Anda di halaman 1dari 48

LABORATORIUM GEOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Nomor Tugas : 10
Mata Kuliah : Praktikum Mineralogi dan Petrologi

LAPORAN AKHIR
BATUAN PIROKLASTIK

Nama : Fatkhul Qorrib


NPM : 10070120021
Shift Praktikum : I (Satu) / 11:30 -14:30 WIB
Hari/ Tanggal praktikum : Senin, 18 Oktober 2021
Hari/ Tanggal Laporan : Senin, 25 Oktober 2021
Asisten : 1. Indra Karna Wijaksana, S.Pd., S.T., M.T.
2. Wahyu Budhi Khorniawan, S.T., M.T.
3. Ir. Sri Indiarto
4. Deny Mildan, S.T., M.T.
5. Hafizh Murtadho
6. Hevi Rosdiana
7. Erlan Adya Jamil
8. Muhammad Aziz Rahmatullah

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berbagai nikmat serta karunia-Nya kepada hambanya, Sehingga
pada kesempatan ini saya bisa menyelesaikan tugas laporan akhir praktikum
Petrologi dan Mineralogi yang berjudul “Batuan Piroklastik” Program Studi
Teknik Pertambangan.
Kemudian tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Asisten
Laboratorium Geologi yang telah memberi arahan serta bimbingan nya terhadap
pemberian materi dan tugas. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada
teman dan rekan seperjuangan yang telah membantu dalam pembuatan laporan
ini.
Dalam pembuatan laporan ini penulis mengucapkan mohon maaf apabila
terdapat kesalahan, karena dalam pembuatannya masih jauh dari kata sempurna
sepenuh nya, maka dari itu penulis mohon kritik serta saran dari pembaca untuk
memperbaiki dalam pembuatan laporan ini, sehingga dalam pembuatan laporan
berikutnya akan lebih baik lagi dari sebelumnya.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh

Bandung, 25 Oktober 2021


Penulis

Fatkhul Qorrib
NPM: 10070120021

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................. 1
1.2.1 Maksud ........................................................................ 1
1.2.2 Tujuan.......................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 2
2.1 Pengertian Batuan Piroklatik ............................................... 2
2.2 Genesa Batuan Piroklastik................................................... 4
2.3 Material Gunung Berapi ....................................................... 4
2.4 Mineral Penyusun Batuan Piroklastik .................................. 5
2.5 Klasifikasi Batuan Piroklastik ............................................... 6
2.6 Tekstur dan Struktur Batuan Piroklastik .............................. 7
2.7 Deskripsi Batuan Piroklastik ................................................ 9
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN ................................................ 10
3.1 Tugas................................................................................... 10
3.2 Pembahasan ....................................................................... 10
BAB IV ANALISA ................................................................................... 33
BAB V KESIMPULAN........................................................................... 34
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
FORM PENILAIAN LAPORAN
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di bumi tempat kita tinggal ini terdapat banyak sekali kandungan akan
sumber daya alamnya, diantaranya merupakan batuan dan mineral. Indonesia
merupakan sengara dengan kekayaan alam yang sangat melimpah, letak dan
posisi yang strategis membuat Indonesia memiliki sumber daya yang begitu
melimpah. Indonesia terletak pada jalur zona gunung berapi membuat Indonesia
memiliki banyak sekali gunung berapi, merupakan suatu hal negatif dan juga
positif, karena dengan adanya gunung-gunung berapi tersebut dapat
menyuburkan unsur hara sekitar gunung berapi dan juga Indonesia kaya akan
batuan dan mineral.
Keberadaan gunung api yang melimpah di Indonesia membuat Indonesia
memiliki keberagaman dari batuannya. Batuan sendiri pada awalnya hanya terbagi
menjadi tiga yaitu batuan beku, sedimen, dan juga metamorf. Tetapi terdapat satu
batuan lagi, di mana batuan termasuk kedalam batuan hasil dari aktivitas vulkanik
yang biasanya hanya dikenal batuan beku saja tapi terbagi lagi menjadi batuan
yang dinamakan batuan piroklastik. Meskipun termasuk batuan hasil vulkanik,
tetapi berbeda dengan batuan beku karena karakteristik nya yang cukup berbeda,
batuan piroklastik ini secara singkat terbentuk dari material hasil vulkanik.
Dengan mengetahui mengani batuan piroklastik, diharapkan dapat
mengidentifikasi serta dapat mengetahui pemanfaatan yang tepat terhadap salah
satu sumber daya geologi yaitu batuan piroklastik, karena keberadaannya yang
cukup menguntungkan untuk dimanfaatkan.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Kegiatan praktikum ini dimaksudkan agar praktikan dapat mengetahui
mengenai batuan piroklastik dan dapat mengidentifikasinya.
1.2.2 Tujuan

1
2

Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini yaitu:


1. Untuk mengetahui dan memahami dari batuan piroklastik
2. Untuk melakukan pendeskripsian pada batuan piroklastik dari parameter
pendeskripsian
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil ledakan gunung berapi akibat adanya gaya energi geothermal dari dalam
bumi. Batuan piroklastik ini belum mengalami proses pengangkutan oleh medium
apapun, jadi batuan ini membeku diatas udara pada saat terjadinya letusan pada
gunungapi yang masih aktif. Dapat disebutkan juga batuan piroklastik merupaka
batuan transisi antara batuan beku dengan batuan sedimen dan disebut juga
dengan agglomerat, ketika partikel-partikel tepra berukuran bom atau tufa dan
ketika partikelnya adalah lapili atau abu.
Material hasil letusan membentuk jenis batuan lain selain batuan piroklastik
yaitu batuan epiklastik, yaitu batuan yang sudah mengalami pengangkutan yang
mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan oleh medium air dan angin
yang membawanya. batuan epiklastik ini biasanya terdapat pada tempat-tempat
yang rendah seperti lembah-lembah, sungaisungai, danau-danau ataupun laut.
Ciri-ciri yang membedakan antara batuan piroklastik dan epiklastik, yaitu:
1. Batuan Piroklastik
a. Tekstur :
1) Butiran menyudut sampai menyudut tanggung
2) Tingkat keseragaman butir penyusun sama
b. Komposisi :
1) Material setabil dan tidak setabil
2) Murni disusun oleh bahan-bahan dari letusan gunung berapi
2. Batuan Epiklastik
a. Tekstur :
1) Butiran membulat sampai membulat tanggung
2) Ukuran butir cenderung bervariasi
c. Komposisi :
1) Material penyusun relatif stabil
2) Tercampur dengan material sedimen yang ikut tertransportasi

3
4

2.2 Genesa batuan Piroklastik


Batuan piroklastik terbentuk diawali dengan meletusnya gunung berapi
yang mneghempaskan magma, syaratnya energi yang mendorong magma
haruslah besar sehingga dapat menghempaskan magma ke udara, yang mana
magma yang terhempas ini mengalami pendinginan dan membeku di udara
membentuk batu.

Sumber: Hasan,2006
Gambar 2.1
Susunan Gunung Api
Dalam keterbentukannya batuan piroklastik memiliki tiga jenis tipe
pengendapan yaitu:
1. Fall Deposite, yaitu endapan piroklastik yang terbentuk oleh jatuhan
material halus yang terbawa oleh angin dan mengendap di permukaan
secara rata
2. Flow Deposite, yaitu endapan piroklastik yang diangkut oleh media air
maupun angin yang mana pola alirannya laminer, dimana terjadi
pencampuran dari berbagai ukuran butiran.
3. Surge Deposite, di mana keterbentukannya sebenarnya termasuk kedalam
flow deposite karena tertransportasikan oleh aliran angin maupun air,
perbedaannya surge deopsite tertransportasikan oleh aliran turbulen.

2.3 Material Gunung Berapi


Saat meletus, gunung berapi mengeluarkan myang mana material tersebut
terdiri dari lava, tepra, dan gas, untuk jenis material dan jumlah yang dikeluarkan
saat letusan, bergantung pada komposisi dari magma dan energi yang dikeluarkan
dari letusan.
Untuk material-material yang dikeluarkan dari gunung berapi, yaitu sebagai
berikut:
1. Lava
5

Lava merupakan magma yang keluar dari dalam gunung berapi dan
membeku di permukaan bumi.
2. Tepra
Tepra merupakan material yang ikut keluar dari letusan gunug berapi yang
meletus secara ekslposif, material tersebut berupa bara, debu, juga gas
yang mana di Indonesia biasa disubut wedus gembel.
3. Gas
Gas dihasilkan pada letusan gunung berapi baik yang eksplosif maupun
non eksplosif, biasanya dalam bentuk uap. Komposisi dari gas yang
dikeluarkan saat letusan adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), dan
sulfur dioksida (SO2), sedangkan komposisi dari gas lainnya yang
dikleuarkan dalam jumlah kecil adalah Klorin (CL) dan Fluorin (F).

Sumber : Yezheikel, 2013


Gambar 2.2
Pembekuan Gunung Api

2.4 Mineral Penyusun Batuan Piroklastik


Pada batuan piroklastik, mineral penyusun tidak akan jauh dari mineral
yang sama menyusun batuan beku, diakrenakan terbentuk dari magma yang
sama. Batuan beku sendiri merupakan campuran dari butiran, sedangkan batuan
piroklastik tidak terdiri dari butiran, tetapi batuan piroklastik itu adalah butiran itu
sendiri. Untuk mineral penyusun dari batuan piroklastik terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Mineral sialis: Kuarsa, Felspar (Na, Ca dan K-Felspar), Felspatoid (jika
kondisi larutan magma kurang jenuh)
2. Mineral femis (mineral) yang kaya akan kandungan ikatan Fe-Mg silikat
dan terkandung disusul dengan Ca-silikat), contohnya: Piroksen, Olivin,
Melilit.
6

3. Mineral tambahan: Hornblenda, Biotit, hipersten.

2.5 Klasifikasi Batuan Piroklastik


Klasifikasi batuan piroklastik dari wentworth dan williams (1932) yang
banyak digunakan dalam mengklasifikasikan batuan terutama dalam
pendeskripsian. Skala ukuran yang dipakai, skala ukuran batuan sedimen yang
dibuat oleh wentworth, hanya saja batas kisaran yang dipakai tidak sama antara
batuan sedimen dan piroklastik.

Sumber : Petijohn, 1992


Gambar 2.3
Klasifikasi Ukuran Batuan Piroklastik menurut Wentworth (1932) dan Fisher (1961)
Untuk penamaan batuan piroklastik dari ukuran butirnya yaitu:
1. Breksi Vulkanik tersusun dari fragmen-fragmen diameter lebih besar 32
mm, bentuk fragmen meruncing.
2. Aglomerat tersusun atas fragmen berupa bom-bom dengan ukuran lebih
besar 32 mm.
3. Lapili/tufa lapilli tersusun atas lapili yang berukuran antara 4 mm sampai
32 mm.
4. Tufa kasar tersusun atas abu kasar dengan ukuran butir terletak antara
0.25 mm sampai 4mm.
5. Tufa halus tersusun atas abu halus, dengan ukuran butir lebih kecil dari
0.25 mm.
7

2.6 Tekstur dan Struktur Batuan Piroklastik


1. Tekstur
Tekstur batuan piroklastik ini mengarah kepada kenampakan berupa butir–
butir mineralnya, kompaksi, dan bentuk butir. Untuk butir sendiri terbagi
menjadi tiga, yaitu block, bomb, dan ash. Untuk kompaksi sendiri
didasarkan pada kekerasan pada batuan piroklastik, yaitu ada kompak
atau tidak mudah hancur, dan mudah hancur. Untuk bentuk butiran
didasarkan pada genesa keterbentukannya, yaitu ada bulat sempurna,
membulat, dan menyudut.
2. Struktur
Seperti halnya batuan beku, batuan piroklastik juga mempunyai struktur
vesikuler, scoria dan amigdaloidal. Selain itu, magma pijar yang
terhempaskan keudara yang kemudian terendapkan dalam kondisi masih
panas, berkecenderungan mengalami pengelasan antara butir satu
dengan butir lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau
welded. Struktur Batuan Piroklastik yang lain adalah:
1. Masif: Batuan masif bila tidak menunjukan struktur dalam.
2. Laminasi: Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan
kurang dari 1 cm.
3. Berlapis: Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan
lebih dari 1 cm.
Ada beberapa struktur yang khas pada batuan piroklastik yang akan erat
kaitannya dalam penamaan batuan piroklastik tersebut dapat dibagi
menjadi empat:
a. Aglomerat
Memiliki ukuran butir lebih besar dari 32 mm (bomb), serta fragmennya
yang kasar serta terdapat di dekat leher vulkanik dan biasanya
berasosiasi dengan breksi vulkanik.

Sumber : Ahmad Khoiruddin, 2010


Foto 2.1
Batu Algomerat
8

b. Breksi Vulkanik
Memiliki ukuran butir 64 mm (block) atau lebih besar dari ukuran bomb
dan biasanya berupa fragmen – fragmen kasar. Fragmen ini bisa buka
dari bahan piroklastik.

Sumber : Ahmad Khoiruddin, 2010


Foto 2.2
Batu Breksi Fulkanik
c. Tufa Lapili
Tufa Lapili dalah tetesan lava cair atau semi-cair berbentuk bola,
tetesan air mata, halter atau kancing yang dikeluarkan dari letusan
gunung berapi yang jatuh ke bumi sementara setidaknya sebagian
masih meleleh. Butiran ini tidak akresi, melainkan hasil langsung dari
pendinginan batuan cair saat bergerak melalui udara, memiliki ukuran
butir 4 – 32 mm.

Sumber: Ahmad Khoiruddin, 2010


Foto 2.3
Batu Tufa Lapili
d. Tufa
Tufa adalah jenis batu gamping yang terbentuk dari endapan mineral
karbonat dari air bersuhu lingkungan. Mata air panas yang dipanaskan
secara geotermal terkadang menghasilkan endapan karbonat yang
serupa (tetapi kurang berpori), yang dikenal sebagai travertine.
Memiliki ukuran butir kurang dari 64 mm yang sangat halus, biasanya
berasal dari debu vulkanik serta susunan mineralnya tergantung dari
magma asalnya.
9

Sumber : Ahmad Khoiruddin, 2010


Foto 2.4
Tufa

2.7 Deskripsi Batuan Piroklastik


Dalam pendeskripsian batuan piroklastik terdapat beberapa paramaeter
yang digunakan, yaitu:
1. Warna Batuan
Warna batuan merupakan warna yang terpancar ketika batuan terkena
cahaya yang mana dalam pendeskripsian disesuaikan dengan skala
warna.
2. Ukuran Butir
Ukuran butir didasarkan pada ukuran butiran rata-rata yang terkandung
dalam batuan prioklastik, yang didasarkan pada klasifikasi ukuran butir
yang dibuat oleh Wenworth (1992).
Tabel 2.1
Klasifikasi Ukuran Butir Menurut Wentworth

Sumber : Petijohn, 1998

3. Bentuk Butir
Bentuk butir didasarkan pada bentuk rata-rata dari butiran yang terkandung
pada batuan piroklastik yaitu ada menyudut, membulat, dan membulat
sempurna.
4. Kekompakan
Kekompakan tergantung dari hubungan antar fragmennya, jika hubungan
antar fragmennya rapat maka kekompakan batuan piroklastik tersebut
10

kompak sedangkan jika hubungan antar fragmennya tidak saling berikatan


maka kekompakkannya mudah hancur.
5. Struktur Batuan
Seperti halnya batuan volkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai
struktur vesikuler, scoria dan amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan
keudara dan kemudia terendapkan dalam kondisi masih panas,
berkecenderungan mengalami pengelasa antara klastika satu dengan
lainnya.
6. Genesa Batuan
Genesa keterbentukan batuan piroklastik yaitu ada fall deposit, flow
deposit, dan surge.
7. Jenis Batuan
Jenis batuan didasarkan pada jenis batuan yang dideskripsikan, kali ini
batuan yang dideskripsikan berupa batuan piroklastik.
Setelah dicocokan antara hasil deskripsi dengan batuan piroklastik maka
akan didapatkan nama dari batuan piroklastik tersebut.
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
3.1.1 Pendeskripsian Batuan Piroklastik sebanyak 3 sampel/orang.
Berdasarkan parameter pendeskripsian yang telah dipelajari.
3.1.2 Ploting pada diagram (Fisher 1966) 3 sampel batuan piroklastik yang
diberikan asisten dan Menarasikan perhitungannya.
3.1.3 Mencari manfaat mengenai batuan piroklastik dalam kehidupan.
3.1.4 Mencari sebaran gunung api di Indonesia yang dibuat dalam Peta
Indonesia.
3.1.5 Menggambarkan fall, flaw dan surge.
3.1.6 Membuat resume terkait gunung sunda purba dan pembentukan anak
Krakatau.
3.1.7 Jelaskan dan gambarkan material yang dihasilkan dari letusan
gunung api.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Deskripsi Batuan Piroklastik
Tabel 3.1
Pendeskripsian Batuan Piroklastik
Parameter Deskripsi Hasil Deskripsi
Kode Batuan LG/BP/04/2021
Warna Batuan Bisque
Tekstur
- Ukuran Butir >0,06 mm - <2 mm
- Bentuk Butir Menyudut
- Kompaksi Kompak
Genesa Batuan Fall
Jenis Batuan Piroklastik
Nama Batuan Pumice/Tuff
Foto Sketsa

11
12

Sumber : Hasil Praktikum Mineralogi dan Petrologi, 2021


Tabel 3.2
Pendeskripsian Batuan Piroklastik
Parameter Deskripsi Hasil Deskripsi
Kode Batuan LG/BP/05/2021
Warna Batuan Sienna
Tekstur
- Ukuran Butir 2 mm – 64 mm
- Bentuk Butir Membulat
- Kompaksi Kompak
Genesa Batuan Flow
Jenis Batuan Epiklastik
Nama Batuan Tuff - Lapilli
Sketsa
Foto

Sumber : Hasil Praktikum Mineralogi dan Petrologi, 2021


Tabel 3.2
Pendeskripsian Batuan Piroklastik
Parameter Deskripsi Hasil Deskripsi
Kode Batuan LG/BP/06/2021
Warna Batuan Dim Grey
Tekstur
- Ukuran Butir 0,06 mm – 2 mm
- Bentuk Butir Menyudut
- Kompaksi Kompak
13

Genesa Batuan Fall


Jenis Batuan Piroklastik
Nama Batuan Tuff
Foto Sketsa

Sumber : Hasil Praktikum Mineralogi dan Petrologi, 2021


3.2.2 Ploting Diagram Fisher (1966) dan menarasikan Perhitungan
Langkah dalam memplotingnya yaitu dengan menghitung skala pada
diagram dan didapatkan sebesar 0,104 dengan membagi panjang diagram dengan
100. Untuk mendapatkan titik ploting pada setiap jenis yaitu dengan mengkalikan
persen yang dimiliki dengan skala. Setelah didapat titik ploting lalu tarik garis lurus
pada diagram sesuai dengan jenis butiran yang telah didapat.
Skala = 10,4 cm/100 = 0,104
1. 70% Bom, 15% Tuff, 15% Lapili
Bom = 70% × 0,104 = 7,28 cm
Tuff = 15% × 0,104 = 1,56 cm
Lapili = 15% × 0,104 = 1,56 cm

Sumber : Hasil Praktikum Mineralogi dan Petrologi, 2021


Gambar 3.1
Diagram Fisher (1966) a
14

2. 24% Bom, 26% Tuff, 50% Lapili


Bom = 24% × 0,104 = 2,496 cm
Tuff = 26% × 0,104 = 2,704 cm
Lapili = 50% × 0,104 = 5,2 cm

Sumber : Hasil Praktikum Mineralogi dan Petrologi, 2021


Gambar 3.2
Diagram Fisher (1966) b
3. 35% Bom, 35% Tuff, 30% Lapili
Bom = 35% × 0,104 = 3,64 cm
Tuff = 35% × 0,104 = 3,64 cm
Lapili = 30% × 0,104 = 3,12 cm

Sumber : Hasil Praktikum Mineralogi dan Petrologi, 2021


Gambar 3.3
Diagram Fisher (1966) c
15

3.2.3 Manfaat Batuan Piroklastik dalam Kehidupan


Batuan piroklastik dapat dimanfaatkan karena keberadaannya yang cukup
melimpah dan perlu dimaksimalkan, manfaat batuan piroklasti, yaitu:
1. Batu Apung
Batu apung merupakan batuan piroklastik yang relatif tidak keras atau
masif, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agregat untuk konstruksi
batuan sebagai material tahan api dan hidraulis yang baik untuk
pembangunan teknik bangunan basah. Dalam kegiatan industri sebagai
penyaring dan bahan poles logam. Selain itu, digunakan sebagai agregat
ringan dan beton agregat.
2. Scoria
Scoria sendiri lebih banyak dimanfaatkan sebagai hiasan, seperti
pembuatan patung seperti dimanfaatkan oleh orang rapanui dalam
mengukir patung moai khas suku mereka.
3. Tuff
Tuff atau tufa sering digunakan sebagai campuran bahan bangunan sama
kegunaannya seperti pumice.
4. Lapili
Lapili memiliki struktur batuan yang masif sehingga cocok dijadikan
sebagai bahan bangunan.
16

3.2.4 Peta Sebaran Gunung Api Indonesia

Sumber : Hasil Praktikum Mineralogi dan Petrologi, 2021


Gambar 3.4
Peta Sebaran Gunung Api Indonesia
17

3.2.5 Fall, Flow, Surge

Sumber : Hasil Praktikum Mineralogi dan Petrologi, 2021


Gambar 3.5
Fall, Flow, Surge
18

3.2.6 Resume Gunung Sunda Purba dan Keterbentukan Gunung Anak


Krakatau
Gunung Sunda yang saat ini berlokasi di Jawa Barat Indonesia tepatnya di
Bandung yang menjadi induk dalam terbentuknya gunung-gunung di Jawa Barat
Khususnya Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang, serta Gunung Bukit
Tunggul. Gunung sunda purba merupakan gunung purba yang pernah meletus
pada zaman pra-sejarah. Meletusnya gunung sunda purbamengakibatkan
keterbentukan kaldera sunda. Disinyalir Gunung Sunda Purba ini merupakan
Gunung tertinggi yang pernah ada di Pulau Jawa pada zaman pra-sejarah.
Letusan Gunung Sunda Purba yang dahsyat, oleh Kartadinata dibagi
menjadi beberapa episode letusan. Pada periode 210.000-128.000 tahun yang
lalu, letusan mengeluarkan lava yang disusul oleh 13 unit letusan, di mana dalam
setiap satu letusan dapat terjadi letusan besar. Pada kurang lebih 105.000 tahun
yang lalu terjadi periode atau fase-fase letusan yang menyebabkan keruntuhan
Gunung Sunda hingga terbentuknya kaldera di mulai pada periode ini. meliputi
fase plinian, fase magnetik, dan fase ignimbrit. Volume lontaran material tercatat
mencapai 66 km3 yang mana material vulkaniknya tersebut menutupi wilayah
sekitar gunung sunda dengan radius 200km2. Pada beberapa tempat tertentu
ketebalan materia[ mencapai 40 meter. Sedangkan gunung krakatau sendiri yang
meletus pada tahun 1983 hanya melontarkan aterial dengan volume 18 km3 dan
gunung tambora yang hanya melontarkan 80 km2.
Kaldera yang terbentuk dari hasil letusan dahsyat Gunun Sunda Purba
mencapai luasan 6,5 × 7,5 km. Menurut Bachtiar, pada fase letusan ketiga yang
mengurug sungai citarum purba di utara Padalarang yang membentuk danau
raksasa (Danau Bandung Purba). Begitu dahsyat dari ledakan yang ditimbukan.
Hasil dari ledakan yang ditimbulkan. Hasil dari pembentukan kaldera hasil letusan
ini melahirkan gunung tangkubanparahu kuno yang meletus sebanyak 30 unit
pada tahun 90.000-10.000 tahun lalu, serta 12 unit letusan antara 10.000-50 tahun
lalu untuk gunung tangkuban parahu muda. Terjadinya erupsi gunung tangkuban
parahu berbarengan dengan terbentuknya patahan lembang yang memisahkan
dataran tinggi Lembang dengan dataran tinggi Bandung yang mana kejadian ini
diperkirakan terjai pada 11.000 tahun yang lalu.
Setelah fenomena letusan gunung yang cukup dahsyat ini sekaran gunung
sunda purba telah menjadi gunung berapi aktif dengan ketinggian sekitar 4000
19

mdpl. Dipercaya gunung burangrang dan situ lembang merupakan salah satu
bagian kerucut sampng dari gunung Sunda Purba. Sisa – sisa gunung Sunda ini
dapat dijumpai di sebelah utara gunung sunda purba tepatnya di sunai
cikapundung sampai gunung manglayang.
Gunung anak krakatau merupakan kaldera yang terbentuk karena hasil
erupsi besar gunung krakatau pada abad ke-19. Gunung anak krakatau ini pernah
meletus dan sering erups yang dentuman letusannya terdengar hingga wilayah
Jakarta.
Gunung Krakatau memeuntahakan material vulkaniknya pada tahun 1883.
Yang mana letusannya membentuk kaldera bawah laut, di mana kaldera ni kelak
membentuk gunung api baru yang muncul hingga permukaan laut yang dinamakan
gunung anak krakatau pada 1883 mengakibatkan gunung krakatau purba hancur
yang menyisakan kaldera di bawah permukaan laut. Tepi kawahnya membentuk
tiga pulau yaitu pulau Rakata, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung. Pada abad ke
5M akibat dari gaya dorongan vulkanik dari dalam perut bumi pulau Rakata yang
merupakan salah satu pulau hasil letusan gunung krakatau berkembang menjadi
gunung berapi baru yang tersusun atas batuan basaltic. Selain itu, proses ini
melahirkan juga gunung lain dari kawah yang sama bernama gunung dawan dan
gunung perbuwatan.
3.2.7 Material Hasil Letusan Gunung Berapi
Magma yang merupakan bahan dalam meletusnya gunung berapi yang
menjadi lahar dan mengalami pendinginan atau kristalisasi menjadi batuan.
Magma merupakan cairan pijar yang keberadaannya di bawah permukaan dengan
suhu yang sangat tinggi yang diperkirakan lebih dari 1000 oC. Magma yang keluar
hasil letusan gunung berapi disebut dengan lava, dengan suhu berkisar 700 –
1200oC, letusan gunung berapi ini membawa batu dan abu yang menyembur
hingga radius 90 km atau bahkan lebih. Tanda-tanda dari gunung berapi yang
akan meletus yaitu:
1. Suhu sekitar gunung berapi akan naik
2. Mata air akan mengering sekitaran gunung berapi
3. Terdengar nya suara gemuruh yang dikeluarkan gunung berapi, dan
terkadang disertai getaran seperti gempa kecil.
4. Tumbuhan sekitaran gunung berapi akan melayu, dan hewan-hewan akan
berhamburan berlarian.
20

Hasil Letusan Gunung berapi adalah sebagai berikut:


1. Gas vulkanik
Magma vulkanik yang keluar disertai dengan gas, yang mana gas tersebut
antara lain adalah karbon monoksida (CO), Karbon dioksia (CO2) Hidrogen
sulfida (H2S), dan nitrogen dioksida (NO2) yang mana gas-gas tersebut
sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia
2. Material padat
Material padat hasil letusan dapat dari batuan purba yang ada pada
gunung api yang ikut meletus dan dapat juga dari hasil letusan gunung
tersebut secara langsung yaitu magma yang terhempaskan ke udara yang
kemudian mengalami pembekuan membentuk batuan yang merupakan
aterial padat. Material padat tersebut dapat berua bom atau bongkahan
material padat besar, tephra. Batuan dengan bentuk tidak beraturan dan
lebih kecil dari bom, lalu ada lapili dan debu vulkanik yang berupa tuff atau
pumice. Dan juga pasir. Macam-macam material padat hasil letusan yaitu:
a. Bom

Sumber : Fatkhul, 2021


Gambar 3.6
Bom

b. Lapili

Sumber : Fatkhul, 2021


Gambar 3.7
Lapili
21

3. Material Cair
Material cair ini merupakan magma yang keluar, yang dapat disebut juga
sebagai lahar. Magma yang keluar tanpa hambatan akan berbentuk cairan
pijar bersifat asam maupun basa. Lahar merupakan magma yang telah
tercampur dengan material lain, yang mana terbagi menjadi dua yaitu lahar
panas dan lahar lahar dingin. Sedangkan lava adalah magma yang
langsung keluar tanpa tercampur material lain.

Sumber : Fatkhul, 2021


Gambar 3.8
Material Cair Vulkanik
BAB IV
ANALISA

Gunung sunda purba pernah menjadi gunung tertinggi di pulau jawa dan
pernah meletus dengan kekuatan yang sangat besar hingga membentuk gunung-
gunung baru seperti Gunung Burangrang, Tangkuban Parahu, dan danau seperti
danau Bandung di Padalarang. Keberadaan gunung berapi terlihat membentang
dari arah barat pulau sumatran melalui selatan pulau jawa hingga ke utara
sulawesi dan maluku yang menerus hingga ke dataran asia bagian atas seperti
china, hal tersebut menjadi tanda dari adanya pengaruh tektonika lempeng dari
bertabrakannya dua lempeng yaitu lempeng samudra dengan lempeng benua
yang bergerak secara konvergen dan menghasilkan banyak gunung berapi.
Parameter pendeskripsian selalu dapat dikorelasikan, contohnya pada
pendeskripsian batuan piroklastik genesa keterbentukan batuan dapat di
korelasikan dengan tekstur dari batuan piroklastik di mana batuan piroklastik
dengan sudut menyudut diindikasikan sebagai batuan piroklastik, dan batuan
dengan butiran membulat sebagai batuan epiklastik .
Di Indonesia sendiri batuan piroklastik dibedakan jenisnya dengan batuan
beku, karena keterdapatan gunung berapi yang cukup banyak di Indonesia
sehingga perlu dibedakan dari batuan beku dengan batuan piroklastik. Batuan
piroklastik memiliki komposisi mineral sama dengan batuan beku, yang
membedakan dengan batuan beku yaitu genesanya, batuan beku hasil
pembekuan magma di permukaan bumi, sedangkan batuan piroklastik terbentuk
dari pembekuan magma di udara hasil letusan gunung berapi yang eksplosif,
selain itu dapat dibedakan juga bahwa batuan beku merupakan kumpulan dari
butir, sedangkan batuan piroklastik merupakan butiran itu sendiri. Hasil letusan
magma ini sebenarnya membentuk batuan piroklastik dan juga epiklastik, bedanya
batuan epiklastik tertransportasi dan tercampur dengan butir-butir lainnya.

22
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan pada praktikum kali ini, yaitu:
1. Dalam memahami mengenai batuan piroklastik dapat mempelajari
mengenai pengertian, genesa, tekstur dan strukturnya, klasifikasi, serta
kandungan atau komposisinya, dapat juga dengan mengetahui
pemanfaatannya. Di mana dari hasil tersebut dapat dipahami untuk
melakukan identifikasi terhadap batuan piroklastik.
2. Untuk melakukan pendeskripsian pada batuan piroklastik dari parameter
pendeskripsian. Berdasarkan parameter pendeskripsian, agar mudah
dalam mendeskripsikan yaitu dengan mengkorelasikan antara parameter
yang satu dengan yang lainnya, seperti tekstur memiliki keterkaitan dengan
genesa, dibantu dengan diagram Fisher (1966) dengan memploting titik
kandungan persen pada batuan piroklastik.dan akan diketahui dari nama
batuan piroklastik nya.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudarmi. 2016. “Mineralogi dan Petrologi”. Lampung: LPPM-UNILA

2. Hasan. 2006. “Batuan Piroklastik”. wordpres.com. Diakses pada 17


Oktober 2021 pada pukul 10:20 WIB

3. Kusnan, Dimas. 2001. “Genesa Piroklastik”. geosjepara.blogspot.co.id.


Diakses pada 17 Oktober 2021 pada pukul 10:28 WIB

4. Khoirudin, Ahmad. 2010. “Deskripsi Piroklastik”. wordpres.com. Diakses


pada 17 Oktober 2021 pada pukul 10:40 WIB

24
FORM PENILAIAN LAPORAN

Laporan Akhir
Format (30) Isi (70)

Total Nilai
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai