat ratus juta rupiah) dengan ekonomi dan jasa yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi dan/atau barang jadi,
keadaan awal/asli menjadi suatu barang/keadaan dengan nilai yang lebih
tinggi penggunaannya yang memakai air tanah dengan kapasitas pompa >
(lebih dari) 2 liter/detik, antara lain industri rumah tangga, pengrajin/sanggar
seni lukis, industri tekstil/batik, industri bahan kimia/obat-obatan, industri
kertas, industri perkayuan, industri pertambangan, industri minuman/es,
industri mobil / karoseri, kontraktor pertambangan, minyak, gas bumi, dan
perkebunan, industry perkebunan dan industri lainnya yang sejenis.

7. Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah ditetapkan dalam Peraturan Wali Kota
yang dapat ditinjau kembali secara periodik paling lama setahun sekali.

 TARIF PAJAK AIR TANAH


1. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

2. Perhitungan Pajak Air Tanah : Tarif Pajak (20%) x Nilai Perolehan Air Tanah
(NPA)
12

C. Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan


dan/atau pengusahaan sarang burung walet

 DASAR HUKUM

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5049).

 NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK

Setiap pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet


dipungut pajak dengan nama Pajak Sarang Burung Walet.

Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau


pengusahaan sarang burung walet.

Adapun yang tidak termasuk objek pajak adalah pengambilan sarang


burung walet yang telah dikenakan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP).

Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau badan
yang melakukan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung
walet.

Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang burung walet.

 DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK

Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah nilai jual sarang
burung walet. Nilai jual sarang burung walet dihitung berdasarkan
perkalian antara harga pasaran umum sarang burung walet yang
berlaku di daerah dengan volume sarang burung walet. Adapun tarif
Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10% (sepuluh
perseratus).

Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung


dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.
13

BAB III
PENUTUP

Demikianlah makalah yang telah saya buat. Semoga kita dapat lebih
memahami bentuk bentuk pajak yang ada dalam negara kita. Khususnya
pajak daerah,yang mana penerimaannya dibuat untuk kelangsungan
ekonomi dan pendapatan negara kita dan penggunaannya nantinya akan
kembali kepada kesejahteraan seluruh elemen masyarakat Indonesia.

Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah

http://dlh.balikpapan.go.id/content/69/perhitungan-pajak-mineral-bukan-
logam-dan-batuan#:~:text=Pajak%20Mineral%20Bukan%20Logam%20dan
%20Batuan%20adalah%20pajak%20atas%20kegiatan,atau%20permukaan
%20bumi%20untuk%20dimanfaatkan.

http://dlh.balikpapan.go.id/content/62/perhitungan-npa-

https://bkad.bantulkab.go.id/hal/pajak-sarang-burung-walet#:~:text=Objek
%20Pajak%20Sarang%20Burung%20Walet,Negara%20Bukan%20Pajak
%20(PNBP).

Anda mungkin juga menyukai