DISTILASI
Kelompok 5R
Anggota Kelompok :
Meylin (1506800325)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 201
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3
BAB V ANALISIS.............................................................................................39
BAB VI KESIMPULAN....................................................................................51
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Tujuan Percobaan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Distilasi
Distilasi merupakan suatu proses separasi yang sering digunakan untuk
memisahkan zat dari dua atau lebih komponen (multi komponen). Pemisahan
dengan menggunakan metode distilasi memanfaatkan perbedaan kemampuan/daya
penguapan di antara komponen-komponen tersebut, khususnya untuk pemisahan
komponen dengan perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup besar. Kolom
distilasi dapat berfungsi sebagai sarana pemisahan karena memiliki sistem
perangkat yang menunjang kerja alat ini yaitu boiler sebagai tempat untuk
menguapkan campuran cairan, kolom distilasi sebagai tempat untuk
mempertemukanfasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya dan kondensor
yang mengkondensasikan fasa uap.
Pada praktikum ini akan dilakukan dengan menggunakan proses batch, di
mana tidak ada aliran masuk ataupun keluar dari dalam sistem selama proses
berlangsung. Distilasi dengan proses batch secara sederhana biasanya tidak akan
memberikan hasil pemisahan yang baik kecuali bila perbedaan penguapan
komponen sangat tinggi. Dalam banyak kasus, kolom rektifikasi dan dengan refluks
digunakan untuk meningkatkan performa dari distilasi.
Untuk membedakan secara jelas perbedaan antara proses distilasi dan proses
separasi lainnya, kita dapat melihat ke beberapa contoh yang lebih spesifik. Dalam
proses separasi larutan yang umum antara garam dan air, larutan akan dipanaskan
hingga air menguap seluruhnya tanpa menguapkan garam karena air bersifat jauh
lebih volatil dibanding garam. Proses ini adalah proses evaporasi. Di sisi lain,
distilasi adalah proses yang memisahkan dua zat yang sama-sama volatil, seperti
amoniak dan air. Dengan mengkontakkan amoniak-air dengan udara secara
langsung ketika dipanaskan seperti pada proses evaporasi, amoniak akan
terpisahkan dari air karena terjadi penguapan, namun amoniak kemudian akan
kembali tercampur dengan uap air dan udara sehingga tidak dapat diambil amoniak
murni. Dengan mengatur perlakuan panas yang diberikan, kita dapat menguapkan
secara terpisah larutan amoniak-air dan membuat fasa gas yang mengandung hanya
air dan amoniak. Dan karena pada fasa gas akan lebih banyak mengandung amoniak
daripada yang dikandung cairan residu, proses separasi dengan kandungan tertentu
4
dapat kita lakukan. Dengan memanipulasi fasa atau mengulangi penguapan dan
pengembunan yang dilakuakn pada proses ini maka sangat memungkinkan untuk
membuat sebuah proses separasi selengkap mungkin sesuai yang kita harapkan,
mengambil komponen-komponen murni dari campuran sesuai dengan yang kita
harapkan.
Dalam praktiknya, distilasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode. Metode pertama didasarkan pada penghasilan uap dengan memanaskan
campuran cairan hingga terpisah kemudian mengkondensasikan uap tersebutdan
tidak membiarkan adanya cairan kondensat yang kembali ke kolom, metode ini
dinamakan distilasi tanpa refluks. Cara kedua dapat dilakukan dengan
mengembalikan sebagian uap yang telah dikondensasikan sehingga dapat
melakukan kontak kembali dengan uap yang menuju kondenser atau dengan kata
lain dilakukan refluks pada distilasi ini sehingga produk yang didapatkan dapat
lebih murni. Kedua metode tersebut dapat dilakukan pada proses yang kontinu
ataupun batch.
Keuntungan dari proses ditilasi adalah dalam proses ini perbedaan fasa baru
yang terbentuk dari asalnya bergantung dari kandungan panas yang diberikan,
sementara panas dapat ditambahkan atau dikurangi sesuai kemampuan dan biaya
yang kita miliki. Sementara proses absorbsi atau desorbi sangat bergantung pada
larutan awalnya, kita harus mengatur larutan awal tersebut karena proses tidak akan
bisa dikembalikan.
Terdapat beberapa batasan dalam distilasi sebagai sebuah proses separasi.
Dalam absorbsi atau operasi serupa, kita dapat memilih banyak variasi solvent
sehingga menghasilkan kemungkinan yang besar efek separasi terjadi. Sebagai
contoh, karena aior tidak berfungsi dalam mengabsorbsi gas hidrokarbon dari
sebuah campuran gas, kita dapat memilih minyak hidrokarbon yang memiliki
solubilitas tinggi. Tapi pada distilasi, tidak ada pilihan seperti itu. Gas yang bisa
dibentuk dari cairan yang akan didistilasi dengan perlakuan panas pasti hanyalah
gas yang terkandung pada cairan tersebut. Karena gas secara kimiawi mirip dengan
cairan, perubahan komposisi yang dihasilkan dari distribusi komponen antara dua
fasa tidaklah sangat besarr. Dalam beberapa kasus perubahan komposisi sangat
kecil sehingga proses tidak dapat dipraktikkan, hal tersebut dapat terjadi karena
tidak ada perubahan komposisi apa pun.
5
2.1.1 Kesetimbangan Uap-Cair
Keberhasilan proses distilasi sangat bergantung pada pemahaman terhadap
adanya kesetimbangan antara fasa uap dan cairan dari campuran yang terbentuk.
6
Gambar 2. 1 Kesetimbangan Uap-Cair Biner
7
1 (1 )
= =
(1 )
1
Nilai dari akan berubah sesuai variasi x dari 0 hingga 1. Jika y* = x
(kecuali x=0 atau 1), jika = 1 dan tidak ada pemisahan yang mungkin terjadi.
Semakin besar , semakin besar pula derajat pemisahannya.
8
Gambar 2. 4 Larutan Ideal
9
Gambar 2. 5 Distilasi Diferensial Batch
10
Gambar 2. 6 Skema Kolom Distilasi
11
= , +
2.6.2 Kondensasi Diferensial
Operasi ini serupa di mana umpan uap secara perlahan terembunkan di
bawah kondisi setimbang dan kondensat diambil secara cepat. Hasil kondensasi
dapat diperkirakan dengan penurunan seperti berikut:
ln ( ) =
Di mana F adalah mol uap umpan dari komposisi yF dan D adalah residu
uap dari komposisi yD.
1 (1 ) (1 )
ln = +
1 (1 ) (1 )
Untuk menjadikan persamaan tersebut sebagai grafik maka kita jadikan
persamaannya sebagai:
(1 )
log =
(1 )
12
2. Membuat garis operasi baik seksi rectifying (enriching) maupun stripping
3. Membuat garis umpan/feed (q-line), q-line ini akan menunjukkan kualitas
dari umpan itu sendiri, apakah dalam keadaan uap jenuh, liquid jenuh dan
lainlain
4. Membuat atau menarik garis stage yang memotong kurva kesetimbangan
yang memotong kurva kesetimbangan xy, garis operasi rectifying dan
stripping yang diawali dari XD dan berakhir pada XB.
13
2.7.2 Membuat Garis Opersi Rectifying
Garis operasi rectifying dapat dijabarkan dengan:
+1 = +
+ 1 1
Dimana :
Ln = laju alir molar liquid stage ke n
Vn+1 = laju alir molar uap stage ke n+1
xn = fraksi liquid ke n+1 komponen ringan
xD = fraksi destilat komponen ringan
D = laju alir molar destilat
Garis operasi rectifying dimulai dari titik (xD,yD) atau (xD, xD), Penomoran
stage umumnya dimulai dari atas lalu diteruskan ke bawah hingga berakhir pada
reboiler sebagai stage terakhir. garis operasi rectifying juga dapat dijabarkan dalam
persamaan lain yaitu :
+1 = +
1
Dimana :
R = rasio refluks
14
2.7.3 Garis operasi stripping
Garis operasi stripping dapat di jabarkan dengan :
+1 = +
+ 1 + 1
Dimana:
Lm = laju alir molar liquid stage ke m
Vm+1 = laju alir molar uap stage ke m+1
xm = fraksi liquid ke n+1 komponen ringan
xB = fraksi bottom produk komponen ringan
B = laju alir molar bottom produk
Jika slope Lm/Vm diketahui maka garis operasi stripping dapat dibuat, tetapi
biasanya mudah membuat garis operasi stripping setelah garis umpan (q-line)
diketahui.
15
Gambar 2. 10 Garis Umpan (q-line)
16
BAB III
DATA PERCOBAAN
Data Awal
Total Reflux
Reflux 50%
17
Reflux 40%
Reflux 33%
18
BAB 1V
PENGOLAHAN DATA
4.1 Persamaan-Persamaan
1. Mencari densitas dari campuran Air-Aseton pada keadaan awal,
distilat dan bottom, menggunakan rumus:
() =
m
=
V
dimana, = densitas campuran (g/ml)
m = massa campuran (g)
V = volume campuran (ml)
2. Mencari nilai tray teoritis
Dalam mencari nilai tray teoritis, ada 2 neraca massa yang penting:
Neraca massa total:
=+
Neraca komponen:
= +
Jumlah D adalah selisih antara laju aliran arus yang masuk dan yang
keluar atas kolom. Neraca massa pada konsensor dan akumulator adalah:
=
Selisih antara laju aliran uap dan laju aliran cairan di manapun pada
bagian atas kolom adalah D, yang jelas terlihat bila diperhatikan bagian dari
instalasi itu yang dikurung permukaan kendali I. Permukaan ini meliputi
kondensor dan semua piring diatas n+1. Neraca massa total pada permukaan
tersebut adalah:
= +1
Jumlah D adalah laju aliran netto bahan ke atas pada bagian atas
kolom. Berapapun pertukaran konsentrasi komponen pada V dan L
selisihnya selalu D. Neraca massa untuk komponen a sesuai dengan
persamaan:
= = +1 +1
19
Jumlah D.xd adalah laju aliran netto komponen A ke atas pada
bagian ata kolom. Jumlah ini konstan pada seluruh bagian atas kolom. Pada
bagian bawah kolom, laju alir netto juga konstan, tetapi arahnya ke bawah.
Laju aliran netto total adalah B, untuk komponen A adalah B.xb, sesuai
persamaan:
= = +1
= = +1 +1
Karena kolom distilasi terdiri dari bagian atas dan bagian bawah,
maka ada 2 garis operasi, satu untuk bagian rektifikasi dan satu untuk bagian
pelucutan. Persamaan garis operasi untuk bagian pelucutan adalah:
+1 = +
+1 +1
Substitusi Va.ya La.xa menghasilkan:
+1 = +
+1 +1
Gradien garis operasi adalah ratio antara aliran cairan dan uap. Jika Vn+1
dieliminasi
+1 = +
+ +
Untuk bagian bawah kolom, neraca massanya adalah:
+1 +1 =
Dalam bentuk lain, persamaan tersebut menjadi:
+1 =
Bila garis operasi bagian atas dan bagian bawah tersebut
digambarkan bersama kurva kesetimbangan pada diagram x-y, dapat
digunkan konstruksi bertahap McCabe-Thille untuk menghitung berapa
banyaknya tray ideal yang diperlukan untuk mendapatkan suatu perbedaan
konsentrasi tertentu, baik pada bagian rektifikasi mau pun pada bagian
pelucutan. Jika dilihat persamaan garis operasi, terlihat bahwa garis operasi
akan merupakan garis lengkung, kecuali jika Ln dan Lm konstan. Garis
operasi pun hanya dapat digambarkan jika perubahan konsentrasi pada
20
aliran dalam diketahui. Untuk menentukan garis operasi yang berbentuk
kurva diperlukan neraca entalpi.
Analisis kolom fraksionasi dimudahkan lagi dengan menggunakan
besaran refluks ratio. Ada 2 macam refluks ratio yang biasa digunakan,
yaitu refluks ratio terhadap hasil atas Rd dan refluks ratio terhadap uap
(aliran uap komponen) Rv. Persamaan kedua refluks ratio tersebut adalah:
= =
= =
+
Karena itu persamaan garis operasi untuk bagian rektifikasi yang
mengikuti constant molal overflow dapat disederhanakan:
+1 = +
+ 1 + 1
Titik potong y dari garis ini adalah xd/ (Rd+1). Konsentrasi xd ditentukan
kondisi rancangan, dan Rd merupakan variabel operasi yang dapat
dikendalikan dengan mengatur pembagian antara refluks dan hasil atas, atau
dengan mengubah banyaknya uap yangterbentuk dalam reboiler untuk suatu
laju distilat tertentu. Karena kemiringan garis rektifikasi adalah Rd.
Persamaan terakhir diatas digunakan untuk mencari Theoritical Tray pada
percobaan ini. Theoritical Tray dicari pada waktu t = 30 menit. Persamaan
diatas akan menghasilakan persamaan yang akan digabungkan dengan
diagram x-y dari campuran Aseton-Air dibawah ini.
21
Diagram x-y Campuran Aseton Air
1
0.8
0.6
Y
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
X
22
4.2 Menentukan Fraksi Mol Tiap Reflux
Total Reflux
t (menit) T ( C ) Vd (ml) m Top (g) Top (g/ml) xd m Bottom (g) Bottom (g/ml) xb
Reflux 50%
23
t (menit) T ( C ) Vd (ml) m Top (g) Top (g/ml) xd m Bottom (g) Bottom (g/ml) xb
Reflux 40%
t (menit) T ( C ) Vd (ml) m Top (g) Top (g/ml) xd m Bottom (g) Bottom (g/ml) xb
24
Reflux 33%
t (menit) T ( C ) Vd (ml) m Top (g) Top (g/ml) xd m Bottom (g) Bottom (g/ml) xb
Perbandingan hasil fraksi mol distilat dengan fraksi mol bottom untuk setiap refluks
dan rentang waktu yang telah di tentukan ditunjukkan pada grafik dibawah ini :
Xd vs t
1
0.8
Fraksi mol
Gambar 4.1 Grafik fraksi mol aseton terhadap waktu pada distillat
25
Xb vs t
0.14
0.12
0.1
Fraksi mol
Gambar 4.2 Grafik fraksi mol aseton terhadap waktu pada bottom
4.3 Menghitung Laju Alir Molar Uap pada Masing masing Reflux
Total Reflux
Fraksi Mol Awal Aseton 0.2923
5 0.1280 0.0657
10 0.0989 0.0387
15 0.0827 0.0279
26
Reflux 50%
Fraksi Mol Awal Aseton 0.1844
5 0.1220 0.0187
10 0.0934 0.0136
15 0.0698 0.0115
Reflux 40%
Fraksi Mol Awal Aseton 0.2224
5 0.0907 0.0369
10 0.0749 0.0207
15 0.0647 0.0147
Reflux 33%
Fraksi Mol Awal Aseton 0.2647
5 0.0698 0.0519
10 0.0336 0.0307
15 0.0155 0.0221
27
Seluruh data laju alir molar uap aseton pada tiap reflux dapat dibandingkan
secara lebih mudah satu sama lain menggunakan plot grafik yang
menggambarkan hubungan antara waktu tinggal dengan laju alir molar uap.
0.0500
laju alir
0.0400
0.0300
0.0200
0.0100
0.0000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (menit)
Gambar 4.3 Grafik hubungan laju alir molar uap terhadap waktu tinggal
4.4 Percobaan II Fraksi mol tiap refluks dan menghitung jumlah tray
menggunakan diagram McCabe-Thiele
28
m piknometer (g) 29.98
Vd
akumulasi distilat bottom yd xb
Waktu
T (ml)
(Menit)
Dari data diatas, di dapat nilai garis enriching, garis stripping, dan garis feed
untuk total refluks sebesar:
Enriching line dan feed line
Enriching Line Q Line
x y X y
0 0 0.58578 1
29
Stripping line
Stripping Line
x y
0.579493 0
0.579493 0.579493
Rasio Reflux = 1
1
0.9
0.8
0.7
0.6 x,y
0.5 garis 45
y
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
x
Gambar 4.3. Grafik Perhitungan Jumlah Stage untuk Total Refluks 100%
(Sumber: Data Pribadi)
Dengan grafik tersebut kita mendapatkan jumlah stage theoretical sebanyak 1.
30
Rasio Refluks 50%
Perbandingan = 2 : 2
Gelembung terbanyak di tray ke 3
Waktu (Menit) Treboiler / Vd akumulasi md (g) mb (g)
Tkolom (C) (ml)
Vd
akumulasi distilat bottom yd xb
Waktu
T (ml)
(Menit)
31
15 92 14 0.724286 0.797 0.715523 0.576028
Dari data diatas, di dapat nilai garis enriching, garis stripping, dan garis
feed untuk rasio refluks 50% sebesar:
Enriching line dan feed line
Enriching Line Q Line
x y x y
0 0.477015 0.583026 1
Stripping line
Stripping Line
x y
0.576028 0
0.576028 0.576028
32
Rasio Reflux = 0.5
1
0.9
0.8
0.7
0.6 x,y
0.5 garis 45
y
0.2 xw
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
x
Gambar 4.4. Grafik Perhitungan Jumlah Stage untuk Rasio Refluks 50%
(Sumber: Data Pribadi)
Rasio Refluks 40%
Perbandingan = 2 : 3
Gelembung terbanyak di tray ke 3
Waktu (Menit) Treboiler / Vd akumulasi md (g) mb (g)
Tkolom (C) (ml)
15 92/ 8 18 13 7.99
33
Vd
akumulasi distilat bottom yd xb
Waktu
T (ml)
(Menit)
0.794333 0.577798
Dari data diatas, di dapat nilai garis enriching, garis stripping, dan garis
feed untuk rasio refluks 40% sebesar:
Enriching line dan feed line
Enriching Line Q Line
x y x y
0 0.516517 0.577798 1
Stripping line
Stripping Line
x y
0.574813 0
0.574813 0.574813
34
Rasio Reflux = 0.4
1
0.9
0.8
0.7
0.6 x,y
0.5 garis 45
y
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
x
Gambar 4.5. Grafik Perhitungan Jumlah Stage untuk Rasio Refluks 40%
(Sumber: Data Pribadi)
15 91/ 82 26 17 8.2
35
awal (g/ ml) 0.771
Vd
akumulasi distilat bottom yd xb
Waktu
T (ml)
(Menit)
0.809667 0 0.569791
Dari data diatas, di dapat nilai garis enriching, garis stripping, dan garis feed
untuk total refluks sebesar:
x y X y
0 0.859521 0.569791 1
Stripping line
Stripping Line
x y
0.566875 0
0.566875 0.566875
36
Rasio Reflux = 0.33
1
0.9
0.8
0.7
0.6 x,y
0.5 garis 45
y
Gambar 4.6. Grafik Perhitungan Jumlah Stage untuk Total Refluks 33%
(Sumber: Data Pribadi)
Dengan grafik tersebut kita mendapatkan jumlah stage theoretical sebanyak 1.
Efisiensi Tray
Persamaan yang digunakan adalah
= 100%
Actual tray dalam percobaan Distilasi Batch ini yaitu 9 tray. Maka efisiensi pada setiap
refluks adalah :
1
= 100 % = 11.11 %
9
Hubungan jumlah produk dengan waktu pada masing-masing reflux dibuat dalam
bentuk grafik berdasarkan data volume distilat yang terakumulasi di piknometer
pada menit ke 5, 10, dan 15.
37
Dengan membuat grafik antara waktu (x) dengan volum distilat menggunakan excel
Data sebagai berikut :
25
Volum distilat (ml)
20
Refluks Total
15
Refluks 50%
10 Refluks 40%
5 Refluks 33%
0
0 5 10 15 20
waktu (menit)
38
BAB V
ANALISIS
39
Xd vs t
1
0.8
Fraksi mol
0.6 Reflux 50%
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa fraksi mol distilat cenderung
mengalami kenaikan dari total reflux hingga 33% reflux. Namun terjadi
penyimpangan dimana pada 33% reflux didapatkan fraksi mol tertinggi
dibandingkan dengan rasio reflux lainnya. Padahal seharusnya total reflux
memiliki fraksi mol tertinggi karena pada rasio total reflux mengembalikan
distilat yang lebih banyak dibandingkan dengan rasio refluks lainnya. Terjadinya
penyimpangan pada percobaan ini akan dijelaskan lebih jelasnya di bagian
analisis kesalahan.
Pada teorinya, nilai fraksi molnya akan terus meningkat seiring dengan
dihasilkannya produk pada tingkat pemurnian yang lebih tinggi, karena pada
produk akan terdapat bagian dari aseton yang terbawa sehingga menaikkan
fraksi mol di distilat dan menurunkan nilai kandungan aseton yang dikembalikan
lagi ke kolom distilasi. Pada total reflux seharusnya akan dihasilkan nilai fraksi
mol yang paling murni. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan grafik yang
didapat. Pada teorinya, seiring dengan berjalannya waktu, fraksi mol yang
didapat dari total reflux akan semakin meningkat, maka akan terdapat semakin
banyak aseton yang dihasilkan di produk, dikarenakan reflux yang dilakukan
dekanter sepersekian detik seperti yang telah disebutkan tadi membuat fraksi
mol yang diperoleh akan meningkatkan nilai fraksi mol yang dialirkan ke kolom
produk, dan dengan demikian menurunkan nilai fraksi reflux (L) yang
dikembalikan di kolom distilasi. Hal tersebut juga berlaku dengan rasio reflux
40
50%, 40%, dan 33% fraksi mol yang didapat seiring dengan berjalannya waktu,
maka fraksi mol distilat akan meningkat..
Kemudian, praktikan juga menghitung nilai fraksi mol pada bottom product
untuk tiap reflux, setelah melakukan praktikum dan perhitungan data, diperoleh
grafik sebagai berikut:
Xb vs t
0.14
0.12
0.1
Fraksi mol
Dari grafik berikut dapat dilihat bahwa semakin lama distilasi dilakukan maka
fraksi mol bottom yang dihasilkan akan semakin sedikit, dan jika dibandingkan tiap
rasio reflux maka total rasio (100% rasio refluks) akan memiliki fraksi mol produk
bawah yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio refluks yang lebih rendah. Hal
ini dikarenekan total refluks dapat memisahkan lebih banyak air dan aseton
sehingga konsentrasi air dalam aseton akan semakin rendah dan air yang
dikeluarkan sebagai bottom product akan semakin banyak. Aliran distilat yang
terbentuk paling banyak dikembalikan ke kolom distilasi sehingga fraksi mol pada
bottom product akan menjadi lebih rendah apabila dibandingkan dengan rasio
reflux yang lebih rendah, karena produk atas yang dihasilkan akan semakin murni,
dan menyisakan produk bawah yang lebih banyak mengandung air. Sedangkan
apabila refluksnya semakin kecil, maka akan semakin deras laju alir aseton yang
terpisahkan dengan air, namun fraksi molnya tidak terlalu tinggi, disebabkan karena
reflux nya rendah sehingga fraksi mol aseton tidak teruapkan secara sempurna.
41
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin
tinggi rasio refluks maka akan semakin banyak kontak ulang antara fasa uap dan
cairannya sehingga meningkatkan kemurnian produk. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu secara total, waktu kontak antarfasa semakin lama, perpindahan
massa dan perpindahan panas akan terjadi kembali, dan distribusi suhu, tekanan dan
konsentrasi di setiap fasa semakin uniform serta terwujudnya keseimbangan
semakin didekati Namun, hal ini tentunya belum menggambarkan efisiensi dari
kolom distilasi tersebut,. Karena peningkatan efisiensi pemisahan dapat ditinjau
dari dua sudut pandang, yaitu untuk mencapai kemurnian yang sama, jumlah stage
ideal yang dibutuhkan semakin sedikit dan ada penggunaan jumlah stage ideal yang
sama, kemurnian produk hasil pemisahan semakin tinggi.
42
Gambar 5.3 Grafik Jumlah Tray dari Tiap Reflux
Rasio Reflux = 1
1
0.9
0.8
0.7
0.6 x,y
0.5 garis 45
y
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
x
43
Rasio Reflux = 0.5
1
0.9
0.8
0.7
0.6 x,y
0.5 garis 45
y
0.2 xw
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
x
44
Rasio Reflux = 0.33
1
0.9
0.8
0.7
0.6 x,y
0.5 garis 45
y
Dari keempat grafik diatas memang tidak terlihat perbedaan yang signifikan.
Namun dari hasil perhitungan yang diperoleh dapat dilihat bahwa semakin rendah
rasio refluks maka fraksi mol yang dihasilkan juga akan semakin rendah. Hal ini
dikarenakan distilat yang dikembalikan ke dalam kolom distilasi semakin sedikit
sehingga tingkat kemurnian dari distilat akan semakin berkurang. Dari diagram
McCabe diatas dapat ditentukan jumlah tray teoritis dengan menambahkan garis
enriching dan stripping yang akan dibahas pada bagian perhitungan efisiensi tray
= 100%
Actual tray dalam percobaan Distilasi Batch ini yaitu 9 tray. Maka efisiensi pada setiap
refluks adalah :
1
= 100 % = 11.11 %
9
45
Jumlah tray secara teoritis dan jumlah tray sesungguhnya pastilah berbeda. Hal ini
disebabkan karena peristiwa perpindahan massa dan kalor yang terjadi di dalam kolom
tidak terjadi secara sempurna seperti yang diharapkan. Pada tray teoritis atau disebut juga
kondisi ideal, diasumsikan bahwa tray beroperasi secara sempurna, artinya tidak ada energi
yang hilang ke lingkungan, laju alir molar konstan (constant molar overflow), tekanan
konstan (pressure drop diabaikan), uap (vapor) terdistribusi merata sehingga kontak antara
cairan dan uap terjadi dengan sempurna dengan waktu yang cukup sehingga terjadi
kesetimbangan antara uap yang meninggalkan tray dengan cairan yang meninggalkan tray.
Padahal, pada kenyataannya kondisi ideal seperti demikian tidak mungkin terjadi.
Perpindahan kalor tentu tidak sepenuhnya terjadi antara fasa uap dan cair, tapi ada kalor
yang diserap oleh lingkungan, yaitu dalam hal ini adalah dinding kolom, pelat tray, dan
udara sekitar.
Perpindahan massa yang terjadi juga tidak berlangsung dengan sempurna, karena
kontak antara cairan dan uap tidak terjadi secara merata pada seluruh bagian tray. Jalur
yang dilewati oleh molekul uap berbeda-beda, sehingga distribusi uap pada tray tidak
merata. Hal ini menyebabkan kontak antara uap dengan cairan yang menghasilkan
perpindahan massa antara kedua fasa tersebut tidak berlangsung dengan sempurna.
Kesetimbangan cair-uap juga merupakan suatu kondisi ideal yang tidak mungkin tercapai.
Oleh karena itu, tentunya jumlah tray sesungguhnya untuk menghasilkan laju perpindahan
massa yang sama lebih banyak daripada jumlah tray ideal atau teoritis.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada semua percobaan jumlah tray teoritisnya
adalah sebanyak satu tray. Sedangkan jumlah tray sesungguhnya adalah sembilan tray.
Artinya efisiensi tray overall adalah sebesar 1/9 x 100% = 11,11 % saja. Efisiensi yang
rendah ini menunjukkan laju perpindahan massa dan kalor yang terjadi jauh lebih kecil
daripada kondisi idealnya. Rendahnya efisiensi tray ini disebabkan oleh berbagai faktor.
46
5.4 Laju Alir Molar Tiap Reflux
Pada percobaan ini kita juga memperhatikan laju alir uap. Hubungan antara laju alir molar
(V) dengan reflux (R) memiliki hubungan yang sejajar. Dimana Perhitungan laju alir molar
uap didasarkan pada persamaan berikut:
+1
= (0 )
Hal ini berarti dengan reflux yang semakin besar, maka laju alir molar dari uap yang
terbentuk pada kolom akan semakin besar. Namun kita memperhatikan juga adanya faktor
waktu (t) pada persamaan, bahwa terdapat ketergantungan besarnya laju alir terhadap waktu.
Hal ini bukan berarti semakin besar waktu maka akan semakin kecil volumetrik karena waktu
berada pada posisi pembagi, melainkan kita akan menemukan waktu optimum dimana laju alir
akan berada pada rate tertinggi. Berikut adalah grafik yang dihasilkan.
0.0500
laju alir
0.0400
0.0300
0.0200
0.0100
0.0000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
t (menit)
Dari grafik tersebut dapat dilihat pada menit ke-5, 10, dan 15 laju alir uap reflux 33% lebih
besar dibandingkan laju alir uap reflux 40% dan 50%. Secara teori, seharusnya ketika nilai
rasio reflux diperbesar maka jumlah cairan hasil kondensasi yang dialirkan masuk kembali ke
kolom distilasi semakin banyak sehingga jumlah cairan yang keluar sebagai produk distilat
semakin kecil. Artinya laju alir molar uapnya semakin tinggi. Sebaliknya, ketika rasio reflux
diperkecil jumlah cairan hasil kondensasi yang dialirkan masuk kembali ke kolom distilasi
semakin sedikit sehingga jumlah cairan yang keluar sebagai produk distilat semakin banyak,
menandakan laju alir uapnya kecil. Perbedaan hasil yang tidak sesuai teori ini akan dibahas
pada analisis kesalahan.
Dari hasil perhitungan dan grafik diatas kami mendapati bahwa laju alir molar dari variasi
reflux terhadap waktu memiliki kecederungan yang sama. Laju alir molar uap disini merupakan
laju uap pada kolom distilasi dimana pada tingkat pengembalian reflux laju alir molar uapnya
akan menurun dikarenakan jumlah uap yang dihasilkan juga akan terus berkurang. Pada total
reflux karena hampir semua kondensat yang terbentuk dialirkan kembali ke kolom distilasi
maka adanya uap yang terbentuk kembali menyebabkan terjadinya peningkatan laju alir uap.
Berdasarkan data pengamatan fraksi mol bottom untuk tiap reflux menunjukkan adanya
kesamaan di mana semakin lama waktu tinggal maka semakin sedikit pula fraksi mol aseton
yang tersisa pada bottom. Hal ini disebabkan seiring berjalannya waktu proses distilasi maka
akan semakin banyak molekul aseton yang teruapkan menuju bagian atas kolom distilasi.
Semakin sedikitnya mol aseton pada bottom dapat berarti semakin banyaknya mol aseton yang
teruapkan menuju bagian atas tangki. Dengan demikian semakin lama waktu tinggal maka laju
alir molar uap aseton akan semakin besar. Namun untuk waktu yang lebih lama laju alir mol
aseton yang dihasilkan akan semakin sedikit karena sebagian besar mol aseton telah
terpisahkan dan keluar dari kolom.
Hubungan antara volum distilat dengan waktu untuk tiap refluks dapat dilihat sebahai
pada grafik . Setiap refuks dilakukan selama 15 menit dengan mengambil sample tiap 5 menit.
Kemudian dari data tersebut dapat dilihat pengaruh variasi waktu tinggal (c) dengan produk
yang dihasilkan (y)
Waktu tinggal akan mempengaruhi proses distilasi , secara keseluruhan semakin besar waktu
tinggal maka akan semakin baik proses distilasi.
Berdasarkan literatur semakin besar refluks maka akan semakin tinggi kemurnian dari produk
yang dinginkan . Dalam percobaan ini produk yang diinginkan adalah aseton. Produk yang
dihasilkan refluks total akan memiliki kemurnian tinggi sebab liquid distilat yang dihasilkan
produk akan dikembalikan ke kolom distilasi sehingga akan dihasilkan produk yang lebih
murni atau lebih kaya aseton.
48
Hal ini disebabkan proses keseteimbangan yang dilakukan terus menerus, semakin
besar refluks maka semakin sedikit distilat yang dihasilkan sebab relfuks adalah R =L/D,
sehingga semakin besar refluks maka semakin besar distilat liquid yang dikembaikan ke kolom
distilat.
25
Volum distilat (ml)
20
Refluks Total
15
Refluks 50%
10 Refluks 40%
5 Refluks 33%
0
0 5 10 15 20
waktu (menit)
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan sesuai dengan literatur dimana semakin besar
refluks maka akan semakin sedikit volum distilat yang dihasilkan tetapi kemurnian yang
dihasilkan akan semakin tinggi. Selain itu juga apabila dilihat pada grafik semakin lama proses
terjadi untuk tiap refluks dilihat dari 5 , 10, dan 15 menit maka setiap 5 menit volume yang
dihasilkan akan naik tetapi apabila dibandingkan per refluks maka refluks 33% apabila
dibandingkan dengan refluks total mengjhasilkan jumlah distilat yang lebih besar. Sedangkan
untuk tiap refluks dilihat sebagai fungsi waktu akan mengalami kenaikan
49
walaupun jumlahnya tidak sebanyak rasio refluks yang lainnya. Adapun kesalahan praktikan
dalam praktikum ini juga turut serta dalam praktikum ini di mana masih terdapatnya
pembacaan indikator yang dilakukan secara manual, yaitu pembacaan volume dalam produk
distilat maupun bottom.
50
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan perhitungan yang dapat
menggambarkan karakter dari percobaan distilasi. Berikut kesimpulan-kesimpulan yang dapat
ditarik:
1. Distilasi merupakan suatu proses separasi yang digunakan untuk memisahkan campuran
yang memiliki perbedaan titik didih dari masing-masing komponen yang berbeda.
2. Semakin tinggi rasio refluks pada distilasi, maka tingkat kemurnian yang dihasilkan juga
semakin tinggi.
3. Semakin besar rasio refluks pada distilasi, volum distillate yang dihasilkan akan semakin
sedikit tetapi kemurnian tinggi
4. Semakin lama waktu tinggal maka laju alir molar uap aseton akan semakin besar. Namun
untuk waktu yang lebih lama laju alir mol aseton yang dihasilkan akan semakin sedikit
karena sebagian besar mol aseton telah terpisahkan dan keluar dari kolom.
5. Semakin rendah rasio refluks maka fraksi mol yang dihasilkan juga akan semakin
rendah. Hal ini dikarenakan distilat yang dikembalikan ke dalam kolom distilasi semakin
sedikit sehingga tingkat kemurnian dari distilat akan semakin berkurang.
6. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada semua percobaan jumlah tray teoritisnya adalah
sebanyak satu tray. Sedangkan jumlah tray sesungguhnya adalah sembilan tray. Artinya efisiensi
tray overall adalah sebesar 1/9 x 100% = 11,11 % saja. Efisiensi yang rendah ini menunjukkan
laju perpindahan massa dan kalor yang terjadi jauh lebih kecil daripada kondisi idealnya.
Rendahnya efisiensi tray ini disebabkan oleh berbagai faktor.
51
DAFTAR PUSTAKA
Allchin, F. R. (2010). India: The Ancient Home of Distillation?. Man 14 (1): 5563.
Berthelot, Marcelin (1887). Collection des anciens alchimistes grecs (3 vol., Paris)
Fileti, Ana M. Frattini, Sandra L. Cruz, Joao A.F.R. Pereira. Control strategies
analysis for a batch distillation column with experimental testing. Braz. Chem. Eng. 39
(2010) 121.
Forbes, Robert James (2010). A short history of the art of distillation: from the
beginnings up to the death of Cellier Blumenthal. BRILL. pp. 57, 89.
Taylor, F. (2010). The evolution of the still. Annals of Science 5 (3): 185.
52
53