Pada prinsipnya keramik dapat dibagi dua bagian yaitu keramik tradisional dan keramik
modern. Keramik tradisional adalah keramik yang terbuat dari bahan alam seperti kaolin,
feldspar, clay, dan kuarsa. Yang termasuk keramik ini adalah barang pecah (dinner ware),
keperluan rumah tangga (tile brike), dan untuk industri (refractory). Keramik modern (fine
ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan oksida-oksida logam atau logam, seperti oksida.
Penggunaannya sebagai elemen pemanas semikonduktor, komponen turbin. Keramik memiliki
sifat-sifat keramik dapat dilihat dibawah ini:
1. Kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah.
2. Tahan terhadap korosi.
3. Dapat bersifat magnetik dan non magnetik.
4. Keras dan kuat.
5. Sifat listriknya dapat menjadi isolator, semikonduktor, konduktor, bahkan superkonduktor.
Bahan dalam pembuatan keramik yang umum digunakan yaitu lempung, feldspar, kaolin
dan pasir silika. Lempung adalah salah satu bahan dasar pembuat keramik yang memiliki sifat
plastis, mudah dicetak, kaku setelah dikeringkan dan bersifat kaca setelah dipanaskan pada
temperatur yang sesuai (Isman et al., 2000). Dalam penelitian Mkrtchyan et al (2002), lempung
sangat memungkinkan dapat digunakan untuk memproduksi bahan-bahan refraktori, porselen
dan lain-lain. Selain itu lempung sebagai komponen utama dan bahan pengikat dalam produksi
refraktori.
Badan keramik adalah bagian utama dalam pembuatan keramik dan bahan utamanya
biasa disebut dengan bahan mentah keramik. Contoh bahan mentah keramik alam seperti kaolin,
lempung, felspar, kuarsa, pyrophillit dan sebagainya. Sedangkan bahan keramik buatan seperti
mullit, SiC, Borida, Nitrida, H3BO3 dan sebagainya. Bahan mentah keramik digolongkan
menjadi 5 (lima) yaitu:
pengolahan limbah
pengolahan limbah merupakan suatu usaha untuk memberikan petunjuk cara
menghilangkan atau mengurangi terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. dapat
dilakukan dengan cara fisika dan kimia. Pengolahan limbah secara kimia yaitu dengan
memperlakukan limbah melalui proses – proses, diantaranya, yaitu: oksidasi dan reduksi,
elektrolisa, netralisasi, pengendapan, solidifikasi/stabilisasi, absorbsi, penukaran ion (ion
exchange) dan pirolisa. Usaha tersebut merupakan proses pengubahan bentuk, karakterisasi atau
analisis komposisi limbah dengan teknologi yang sesuai. Disamping itu bertujuan untuk
mengarahkan dalam memanfaatkan kembali hasil pengolahan yang bernilai ekonomis dan
mendaur ulangkannya kedalam proses yang berlangsung di industri atau mengubah kedalam
bentuk komoditi lain yang dapat komersialkan.
Untuk industri keramik, pengendalian dan penangganan limbah tersebut diarahkan
sebagai bahan baku sekunder dan produk sekunder yang bisa dilkomersialkan atau diolah sebagai
limbah yang aman terhadap lingkungan baik terhadap lingkungan air maupun tanah.
Pengendalian pencemaran terhadap lingkungan yang dihasilkan oleh industri keramik dilakukan
dengan mengolah atau dikemas dalam kemasan yang tepat sehingga limbah tersebut dapat
disimpan dengan aman.
Perlakuan yang dapat diberikan pada limbah keramik:
1. Material keramik dapat digunanakan kembali untuk membuat keramik
2. Pecahan keramik dapat digunakan sebagai material agregat dalam oembuatan beton
3. Pewarna glasir keramik dapat dinetralisir dengan mencamlurkannya dengan lempung kaolin
limbah yang dihasilkan dari industri keramik tidak tergolong berbahaya, terkecuali pada
bahan pewarna glasisr pada keramik yang perlu diberikkan perlakuan agar tidak mencemari
lingkungan, dengan menetralkan bahan tersebut sebelum di lepas ke lingkungan yaitu dengan
menetralkannya dengan mencampurkannya dengan lempung kaolin karna lempung kaolin dapat
menyerap logam-logam berat yang berbahaya bagi lingkungan. limbah pewarna di alirka melalui
pipa ke tempat penampungan limbah dan selanjutnya di alirkan pada tempat yang terdapat
lempung kaolin.
untuk limbah seperti pecahan-pecahan keramik yang cacat dapat di recycle kembali dan
dapat digunakan kembali sebagai bahan baku pembuatan keramik dengan menambahkannya
dengan bahan lain.