Anda di halaman 1dari 20

HASIL PENGAMATAN JENIS-JENIS BAHAN GALIAN DAN

MINERAL

TUGAS PENGANTAR TEKNOLOGI MINERAL

Oleh :
Nama : Marselinus Janubi
Nim : 710017097
Kelas : 01

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

HASIL PENGAMATAN JENIS-JENIS BAHAN GALIAN DAN


MINERAL

TUGAS PENGANTAR TEKNOLOGI MINERAL

Oleh :
Nama : Marselimus Janubi
Nim : 710017097
Kelas : 01

Yogyakarta, 11 Januari 2019

Dosen Pengampu

Dr.R.Andy Erwin Wijaya,ST.,M.T


NIK : 1973 0227

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Tugas ini dengan baik.
Tujuan dalam penulisan Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi mata kuliah semester III di Program Studi Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan Terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Ircham, MT, selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.
2. Dr. R. Andy Erwin Wijaya, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta dan Selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Pengantar Teknologi Mineral
3. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan Tugas
ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tugas ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, cara penulisan maupun
dari segi keilmuan itu sendiri. Penulis berharap semoga hal ini tidak mengurangi
arti dan makna di dalamnya, oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata dengan segala hormat dan kerendahan hati, teriring Doa dan
harapan yang besar, semoga Tugas Pengamatan Jenis-Jenis Hasil Bahan Galian
dan Mineral ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.

Yogyakarta, 11 Januari 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3. Tujuan Makalah .................................................................................. 2

BAB II DASAR TEORI .................................................................................. 3

2.1. Pasir Besi ............................................................................................ 3


2.2. Batubara .............................................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 8

3.1. Pengambilan Foto Pasir Besi .............................................................. 8


3.2. Pengambilan Foto Batubara ................................................................ 11

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 13

4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 13


4.2. Saran ................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Proses Terbentuknya Pasir Besi .................................................................. 4

3.1 Pengamatan Bahan Galian Pasir Besi ........................................................ 8

3.2 Koordinat Titik Lokasi Pengamatan Pasir Besi .......................................... 9

3.3 Foto Pembanding Bahan Galian Pasir Besi ................................................ 9

3.4 Pengamatan Bahan Galian Batubara ...........................................................11

3.5 Koordinat Titik Lokasi Pengamatan Batubara ............................................11

3.6 Foto Pembanding Bahan Galian Batubara ..................................................12

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengolahan bahan galian industri merupakan salah satu metode untuk
memisahkan mineral-mineral berharga dengan pengotor sehingga akan didapatkan
hasil dan mutu yang baik. Oleh karena itu pengolahan bahan galian sangat penting
dilakukan karena dapat meningkatkan hasil produksinya.
Industri pertambangan merupakan industri yang kompleks. Ada banyak cara dan
teknik yang dipakai untuk mendapatkan solusi terhadap suatu permasalahan.
Salah satunya adalah mengenai pengolahan bahan galian yang beragam, dimana
bahan galian tersebut diolah agar mendapatkan keuntungan. Untuk itu diperlukan
suatu pengenalan dengan melakukan survey lapangan untuk mengetahui jenis dan
bentuk bahan galian yang akan diolah. Bahan galian yang di teliti antara lain pasir
besi, batu andesit, dan batubara. Masing-masing bahan galian tersebut memiliki
kriteria dan bentuk, serta fungsi yang berbeda, sehingga perlu pengamatan untuk
mengetahuinya.
Dengan adanya survey lapangan ini, diharapkan penulis dapat memahami secara
jelas, kriteria dan jenis bahan galian, serta tata terbentuknya bahan galian tersebut
Dengan begitu, penulis dapat menerapkan prinsip – prinsip pemilihan metode,
serta mekanisme kerja dari metode tersebut di kemudian hari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, maka rumusan masalah yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pasir besi? Dan bagaimana terbentuknya pasir
besi?
2. Apa yang dimaksud dengan batubara? Dan apa yang dimaksud dengan
batubara?

1
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan. Maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Mengetahui deskripsi dan proses terbentuknya pasir besi.
2. Mengetahui deskripsi dan proses terbentuknya batu andesit.
3. Mengetahui deskripsi dan proses terbentuknya batubara.
4. Mampu menjelaskan tentang bahan galian yang dibahas.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pasir Besi


2.1.1 Pengertian Pasir Besi
Pasir besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel besi (magnetit)
yang terdapat di sepanjang pantai (Bates and Jackson, 1980), terbentuk karena
proses penghancuran oleh cuaca, air permukaan, dan gelombang terhadap batuan
asal yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilmenit, dan oksida besi,
kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut.

2.1.2. Proses Terbentuknya Pasir Besi


Pasir besi umumnya terdapat di sepanjang pantai, terbentuk karena proses
penghancuran batuan asal oleh cuaca dan air permukaan, yang kemudian
tertransportasi dan diendapkan di sepanjang pantai. Gelombang laut dengan energi
tertentu memilah dan mengakumulasi endapan tersebut menjadi pasir besi yang
memiliki nilai ekonomis.
Mineral ringan dan berat yang mengandung unsur besi diendapkan dalam bentuk
gumuk-gumuk pasir sepanjang dataran pantai. Endapan ini mengandung mineral
utama seperti magnetit (Fe3O4/FeO.Fe2O3), hematit (Fe2O3), dan ilmenit
(FeTiO3/FeO.TiO2), serta mineral ikutan pirhotit (FeS), pirit (FeS2), markasit,
kalkopirit (CuFeS2), kromit (FeO2Cr2O3), almandit (Fe3Al2(SiO4)3), andradit
(Ca3Fe2(SiO4)3), SiO2 bebas, serta unsur jejak (trace element) lainnya antara
lain: Mn, Mg, Zn, Na, K, Ni, Cu, Pb, As, Sb, W, Sn, dan V (Wilfred W, 1939).
Pembentukan endapan pasir besi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
batuan asal, proses perombakan, media transportasi, proses serta tempat
pengendapannya. Sumber mineral endapan pasir besi pantai sebagian besar
berasal dari batuan gunungapi bersifat andesitik dan basaltik. Proses perombakan
terjadi karena pelapukan batuan akibat adanya proses alam seperti panas dan
hujan yang membuat butiran mineral terlepas dari batuannya.

3
Media transportasi endapan pasir besi antara lain: aliran sungai, gelombang, dan
arus laut. Proses transportasi membawa material lapukan dari batuan asal,
menyebabkan mineral-mineral terangkut hingga ke muara, kemudian gelombang
dan arus laut mencuci dan memisahkan mineral-mineral tersebut berdasarkan
perbedaan berat jenisnya.
Di daerah pantai, mineral diendapkan kembali oleh gelombang air laut yang
menghempas ke pantai. Akibat hempasan tersebut, sebagian besar mineral yang
mempunyai berat jenis yang besar akan terendapkan di pantai, sedangkan mineral
berat yang berat jenisnya lebih ringan akan kembali terbawa oleh arus balik
kembali ke laut, demikian terjadi secara terus menerus hingga terjadi endapan
pasir besi di pantai (lihat gambar di bawah). Tempat pengendapan pasir besi
umumnya terjadi pada pantai yang landai, sedangkan pada pantai yang curam sulit
terjadi proses pengendapan.

Gambar 1.1
Proses Terbentuknya Pasir Besi

Pasir besi berwarna abu-abu hingga kehitaman, berbutir sangat halus dengan
ukuran antara 75 - 150 mikron, densitas 2-5 gr/cm3, bobot isi (spesific gravity,
SG) 2,99 - 4,23 gr/cm3, dan derajat kemagnetan (MD) 6,4 - 27,16%. Pasir besi
yang mengandung mineral utama magnetit dicirikan oleh butiran mineral magnetit
yang selalu berikatan dengan butiran mineral magnetit lainnya sehingga
membentuk ikatan rantai. Butiran mineralnya bersistem kristal isometrik,

4
sehingga pasir besi (magnetit) cenderung berbentuk membundar hingga
membundar tanggung.

2.2 Batubara
2.2.1 Pengertian Batubara
Sebagai salah satu bahan galian dari alam, batubara mempunyai
heterogenitas, dan kompleksitas yang tinggi.
Beberapa pakar telah mencoba memberikan definisi batubara yaitu:
1. Spackman (1958 ): Batubara adalah suatu benda padat karbonan
berkomposisi maseral tertentu.
2. The lnternational Hand Book of Coal Petrography (1963) : Batubara adalah
batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam
variasi tingkat pengawetan, diikat oleh proses kompaksi dan terkubur dalam
cekungan-cekungan pada kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai
dalam.
3. Thiessen (1974) : Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri
dari bermacam-macam unsur kimia atau merupakan benda padat organik
yang sangat rumit.
4. Achmad Prijono, dkk. (1992) : Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon
padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen
dan terkena pengaruh temperatur serta tekanan yang berlangsung sangat lama.
Dari beberapa sumber diatas, dapat dirangkum suatu definisi yaitu: “Batubara
adalah berupa sedimen organik bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk
dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami pembusukan secara biokimia, kimia
dan fisika dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada tekanan serta
temperatur tertentu pada kurun waktu yang sangat lama”

2.2.2 Proses Terbentuknya Batubara


Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :
1. Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari
hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai

5
dengan teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga
pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam
ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami
pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang
membentuk sedimen organik.
2. Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari
hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara
yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta,
mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak
lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung
tinggi).
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa
dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman
0,5 - -[10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O,
dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus.
Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach,
1982, op cit Susilawati 1992).
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia,
dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari
gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon
akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang
(Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara
dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub
bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur,
suhu dan tekanan.

6
Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik. Pembentukan batubara
dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal
sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290
juta tahun yang lalu. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi
gambut/peat (C60H6O34) yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda
(lignite) atau disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah
batubara dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan
tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap
menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara
sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga
membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang
tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung
hingga membentuk antrasit.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan
perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara.
Berikut ini ditunjukkan tahapan pembatubaraan.
Disamping itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan
meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat
pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu
batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula
batubara bermutu rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut
dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat
kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga
kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan
semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain
itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan
meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.

7
BAB III

PEMBAHASAN
1. PASIR BESI

Gambar 3.1. Pengamatan Bahan Galian Pasir Besi

8
Gambar 3.2. Koordinat Titik Lokasi Pengamatan Pasir Besi

9
Gambar 3.3 Foto Pembanding Bahan Galian Pasir Besi

KETERANGAN

Hari/Tanggal : Minggu, 30 Desember 2018


Jam : 16:37 WIB
Cuaca : Cerah Berawan
Lokasi : Sungai Prapakulon
Kelurahan : Prapakulon
Kecamatan : Mikir
Kabupaten : Sleman
Provinsi : D.I Yogyakarta
Koordinat Geografis : 7°45’153” S : 110°13’109” E
Jenis Bahan Galian : Pasir Besi

10
2. BATUBARA

Gambar 3.5. Pengamatan Bahan Galian BatuBara

Gambar 3.6. Koordinat Titik Lokasi Pengamatan BatuBara

11
Gambar 3.7 Foto Pembanding Bahan Galian Batubara

KETERANGAN

Hari/Tanggal : Minggu, 23 Desember 2018


Jam : 14:37
Cuaca : Cerah Berawan
Lokasi : Barat Kampus lapangan STTNAS
Dusun : Degan II
Desa : Banjararum
Kecamatan : Kalibawang
Kabupaten : Kulon Progo
Provinsi : D.I Yogyakarta
Koordinat Geografis : 7°43’969” S : 110°11’945” E
Jenis Bahan Galian : BatuBara

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari yang telah di bahas di halaman sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengolahan bahan galian industri merupakan salah satu metode untuk
memisahkan mineral-mineral berharga dengan pengotor sehingga akan
didapatkan hasil dan mutu yang baik. Oleh karena itu pengolahan bahan
galian sangat penting dilakukan karena dapat meningkatkan hasil
produksinya.
2. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui deskripsi dan proses
terbentuknya pasir besi, mengetahui deskripsi dan proses terbentuknya batu
andesit, mengetahui deskripsi dan proses terbentuknya batubara, serta mampu
menjelaskan tentang bahan galian yang dibahas.
3. Pasir besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel besi (magnetit)
yang terdapat di sepanjang pantai, terbentuk karena proses penghancuran
batuan asal oleh cuaca dan air permukaan, yang kemudian tertransportasi dan
diendapkan di sepanjang pantai yang memiliki nilai ekonomis.
4. Batubara adalah berupa sedimen organik bahan bakar hidrokarbon padat
yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami pembusukan
secara biokimia, kimia dan fisika dalam kondisi bebas oksigen yang
berlangsung pada tekanan serta temperatur tertentu pada kurun waktu yang
sangat lama. Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu:
a. Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal
dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk.
b. Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal
dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk.

13
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
5. Pengambilan data dan foto :
a. Pasir Besi : Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo,
D.I. Yogyakarta, pada hari Minggu, 23 Desember 2018 pukul 16:37 WIB.
Cuaca cerah berawan
b. Batubara : Dusun Degan II, Banjararum, Kecamatan Kalibawang,
Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta, pada hari Minggu, 23
Desember 2018 pukul 14:37 WIB. Cuaca cerah berawan.

4.2 Saran
Dari survey yang telah dilakukan dan makalah yang telah disusun, saran yang
dapat penulis berikan yaitu :
1. Pemberian tugas sebaiknya tidak terkesan mendadak, sehingga pengerjaan
makalah terpenuhi secara maksimal.
2. Survey lapangan sebaiknya dibekali dengan peralatan dan perlengkapan yang
memadai, sehingga data yang didapat akurat.
3. Tingkatkan koordinasi dan kerja sama antar teman, anggota angkatan, atau
kelompok diskusi mengenai tugas, agar tugas dapat terselesaikan dengan
memiliki berbagai referensi dan penulis maupun pembaca mendapatkan lebih
banyak pengetahuan yang bermanfaat lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.geologinesia.com/2016/12/mengenal-pasir-besi-dan-kebijakan-
pemerintah-dalam-pengelolaannya.html
2. https://www.geologinesia.com/2016/12/geologi-pasir-besi-genesa-dan-sifat-
fisik.html
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Andesit
4. https://www.geologinesia.com/2016/01/batuan-andesit-dan-proses-
pembentukannya.html
5. http://www.ptba.co.id/id/read/getting-to-know-coal
6. http://www.ptba.co.id/id/read/the-occurence-of-coal

15

Anda mungkin juga menyukai