Anda di halaman 1dari 5

1

PROPOSAL PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA

Condensing Vapor Heat Exchanger (CV)


Firmansyah, A.R., Perdana, F. N.
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

I. DASAR TEORI

F luida dapat terdiri dari uap, gas, atau liquid. 5. Kuantitas dari kondensat sebanding dengan banyaknya
panas yang berpindah.
Perubahan fase dari fase uap menjadi fase liquid disebut
6. Temperatur permukaan pipa dengan temperatur film
kondensasi, sedangkan perubahan fase liquid menjadi fase
dianggap konstan.
gas disebut penguapan. Jumlah panas yang terlibat pada
7. Sifat-sifat fisik kondensat dianggap pada rata-rata
penguapan atau kondensasi adalah sama. Ketika uap air
temperatur film.
murni masuk dan kontak dengan permukaan yang dingin
8. Lapisan film tipis sekali sehingga gradien temperatur
misalnya permukaan pipa, uap air tersebut akan
merupakan fungsi linier.
mengkondensasi. Proses kondensasi umumnya terjadi pada
9. Permukaan pipa kondensat dianggap bersih.
tekanan konstan karena perubahan tekanan dalam kondensor
10. Lekukan film diabaikan.
tidak terlalu besar. Oleh karena itu proses penguapan atau
kondensasi satu komponen biasanya terjadi dalam keadaan
isotermal (suhu tetap). Uap kondensasi dapat terdiri hanya  Drop Wise Condensation
dari satu zat saja, atau campuran beberapa zat yang mampu Pada kondensasi tetes, mula-mula kondensat
mengkondensasi dan beberapa zat yang tak mudah membentuk inti nukleasi mikroskopik, dimana tempat
berkondensasi (noncondensible). Kondensasi dapat terbagi pembentukan nukleasi ini bisanya lubang-lubang kecil,
menjadi 4 macam yaitu : goresan atau tempelan debu pada permukaan. Kemudian
tetes-tetes akan bergabung dengan tetes-tetes yang
I.1 Berdasarkan mekanisme fisis berdekatan membentuk tetes-tetes yang lebih besar
sebagaimana diamati pada dinding gelas yang berisi air
 Film Wise Condensation dingin dalam ruangan yang lembab lalu mengalir ke bawah
Dalam kondensasi film, kondensat dapat membentuk karena gaya gravitasi.
film suatu lapisan tipis merata yang mengalir di atas Selama berlangsungnya kondensasi tetes, permukaan
permukaan pipa karena pengaruh gaya gravitasi. Lapisan ini tabung yang agak luas ditutupi oleh suatu film zat cair yang
berada di antara uap dan dinding pipa sehingga tahanan sangat tipis sehingga tahanan termalnya dapat diabaikan,
panasnya berpengaruh pada koefisien perpidahan panas. Pada kondensasi tetes koefisien perpindahan panas 4-8 kali
Kondensasi film berlangsung pada tabung dimana uap maupun lebih besar daripada kondensasi film. Pada tabung yang
tabung tersebut semuanya bersih, baik dalam keadaan dimana panjang, kondensasi pada sebagian permukaan berupa
ada udara maupun tidak. Hal ini pertama kali diselidiki oleh kondensasi film, sedang pada permukaan selebihnya adalah
Nusselt (Chapter 12, hal 256, Kern), dimana diasumsikan : kondensasi tetes.
1. Panas yang menyertai proses kondensasi hanya panas laten
2. Timbulnya film kondensat pada permukaan pipa pendingin I.2 Berdasarkan letak kondensor
hanya terjadi pada aliran laminer dan perpindahan panas
melalui film terjadi secara konduksi.  Vertikal condenser
3. Ketebalan film kondensat pada setiap titik adalah Untuk tabung vertikal pada film condensation,
fungsi dari kecepatan aliran dan jumlah kondensat yang ketebalan film bertambah sesuai dengan kenaikan laju
melalui titik tersebut. kondensat. Teori Nusselt menunjukkan bahwa kondensat mulai
4. Kecepatan dari lapisan film adalah fungsi dari hubungan terbentuk di puncak tabung dan ketebalan film bertambah dari
friksi shearing force dan berat film. atas ke bawah. Karena alasan ini koefisien kondensasi pada
2

permukaan vertikal menurun dari atas ke bawah.


Perpindahan panas ke permukaan terjadi secara konduksi
melalui film dimana diasumsikan alirannya laminar dengan
rumus Dimana :
hx = kf / .......................................................................... (1) Tf = (Ts+Tw)/2
kf, f dan f adalah properti-properti dari air.
Untuk semua liquid viskositasnya akan menurun jika
g = gaya gravitasi
temperatur naik sedangkan koefisien kondensasi dan
 = panas laten
temperatur kondensat akan naik . Koefisien rata-rata h untuk
OD = Diameter luar tabung
seluruh tabung adalah:
Jika tabung yang digunakan lebih dari satu, maka persamaan di
atas menjadi:

I.3 Berdasarkan banyaknya uap terkondensasi :


 Kondensasi sebagian
Pada kondensasi ini tidak semua uap terkondensasi,
sebagian tidak terkondensasi karena bersifat noncondensible.
Gas noncondensible adalah gas superheated yang tidak dapat
didinginkan sampai suhu uap jenuh ketika uap itu sendiri
dikondensasi.
sehingga:
 Kondensasi total
Pada proses kondensasi ini, semua uap terkondensasi
menjadi liquid.

Dimana : I.4 Berdasarkan uap yang terkondensasi


Tf = (Ts+Tw)/2  Superheated vapor condensation
kf, f dan f = properti-properti dari air. Kondensasi uap superheated berbeda dengan uap
g = gaya gravitasi saturated dalam hal panas sensibel yang dipindahkan. Untuk
 = panas laten kondensasi uap superheated, panas kondensasi dipindahkan
L = Panjang kondensor karena adanya perbedaan temperatur uap saturated dan
Harga koefisien kondensasi film dipengaruhi oleh temperatur dinding pipa, dengan rumus
posisi/letak kondensor. Pada pipa vertikal sekitar 60 %
kondensasi terjadi di setengan pipa atas. Perawatan pada pipa
vertikal cenderung lebih mahal dan lebih sulit. Tetapi pada
pipa vertikal selain dapat mengkondensasikan uap tetapi juga  Subcooling vapor condensation
dapat mendinginkan kondensat di bawah suhu jenuh. Digunakan untuk mendinginkan uap pada suhu lebih
 Horizontal condenser rendah dari suhu uap jenuh (subcooling). Biasanya digunakan
Untuk pipa ¾ inchi, koefisien pada horizontal pada destilasi produk yang mudah menguap dan
kondensor lebih besar 3,07 kali dari vertikal kondensor menyimpannya ke tempat penyimpanan pada temperatur yang
(Chapter 12, hal 268, Kern). Untuk proses kondensasi lebih rendah untuk menghindari penguapan. Jika uap saturated
dengan kapasitas besar, dan koefisien perpindakan panas melewati shell dari kondensor subcooling vertikal, akan
sekitar 800 btu/hr.ft2.oF digunakan kondensor horizontal membentuk dua daerah yang berbeda yaitu bagian atas untuk
untuk mempermudah distribusi uap dan meremoval
kondensasi dan bagian bawah untuk subcooling.
kondensat. Untuk kondensasi pada tabung horisontal,
Dalam operasi distilasi komponen yang lebih volatil
analog dengan persamaan 4 akan didapatkan persamaan:
(mudah menguap) selalu terpisah sebagian saja dari komponen
yang kurang volatil dan produknya atasnya tidak pernah murni
100%. Hal ini mungkin disebabkan kandungan dari trace ke
kosentrasi substansial dari komponen yang lebih berat dan
3

kandungan tersebut tidak terkondensasi secara isotermal,


kecuali ketika produk atas campuran dengan titik didih tetap Keterangan gambar:
atau campuran membentuk cairan yang immiscible ketika P : Barometer tekanan dalam vapor chamber
range suhu kecil pada kondensasi terhadap campuran, V : Valve pengaman
mungkin tidak sampai (10 - 20) oF campuran dapat V1 : Valve air utama
diperlakukan sebagai senyawa murni dengan selisih suhu V2 : Valve air untuk vapor chamber
nyata menjadi LMTD untuk 1-1 kondensor atau FT x LMTD V3 : Valve air untuk pipa horisontal dan vertikal
untuk 1-2 kondenser. Penggunaan LMTD konvensional untuk V4 : Valve utama uap
V5 : Valve pengatur uap masuk pipa vertikal
kasus yang sama dianggap panas berlebih dipindahkan dari
V6 : Valve pengatur uap masuk pipa horisontal
uap per penurunan suhu sama. Pendekatan untuk suhu
V7 : Valve pengatur laju alir air masuk pipa vertikal
medium pendingin dilibatkan dapat menyebabkan kesalahan
V8 : Valve pengatur laju alir air masuk pipa horisontal
serius. Untuk mayoritas servis asumsi tidak menyebabkan
T1 : Temperatur uap masuk
kesalahan serius. t2 : Temperatur air pendingin keluar
ST : Steam Trap
II. METODOLOGI Sw : Switch (pengatur temperatur)
1. Melakukan kalibrasi air pendingin dengan mengatur
bukaan valve. III. PERMASALAHAN DAN METODE PENYELESAIAN
2. Mengisi vapor chamber dengan air lalu menghidupkan
elektrik pemanas hingga terjadi penguapan air. IV. PRE JOB HAZARD ANALYSIS
3. Menjaga agar temperatur vapor chamber konstan dengan
alat thermostat.
V. DAFTAR PUSTAKA
4. Mengatur rate air pendingin sebagai variabel
5. Mengamati tipe kondensasi yang terjadi pada permukaan
pipa. [1] Kern, Donald. Q. 1965. Proses Heat Transfer, International Edition.
Singapore : Mc Graw Hill Book Company.
6. Mencatat suhu uap masuk (T1), suhu kondensat keluar
(T2), dan suhu dinding (Tw) serta tekanan operasi di vapor
chamber.
7. Mencatat suhu air pendingin masuk (t 1) dan suhu air
pendingin keluar (t2).
8. Mengulangi langkah di atas dengan posisi pipa yang
berbeda.

Gambar II.1 Skema alat condensing vapor

Anda mungkin juga menyukai