Anda di halaman 1dari 30

PEMILIHAN BAHAN

BAKU KERAMIK YANG


SESUAI
OLEH :
Ir. H. SOEYATNO

MARET 2008
1

CURRICULUM VITAE
Name
Age
Basic Education

: SOEYATNO
: 65 years
: Chemical Engineering UGM (1965)
Management Course AIM Philippines (1993)
Ceramic Training in Netherlands (1970)
Food Technology training in Netherlands (2006)
Experiences
:
36 years in Ceramic Industry KIA Group (1965-2001)
18 years as Operation Director and Project Director KIA Group
5 years as Chairman of ASAKI / Ceramic Industry Association of Indonesia (19901995)
2 years as Vice Chairman of CICA (Ceramic Industry Club of ASEAN)
Having experience to build 7 big ceramic factory from land clearing up to start-up
worth 150 m USD (1995-1998)
10 years lecturer in Ceramic Technology University of Muhammadiyah Jakarta/UMJ
(1997-2006)
Have visited almost one hundred ceramic factories all over the world except ceramic
factory in Africa
Speaker in the International Seminar about Ceramic Armor (2006)
The Founder of Small Medium Scale Industry Manufacturing Wooden Cable Drum
(operate since 2001)
As Consultant in Agrobisnis PT. Biofuel Bigcassava Sukabumi, 2007
The Founder of Indoprima Ceramics Consultant since 2005.

1. PENDAHULUAN
Untuk dapat memilih bahan baku keramik yang
sesuai, maka perlu ada data sebagai parameter.
Data yang diperlukan itu adalah hasil
pemeriksaan laboratorium. Bahan baku yang
diperlukan tergantung produk keramik yang akan
diproduksi. Bahan baku untuk WT berbeda
dengan bahan baku untuk FT, Table Ware
ataupun sanitair. Masing-masing produk
memerlukan sifat bahan baku yang berbeda,
karena proses pembuatannya pun berbeda.
Misalnya proses pembetukannya, proses
pembakaran dll. Di dunia keramik tidak ada
pembatasan yang eksak sekali. Maka sesudah
mengikuti kaidah-kaidah pemilihan yang berlaku,
body composition misalnya perlu dicoba dalam
skala laboratorium dan kemudian ditingkatkan
menjadi skala produksi pilot plant.
3

2. ANALISA LABORATORIUM
2.1. Lempung
Hampir semua produk keramik
memerlukan
lempung karena sifat-sifatnya, yaitu:
a) Plastis, sehingga mudah dibentuk
b) Sesudah dibentuk bentuknya akan tetap
dan tidak berubah
c) Mempunyai kekuatan yang cukup untuk
pengerjaan selanjutnya sesudah
dikeringkan.
d) Mempunyai kekuatan tetap yang tinggi
sesudah dibakar, misalnya meski
direndam air kekuatannya masih tetap. 4

Analisa laboratorium yang dilakukan pada lempung:


2.1.1. Analisa besar butiran
Analisa ini ada dua macam, yaitu tes residu saringan
2000, 120, 63 dan 34 . Gunanya untuk mengetahui
banyaknya kerikil dan pasir dalam lempung serta
proporsinya. Jumlah residu di atas 34 biasanya
digunakan sebagai indikasinya besarnya free quartz.
Residu di atas 2000 menunjukkan banyaknya
kerikil dan jumlah residu 120 dan 63 menunjukkan
pasir ukuran sedang.
Selain itu, juga dilakukan analisa distribusi besar
butiran dengan cara pipet Andreasen atau cara laser
SEDIGRAPH. Hasilnya akan menunjukkan
distribusi besar butiran > 250 , 120 , > 63 , > 30
, > 10 , 2 , < 1 , < 0,1 dan > 0,1 .
Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui apakah
lempung tersebut plastis bila < 2 80%, apakah
banyak mengandung FQ jumlah residu di atas 30
5
dst.

2.1.2. Pemeriksaan test piece


Test piece ukuran 50 mm dan H 12 mm dari tanah liat
yang sudah dihaluskan dan disaring 1200 . Test piece
dicetak, dikeringkan dan dibakar. Dari sini dapat
diamati data mould expansion, susut kering, susut
bakar, juga dapat dihitung loss of ignition yang
menunjukkan jumlah humus dan adanya senyawa yang
menghasilkan gas CO2 bila dibakar seperti CaCO3,
MgCO3 dan CaCO3 MgCO3.
Dapat diamati juga warna bakarnya, misalnya krem
berarti banyak TiO2 atau sedikit senyawa besi, coklatmerah berarti mengandung banyak senyawa besi, bila
warna bakar putih disebut white burning clay yaitu
lempung yang kadar besi oksida dan TiO2 rendah.
Dapat diamati juga apakah terjadi retak-retak setelah
pengeringan atau pembakaran, yang menyatakan
tingkat plastisitas. Bila test piece banyak retak dapat
menyebabkan body keramik banyak retak atau pecah
pada preheating kiln.
6

2.1.3. Analisa Kimia


Dari hasil analisa kimia dapat diketahui apakah
lempung dari senyawa ideal, banyak mengandung FQ,
mengandung alumina bebas dan apa saja impurities
dan berapa besarnya.
Al2O3.2SiO2.2H2O
Lempung ideal
Al2O5.2,4SiO2.2H2O
mengandung FQ 20%
1,3Al2O5.2SiO2.2H2O mengandung free alumina 30%
Kebanyakan lempung mengandung FQ dan hampir
tidak ada yang ideal dan hanya sedikit yang
mengandung free alumina. Lempung yang mengandung
free alumina termasuk kategori lempung refractory.
Sedangkan impurity terdiri dari Fe2O3, FeS, TiO2, Na2O,
K2O, MgO dan humus. Impurity mempengaruhi sifatsifat lempung. Milsanya bila kadar senyawa besi tinggi,
maka lempung akan lebih plastis sebab Fe(OH) 3 adalah
coloidal dan lempung mempunyai sifat shrinkage lebih
besar karena titik leleh besi hanya sekitar 700oC.
7

Contoh Analisa Kimia


Asal

Al2O3

SiO2

Fe2O3

TiO2

CaO

MgO

K 2O

Na2O

HP

12,63

Amerika

30,38 53,03 0,91

1,40 0,35

0,36 1,01

Inggris

31,72 47,88 1,03

1,01 0,20

0,52 2,36

Jerman

22,45 67,40 1,05

Inggris

36,60 48,50 0,56

0,05 0,10

0,10 1,92

0,09 11,97

Georgia

39,50 44,70 0,34

1,02 0,11

0,07 0,02

0,03 13,96

0,52 14,62
1,10 8,00

Lempung ideal mempunyai analisa kimia dalam mol


sebagai berikut:
1.Al2O3.2SiO2.2H2O, mol Al2O3 1 dan mol SiO2 ada 2:
Dalam perbandingan berat: Al2O3: 102 dan 2SiO2: 120
51
: 60
Contoh analisa kimia dari Inggris Al2O3: 48,5 SiO2: 36,6
51
38,487
79,51
60
1,56 mol 2 mol
Atau 1,56 Al2O3.2SiO2.2H2O ada free alumina/refractory
Contoh lempung Amerika Al2O3: 30,38 SiO2: 53,3
51
89,5
1 mol
2,98 mol
Atau Al2O3.2,98SiO2.2H2O ada FQ 49%
9

2.1.4. Analisa Kebasahan


Menghitung banyaknya air dalam lempung.
Kebasahan = Berat Basah Berat Kering x 100%
Berat Basah
Kadar Air = Berat Basah Berat Kering x 100%
Berat Kering
2.1.5. Slacking Test
Segumpal lempung kering 10 gr dimasukkan dalam
gelas beker berisi air. Apabila lempung cepat menjadi
lumpur dalam hitungan beberapa menit, maka disebut
mempunyai sifat slacking test yang tinggi. Lempung
jenis ini tidak baik karena bila dibuat body akan
menyerap uap air dari udara dan body keramik
menjadi rusak.
10

2.1.6. Defloculant Test


Suspensi lempung dengan LW tertentu, misal 1450
gr/L ditambahkan defloculant secara bertahap dan
diukur viskositasnya. Sebagai defloculant dapat
dipakai NW atau campuran NW dan STPP. Hasil
pengamatan dibuat curve viscosity vs penambahan
defloculant.
Visc

Defloculant

Makin sedikit keperluan defloculant optimal makin


bagus lempung tersebut.
Diperiksa juga viscosity 5 dan thixotropy 5.
Visc 5 visc 5 = thixotropy 5
Makin kecil thixotropy semakin baik lempung tersebut untuk casting
pada produk sanitair maupun table-ware.
11

2.1.7. Plastisity
Lempung dengan kebasahan sekitar 23% dibentuk silindris dan
dijatuhi beban. Tinggi awal H1 dan tinggi akhir H2, nilai
plastisitas dinyatakan dengan P = H1/H2
Makin tinggi nilai P, makin tinggi plastisitasnya. Supaya nilai
plastisitas dari macam-macam lempung dapat diperbandingkan,
maka nilai kebasahan ditentukan tetap, milsanya 23%.
2.1.8. Curve Dilatasi
Curve dilatasi dibuat untuk lempung yang masih mentah dan
lempung yang sudah dibakar biskuit. Hubungannya adalah
dengan curve pembakaran. Dilatasi lempung mentah
berhubungan dengan curve pembakaran preheating sampai
puncak dan dilatasi biskuit berhubungan dengan curve cooling
dari puncak sampai dingin.
2.1.9. Curve DTA
Curve Differential Thermal analysis menunjukkan pada suhu
berapa terjadi endothermis dan pada suhu berapa terjadi
exothermis sepanjang pemanasan dari 30 o 1000oC.

12

13

2.1.10. Curve TGA


Curve Thermal Gravimetric Analysis menunjukkan
penurunan berat selama lempung dipanaskan 30 o
1000oC. Penurunan berat ini disebabkan oleh:
a) Air pembentukan yang akan keluar pada suhu
100oC.
b) Air hydrat, yang pecah pada suhu 400 o 500oC.
Al2O3.2SiO2.2H2O 400Oc Al2O3 + 2SiO2 + 2H2O
C) Senyawa carbonat yang akan pecah pada suhu
900oC.
CaCO3
900oc CaO + CO2
MgCO3

900oc MgO + CO2

CaCO3.MgCO3 900oc CaO + MgO + 2CO2


Humus -4CxHy + (4x + y) O2

400 oc 4xCO2+ 2YH2O.

14

15

2.1.11. Bending Strength


BS dipakai untuk mengukur kekuatan lempung atau body
semasa masih mentah, baik masih green maupun sudah
kering. Data ini diperlukan untuk produk keramik yang
semasa masih mentah mengalami banyak pengerjaan atau
handling, milsanya FT, WT, Table-Ware dan Sanitair.
Lempung murni mampu dicampur 30% pasir giling halus
dicetak dengan ukuran 120 x 20 x 6 mm. BS diukur
sewaktu masih green maupun kering. Hasilnya dipakai
sebagai data pemilihan bahan baku. Lempung dengan BS
yang baik misalnya BS green 14-22 kg/cm 2 dan BS dry
antara 27-40 kg/cm2.
2.2. Kaolin
Di industri keramik kaolin digunakan pada glasur antara 512% dan digunakan pada body keramik hanya pada WT
white body, supaya warna body sesudah dibakar tetap
putih. Pemakaian kaolin pada body WT antara 10-18%
berat kering.
Pada kaolin biasanya dilakukan analisa besar butiran,
analisa kimia dan tes bakar dengan test piece. Kualitas
kaolin biasanya stabil karena sudah melalui proses
pencucian.
16

2.3. Calcite
Biasanya hanya digunakan pada body WT ataupun sedikit
untuk campuran glasur mentah. Kemurnian calcite dari
gunung kapur biasanya di atas 94%. Terdapat di alam
dalam bentuk batuan bening, tetapi bila tercampur
magnesite menjadi amorf atau buram. Tes kadar calcite
cukup dengan menambahkan HCl dan dihitung jumlah
kehilangan berat (CO2 ). Kadar CaO bisa dihitung.
CaCO3 + HCl CaCl2 + H2O + CO2
Body yang menggunakan calcite mempunyai ciri LOI yang
tinggi seperti pada body WT antara 12-14%. Sebab CaCO 3
yang terurai akan kehilangan berat 60%. CaCO 3 terdiri
dari CaO: 40% dan CO2: 60% berat.
2.4. Talcum
Biasanya digunakan dalam body WT maupun FT dalam
jumlah 2-6%. Rumus kimianya 3MgO.4SiO 2.H2O. Dalam
campuran body WT ataupun FT membuat body lebih
padat.

17

2.5. Feldspar
Feldspar terdiri dari 3 jenis, yaitu:
Potasium Feldspar K2O.Al2O3.6SiO2, kandungan K2O bisa
antara 4-15%.
Sodium Feldspar Na2O.Al2O3.6SiO2, kandungan Na2O bisa
antara 3-11%.
Calcium Feldspar CaO, Al2O2.2SiO2.
Di samping itu, masih terdapat Nepheline Syenite, yaitu
campuran dari nephelite Na2O.Al2O3.2SiO2 dan leucite,
yaitu K2O, Al2O3.4SiO2. Jumlah kadar Na2O dan K2O bisa
antara 12-19%.
Feldspar merupakan flux dalam body maupun dalam
glasur, yaitu berfungsi untuk memurnikan suhu
pembakaran puncak.
Titik lunak feldspar: K-Feldspar
: 1150oC
Na-Feldspar : 1118oC
Titik lebur feldspar : K-Feldspar
: 1300oC
Na-Feldspar
: 1190oC

18

Kalium feldspar mempunyai trayek lebur


(threshold of fusion) yang lebih panjang dari pada
Natrium Feldspar.
K-Feldspar
: 150oC
Na-Feldspar : 72oC
Terdapat bukti bahwa di bawah titik lunaknya
feldspar telah bereaksi dengan lempung dan
membantu vitrifikasi. Pada kenaikan suhu feldspar
menjadi lebih aktif. Mula-mula akan melarutkan
bahan lempung dan kemudian butir-butir kwarsa.
Feldspar dipakai pada body Table-Ware, Sanitair,
FT, Granito dan porsi pemakaian tergantung
produk yang dibuat dan temperatur
pembakarannya. Di Indonesia, feldspar ditemukan
di Pati, Tulungagung, Lampung, Sawahlunto dan
pasir sanidin di Sumatera Timur.
19

Analisa kimia beberapa jenis Feldspar:


Asal/
%

SiO2

Al2O3

TiO2

Fe2O3

Lamp
ung

64,91

19,45

0,03

0,17

0,21

3,86

11,91

Bonti

65,90

19,44

0,03

0,15

0,25

0,44

0,44

10,99

Sapar
ua

76,28

14,25

0,48

1,19

0,49

3,48

3,28

Virgini
a

68,00

17,50

0,1

0,40

2,00

13,00

Canad
a

66,50

17,30

0,1

0,15

2,00

13,00

Jerma
n

72,60

15,00

0,2

0,40

0,40

11,40

Swedi
a

65,60

19,80

0,2

0,20

13,70

CaO

Na2O

MgO

K2O

LOI

Pemeriksaan feldspar di laboratorium yaitu dengan test piece dan


Inggri
16,00
0,4
0,40
0,10
7,40
s analisa73,80
kimia. Dari test piece selain shrinkage juga warna bakar dan
tingkat lelehan (fusion grade). Dari analisa kimia dapat dilihat
besarnya kandungan K2O dan N2O yang merupakan flux. Nilai flux
20
Na2O lebih kuat dari K2O. Adanya kadar besi menyebabkan warna

2.6. Kwarsa
Kwarsa yang di alam terdapat dalam bentuk kristalin dengan
kemurnian di atas 99%, misalnya pasir kwarsa Bangka dan
Belitung, lainnya terdapat di alam dalam bentuk batuan yang
disebut quartzite, misalnya pasir kwarsa yang terdapat di
Sukabumi. Adapula yang berbentuk silika amorf, misalnya flint dan
diatomea. Silika kristal di alam terdapat dalam bentuk quartz,
sedangkan bentuk kristal tridimit dan cristobalit jarang ditemukan.
Silika jika dipanaskan atau didinginkan akan mengalami perubahan
bentuk kristal. Perubahan bentuk kristal lambat disebut inversi dan
perubahan bentuk kristal cepat di sebut konversi. Baik inversi
maupun konversi disertai dengan perubahan volume.
Inversi:
Pemanasan pada 573oC: quarts quartz dgn. perubahan volume
2%.
Pendinginan pada 573oC: quarts quartz dgn. perubahan
volume 2%.
210-280oC, pemanasan dan pendinginan
kristobalit dengan
perubahan volume 5%.
Conversion: 870o quartz andymite dengan perubahan volume
13%
crystobalite dgn. perubahan volume 18%
21

Berikut diagram phase silika pada tekanan


1 atm.
Garis lurus berarti kondisi stabil dan garis
putus berarti kondisi kurang stabil.

22

Contoh analisa kimia pasir kwarsa

23

24

25

3. PEMILIHAN BAHAN BAKU PRODUK TERTENTU


Masing-masing produk memerlukan bahan baku yang berbeda
meski semuanya memerlukan lempung.
3.1. Bahan Baku WT
Body WT ada dua macam, yaitu body putih dan body merah. WT
Body putih di pasar mempunyai kelas yang lebih tinggi
dibanding body merah.
3.2. WT Body Putih
Hanya dibuat di daerah yang dekat dengan penghasil lempung
warna bakar putih, kaolin dan pasir dengan kemurnian tinggi.
Misalnya diproduksi di Belitung atau sekitar Pontianak.
Belitung dikenal dengan lempung dengan warna bakar putih,
pasir kwarsa dengan kemurnian di atas 99% dan juga banyak
pabrik kaolin atau kaolin washing plant. Di Pontianak karena
terdapat lempung sangat plastis dan warna bakar putih dari
Kalbar.
Body WT putih komposisi terdiri dari 3 macam lempung dan
satu macam kaolin dengan jumlah 50-54%. Satu jenis lempung
harus plastis sekitar 20% dan dua lainnya boleh dengan
plastisitas sedang. Kaolin biasa memang kurang plastis. Sisanya
yang 46% terdiri dari calcite 17% dan talcum 4-6% serta pasir,
sisanya 23-25%. Body WT Putih perlu lempung plastis karena
greentiles perlu kekuatan atau BS tinggi sebelum dibakar. Kalau
dihitung SF body, maka harus masuk daerah ANORTITE. Talcum
26
boleh dipakai boleh tidak.

3.1.2. WT Body Merah


Di daerah Jawa sulit ditemukan lempung plastis
dengan warna bakar putih. Maka biasanya
dibuat WT dengan body merah. Lempung
dengan warna bakar merah mengandung Fe2O3
yang koloidal sehingga menyebabkan lempung
menjadi lebih plastis. WT body merah ini tetap
saja memerlukan satu jenis lempung plastis atau
yang kandungan pasir halusnya tinggi, sehingga
dalam komposisi hanya memerlukan pasir lebih
sedikit. Temperatur bakar WT body merah
biasanya lebih rendah dari WT body putih.
WT body putih temperatur bakar 1140oC.
WT body merah temperatur bakar 1080oC.

27

3.2. Bahan Baku FT


Body FT selalu dibuat merah karena lebih mudah dan lebih
murah. Juga FT hanya dibakar sekali. Bahan baku FT terdiri
dari 3-4 macam lempung, biasanya 2 jenis feldspar jenis
kalium dan sodium serta boleh memakai talcum 4-6%.
Memerlukan lempung yang plastis dan body FT harus plastis
sebab sewaktu green diberi glasur sekitar 8% berat dan
green FT tidak boleh pecah. Maka diperlukan lempung yang
mengandung banyak pasir halus dapat dipakai sebagai
tambahan, sehingga FT tidak perlu bahan baku pasir.
Pemakaian dua jenis feldspar, kalium dan sodium akan lebih
baik, karena saling kompensasi.
3.3. Bahan Baku Sanitair
Memerlukan lempung yang plastis sekali karena jenis
produk besar dan banyak handling, serta lempung dengan
thixotrophy rendah-tidak mudah mengendap. Untuk
keperluan sanitair lempung harus diperiksa kurve
defloculant, dipakai 3-4 macam lempung dengan jumlah 5054% dan lebih baik dipakai sodium feldspar serta pasir yang
telah digiling halus terlebih dahulu. Bisa dipakai talcum 26%.
Suhu pembakaran antara 1180-1260oC dengan PA<0,3%,
tapi ada juga yang buat body sanitair dengan PA<3%.

28

3.4. Bahan Baku Table-Ware


Memerlukan lempung dengan plastisitas tinggi
dan sedang serta mempunyai thixotropy rendah
karena pembentukannya selain dengan
jiggering juga dengan casting. Karena variasi
produk yang luas, maka biasa dipakai feldspar
kalium atau dicampur dengan feldspar sodium.
Ada jenis vetreous Cina dengan temperatur
bakar biskuit tinggi 1240oC dan temperatur
bakar glasur rendah 1040oC, dan ada jenis hard
porcelain di mana suhu bakar biskuit rendah
980oC dan suhu bakar glasur tinggi 1380oC.
Body vitreous Cina berwarna abu-abu sehingga
memerlukan lempung yang warna bakarnya
tidak putih tapi boleh abu-abu. Tapi hard
porcelain mempunyai warna bakar putih dan
bahkan sedikit translucent, maka memerlukan
warna bakar lempung yang sangat putih. Sifat
translucent diperoleh dari pembakaran glasur 29
yang tinggi yaitu 1380oC.

SEKIAN

Terima Kasih
30

Anda mungkin juga menyukai