Anda di halaman 1dari 9

Cover Kata pengantar Daftar isi Pendahuluan Sebagian besar proses perpindahan dalam membran adalah proses isotermal

baik dengan perbedaan konsentrasi, tekanan maupun potensial listrik sebagai driving force. Ketika membran memisahkan dua fase pada suhu yang berbeda, panas akan berpindah dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu rendah. Perpindahan panas dinyatakan melalui persamaan Fouriers law. Dimana aliran panas berkaitan dengan driving force yang sesuai, yaitu perbedaan suhu.

Dimana adalah konduktivitas termal (thermal conductivity) atau konduktivitas panas (heat conductivity). Proses konduksi panas melintasi membran homogen secara skematis diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 1. Profil Suhu pada Membran Homogen Tabel 1. merangkum beberapa nilai di berbagai media. Tabel 1. Konduktivitas Termal berbagai Media Medium Gas Cairan organic Air Polimer Logam (W/m0C) 0.02 0.2 0.6 2.0 20-200

Integrasi dari persamaan heat flux yang melewati membrane dengan aliran steady state ditunjukkan oleh persamaan berikut. ( )

Di samping aliran panas aliran massa juga terjadi, proses yang disebut thermo-osmosis atau thermo-diffusion. Namun tidak ada transisi fase terjadi dalam proses tersebut. Proses dengan driving force perubahan suhu yang lain adalah distilasi membran. Membran berpori memisahkan dua cairan yang tidak membasahinya. Jika cairan terdiri dari berbagai macam komposisi yang berbeda memiliki suhu yang berbeda, akan dihasilkan perbedaan tekanan uap yang menyebabkan molekul uap melewati pori dari daerah suhu tinggi (tekanan uap tinggi) ke daerah suhu rendah (tekanan uap rendah).

Dasar teoritis (Theoretical background) Distilasi membran adalah proses dimana dua cairan atau solution pada suhu yang berbeda dipisahkan oleh membran berpori. Cairan atau solusi tidak boleh membasahi membrane, poripori akan segera diisi sebagai akibat dari gaya kapiler. Artinya membrane hydrophobic berpori dan non-wettable harus digunakan untuk aqueous solutions (solutions yang solventnya adalah air). Representasi skematis dari proses distilasi membran ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Representasi Skematis Proses Distilasi Membran Ketika fase mengandung air murni dan tidak ada perbedaan suhu, sistem dalam keseimbangan dan tidak ada transportasi terjadi. Jika suhu salah satu di antara dua fase lebih tinggi dari yang lain, perbedaan suhu terjadi di seluruh membran, sehingga terjadi perbedaan tekanan uap. Dengan demikian, molekul uap akan berpindah melalui pori-pori membrane dari

daerah yang tekanan uapnya tinggi menuju daerah yang tekanan uapnya rendah. Transportasi tersebut terjadi melalui 3 tahapan. 1. Evaporasi pada daerah yang memiliki suhu tinggi 2. Perpindahan molekul-molekul uap melalui pori-pori dari membrane hydrophobic 3. Kondensasi pada daerah yang memiliki suhu rendah Distilasi membrane adalah salah satu proses penggunaan membrane dimana membrane tidak langsung terlibat dalam proses separasi. Fungsi utama membrane adalah sebagai penghalang (barrier) antara dua fase. Selektivitas ditentukan oleh keseimbangan uap dan cair yang terlibat. Artinya komponen yang memiliki tekanan parsial tertinggi akan menunjukkan laju permeasi yang tinggi. Dengan demikian, untuk campuran air dan etanol dimana membrane tidak terbasahi oleh etanol konsentrasi rendah, kedua komponen akan berdifusi melalui membrane namun laju permeasi etanol akan selalu relative lebih tinggi dibandingkan air. Untuk larutan NaCl dengan air, hanya air yang memiliki tekanan uap, tekanan uap NaCl dapat diabaikan, artinya hanya air yang akan berdifusi melalui membrane dan selektifitas menjadi lebih tinggi. Transportasi komponen volatile melewati membrane dapat dideskripsikan dengan persamaan fenomenologis dimana flux proporsional terhadap driving force dalam hal ini yaitu perbedaan suhu. Perbedaan suhu dihasilkan dari tekanan uap yang berbeda, hubungan ini berdasarkan persamaan Antoine. Parameter struktural utama adalah porositas, yang harus setinggi mungkin dan ketebalan membran. Distribusi ukuran pori harus dipersempit, terutama pada sisi pori yang lebih besar karena pori-pori terbesar akan dibasahi terlebih dahulu. Yang perlu diperhatikan dalam distilasi membrane yaitu membrane tidak boleh dibasahi. Jika wetting terjadi, cairan akan menembus pori-pori membrane secara spontan. Wettability ditentukan oleh interaksi antara cairan dengan material polimer, wetting tidak terjadi pada afinitas yang rendah. Wettability dapat dicari dengan mengukur sudut kontak () setetes cairan di atas nonporous flat surface. Untuk afinitas rendah sudut kontak () bernilai di atas 900, dan untuk afinitas tinggi pada sudut kontak kurang dari 900. Jika material berpori, cairan akan menembus pori ketika kurang dari 900. Sesuai dengan persamaan Laplace.

Gambar 3. Sudut Kontak Tetesan Cairan pada Material Padat Non-Porous Wetting pressure (p) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu ukuran pori (r), tegangan muka cairan (l), dan surface energy dari material membrane (). Jika lebih besar dari 900, cos < 0, dan p > 0, tekanan yang dibutuhkan untuk membasahi material membrane besar dan cairan cenderung tidak membasahi membrane karena interaksi antara cairan dan polimer sangat kecil. Wetting pressure berbanding terbalik dengan ukuran pori, seperti yang terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Wetting Pressure pada Membran Polytetrafluoroethylene berpori Wettability juga dipengaruhi oleh tegangan muka cairan. Hal ini berhubungan dengan gaya intermolekul seperti dispersion forces, polar forces dan ikatan hydrogen. Hidrokarbon seperti heksana memiliki dispersion force yang lemah sehingga tegangan mukanya rendah. Sedangkan air yang memiliki ikatan hydrogen memiliki gaya intermolekul yang sangat kuat sehingga tegangan permukaannya tinggi. Tabel 2. Tegangan Muka beberapa Cairan pada Suhu 200C Cairan Air Methanol Etanol Gliserol Formaldehid n-heksana Tegangan muka (l) (103 N/m) 72.8 22.6 22.8 63.4 58.2 18.4

Faktor lain yang mempengaruhi wettability yaitu surface energy dari material membrane. Berikut nilai surface energy dari berbagai polimer. Tabel 3. Surface Energy beberapa Polimer Polymer Polytetrafluoroethylene Polytrifluoroethylene Polyvinylidenefluoride Polyvinylchloride Polyethylene Polypropylene Polystyrene Surface energy (s) (103 N/m) 19.1 23.9 30.3 36.7 33.2 30.0 42.0

Untuk menghindari wetting ukuran pori maksimum harus sekecil mungkin, tegangan muka cairan tinggi (misalnya air) dan surface energy material membrane rendah seperti Polypropylene (PP), Polyethylene (PE), Polytetrafluoroethylene (PTFE), Polyvinylidenefluoride (PVDF). Ketika pelarut organic ada dalam air maka tegangan muka akan berkurang. Konsentrasi etanol yang bertambah dalam air menyebabkan tegangan muka cairan berkurang dan tekanan yang dibutuhkan untuk membasahi membrane berkurang. Oleh karena itu tegangan muka kritis haru ditentukan. Distilasi membrane dapat dioperasikan dengan empat konfigurasi yaitu direct contact Membran Distillation (DCMD), vacuum Membran Distillation (VMD), air gap Membran Distillation (AGMD), dan sweeping gas Membran Distillation (SGMD).

Gambar 5. (A) direct contact MD, (C) vacuum MD, (B) air gap MD (AGMD), dan (D) sweeping gas MD (SGMD).

Direct contact MD, di kedua sisi membrane terdapat umpan bersuhu tinggi yang disebut daerah evaporasi dan permeate yang bersuhu rendah. Kondensasi uap yang melewati membrane terjadi secara langsung dalam fase cair di batas permukaan membrane. Karena membrane memblokade transport massa, DCMD dapat menghasilkan aliran permeate yang relative tinggi. Kerugian konfigurasi ini yaitu panas sensible yang dilepas besar, dan sifat pemisahan membrane single layer makin menurun performanya. Air-gap MD, gap terdapat di sisi permeate di antara membrane dan plate pendingin yang berisi udara. Uap melewati membrane harus melewati air gap sebelum terkondensasi oleh pendingin. Keuntungan metode ini yaitu isolasi termal yang tinggi dan dapat meminimalisir konduksi panas. Kerugian metode ini yaitu air menjadi penghalang tambahan (barrier) untuk perpindahan massa, mengurangi output permeate jika dibandingkan dengan DCMD. Keuntungan lain dibandingkan DCMD yaitu zat yang mudah menguap dengan tegangan muka rendah seperti alkohol atau pelarut lain dapat dipisahkan dari larutan, karena tidak ada kontak antara cairan permeate dan membran. Sweeping-gas MD, juga dikenal sebagai stripping udara, menggunakan konfigurasi saluran dengan gap kosong di sisi permeat. Konfigurasi ini sama seperti AGMD. Kondensasi uap terjadi di luar modul MD dalam kondensor eksternal. Sama seperti AGMD, zat volatil dengan tegangan muka rendah dapat disuling dengan proses ini. Keuntungan dari SGMD dibandingkan AGMD yaitu penghalang untuk transportasi massa berkurang. Kerugian dari SWGMD disebabkan oleh komponen gas dan aliran massa total yang tinggi sehingga membutuhkan kapasitas kondensor yang lebih tinggi . Bila menggunakan aliran massa gas yang lebih kecil ada akan mengurangi perbedaan tekanan uap dan driving force mengecil. Salah satu solusi dari masalah ini untuk SGMD dan AGMD adalah penggunaan cooler walling di daerah permeate, dan mempertahankan suhu dengan flushing gas. Vacuum MD memiliki air gap di daerah permeate. Setelah uap melewati membran, uap dihisap keluar dari saluran permeate dan mengembun di luar modul seperti SGMD. VCMD dan SGMD dapat diterapkan untuk pemisahan zat-zat volatil dari larutan berair atau untuk memproduksi air murni dari air garam terkonsentrasi. Salah satu keuntungan dari metode ini yaitu, gas inert yang memblokade pori-pori membrane dapat dihisap oleh vakum, meninggalkan permukaan aktif membran. Selain itu, perbedaan suhu yang diperlukan lebih rendah dan energi

termal total yang dibutuhkan lebih rendah. Namun, keadaan vakum harus disesuaikan dengan suhu air garam, dan dibutuhkan peralatan teknis yang rumit.

Membran yang digunakan Spesifikasi membrane untuk distilasi membrane yaitu memiliki surface energy yang serendah mungkin untuk menghindari wetting (pembasahan). Dibutuhkan material hydrophobic seperti Polypropylene (PP), Polyethylene (PE), Polytetrafluoroethylene (PTFE),

Polyvinylidenefluoride (PVDF). Karena selektifitas ditentukan oleh keseimbangan uap dan cair, membran tidak dapat dioptimalkan lebih lanjut. Namun fluks dapat dioptimalkan dan parameter yang paling penting adalah porositas. Porositas tinggi sering dikaitkan dengan meningkatnya ukuran pori tetapi faktor ini mempengaruhi wetting. Dengan demikian porositas tinggi (70-80%) dengan ukuran pori berkisar 0.2-0.3 m sangat dibutuhkan. Ukuran pori maksimum adalah penting karena pembasahan berkaitan dengan ini dan karenanya pori-pori terbesar tidak boleh terlalu berbeda dari ukuran pori rata-rata. Membran harus setipis mungkin. Membran berpori yang digunakan dalam proses ini hampir sama dengan yang digunakan dalam mikrofiltrasi.

Aplikasi Aplikasi distilasi membrane ditentukan oleh sifat wettability membrane, umumnya distilasi membrane digunakan untuk aqueous solution (larutan yang solventnya adalah air) yang mengandung solute inorganic. Aplikasi distilasi membrane diklasifikasikan berdasarkan produknya menjadi dua yaitu: 1. Permeate sebagai produk yang diinginkan 2. Retentate sebagai produk yang diinginkan Produksi pure water Kebanyakan distilasi membrane digunakan untuk menghasilkan permeate yang diinginkan. Permeate kualitas tinggi dapat dicapai dengan menggunakan distilasi membrane. Biasanya distilasi membrane digunakan untuk pengolahan air umpan boiler pada power plant, desalinasi air laut dan untuk pengolahan air pada industri semikonduktor. Kualitas permeate tidak ditentukan oleh konsentrasi solute pada umpan. Pada proses reverse osmosis desalinasi air laut, konsentrasi tinggi solute pada umpan sangat mempengaruhi tekanan osmosis, namun

distilasi membrane dapat menangani konsentrasi garam yang tinggi tanpa penurunan performa membrane yang besar.

Penghilangan Volatile Organic Components (VOCs) Penghilangan Volatile Organic Components (VOCs) seperti senyawa chlorinated hydrocarbon atau aromatik dari aqueous solution adalah aplikasi distilasi membrane yang lain. Produk volatile yang dihasilkan dari fermentasi seperti senyawa etanol, butanol, aseton dan aromatic juga dapat dimurnikan dengan distilasi membrane. Untuk aqueous solution yang mengandung senyawa volatile konsentrasi rendah. Pemisahan didasarkan pada keseimbangan uap-cair, pada permeate konsentrasi senyawa volatile tinggi. Distilasi membrane memiliki kelebihan lain dibandingkan distilasi biasa yaitu luas permukaan per satuan unit volume besar, apalagi jika menggunakan modul hollow fiber dan kapiler. Ringkasan distilasi membrane Membrane Ketebalan Ukuran pori Driving force Prinsip separasi Material membran Aplikasi Pori-pori simetris atau asimetris 20 - 100 m 0.2 - 1 m Perbedaan tekanan uap Keseimbangan uap-cair Hydrophobic (polytetrafluoroethylene, polypropylene) Memproduksi pure water pada berbagai industri Produksi air umpan boiler Desalinasi air laut Industri semikonduktor Laboratorium

Menghilangkan VOC Kontaminan pada air (benzene, TCE) Produk fermentasi (etanol, butanol) Senyawa aromatik

Kesimpulan Referensi Mulder, M. 1996. Basic Principles of Membrane Technology. 2nd edn. Kluwer Academic Publishers, Dodrecht. Tomaszewska, M. 2000. Membrane Distillation - Examples of Applications in Technology and Environmental Protection. Polish Journal of Environmental Studies Vol. 9, No. 1 (2000), 27-36. Wikipedia. The Free Encyclopedia. Membrane Distillation. (http://en.wikipedia.org/wiki/ Membrane_distillation). Diakses tanggal 18 Oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai