Disusun oleh :
Awaludin Rauf Firmansyah (02211640000001)
Gadang Alafin Asdany (02211640000036)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kerja
Praktik ini. Laporan ini dibuat bertujuan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi
dalam kegiatan Kerja Praktik di PT. Ispat Indo. Kerja praktik merupakan salah satu mata
kuliah wajib di jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Tujuan utama dari pelaksanaan kerja
praktik adalah untuk memberi bekal kepada mahasiswa berupa real life experience dalam
menganalisa dan menyelesaikan permasalahan pada industri dengan dasar ilmu yang telah
diperoleh di bangku kuliah, serta untuk menambah wawasan keteknikkimiaan yang belum
secara rinci dijelaskan dalam text book penunjang kegiatan perkuliahan.
Pelaksanaan kerja praktik di PT. Ispat Indo, dilaksanakan pada periode 06 Januari
2020 – 31 Januari 2020. Selama pelaksanaan kerja praktik, mahasiswa dibimbing oleh dosen
pembimbing (ITS) maupun juga pembimbing dari pabrik dalam bentuk pembelajaran ke
beberapa departemen terkait (di pabrik) oleh pihak PT. Ispat Indo maupun dalam bentuk
tugas khusus.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberikan bimbingan selama kerja praktik dan penyusunan
laporan ini, terutama kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kami rahmat, hidayah-Nya, dan kesempatan
untuk dapat melaksanakan kerja praktek di PT. Ispat Indo.
2. Bapak dan Ibu, orang tua kami tercinta, yang telah memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis secara moril, materiil, serta doa yang membuat penulis dapat
melaksanakan kerja praktek.
3. Bapak Dr.Eng. R.Darmawan, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing kami dalam pembuatan laporan kerja praktek.
4. Ibu Dr. Widiyastuti, M.T., selaku Ketua Departemen S1 Teknik Kimia FTIRS-ITS.
5. Bapak Budi Waluyo, S.T., sebagai pembimbing kami selama kerja praktek di PT.
Ispat Indo.
6. Kepala Seksi, semua karyawan, dan staff di PT. Pispat Indo atas segala bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan.
7. Tak lupa teman-teman S1 Teknik Kimia atas dorongan dan kerja sama yang baik
selama ini.
i
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
8. Serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya kerja praktek yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Dengan menyadari keterbatasan ilmu kami, tentu laporan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca laporan ini. Semoga laporan kerja praktik ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Hormat Kami,
Penyusun
ii
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
DAFTAR ISI
iii
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
iv
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Untuk itu Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa
Sistem Institut Teknologi Sepuluh Nopember (FTIRS-ITS) menjadikan Kerja Praktik
sebagai salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa teknik kimia FTIRS-ITS. Dengan
adanya kerja praktik ini diharapkan dapat menjadi media interaksi dan sinkronisasi antara
dunia akademis dan dunia kerja, media pembelajaran, pelatihan, dan penerapan ilmu yang
diperoleh mahasiswa. Selain itu juga, mahasiswa Teknik Kimia FTIRS-ITS sebagai bagian
dari sumber daya manusia Indonesia secara khusus disiapkan untuk menjadi design engineer,
project engineer, process engineer, peneliti dan pendidik.
Dengan demikian demi terwujudnya tujuan diatas, maka Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, sebagai salah satu Institut yang mengacu pada pengembangan dalam bidang
industri dalam skala besar, dimana Departemen Teknik Kimia FTIRS-ITS yang mendukung
dan menjembatani mahasiswa untuk melaksanakan kerja praktik untuk memenuhi
kelengkapan ilmu teori yang didapat melalui bangku kuliah. Dalam kesempatan yang baik
ini , kami melaksanakan kerja praktik di PT. Ispat Indo, perusahaan yang bergerak dalam
produksi baja sehingga kami berharap dapat lebih memahami proses-proses industri kimia
yang ada.
I-2
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
I-3
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
sesungguhnya, sehingga mahasiswa dapat lebih sigap dan siap menghadapi berbagai
problema di lapangan.
I.4 Metodologi Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan metode :
Wawancara
Kami melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab
pada tiap departemen, baik itu untuk departemen QC, SHE, maupun Utilitas.
Observasi
Kami melakukan observasi proses operasional lapangan meliputi produksi
wire rod dan alat yang digunakan dalam prosesnya.
Pencarian Pustaka
Untuk menunjang data yang kami dapatkan di lapangan, kami juga mencari
referensi dari beberapa buku dan jurnal yang berhubungan dengan proses
produksi baja yang dilakukan oleh PT. Ispat Indo.
I-4
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Baja yang sering digunakan dalam struktur adalah baja karbon medium.
Kandungan karbon baja medium bervariasi dari 0,25 – 0,29% terantung
ketebalan. Selain karbon, unsur lain yang juga terdapat dalam baja karbon adalah
mangan (0,25 – 1,50%), Silikon (0,25 – 0,30%), fosfor (maksimal 0,40%) dan
sulfur (0,50%).
b. Baja paduan rendah mutu tinggi (High Strength-Low Alloy Steel, HSLA),
merupakan baja yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi
mempunyai tegangan leleh berkisar antara 290 – 550 Mpa. Penambahan bahan -
bahan paduan seperti kromium, columbium, mangan, molibdenum, nikel, fosfor,
vanadium atau zinkonium dapat memperbaiki sifat–sifat mekanik dari besi jenis
ini dengan membentuk mikrostruktur baja yang lebih halus.
c. Baja Paduan (Alloy Steel), Baja paduan rendah dapat ditempa dan dipanaskan
untuk memperoleh tegangan antara 550 – 700 Mpa. Baja dikatakan di padu jika
komposisi unsur-unsur paduannya secara khusus, bukan baja karbon biasa yang
terdiri dari unsur fosfor dan mangan. Unsur yang paling banyak di gunakan untuk
baja paduan, yaitu : Cr, Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb, Zr.
Billet ialah batangan baja setengah jadi yang dibuat dari hasil pengecoran bijih
besi (pig iron) maupun besi bekas yang dilebur dengan temperatur tinggi serta
dituang dalam cetakan dengan ukuran tertentu. Pemanfaatan olahan billet dalam
kehidupan sehari-hari ialah dapat menjadi kawat, per kasur, baja beton, kawat
las, paku, dan lain-lain.
Wire Rod adalah produk baja gulung yang diproduksi dari baja billet yang
memiliki bentuk bundar, kotak, ataupun menyilang. Wire rod digunakan untuk
berbagai macam produk, tergantung kegunaannya. Wire rod sendiri sering
digunakan sebajai elektroda, paku, kawat, wiremesh, bahan welded fabrication
maupun kawat pancang untuk konstruksi.
II-2
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Untuk produk wire rods sendiri, terdapat lima kategori utama produk yang terdiri
atas, Wire rod High Carbon Steel, Low Carbon Steel, Cold Heading Quality Steel,
Welding Electrode, dan juga Plain/Deform Bar.
a. Tipe High Carbon Steel, karakteristik dari tipe ini ialah kadar karbon yang tinggi
pada wire rod yakni pada kisaran 0,24-0,79 % yang tersebar untuk beberapa
grade. Diameter pada kawat jenis ini bervariasi dari yang paling kecil 5,5 mm
hingga yang terbesar 19 mm. Kawat jenis ini acap kali digunakan sebagai bahan
spring wire, rope wire, wire for umbrella rip, dll.
Tabel II.1 Spesifikasi wire rod high carbon steel sesuai JIS G3506
Typical
UTS Elong
%P %S Typical
Grade %C % Mn % Si (5.5 mm %
max. max. end use
dia) Approx.
N/mm2
SWRH
0.24/0.31 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 565/695 16
27 Low
Carbon
SWRH PC wire
0.29/0.36 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 600/715 15
32
SWRH
0.34/0.41 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 620/745 15
37 Concrete
nail
SWRH Wire for
0.39/0.46 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 665/775 14 umbrella
42A
rib,
Cycle
SWRH spoke,
0.39/0.46 0.60/0.90 0.030 0.030 0.15/0.35 685/815 14
42B Motor
cycle
SWRH spoke
0.44/0.51 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 735/855 13
47A
SWRH Crimping
0.44/0.51 0.60/0.90 0.030 0.030 0.15/0.35 755/875 13
47B wire for
bed
SWRH spring.
0.49/0.56 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 825/945 13 Spring
52A
II-3
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
SWRH wire,
0.49/0.56 0.60/0.90 0.030 0.030 0.15/0.35 845/965 13
52B rope
wire,
SWRH Tyre
0.54/0.61 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 860/970 12 bead
57A
wire,
ACSR
SWRH wire,
0.54/0.61 0.60/0.90 0.030 0.030 0.15/0.35 880/980 12
57B bale wire
SWRH
0.59/0.66 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 920/1040 11
62A
SWRH
0.59/0.66 0.60/0.90 0.030 0.030 0.15/0.35 950/1070 11
62B
SWRH
0.64/0.71 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 960/1080 10
67A
SWRH
0.64/0.71 0.60/0.90 0.030 0.030 0.15/0.35 970/1090 10
67B
SWRH
0.69/0.76 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 1030/1150 9
72A
SWRH
0.69/0.76 0.60/0.90 0.030 0.030 0.15/0.35 1050/1170 9
72B
Tire bead
wire,
SWRH
0.74/0.81 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 1090/1210 9 spring
77A
wire,
ropes PC
SWRH wire, PC
0.74/0.81 0.60/0.90 0.030 0.030 0.15/0.35 1120/1250 8
77B strand,
etc.
SWRH
0.79/0.86 0.30/0.60 0.030 0.030 0.15/0.35 1140/1270 8
82A
SWRH
0.79/0.86 0.60/0.90 0.030 0.030 0.15/0.35 1170/1290 8
82B
b. Tipe Low Carbon Steel, karakteristik dari tipe ini ialah kadar karbon yang rendah
pada wire rod yakni pada kisaran 0,08-0,2 % yang tersebar untuk beberapa grade.
Diameter pada kawat jenis ini bervariasi dari yang paling kecil 5,5 mm hingga yang
terbesar 19 mm. Kawat jenis ini acap kali digunakan sebagai bahan staple wire, nail
wire, galvanized wire, dll.
II-4
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Tabel II.2 Spesifikasi wire rod low carbon steel sesuai JIS G3505
% UTS El
%P %S Typical
Grade %C % Mn Si (max.) %
max. max . End Use
max. N/mm2 min.
Galvanized
SWRM
0.08/0.13 0.30/0.60 0.040 0.040 0.15 460 23 wire, Barbed
10/1010
wire
Nail wire,
SWRM
0.10/0.15 0.30/0.60 0.040 0.040 0.15 510 22 Staple wire,
12/1012
wire mesh
SWRM
0.13/0.18 0.30/0.60 0.040 0.040 0.20 520 21 Rivet wire
15/1015
SWRM
0.15/0.20 0.30/0.60 0.040 0.040 0.20 530 21 Rivet wire
17/1017
SWRM
0.18/0.23 0.30/0.60 0.040 0.040 0.20 550 21 Rivet wire
20/1020
SWRM Concrete
0.20/0.25 0.30/0.60 0.040 0.040 0.20 600 20
22/1022 Reinforcement
Commercial 1.50
0.3 max. 0.040 0.040 1.00 - - Miscellaneous
1012B* max.
c. Tipe Cold Heading Quality Steel, karakteristik dari tipe ini ialah kadar karbon yang
rendah pada wire rod yakni pada kisaran 0,08-0,15 % yang tersebar untuk beberapa
grade. Diameter pada kawat jenis ini bervariasi dari yang paling kecil 5,5 mm
hingga yang terbesar 16 mm. Kawat jenis ini acap kali digunakan sebagai bahan
fasteners.
II-5
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Tabel II.3 Spesifikasi wire rod cold heading quality steel sesuai JIS G3507
%P %S % Si % Al
Grade %C % Mn Typical End Use
max. max. max. min.
0.08 0.60
SWRCH 6A 0.030 0.035 0.10 0.020
max. max.
0.10 0.60
SWRCH 8A 0.030 0.035 0.10 0.020 Fasteners
max. max.
d. Tipe welding electrode, karakteristik dari tipe ini ialah kadar karbon yang cukup
rendah pada wire rod yakni pada kisaran 0,09 %. Diameter pada kawat jenis ini
bervariasi dari yang paling kecil 5,5 mm hingga yang terbesar 9,5 mm. Kawat jenis
ini acap kali digunakan sebagai core wire of covered electrode dan mild steel
electrode.
Tabel II.4 Spesifikasi wire rod welding electrode sesuai JIS G3503
%
SG %C %P %S % Si Mechanical Typical End
% Mn Cu
3503 max. max. max. max. Properties Use
max.
UTS-430
SWRY N/mm2 max.
0.09 0.35/0.65 0.020 0.023 0.030 0.20 Stick electrodes
11 %EL = 30
min.
e. Tipe plain, karakteristik dari tipe ini ialah secara fisik memiliki sirip-sirip dengan
diameter lebih besar dari jenis lain. Kawat jenis ini acap kali digunakan sebagai tiang
pancang ataupun kerangka bangunan.
II-6
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
BAB III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
III.1 Sejarah
PT. Ispat Indo adalah anggota LNM Group yaitu perusahaan milik bersama yang
didirikan oleh seorang berkebangsaan India yang berdiri pada tahun 1976 dan berlokasi di
kawasan industri Desa Kedungturi, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. PT. Ispat Indo merupakan
perusahaan baja terbesar kedua di Indonesia setelah PT. Krakatau Steel. Awal mula
didirikan, PT. Ispat Indo hanya memproduksi 60.000 ton per tahunnya untuk hasil rolling
(dengan pangsa pasar dalam negeri saja), namun saat ini total produksinya mencapai 700.000
ton lebih. Dan menjual 70% produknya untuk pasar domestik dan 30% produknya diekspor
ke luar negeri. Pada tahun 1981, perusahaan mulai menaikkan produksi wire rod, dan pada
tahun 1984 PT. Ispat Indo merupakan perusahan baja pertama di Indonesia yang berhasil
mengekspor wire rod. Pada tahun 1992 perusahaan menambah satu line produksi untuk wire
rod yang dilengkapi dengan penampang yang lebih baik dimana menggunakan 10 stand wire
rod block yang mampu memproduksi batangan baja dengan kecepatan 100 m/s.
Karena kebutuhan konsumen akan baja semakin tinggi PT. Ispat Indo pun mulai
melebarkan sayapnya ke berbagai Negara. Saat ini jumlah pabrik yang telah dibangun
kurang lebih 10 unit pabrik diantaranya Ispat Amerika (Amerika Serikat), Ispat Walzdrahht
Hochfeld ,Ispat Hamburger Stahlwerke, dan Ispat Stahlwerk Ruhrort (Jerman), Ispat Karmet
(Kazakhstan), Irish Ispat (Irlandia), Carribean Ispat (Tridinad dan Tobago), Ispat Sidbec
(Kanada), Ispat Mexicana (Meksiko), dan ISPAT SHIPPING (Inggris).
Kualitas baja yang diproduksioleh PT. ISPATINDO telah memenuhi Japan Industrial
Standart (JIS) yang diberikan oleh Japan Quality Assurance Organization (JQA) untuk
produksi berikut.
• Electrode Grade (JIS G 3503) Cetificate Number JQID 08008
• Low Carbon Wire Rod (JIS G 3505) Cetificate Number JQID 08009
• High Carbon Wire Rod (JIS G 3506) Cetificate Number JQID 08010
• Steel Bar for Concrete Reinforcement (JIS G 3112), SNI 07-2052 - 2002 , SNI 07-0954 -
2005 , SMK3 and also certified ISO 9001:2008 , ISO 14001:2004 , OHSAS 18001:2007
by LRQA
III-1
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
PT Ispat Indo berlokasi di Desa Kedung Turi, Kecamatan Taman, Sidoarjo, Jawa
Timur. Dengan lokasi yang sangat strategis karena letaknya dekat dengan Terminal
Purabaya (Bungurasih), Bandara Juanda dan dengan jalur utama luar kota atau ke
pelabuhan Tanjung Perak sehingga mempermudah sarana transportasi barang jadi dan
bahan baku PT. Ispat Indo. Jika ditinjau dari segi teknis, lokasi pabrik mempermudah
transportasi bahan baku dan produk, tersedianya tenaga kerja yang dapat diperoleh dari
penduduk yang bertempat tinggal di sekitar area pabrik, selain itu pabrik terletak
dikawasan industri sehingga tidak menggangu pemukiman penduduk.
III-2
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
III-3
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Mampu menjamin dan mengatur proses yang ada agar teori Quality
Management dapat diterapkan.
Mampu menjamin bahwa permintaan konsumen pada semua tingkatan
organisasi adalah terpenuhi
2. Operation Department
Operation department membawahi:
a. Departemen Steel Melting Shop (SMS), Departemen ini memiliki dua
bagian yang saling mendukung yaitu :
• Logistic : Berdasarkan rencana harian dan hubungan dengan
suplier, proses pemindahan Scrap (bahan baku) dari Scrap Yard
milik logistik ke daerah pengisian (charging pit) SMS dilakukan
sesuai dengan permintaan secara kontinu dan berdasarkan waktu
kemampuan furnace beroperasi. Logistik mengirimkan scrap
sesuai dengan campuran yang akan dibuat pada hari tersebut.
• Steel Melting Shop Operation (SMSO) : Pada bagian ini
komposisi bahan produksi yang telah ditentukan oleh logistik
dimasak sesuai permintaan konsumen. SMSO bertanggung jawab
atas proses peleburan mulai dari scrap sampai menjadi logam cair
yang siap dituang hingga menjadi billet.
3. Marketing Department
Marketing Department pekerjaannya berhubungan dengan pemasaran
produk, yang berdasarkan dari permintaan pelanggan. Secara teknis,
departeman ini membuat suatu kesepakatan penjualan. Jika kesepakatan telah
terpenuhi, maka dikeluarkan sebuah surat persetujuan atau SPA (Sell Product
Agreement) untuk ditandatangani oleh pihak pembeli/pelanggan. Kemudian
setelah itu barang akan dikirimkan kepada pihak pembeli.
III-5
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
III-6
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
III-7
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
BAB IV
PROSES PRODUKSI
IV-1
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
IV-2
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
IV-3
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
b. Penentuan Komposisi
Proses penentuan komposisi berlangsung di suatu unit yang disebut Ladle
Refining Furnace (LRF). Leburan baja yang keluar dari furnace akan ditampung dalam
suatu bejana yang disebut sebagai ladle, yang berbentuk seperti tong raksasa dengan
diameter 3,12 m dan tinggi 3,6 m, yang mampu menampung leburan baja seberat 90
ton. Dalam tahapan ini, komposisi terakhir dari leburan baja akan ditentukan (diatur),
sebelum dilanjutkan menuju proses pencetakan / casting.
IV-4
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Pada unit LRF, kadar sulfur dan phosphor di dalam leburan akan diturunkan
hingga kadarnya mencapai 0,025 per-ton liquid metal (/tlm). Pada tahapan inilah
kandungan karbon dalam leburan yang semula sebesar 0,4 /tlm, akan diatur
komposisinya sesuai dengan grade baja yang akan diproduksi, apakah high carbon atau
low carbon. Bersama dengan itu, pada LRF ini suhu dari leburan juga akan disesuaikan
(diturunkan) dengan memperhatikan kondisi optimum dari casting / pencetakan.
Apabila suhu leburan terlalu tinggi, maka akan menimbulkan permasalahan pada
proses casting seperti semakin banyaknya kebutuhan air pendingin, terjadinya
bleeding (leburan belum membentuk padatan data keluar dari casting), terjadinya blow
hole (adanya space yang terbentuk dalam padatan casting akibat akumulasi gas), dan
kendala-kendala teknis lainnya. Di lain sisi, ketika temperature dari leburan terlalu
rendah akan menimbulkan permasalahan juga, diantaranya seperti sulitnya casting
yang diakibatkan leburan telah memadat terlebih dahulu, dan lain sebagainya. Dalam
LRF pula, kondisi leburan akan dijaga agar homogeny (komposisi merata di seluruh
titik di dalam leburan). Apabila kondisi leburan tidak dijaga homogeny, maka pada
proses casting akan didapatkan hasil cetakan baja dari satu leburan yang sama namun
menghasilkan grade yang berbeda-beda.
Adapun pengaturan komposisi terhadap leburan baja di LRF, dilakukan dengan
cara penambahan bahan-bahan baku penunjang. Dalam hal ini, apabila diinginkan
ditingkatkannya kandungan Manganese (Mn) dalam leburan, maka dilakukan
penambahan SiMn dan FeSi. Apabila diinginkan ditingkatkannya kandungan karbon,
maka ditambahkan carbon raiser. Adapun suhu leburan dijaga dalam kondisi yang
lebih rendah dibandingkan dengan peleburan sebelumnya, yaitu pada 1520 ⁰C. Setelah
pengaturan komposisi selesai dilakukan, maka dilakukan penuangan leburan baja atau
tapping, sama halnya dengan yang dilakukan pada proses peleburan sebelumnya.
c. Pencetakan
Dalam proses pencetakan atau casting, terdapat 4 alat utama, yaitu ladle, tundish,
mould tube (caster), dan zona pendinginan. Proses casting dimulai dengan meletakkan
ladle yang berisi leburan baja yang telah diatur komposisinya pada unit LRF, diatas
tundish. Tundish merupakan suatu wadah berbentuk persegi panjang yang mempunyai
empat buah nozzle di bagian bawahnya dengan diameter 14-17 mm, berfungsi untuk
mengucurkan leburan baja ke dalam caster. Leburan baja akan dikucurkan dari ladle
melalui nozzle dengan ukuran 5-8 cm, yang terdapat pada bagian dasarnya menuju
IV-5
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
tundish. Jarak antara dasar ladle dengan permukaan tundish sekitar 1 m. Dari tundish,
aliran leburan baja akan didistribusikan kepada 4 nozzle yang terdapat didasarnya,
dengan flow controller.
Keempat aliran leburan baja yang keluar dari tundish mengucur menuju molding
tube. Mold tube merupakan caster berbentuk bujur sangkar dengan panjang 80 cm dan
lebar 130 – 160 mm, yang berfungsi mencetak leburan baja menjadi billet / batang baja
dengan prinsip pendinginan. Mold tube dilengkapi dengan cooler jacket yang
berfungsi sebagai penukar panas, dan permukaan dalam mold tube dilengkapi dengan
oli pelumas yang berfungsi untuk mencegah lengketnya leburan baja dari dinding mold
tube.
Billet atau batang baja keluar dari mold tube akan berada dalam kondisi
memadat 80%. Ujung dari billet panas akan ditarik keluar mold tube dengan alat
penarik berupa dummy bar. Alat ini berbentuk persegi empat memanjang dengan
ukuran 9 m. Ujung dari billet panas akan lengket dan menempel pada ujung dummy
bar, sehingga dummy bar dapat menarik billet turun menuju zona pendingin.
Kecepatan tarikan dari dummy bar disebut dengan casting speed, yang mana besarnya
casting speed didasarkan pada dua hal, yaitu ukuran lebar mold tube dan rate air
pendingin di zona pendinginan. Apabila lebar mould tube besar (160 mm), maka
casting speed akan diturunkan, begitu pula sebaliknya. Sedangkan apabila rate air
pendingin besar, maka casting speed akan dinaikkan, begitu pula sebaliknya.
Billet ditarik menuju ke zona pendingin, yang terbagi menjadi 3 zona. Dimana
zona pertama memiliki rate aliran air pendingin yang lebih besar dibandingkan zona
kedua, dan zona kedua memiliki rate aliran air pendingin yang lebih besar
dibandingkan zona ketiga. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pendinginan billet
secara tiba-tiba (sudden cooling). Terjadinya sudden cooling akan mempengaruhi
kualitas kekuatan billet yang terbentuk, sehingga mudah rapuh. Setelah melewati zona
pendingin, billet akan dipotong dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan. Untuk billet
yang memiliki lebar sisi 15 cm akan dipotong dengan ukuran panjangnya 9,2 m,
sedangkan billet yang memiliki lebar sisi 13 cm dipotong dengan ukuran panjangnya
3,9 m. Billet kemudian dipindahkan menuju penyimpanan terlebih dahulu, atau
langsung diproses menuju tahapan proses berikutnya.
IV-6
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
IV-8
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
dibiarkan akan mengakibatkan penambahan beban pada proses reduksi ukuran pada
stand berikutnya. Adapun pemotongan (shear) dilakukan pada stand 4, stand 10, dan
stand 16.
Pada stand 16, billet yang telah dikecilkan ukurannya akan didinginkan dengan
proses fixed control cooling. Billet kemudian akan masuk ke dalam block mill area,
dimana pada area ini sangat menentukan kualitas dan diameter dari wire rods yang
dihasilkan. Pada block mill area terjadi proses pendinginan, dimana proses ini terjadi
dengan menggunakan water cooling control. Saat masuk ke turn forming head, suhu
dari wire rods berkisar 700 ⁰C – 900 ⁰C. Fungsi dari turn forming head adalah untuk
membentuk wire rods yang panjang menjadi coil of wire, yang kemudian akan
ditransfer menuju collecting area.
c. Collection Area
Setelah coil keluar dari turn forming head, kemudian akan melewati cooling
conveyor yang berfungsi untuk mendinginkan dan mentransfer coil menuju ke trustle.
Trustle merupakan alat berbentuk kerucut yang berfungsi menerima coil dari cooling
conveyor. Trustle digerakkan oleh discharge truck yang bekerja secara hidrolik,
kemudian memindah coil ke hook conveyor. Jumlah hook conveyor yang ada
sebanyak 36 buah, dimana pergerakannya diatur oleh satu operator dengan sistem yang
terkomputerisasi. Dari hook conveyor, coil (wire rods) akan dibawa ke compacting
untuk diikat sebanyak 4 ikatan, dengan sistem hidrolis. Wire rods yang telah diikat
tersebut kemudian akan diambil oleh forklift dan dipindahkan ke storage area.
IV-9
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
BAB V
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK
V.1 Utilitas
V.1.1. Pengadaan dan Kebutuhan Air
Seksi Operasi Utilitas memiliki peran penting sebagai penunjang dan supporting
system kelancaran proses produksi. Dalam kaitan untuk menyediakan kebutuhan air sebagai
bagian penting untuk kelancaran proses produksi, maka PT. Ispat Indo memiliki water
treatment plant yang berfungsi untuk mengolah raw water yang berasal dari sumber air
terdekat untuk menjadi air proses. Mula-mula, air yang berasal dari sumber air yaitu Sungai
Ketegan dipompa menuju clarifier untuk dilakukan pengendapan material yang terikut pada
air sungai. Clarifier yang digunakan memiliki bentuk kerucut ke bawah dan juga dilengkapi
dengan scrapper dan press untuk mempermudah dalam menyapu kotoran dan endapan
menuju bagian bawah clarifier. Apabila volume air yang masuk dibutuhkan dalam jumlah
besar, maka diperlukanlah suatu pemberat yang mana biasa digunakan adalah tawas.
Selanjutnya, air hasil olahan kemudian ditampung dalam suatu bak intermediet untuk
kemudian difiltrasi berturut-turut dengan sand filter, carbon filter, softener (penambahan
V-1
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
CaCO3 dan air garam). Selain itu, karena air yang diolah akan digunakan untuk proses
produksi, maka juga ditambahkan inhibitor dan bahan anti korosi sebelum air ditampung
dalam water basin di masing-masing area rolling mill dan steel melting shop. Setiap
minggunya, pengujian terhadap air yang telah diolah dilakukan berdasar parameter yang ada.
Pengujian yaang dilakukan meliputi pengujian pH (ambang batas di kisaran 7-8),
kekeruhan (<15 mtu), maupun kadar Mg, dan CaCO3. Air proses yang telah digunakan
dalam proses peleburan besi menjadi billet dan pembuatan wire rod, tidak dibuang
melainkan diresirkulasikan kembali dengan treatment hampir sama seperti pengolahan air
sungai, yakni dengan pembersihan dari oli dengan oil scrapper. Selanjutnya air akan difilter
menggunakan sand filter dan didinginkan di cooling tower. Selepas itu air akan diteruskan
menuju water basin dan siap untuk digunakan.
V-2
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
V-3
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
BAB VI
ANALISIS LABORATORIUM
Departemen Quality Control PT. Ispat Indo memiliki tiga laboratorium diantaranya
laboratorium pengujian kimia, laboratorium pengujian tensile strength, dan laboratorium
pengujian billet. Ketiga laboratorium tersebut saling berkaitan dalam pemeriksaan kualitas
dari produk yang akan dipasarkan.
VI.1 Pengujian Kimia
Pada laboratorium uji kimia di PT. Ispat Indo, beberapa item yang diuji diantaranya
ialah bahan penunjang, bahan bakar, dan juga produk akhir. Pada laboratorium ini, bahan-
bahan penunjang seperti batu bijih besi, padatan FeMn, SiMn, maupun FeSi diukur kadar air
dan moisture nya. Alat yang digunakan dalam pengujian ini ialah furnace, moisture meter
neraca digital. Khusus untuk komposisi kimia dari bijih besi (DRI) senndiri, pengujian
dilakukan dengan alat XRF yang memanfaatkan sinar X. Untuk pengujian viskositas pada
bahan bakar (solar) dan pelumas (oli), alat yang digunakan ialah viskometer.
VI-1
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Pengujian secara komposisi kimia dan kuat tarik produk wire rod dilakukan di
Laboratorium Uji Komposisi Kimia PT Ispat Indo. Alat uji yang digunakan ialah
spektrometer bertipe ARL OES 3460/ MA 487 dengan spesifikasi sebagaimana berikut
:
Tabel VI.1 Spesifikasi alat spektrometer
Parameter Spesifikasi
Desain Spektrometer Paschen-Runge Vacuum polychromator
made of special cast iron and
temperature controlled to 0,1 ° at 38℃.
Maximum 60 Channels.
Titik Fokus 1m
Lebar Celah Utama 20 μm
Lebar Celah Sekunder 20, 25, 37.5 , 50, 75, 100, 150 μm
Tipe Detektor Photomultiplier tube 28 mm, 10-stage
side window tubes, fused quartz, glass
or MgF2 windows
Sample Stand Argon flushed, water-cooled table with
self-contained, closed loop cooling
system.
Dimensi Keseluruhan 166,5 x 91 x 119 cm
Berat 450 Kg
VI-2
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Sampel uji berupa wire rod yang telah diuji menggunakan mesin uji tarik kemudian
dipotong menjadi ±10-15 cm dan dikirim ke Lab. Uji Komposisi Kimia Logam. Sampel uji
kemudian di press bagian ujung menggunakan mesin press hidrolik sehingga berbentuk oval
dan pipih. Sampel yang sudah di press kemudian di gerinda bagian bawah ujungnya dan
dipoles. Sebelum dilakukan pengujian dengan spektrometer, sampel terlebih dahulu
dilakukan tes pembakaran sampel dan dibersihkan juga dengan lap kain untuk
menghilangkan kotoran yang menempel. Kemudian sampel mulai diuji dengan
spekttrometer. Setelah pengujian dengan mesin spektrometer dilakukan, hasil berupa % nilai
komposisi kimia (Fe, Mg, Si, Cr, Al, dll) dan juga tensile strength akan otomatis terinput
pada komputer.
VI-3
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
VI-4
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
VI-5
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Sampel uji diperoleh dari gulungan produk kawat baja (Wire Rod) yang dipotong
kurang lebih sebesar 450 mm. Kawat baja yang telah dipotong dikelompokkan
berdasarkan heat number dan dikirim ke Laboratorium Uji Tensile. Sampel uji mula-
mula diukur panjang awalnya dan diameter awal sebelum dilakukan pengujian dengan
mesin uji tarik. Kemudian sampel mulai diuji dengan mesin kuat tarik. Setelah
pengujian dengan mesin kuat tarik dilakukan, hasil berupa nilai tensile strength akan
otomatis terinput pada komputer.
VI-6
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
VII-1
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
VII.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Ispat Indo
Pada dasarnya keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan
keselamatan bahan, peralatan, proses dan lingkungan sekitar pabrik. Mengingat tenaga kerja
adalah sumber daya yang potensial maka keselamatan kerja harus mendapat perhatian
khusus dalam suatu perusahaan atau pabrik. Kecelakaan kerja dapat terjadi tanpa diduga
akan dapat menyebabkan terganggunya proses produksi. Kecelakaan dapat terjadi karena
adanya tindakan yang kurang hati – hati dari pekerja atau karena kondisi fisik serta peralatan
yang seharusnya sudah diganti tapi belum dilakukan pergantian (maintenance). Tindakan
yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh :
VII-2
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
a. Tidak mengetahui dan tidak mematuhi peraturan atau standar – standar yang telah
ditetapkan.
b. Kurang hati – hati atau teledor saat melakukan pekerjaan di area pabrik.
c. Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) yang standar.
d. Kurangnya pemahaman akan penggunaan dan pengoperasian peralatan karena
kurangnya pelatihan dan keterampilan.
e. Adanya faktor machine failure atau human error saat pabrik tengah produksi.
Oleh karena sangat pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dan dilatarbelakangi
oleh banyaknya kecelakaan yang terjadi sehingga membuang waktu produksi, PT. Ispat Indo
pada tahun 1992 membentuk department keselatan dan kesehatan kerja yang menangani
keselamatan dan kesehatan kerja seluruh karyawan PT. Ispat Indo. Pada tahun 1996 safety
di PT. Ispat Indo di independenkan yang tugasnya antara lain.’
Yang dimaksud tindakan preventif adalah dengan adanya pengarahan dan pembinaan
terhadap tenaga kerja, andanya tanda – tanda peringatan, serta memberikan pelindung diri.
Alat pelindung diri tersebut antara lain.
a. Helm safety, untuk melindungi kepala dari benturan, kejatuhan benda dan perlindungan
dari mesin.
b. Sarung tangan, untuk melindungi tangan dari terkena bahan – bahan yang
membahayakan kulit.
c. Safety shoes, melindungi kaki dari benda – benda keras.
d. Ear plug, melindungi telinga dari bunyi dengan frekuensi tinggi.
e. Kaca mata safety, kacamata yang melindungi mata dari debu yang berlebihan.
VII-3
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
VII-4
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
BAB VIII
PENUTUP
VIII.1 Kesimpulan
PT. Ispat indo memproduksi baja dalam bentuk Wire Rods dan Billet, dengan
kapasitas produksi Wire Rods mencapai 95% dari total kapasitas produksi.
Produk wire rods terdapat lima kategori utama yang terdiri atas, Wire rod High
Carbon Steel, Low Carbon Steel, Cold Heading Quality Steel, Welding Electrode,
serta Plain/Deform Bar.
Baja yang dihasilkan sudah memenuhi standar SNI (Indonesia), JIS (Jepang), dan
AISI (Amerika).
VIII.2 Saran
Slag dari hasil produksi sebaiknya diolah kembali karena masih mengandung banyak
besi dan juga mengandung limbah B3.
Wire Rods yang telah diproduksi tidak disimpan dengan baik, masih banyak yang
dibiarkan di tempat terbuka. Penambahan ruang penyimpanan yang tahan air dan
sedikit udara mengalir dapat membantu menjaga kualitas produk.
VIII-1
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2020, Januari 31). Product : Low Carbon Steel Wire Rods. Retrieved from PT.
Ispat Indo Website: http://www.ispatindo.com/?action=article&articleId=66
Chusaini, K. F., Syaifuddin, N., & Nisrin, M. (2017). Sistem Automatic Vertical Looper
Control Pada Mill Area Di PT. Ispat Indo. Sampang: Politeknik Negeri Madura.
Jaenal Arifin, H. P. (2017). Pengaruh Jenis Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil
Pengelasan SMAW Baja ASTM A36. Jurnal Momentum Volume 13, 27.
Maulana, Y. (2016). Analisis Kekuatan Tarik Baja St37 Pasca Pengelasan Dengan Variasi
Media Pendingin Menggunakan SMAW. Jurnal Teknik Mesin UNISKA, 3.
Saragih, V. (2020, Januari 30). Makalah Uji Kuat Tarik. Retrieved from Web Pendidikan:
https://www.slideshare.net/vestersaragih/isi-makalah-uji-kuat-tarik
Wahyu, I. (2017). Laporan Kerja Praktik : Billet Baja. Jember: Univesitas Negeri Jember.
Wahyu, W. (2018). Laporan PKL ITN Malang. Malang: Jurusan Teknik Mesin ITN Malang.
Wahyudin, A. (2018). Studi Pengendalian Kualitas Produk Kawat Baja SWRM 8 dan SWRM
12 dengan Metode Uji Tarik dan Uji Komposisi Kimia di Departemen Quality
Control PT.Ispat Indo. Malang: Jurusan Fisika Universitas Brawijaya Malang.
v
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
LAMPIRAN
TUGAS KHUSUS
2. Tujuan
a. Untuk mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi kuat tarik baja.
b. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji tensile strength secara mekanik dan
komposisi kimiawi.
4. Penyelesaian
4.1 Pengantar
4.1.1 Baja
Baja merupakan paduan atau gabungan logam yang menitikberatkan besi sebagai
unsur dasar dengan karbon sebagai paduan utama. Unsur karbon sendiri sangat
penting terutama sebagai unsur ‘pengeras’ dengan mencegah pergeseran pada kisi
kristal atom besi. Komposisi unsur karbon pada baja berkisar pada rentang 0,2 %
L-1
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
hingga 2,1 % berat sesuai tingkatannya. Sifat baja dapat juga ditentukan oleh
persentase karbon dan mikrostrukturnya. Penambahan kandungan karbon pada baja
dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength),
namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya
(ductility). Selain karbon, unsur lain yang ditambahkan dalam paduan menjadi baja
diantaranya ialah logam mangan, krom, vanadium, tungsten (Arifin dkk, 2017).
Ditinjau dari sejarahnya, baja pertama kali dikenal sejak abad ke 19 yang mana
mulai digunakan dalam konstruksi-konstruksi berat. Adalah Sir Henry Bessemer,
warga kerajaan Britania Raya yang pertama kali membuat baja dalam skala yang
besar dan mendapatkan hak paten atas temuan tersebut oleh Kerajaan Inggris. Sir
Henry mempelajari bahwa dengan menghembuskan aliran udara di atas besi cair
panas akan membakar kotoran – kotoran yang ada di dalam besi tersebut, namun
secara bersamaan proses ini juga menghilangkan komponen – komponen penting
seperti karbon dan mangan. Selanjutnya, komponen – komponen penting ini dapat
digantikan dengan suatu logam paduan antara besi, karbon dan mangan, selain itu
juga mulai ditambahkan batu kapur yang dapat mengikat senyawa fosfor dan sulfur.
Dengan ditemukannya proses Bessemer, maka di tahun 1870 baja karbon mulai dapat
diproduksi dalam skala besar dan secara perlahan material baja mulai menggantikan
besi tuang sebagai elemen konstruksi.
Baja dapat diklasifikasikan menjadi baja karbon (carbon steel), baja paduan
rendah mutu tinggi (High Strength-Low Alloy Steel) dan baja paduan (Alloy Steel).
a. Baja karbon (Carbon Steel), dibagi menjadi 3 kategori tergantung dari presentase
kandungan karbonnya, yaitu baja karbon rendah (C = 0,03 – 0,035%), baja
karbon medium (C = 0,35 – 0,50%), dan baja karbon tinggi (C = 0,55 – 1,70%).
Baja yang sering digunakan dalam struktur adalah baja karbon medium.
Kandungan karbon baja medium bervariasi dari 0,25 – 0,29% terantung
ketebalan. Selain karbon, unsur lain yang juga terdapat dalam baja karbon adalah
mangan (0,25 – 1,50%), Silikon (0,25 – 0,30%), fosfor (maksimal 0,40%) dan
sulfur (0,50%).
b. Baja paduan rendah mutu tinggi (High Strength-Low Alloy Steel, HSLA),
merupakan baja yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi
mempunyai tegangan leleh berkisar antara 290 – 550 Mpa. Penambahan bahan -
bahan paduan seperti kromium, columbium, mangan, molibdenum, nikel, fosfor,
L-2
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
vanadium atau zinkonium dapat memperbaiki sifat–sifat mekanik dari besi jenis
ini dengan membentuk mikrostruktur baja yang lebih halus.
c. Baja Paduan (Alloy Steel), Baja paduan rendah dapat ditempa dan dipanaskan
untuk memperoleh tegangan antara 550 – 700 Mpa. Baja dikatakan di padu jika
komposisi unsur-unsur paduannya secara khusus, bukan baja karbon biasa yang
terdiri dari unsur fosfor dan mangan. Unsur yang paling banyak di gunakan untuk
baja paduan, yaitu : Cr, Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb, Zr.
L-3
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Dalam pengujian tarik tentu terdapat kekuatan tarik (tensile strength). Definisi
Kekuatan tarik adalah kemampuan bahan untuk menereima beban tarik tanpa
mengalami kerusakan dan dinyatakan sebagai tegangan maksimum sebelum putus.
L-4
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Kekuatan tarik pada baja akan naik seiring dengan naiknya kadar karbon dan paduan.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Tarik ialah sebagaimana berikut :
L-5
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
i. Dimensi Bahan, pada dimensi bahan yang kecil kecepatan pendinginannya lebih
besar jadi kekerasan besar dan kekuatan tarik besar, jadi kekesaran besar da n
kekuatan tarik besar begitu juga sebaliknya.Dalam uji kuat tarik ini didapatkan
data tegangan dan regangan.
L-6
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Sampel uji diperoleh dari gulungan produk kawat baja (Wire Rod) SAE1010 dan
SWRCH8A yang dipotong kurang lebih sebesar 450 mm. Kawat baja yang telah
dipotong dikelompokkan berdasarkan heat number dan dikirim ke Laboratorium Uji
Tensile. Sampel uji mula-mula diukur panjang awalnya dan diameter awal sebelum
dilakukan pengujian dengan mesin uji tarik. Kemudian sampel mulai diuji dengan mesin
kuat tarik. Setelah pengujian dengan mesin kuat tarik dilakukan, hasil berupa nilai
tensile strength akan otomatis terinput pada komputer. Kami mengambil setidaknya
masing-masing empat data tensile strength pada wire rod bertipe SAE1010 dan
SWRCH8A. Hasil tensile strength dapat dilihat pada tabel berikut
L-7
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Pengujian secara komposisi kimia dan kuat tarik wire rod dilakukan di Laboratorium
Uji Komposisi Kimia PT Ispat Indo. Alat uji yang digunakan ialah spektrometer bertipe
ARL OES 3460/ MA 487 dengan spesifikasi sebagaimana berikut :
Tabel L.4 Spesifikasi alat spektrometer
Parameter Spesifikasi
Desain Spektrometer Paschen-Runge Vacuum polychromator
made of special cast iron and
temperature controlled to 0,1 ° at 38℃.
Maximum 60 Channels.
Titik Fokus 1m
Lebar Celah Utama 20 μm
Lebar Celah Sekunder 20, 25, 37.5 , 50, 75, 100, 150 μm
Tipe Detektor Photomultiplier tube 28 mm, 10-stage
side window tubes, fused quartz, glass
or MgF2 windows
Sample Stand Argon flushed, water-cooled table with
self-contained, closed loop cooling
system.
Dimensi Keseluruhan 166,5 x 91 x 119 cm
Berat 450 Kg
L-8
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Sampel uji kawat baja SAE1010 dan SWRCH8A yang telah diuji menggunakan
mesin uji tarik kemudian dipotong menjadi ±10-15 cm dan dikirim ke Lab. Uji
Komposisi Kimia Logam. Sampel uji kemudian di press bagian ujung menggunakan
mesin press hidrolik sehingga berbentuk oval dan pipih. Sampel yang sudah di press
kemudian di gerinda bagian bawah ujungnya dan dipoles. Sebelum dilakukan pengujian
dengan spektrometer, sampel terlebih dahulu dilakukan tes pembakaran sampel dan
dibersihkan juga dengan lap kain untuk menghilangkan kotoran yang menempel. .
Kemudian sampel mulai diuji dengan spekttrometer. Setelah pengujian dengan mesin
spektrometer dilakukan, hasil berupa % nilai komposisi kimia dan tensile strength akan
otomatis terinput pada komputer. Kami mengambil setidaknya masing-masing empat
data tensile strength pada wire rod bertipe SAE1010 dan SWRCH8A. Hasil tensile
strength dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel L5 Hasil uji tensile strength Wire Rod Grade SAE1010 dengan spektrometer
Tensile Strength Tensile Strength
No Bundle Number (Kg/mm2) (N/mm2)
1 201017463 42,04 412,4124
2 201017466 42,424 416,1794
3 201017468 41,943 411,4608
4 201017473 42,487 416,7975
L-9
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Tabel L6 Hasil uji tensile strength Wire Rod Grade SWRCH8A dengan spektrometer
Tensile Strength Tensile Strength
No Bundle Number (Kg/mm2) (N/mm2)
1 201017454 35,911 345,2573
2 201017455 36,29 356,0049
3 201017460 35,497 348,2256
4 201017461 34,133 334,8447
Hasil tensile strength uji kuat tarik dan uji spektrometer kemudian diolah dan
dikomparasikan sehingga didapatkan hasil yang dapat dilihat pada diagram batang
dibawah ini.
414
Uji 412
Tensile : 410
1,70783
408
Uji 406
Spektrofo 404
tometer : 402
2,6685
400
398
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4
Uji Spektrometer 412.4124 416.17944 411.46083 416.79747
Uji Mesin Tensile 405 408 407 409
L-10
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa perbedaan nilai tensile strength wire rod
yang diuji menggunakan mesin kuat tarik dan spektrometer deviasi nilainya berkisar
antara rentang 4,46-8,17 N/mm2 dan 2,28-5,77 N/mm2 untuk masing-masing tipe wire
rod SAE1010 dan SWRCH8A. Selain itu juga didapatkan nilai standar deviasi terendah
pada grade SAE1010 sebesar 1,70783 dan untuk grade SWRCH8A sebesar 8,8459,
yang mana patut diketahui bahwa semakin nilai deviasi mendekati 0, maka keseragaman
data akan semakin meningkat. Selain itu apabila ditinjau deviasi per sampel dapat dilihat
dari tabel 7, bahwa pada komparasi tensile strength pada grade SWRCH8A memiliki
nilai deviasi rata-rata yakni sebesar -0,8432 % dan untuk tipe SAE1010 sebesar 1,6791
%. Lalu dari tabel 7, terlihat bahwa nilai rata-rata dari hasil uji tensile strength baik
untuk uji dengan mesin kuat tarik maupun uji kimia berturut-turut untuk tipe wire rod
SAE1010 ialah sebesar 407,25 N/mm2 dan 414,2125 N/mm2 serta untuk tipe
SWRCH8A berturut-turut sebesar 350,75 N/mm2 dan 347,8405 N/mm2.
L-11
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Tabel L7 Perbandingan hasil tensile strength sampe uji mesin kuat tarik dan uji
spektrometer
Tabel L8 Perbandingan hasil tensile strength sampel uji mesin kuat tarik dan uji
spektrometer dengan nilai rata-rata sampel
L-12
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Rata-rata 0,545
1 SWRCH8A Mesin Kuat 350 350,75 0,21
2 Tarik 360 350,75 2,6
3 354 350,75 0,91
4 339 350,75 3,3
Rata-rata 1,755
1 SWRCH8A Spektrometer 345,2573 347,8405 1,26
2 356,0049 347,8405 2,29
3 348,2256 347,8405 0,11
4 334,8447 347,8405 3,73
Rata-rata 1,8475
Dari tabel diatas, terlihat apabila nilai tensile strength per sampel dibandingkan
dengan rata-rata nilai uji, maka untuk kedua uji terlihat bahwa nilai deviasi rata-rata
paling kecil diperoleh untuk wire rod yang diuji secara fisik dengan mesin kuat tarik
dengan deviasi berturut-turut untuk tipe SAE1010 dan SWRCH8A sebesar 0,29 % dan
1,755 %. Apabila disesuaikan dengan standar yang produk yang digunakan oleh
perusahaan, dapat dilihat hasilnya sebagaimana dalam tabel berikut
Tabel L9 Perbandingan hasil tensile strength sampe uji mesin kuat tarik dan uji
spektrometer dengan baku kuat tarik
L-13
Laporan Kerja Praktik Periode 06 Januari 2020 s/d 31 Januari 2020
Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai tensile strengh sampel uji bertipe SAE1010
dan SWRCH8A baik hasil pengujian dengin mesin kuat tarik maupun alat spektrometer
telah memenuhi standar dari perusahaan (Company Standard) dan JIS.
5. Kesimpulan
a. Faktor-faktor yang memengaruhi kuat tarik baja wire rod utamanya ialah kadar
karbon, heat treatment, homogenitas paduan, kecepatan pendinginan dan dimensi
bahan.
b. Perbandingan tensile strength sampel wire rod bertipe SAE 1010 dan SWRCH8A
yang diuji secara mekanis dan analisa komposisi kimia menghasilkan nilai deviasi
rata-rata masing-masing sebesar 1,6791 % dan -0,8432 %, serta memiliki nilai
standar deviasi minimum masing-masing sebesar 1,70783 N/mm2 dan 8,8459 N/mm2
dengan semua hasil uji telah memenuhi standar mutu perusahaan dan JIS. Selain itu
nilai tensile strength yang didapat dari pengujian fisik memiliki hasil yang lebih
mendekati nilai rata-rata daripada nilai tensile strength yang didapat dari pengujian
kimia.
L-14