BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Distilasi
Unit operasi distilasi adalah salah satu metode untuk memisahkan komponen larutan
liquid, yang tergantung pada distribusi komponen yang bervariasi antara komponen fasa uap dan
fasa cair. Semua komponen terdapat dalam kedua fasa tersebut. Fasa uap terbentuk dari fasa cair
dengan vaporisasi pada titik didihnya.
Kebutuhan dasar untuk pemisahan komponen dengan distilasi yaitu komposisi uap yang
berbeda dengan komposisi liquid dalam kesetimbangan pada titik didih liquid. Distilasi
dipusatkan pada larutan yang semua komponennnya dapat menguap, seperti pada campuran
ammonia-air atau campuran etanol-air, dimana kedua komponen tersebut akan berubah menjadi
fasa uap .
(Geankoplis, 1993).
Dalam prakteknya, distilasi dibagi dalam dua metode dasar. Pertama, didasarkan pada
jumlah produksi uap dari proses pendidihan campuran zat cair untuk dipisahkan dan
dikondensasikan tanpa diikuti oleh zat cair tersebut, sehingga tidak terjadi refluk. Cara kedua,
didasarkan pada cairan yang kembali dari kondensat ke bejana dibawah kondisi tertentu sehingga
dalam proses kembalinya zat cair tersebut ke bejana, zat cair itu mengalami kontak dengan uap
yang bergerak ke kondensor. Kedua metode ini biasa diterapkan dalam proses secara continuoe
maupun secara batch (McCabe dkk., 1999).
2.1.1 Distilasi Dengan Refluks
Prinsip kerja rektifikasi (fraksionasi) atau distilasi dengan refluk terjadi bilamana umpan
dimasukkan ke dalam kolom (ke bagian tengah kolom), jika umpan berbentuk cairan, umpan
mengalir ke bagian bawah kolom melalui tray di dalamnya. Uap masuk ke tray dan berkontak
dengan cairan yang mengalir ke bawah kolom. Uap dan cairan yang meninggalkan tray berada
pada kesetimbangan. Dalam kasus ini konsentrasi dari komponen yang mudah
menguap meningkat di dalam fase uap yang bergerak ke bagian atas kolom dan menurun
pada fase cair yang bergerak ke bagian bawah kolom. Uap yang keluar pada bagian atas kolom
dikondensasi di dalam kondenser dan terbagi menjadi distilat, sebagian dari liquid yang keluar
dari kondenser dikembalikan ke bagian atas tray. Liquid yang keluar pada bagian bawah tray
masuk ke reboiler dimana cairan ini diuapkan dan dikembalikan ke tray paling bawah.
(Geankoplis, 1993).
Gambar 2.1 Aliran proses menara distilasi
(2.1)
dimana aAB adalah volatilitas relatif A terhadap sistem biner (Geankoplis, 1993).
2.3 Hukum Raoult
Unutk larutan ideal kesetimbangan tekanan parsial * pada temperatur tertentu sama
dengan tekanan uap ketika zat murni pada temperatur itu dan mol fraksinya dalam fasa cair.
Inilah Hukum Raoult untuk larutan ideal:
* = pAx (2.2)
Jika fasa uap juga ideal,
Pt = ¯p*A + ¯p*B = pAx + pB (1 – x) (2.3)
Dan total tekanan parsial adalah linear dalam arah x pada temperatur tertentu.
Kesetimbangan komposisi uap dapat dihitung pada temperatur ini.
y* = (2.4)
a= (2.5)
(2.8)
dimana i adalah kondisi awal adan f adalah kondisi akhir liquid di dalam pot. Jika kesetimbangan
diasumsikan di antara liquid dan vapor, dapat ditentukan dengan menplotkan terhadap
x dan mengukur luas di bawah kurva antara batas dan . Jika campuran adalah sistem biner
(2.9)
(Perry, 1997).
2.4.1 Distilasi Batch dengan Rektifikasi
Untuk mendapatkan produk dengan jarak komposisi yang sangat dekat, rektifikasi batch
masih digunakan yang terdiri dari boiler, kolom rektifikasi, dan kondensor, dan beberapa
peralatan pemisahan bagian dari uap yang dikondensasikan (destilat) sebagai refluk, dan satu
atau lebih penampung destilat. Temperatur destilat diatur untuk mengembalikan refluk pada
temperatur kolom yang dekat agar dapat identifikasi jumlah refluk dan untuk meningkatkan
operasi pada kolom. Subcooling heat exchanger digunakan untuk sisa destilat, dimana dikirim ke
penampung destilat. Kolom dapat dioperasikan pada tekanan yang dinaikkan atau vakum.
Operasi batch, liquid diisi ke dalam pot dan sistem pertama kali dilangsungkan pada keadaan
refluk total. Bagian kondensat atas kemudian ditarik secara kontinu sesuai dengan refluk yang
ditetapkan. Seluruh kolom dioperasikan sebagai bagian enriching (Perry, 1997).
2.5 Perhitungan Jumlah Stage Teoritis dengan Metode McCabe-Thiele
2.5.1 Refluk Minimum
Kegunaan metode untuk campuran biner memberikan analisa berdasarkan metode grafik
McCabe-Thiele. Untuk asumsi yang biasa pada kolom adiabatik dan aliran ekuimolal pada tray,
asumsi bahwa holdup liquid pada tray diabaikan, di dalam kolom, dan di dalam
kondensor(Perry,1997).
Langkah pertama perhitungan, rasio refluk minimum harus ditentukan. Pada Gambar 2.2,
titik D, menunjukkan destilat, pada garis diagonal karena total kondensor diasumsikan dan xD =
yD. Titik F menunjukkan kondisi awal pada still pot dengan koordinat xpi,ypi. Refluk minimum
ditunjukkan oleh slope pada garis DF,
(2.10)
dimana L adalah laju alir liquid dan V adalah laju alir uap, keduanya dalam mol/jam. Karena V =
L+D (dimana D adalah laju destilat) dan laju eksternal refluk R didefiniskan sebagai R=L/D,
maka
(2.11)
atau
(2.12)
(2.16)
dimana R adalah R = Ln/D = rasio refluk = konstan. Stage teoritis ditentukan dengan dimulai
pada xD dan turun pada plate pertama ke x1. Kemudian y2 adalah komposisi uap yang melewati
liquid x1 (Geankoplis, 1993).
(2.20)
Karena, aliran ekuimolal diasumsikan, Lm = LN = konstan dan Vm+1 = VN = konstan, maka slope
Lm/Vm+1 (Geankoplis, 1993).
(2.21)
q dapat digunakan untuk memperoleh persamaan q-line untuk aliran umpan atau side stream. q
line adalah tempat dimana semua titik dari interseksi dua garis operasi, yang bertemu pada stage
aliran umpan atau side stream. interseksi harus terjadi sepanjang bagian q line antara kurva
kesetimbangan dan diagonal y = x (Perry, 1997).
Jika umpan yang masuk pada titik didihnya, maka q dapat ditulis dalam bentuk entalpi.
(2.22)
dimana HV adalah entalpi umpan pada dew point, HL adalah entalpi umpan pada titik didih
(bubble point), dan HF adalah entalpi umpan pada kondisi aliran masuk.
Dari definisi q, persamaan berikut memberikan
Lm = Ln + qF (2.23)
Vn = Vm + (1 – q)F (2.24)
Titk interseksi persamaan garis operasi enriching dan stripping pada plot xy dapat diperoleh
sebagai berikut
Vn y = Ln x + DxD (2.25)
Vm y = Lm x + WxW (2.26)
dimana nilai y dan x adalah titik interseksi dari dua garis operasi. Persamaan 2.26 dikurang
persamaan 2.25,
(Vm – Vn) y = (Lm – Ln) x - (DxD - WxW) (2.27)
Substitusi persamaan (2.14), (2.23) dan (2.24) ke dalam persamaan (2.27) maka
(2.28)
Persamaan ini adalah persamaan q-line dan merupakan tempat bertemunya interseksi dua garis
operasi (Geankoplis, 1993).
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Jumlah
1. Labu leher Dua 1 buah
2. Pipet tetes 1 buah
3. Gelas ukur 1000 ml 1 buah
4. Gelas kimia 200 ml 1 buah
5. Refluktometer 1 buah
6. Alumunium foil secukupnya
7. Piknometer 25 mL 1 buah
8. Bola hisap 1 buah
9. Pipet Volume 1 buah
Bahan :
1. Etanol 96%
2. Aquadest
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Plate dirancang untuk membuat kontak antara uap dengan cairan. Zat yang cair disebut
mengalir melalui plate dan melewati weir ke downcomer menuju plate yang dibawah. Kontak
antara uap dengan zat cair berguna untuk menurunkan produknya ( Mccabe,1999).
Untuk menentukan banyaknya jumlah plate yang dibutuhkan yaitu dengan
mengamsusikan kondisinya equimolar flowrate, refluks yang konstan tidak ada energi yang
dibebaskan. Penentuan jumlah plate bisa menggunakan metode McCabe-Thiele yaitu dengan
menggambarkan grafik matematis untuk menentukan plate teoritis maupun banyaknya tahap
yang diperlukan untuk memisahkan campuran biner (Geankoplis,2003).
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan rasio refluk yang berbeda yaitu 1:3 dan 2:3
untuk reaksi mol umpan 0,65 mol/mol didapat jumlah plate teoritisnya adalah .... . untuk
perhitungan jumlah plate teoritis terlampir pada lampiran ......
2.2.3 Menentukan q-line
Penentuan garis q-line dilakukan dengan metode Mc cabe-Thiele . Jika nilai q>1 maka
umpan yang masuk berada pada fasa cair dan temperatur di bawah titik didihya, q=1 umpan yang
masuk berada pada fasa uap dan jika nilai q= 0 maka umpan yang masuk berada pada fasa uap
jenuh (McCabe,1999).
Dari hasil percobaan, nilai q yang diperoleh untuk fraksi mol umpan 0,65 mol/mol adalah
1,096972 dengan sudut sebesar 85. Nilai q yang diperoleh pada percobaan ini >1, maka kondisi
umpan masuk berada dibawah titik didihnya.
BAB V
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kurva kalibrasi yang digunakan untuk menentukan fraksi mol distilat dan produk bawah
diketahui indeks biasnya. Persamaan regresi linear yang didapat dari kurva kalibrasi adalah y =
0,0278x+1,3024 dengan R2 = 0,9747
2. Nilai q-line yang didapatkan untuk mengetahui kondisi umpan ketika masuk kolom adalah q=
1,096972. Sehingga kondisi umpan yang masuk ke kolom distilasi berada pada fase cair dan
dibawah titik didihnya.
3. Metode perhitungan Plate yang digunakan ialah metode Mc cabe – Thiele. Jumlah plate teoritis
yang didapat dari distilat dengan rasio yang berbeda yaitu 1:3 dan 2:3 dengan konsentrasi umpan
0,65 adalah
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J., 1993, Transport Processes and Unit Operation, Prentice Hall,
Inc., Singapore.
Geankoplis, C.J., 2003, Transport Processes and Unit Operation, 4th edition.
New Jersey Pearson Prentice Hall
Irawan, Bambang Dan Bakti Jos. “Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi
pada Berbagai Komposisi Pelarut” Jurnal Rekayasa Kimia Dan Proses ISSN: 1411-4216 (2010).
Eprints.Undip.Ac.Id/28049/1/C-30.Pdf (28 April 2015), h. 1-8.
Komariah, Leily, Nurul ; Ramdja,AF,leonard,Nicky.2009.Tinjaun Teoritis Perancangan kolom
Distilasi untuk Pra-Rencana Pabrik Skala industri. Jurnal Teknik Kimia, No.4 Vol 16
McCabe, W. L., Smith, J. C., dan Harriot, P., 1999, Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid 2,
diterjemahkan oleh Jasifi, E., Erlangga, Jakarta
Perry, R.H and Green, D., 1984, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 6th ed,
McGraw-Hill Book Co., Singapore.
Walangare, K. B. A., Lumenta, M. A. S., Wuwung, J. O., Sugiarso, B. A., (2013). Rancang bangun Alat
Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan Proses Distilasi Sederhana Menggunakan
Pemanas Elektrik. e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer UNSRAT, Manado