Anda di halaman 1dari 16

Laporan distilasi

Jumat, 30 Desember 2016


laporan distilasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distilasi dilaksanakan dalam prakteknya menurut salah satu dari dua metode utama.
Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan campuran zat cair yang
akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap tanpa ada zat cair yang kembali ke dalam
bejana didih, jadi tidak ada refluks. Metode kedua didasarkan atas pengembalian sebagian dari
kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi tertentu sehingga zat cair yang dikembalikan ini
mengalami kontak dengan uap yang mengalir ke atas menuju kondenser. Masing–masing metode
ini dapat dilaksanakan dalam proses kontinu (sinambung) maupun dalam proses tumpak (batch).
Distilasi merupakan salah satu cara untuk melakukan pemisahan dari komponen –
komponen yang semula tercampur dalam fasa cair. Pada prinsipnya suatu campuran dapat
dipisahkan dengan cara distilasi apabila campuran tersebut berbeda titik didihnya. Pada metode
ini cairan yang akan didistilasi dipanaskan pada titik didihnya, sehingga sebagian cairan akan
menguap. Uap yang dihasilkan dari pemanasan ini masih merupakan cairan, akan tetapi
komposisi dari satu komponennya berbeda dengan komposisi dari cairan asal.
Proses distilasi banyak digunakan dalam industri pemisahan minyak bumi untuk
memisahkan fraksi – fraksi minyak yang diinginkan. Selain itu juga proses distilasi juga
digunakan dalam pemisahan campuran air – alkohol untuk mendapatkan konsentrasi alkohol
yang tinggi,dan masih banyak lagi penggunaan proses distilasi dalam industri kimia.
Dalam operasi distilasi, hasil pemisahan dari perbedaan komposisi uap dan fasa liquid
berasal dari vaporisasi parsial campuran liquid atau kondensasi parsial campuran uap. Beberapa
distilasi bertingkat berdasarkan teknik pemisahan yang telah dikembangkan untuk sistem
pendidihan tertutup atau daya penguapan yang relative rendah, dan untuk sistem yang
menunjukkan sifat-sifat azeotrope.
Sukar atau mudahnya suatu proses pemisahan secara metode distilasi tergantung pada
besarnya perbedaan sifat dari zat tersebut. Untuk zat – zat yang mempunyai kemiripan sifat satu
dengan yang lain maka proses pemisahan secara distilasi akan sukar dilakukan.
Pemisahan komponen yang mempunyai titik didih yang sangat dekat, sulit sekali
dilakukan dengan distilasi sederhana. Pemisahan komplek kemungkinan tidak dapat dipisahkan
karena formasi azeotrope, pada bagian sistem ini dapat dipisahkan dengan menambahkan
komponen ketiga untuk mengubah volalitas relatif komponen dan dipisahkan dengan
menggunakan distilasi azeotrope dan ekstraktif. Banyak variabel yang dapat mempengaruhi
distilasi, seperti laju alir, temperatur, tekanan operasi, volalitas masing-masing dari komponen
yang akan dipisahkan, luas permukaan kontak atau jenis packing, konsentrasi umpan atau rasio
refluk.
Pada proses distilasi batch, umpan dimasukkan ke dalam sebuah bejana kemudian
dipanaskan sampai mendidih, uap yang dihasilka merupakan distilat. Pada distilasi batch tidak
mempunyai tray dan biasanya dilakukan di laboratorium. Pada proses distilasi kontinu, umpan
dimasukkan secara kontinu ke dalam kolom distilasi pada plate tertentu dan biasanya distilasi
kontinu banyak digunakan untuk memisahkan komponen dengan perbedaan titik didih yang
tinggi.
Banyak variabel yang dapat mempengaruh proses distilasi, seperti laju alir, temperatur,
tekanan operasi, volatilitas masing – masing dari komponen yang akan dipisahkan, luas
permukaan kontak atau jenis packing, konsentrasi umpan dan ratio refluks.

1.2 Tujuan Percobaaan


Menentukan plate teoritis pada proses distilasi batch untuk perubahan konsentrasi
umpan dan perbedaan ratio refluks.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Distilasi
Unit operasi distilasi adalah salah satu metode untuk memisahkan komponen larutan
liquid, yang tergantung pada distribusi komponen yang bervariasi antara komponen fasa uap dan
fasa cair. Semua komponen terdapat dalam kedua fasa tersebut. Fasa uap terbentuk dari fasa cair
dengan vaporisasi pada titik didihnya.
Kebutuhan dasar untuk pemisahan komponen dengan distilasi yaitu komposisi uap yang
berbeda dengan komposisi liquid dalam kesetimbangan pada titik didih liquid. Distilasi
dipusatkan pada larutan yang semua komponennnya dapat menguap, seperti pada campuran
ammonia-air atau campuran etanol-air, dimana kedua komponen tersebut akan berubah menjadi
fasa uap .
(Geankoplis, 1993).
Dalam prakteknya, distilasi dibagi dalam dua metode dasar. Pertama, didasarkan pada
jumlah produksi uap dari proses pendidihan campuran zat cair untuk dipisahkan dan
dikondensasikan tanpa diikuti oleh zat cair tersebut, sehingga tidak terjadi refluk. Cara kedua,
didasarkan pada cairan yang kembali dari kondensat ke bejana dibawah kondisi tertentu sehingga
dalam proses kembalinya zat cair tersebut ke bejana, zat cair itu mengalami kontak dengan uap
yang bergerak ke kondensor. Kedua metode ini biasa diterapkan dalam proses secara continuoe
maupun secara batch (McCabe dkk., 1999).
2.1.1 Distilasi Dengan Refluks

Prinsip kerja rektifikasi (fraksionasi) atau distilasi dengan refluk terjadi bilamana umpan
dimasukkan ke dalam kolom (ke bagian tengah kolom), jika umpan berbentuk cairan, umpan
mengalir ke bagian bawah kolom melalui tray di dalamnya. Uap masuk ke tray dan berkontak
dengan cairan yang mengalir ke bawah kolom. Uap dan cairan yang meninggalkan tray berada
pada kesetimbangan. Dalam kasus ini konsentrasi dari komponen yang mudah
menguap meningkat di dalam fase uap yang bergerak ke bagian atas kolom dan menurun
pada fase cair yang bergerak ke bagian bawah kolom. Uap yang keluar pada bagian atas kolom
dikondensasi di dalam kondenser dan terbagi menjadi distilat, sebagian dari liquid yang keluar
dari kondenser dikembalikan ke bagian atas tray. Liquid yang keluar pada bagian bawah tray
masuk ke reboiler dimana cairan ini diuapkan dan dikembalikan ke tray paling bawah.
(Geankoplis, 1993).
Gambar 2.1 Aliran proses menara distilasi

2.2 Volatilitas Relatif pada Sistem Uap-Cair


Untuk diagram kesetimbangan campuran biner A dan B, jarak yang besar antara garis
kesetimbangan dan garis 45o, perbedaaan komposisi yang besar antara komposisi vapor yA dan
komposisi liquid xA. Maka, pemisahan lebih mudah dilakukan. Pengukuran secara numerik dari
pemisahan ini adalah volatilitas relatif aAB. Ini didefinisikan sebagai rasio konsentrasi A dalam
vapor terhadap konsentrasi A dalam liquid dibagi dengan rasio konsentrasi B dalam vapor
terhadap konsentrasi B dalam liquid.

(2.1)
dimana aAB adalah volatilitas relatif A terhadap sistem biner (Geankoplis, 1993).
2.3 Hukum Raoult
Unutk larutan ideal kesetimbangan tekanan parsial * pada temperatur tertentu sama
dengan tekanan uap ketika zat murni pada temperatur itu dan mol fraksinya dalam fasa cair.
Inilah Hukum Raoult untuk larutan ideal:
* = pAx (2.2)
Jika fasa uap juga ideal,
Pt = ¯p*A + ¯p*B = pAx + pB (1 – x) (2.3)
Dan total tekanan parsial adalah linear dalam arah x pada temperatur tertentu.
Kesetimbangan komposisi uap dapat dihitung pada temperatur ini.

y* = (2.4)

relatif volatilitas menjadi

a= (2.5)

2.4 Distilasi Batch


Distilasi batch, adalah proses pemisahan kuantitas spesifik, masuknya campuran liquid ke
dalam produk, digunakan secara ekstensif di dalam laboratorium dan dalam produksi skala kecil
yang harus dapat menangani beberapa campuran. Ketika komponen N di dalam umpan, satu
kolom batch akan mencukupi di mana N-1 kolom distilasi kontinu yang sederhana akan
dibutuhkan.
Bentuk sederhana distilasi batch terdiri dari boiler, condenser, dan satu atau lebih tangki
penampung. Tidak ada tray dan packing yang disediakan. Umpan diisi ke dalam vessel dan
dididihkan. Vapor dikondensasikan dan dikumpulkan di dalam penampung. Tidak ada refluk
yang dikembalikan.
Jika dimisalkan mol vapor adalah N, mol liquid di dalam boiler adalah M, fraksi mol
komponen yang dapat menguap di dalam liquid adalah x, dan fraksi mol komponen yang sama di
dalam vapor adalah y, persamaan kesetimbangan material adalah
(2.6)
Karena , disubstitusikan dan menjadi
(2.7)
Diintegralkan menjadi

(2.8)

dimana i adalah kondisi awal adan f adalah kondisi akhir liquid di dalam pot. Jika kesetimbangan
diasumsikan di antara liquid dan vapor, dapat ditentukan dengan menplotkan terhadap
x dan mengukur luas di bawah kurva antara batas dan . Jika campuran adalah sistem biner

yang volatile relative adalah konstan, persamaan volatile adalah

(2.9)

(Perry, 1997).
2.4.1 Distilasi Batch dengan Rektifikasi
Untuk mendapatkan produk dengan jarak komposisi yang sangat dekat, rektifikasi batch
masih digunakan yang terdiri dari boiler, kolom rektifikasi, dan kondensor, dan beberapa
peralatan pemisahan bagian dari uap yang dikondensasikan (destilat) sebagai refluk, dan satu
atau lebih penampung destilat. Temperatur destilat diatur untuk mengembalikan refluk pada
temperatur kolom yang dekat agar dapat identifikasi jumlah refluk dan untuk meningkatkan
operasi pada kolom. Subcooling heat exchanger digunakan untuk sisa destilat, dimana dikirim ke
penampung destilat. Kolom dapat dioperasikan pada tekanan yang dinaikkan atau vakum.
Operasi batch, liquid diisi ke dalam pot dan sistem pertama kali dilangsungkan pada keadaan
refluk total. Bagian kondensat atas kemudian ditarik secara kontinu sesuai dengan refluk yang
ditetapkan. Seluruh kolom dioperasikan sebagai bagian enriching (Perry, 1997).
2.5 Perhitungan Jumlah Stage Teoritis dengan Metode McCabe-Thiele
2.5.1 Refluk Minimum
Kegunaan metode untuk campuran biner memberikan analisa berdasarkan metode grafik
McCabe-Thiele. Untuk asumsi yang biasa pada kolom adiabatik dan aliran ekuimolal pada tray,
asumsi bahwa holdup liquid pada tray diabaikan, di dalam kolom, dan di dalam
kondensor(Perry,1997).
Langkah pertama perhitungan, rasio refluk minimum harus ditentukan. Pada Gambar 2.2,
titik D, menunjukkan destilat, pada garis diagonal karena total kondensor diasumsikan dan xD =
yD. Titik F menunjukkan kondisi awal pada still pot dengan koordinat xpi,ypi. Refluk minimum
ditunjukkan oleh slope pada garis DF,
(2.10)

dimana L adalah laju alir liquid dan V adalah laju alir uap, keduanya dalam mol/jam. Karena V =
L+D (dimana D adalah laju destilat) dan laju eksternal refluk R didefiniskan sebagai R=L/D,
maka
(2.11)
atau

(2.12)

2.5.2 Persamaan untuk Bagian Enriching


Bagian tower di atas aliran masuk umpan disebut enriching section, karena umpan yang
masuk adalah komponen biner A dan B ditambahkan pada bagian ini, maka destilat lebih banyak
dalam A dari pada dalam umpan. Tower dalam keadaan steady state.
Neraca massa diseluruh kolom yaitu umpan F mol/jam harus sama dengan destilat D
mol/jam ditambah dengan bottom W dalam mol/jam.
F=D+W (2.13)
Neraca massa total komponen A adalah
Fxf = Dxd + Wxw (2.14)
Uap dari atas tray memiliki komposisi y1 melewati kondensor, dimana dikondensasi agar hasil
liquid pada titik didihnya. Aliran refluk L mol/jam dan destilat D mol/jam memiliki komposisi
yang sama maka y1 = xd. Neraca massa komponen A
Vn+1 yn+1 = Lnxn + DxD (2.15)
Penyelesaian untuk yn+1, garis operasi bagian enriching adalah

(2.16)

Karena Vn+1=Ln+D, Ln/Vn+1 dan persamaan 2.16 menjadi


(2.17)

dimana R adalah R = Ln/D = rasio refluk = konstan. Stage teoritis ditentukan dengan dimulai
pada xD dan turun pada plate pertama ke x1. Kemudian y2 adalah komposisi uap yang melewati
liquid x1 (Geankoplis, 1993).

2.5.3 Persamaan untuk Bagian Stripping


Neraca massa untuk bagian stripping dari bagian tower dibawah aliran masuk umpan
adalah
Vm+1 ym+1 = Lm – W (2.18)
Neraca massa komponen A adalah
Vm+1 ym+1 = Lmxm – Wxw (2.19)
Penyelesaian untuk ym+1, garis operasi bagian stripping adalah

(2.20)

Karena, aliran ekuimolal diasumsikan, Lm = LN = konstan dan Vm+1 = VN = konstan, maka slope
Lm/Vm+1 (Geankoplis, 1993).

2.5.4 Pengaruh Kondisi Umpan


Kondisi aliran umpan F yang masuk ke tower menentukan hubungan antara uap Vm
dalam bagian stripping dan Vn dalam bagian enriching dan juga antara Lm dan Ln. Nilai q
menentukan kondisi termal umpan dan menghasilkan mol saturated liquid yang dibentuk dalam
feed stage per mol umpan. Nilai berikut untuk beberapa kondisi termal umpan yang mungkin.
Subcooled-liquid feed: q > 1
Saturated-liquid feed: q = 1
Partially flashed feed: 1 > q > 0
Saturated-vapor feed: q = 0
Superheated-vapor feed: q < 0
Nilai q untuk umpan dapat ditentukan dari

(2.21)
q dapat digunakan untuk memperoleh persamaan q-line untuk aliran umpan atau side stream. q
line adalah tempat dimana semua titik dari interseksi dua garis operasi, yang bertemu pada stage
aliran umpan atau side stream. interseksi harus terjadi sepanjang bagian q line antara kurva
kesetimbangan dan diagonal y = x (Perry, 1997).
Jika umpan yang masuk pada titik didihnya, maka q dapat ditulis dalam bentuk entalpi.

(2.22)

dimana HV adalah entalpi umpan pada dew point, HL adalah entalpi umpan pada titik didih
(bubble point), dan HF adalah entalpi umpan pada kondisi aliran masuk.
Dari definisi q, persamaan berikut memberikan
Lm = Ln + qF (2.23)
Vn = Vm + (1 – q)F (2.24)
Titk interseksi persamaan garis operasi enriching dan stripping pada plot xy dapat diperoleh
sebagai berikut
Vn y = Ln x + DxD (2.25)
Vm y = Lm x + WxW (2.26)
dimana nilai y dan x adalah titik interseksi dari dua garis operasi. Persamaan 2.26 dikurang
persamaan 2.25,
(Vm – Vn) y = (Lm – Ln) x - (DxD - WxW) (2.27)
Substitusi persamaan (2.14), (2.23) dan (2.24) ke dalam persamaan (2.27) maka

(2.28)

Persamaan ini adalah persamaan q-line dan merupakan tempat bertemunya interseksi dua garis
operasi (Geankoplis, 1993).

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan

Alat : Jumlah
1. Labu leher Dua 1 buah
2. Pipet tetes 1 buah
3. Gelas ukur 1000 ml 1 buah
4. Gelas kimia 200 ml 1 buah
5. Refluktometer 1 buah
6. Alumunium foil secukupnya
7. Piknometer 25 mL 1 buah
8. Bola hisap 1 buah
9. Pipet Volume 1 buah
Bahan :
1. Etanol 96%
2. Aquadest

3.2 Prosedur Percobaan


Sebelum memulai menyiapkan alat percobaan, dibuat dahulu kurva kalibrasi untuk kurva
standar pembanding kosentrasi alkohol yang diambil dari kolom destilasi. Kurva ini adalah kurva
yang menunjukan hubungan antara indeks bias dengan kosentrasi alkohol pada suhu 25 oC dan
tekanan 1 atmosfer.
1. Peralatan disusun seperti pada gambar terlampir.
2. Diisikan oli pada pemandian (bath) pemanas listrik dan tempatkan kembali pada bagian
bawah alat sedemikian sehingga labu pemanas tercelup hampir seluruhnya didalam oli
3. Diisikan alkohol kedalam labu pemanas sesuai dengan penugasan.
4. Selang-selang air pendingin dihubungkan dengan keran air, lalu dibuka keran air dan diatur alat
pengendali (kontrol) aliran air pendingin yang terletak pada kotak LRI. Pastikan bahwa air
mengalir pada outlet selang karet.
5. Semua kabel listrik dihubungkan pada alat-alat tersebut diatas dengan sumber harus listrik 220
Volt.
6. Diatur agar semua kondensat yang dihasilkan dikolom yang terletak diatas menara destilasi. Ini
berarti bahwa kita akan bekerja pada total refluk. Pengaturan dilakukan dengan menekan tombol
lampu pada alat TRKI yang bertyuliskan “close”. Pada alat TRKI terdapat tombol-tombol lampu
yang masing-masing disertai tulisan keadaan operasi dari valve selenoida yang ada pada bagian
atas menara destilasi. Disitu tercantum kata-kata “normal”, “close”, “open”, dan “active”.
7. Apabila sudah didapat kepastian bahwa air pendingin mengalir dengan baik, maka dimulailah
dengan mengeset pengendali suhu pada suhu 100 oC. Setelah itu dihidupkan pemanas listrik
dibagian bawah kolom destilasi dengan cara menekan tombol “operation” pada alat DS II.
8. Ditunggu beberapa saat sampai kondensat dari kodensor atas menetes memasuki kembali ruamg
destilasi (total refluk). Diamati suhu kodensat dengan melihat thermometer kondensat. Dibiarkan
operasi dengan total refluk
berjalan sekitar 10 menit, lalu diambil contoh alkohol dari labu pemanas dengan alat yang
tersedia (0.5 – 1.0 ml). Diukur indeks bias contoh tersebut dengan refluktometer. Dilakukan
pengambilan contoh sebanyak 3 kali @ 1 ml.
9. Setelah diambil contoh dilabu pemanas, lalu dilanjutkan dengan pengambilan contoh destilat 3 x
1 ml. Caranya adalah sebagai berikut :
Posisi selenoida dipindahkan pada posisi “open”, dengan menekan tombol dengan tulisan “open”
pada kotak alat TRKI. Destilat akan segera menuju ke penampung destilat berupa kolom gelas
dengan pembagian skala. Kran dibawah kolom gelas dibuka, destilat akan mengalir kelabu
penampung destilat. Keran ditutup kembali apabila jumlah destilat berjumlah sekitar 5 – 10
ml. Hubungan labu dengan kolom dilepaskan, lalu diambil contoh 3 x 1 ml dari labu destilat
yang dilepas tadi. Harga kosentrasi alkohol didalam labu pemanas dan didalam labu destilat
diambil harga kosentrasi rata-rata dari tiga contoh yang diambil. Langkah satu sampai dengan
langkah sembilan adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk mencari kosentrasi destilat dan
bottom produk pada kondisi total refluk

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengolahan Data


Tabel 4.1 Jumlah plate teoritis pada kolom distilasi untuk pencampuran etanol-air dengan XF = 0,55
Ratio
XD Xw q line Plate Teoritis
Refluk
1:3 0,78 0,44 2
1,096972
2: 3 0,85 0,55 2
2.2 Pembahasan
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan
kembali menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode yang digunakan untuk
memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan
tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Semua
komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui
penguapan (evaporasi) pada titik didihnya (Irawan, 2010).
Distilasi dibagi menjadi 5 jenis, diantaranya distilasi sederhana,
fraksionisasi(bertingkat),Azeotrop,uap dan vakum. Distilasi sederhana merupakan
teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan
titik didih yang jauh. Destilasi bertingkat adalah suatu proses destilasi berulang. Proses berulang
ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas beberapa plate dimana pada
setiap plat terjadi pengembunan. Distilasi Azeotrop yakni Memisahkan campuran azeotrop
(campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya
digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan
menggunakan tekanan tinggi. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk
destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap
air kedalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada
temperature yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. untuk distilasi vakum
merupakan pemisahan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode yang digunakan
adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik dididhnya
juga menjadi rendah (Warangare,dkk.2013)
Pada prinsip distilasi , pemisahan komponen-komponen dari campuran liquid melalui
distilasi tergantung pada perbedaan titik didih masing-masing komponen dan juga akan
bergantung pada konsentrasi komponen yang ada. Campuran liquid akan memiliki karakteristik
titik didih yang berbeda . Maka, proses distilasi bergantung pada tekanan uap campuran liquid
(Leily dkk,2009).
Dalam percobaan ini dilakukan pemisahan antara etanol dengan air menggunakan
destilasi batch (sederhana). Dimana titik didih etanol lebih rendah dibndingkan air, yakni 78c
Sedangkan titik didih air adalah 100c. Sehingga etanol merupakan liquid yang lebih volatil
akibatnya etanol lebih cepat menguap keatas dan menyebabkan perbedaan tekanan. Pada saat
pemanasan campuran umpan dalam labu yang diletakkan dibagian bawah kolom destilasi, uap
yang diletakkan naik keatas kolom dan dikondensasikan pada kondensor. Pada saat kondensasi,
uap berubah fase menjadi cair karena terjadi penyerapan panas larutan oleh pendingin pada
kondensor, cairan hasil kondensasi ini sebagian dikembalikkan kekolom sebagai refluk dan
sebagian menjadi produk distilat. Kondensat yang dikembali kekolom mengalami pengontakkan
dengan uap yang naik ke atas kolom dan uap ini dikondensasikan kembali dan seterusnya .
Kemurnian hasil distilat dipengaruhi oleh rasio refluks dan konsentrasi umpan. Semakin
besar rasio refluknya maka konsentrasi distilat yang diperoleh juga semakin besar. Pada
percobaan rasio refluk yang digunakan ialah 1:3 dan 2:3, dimana nilai xD yang diperoleh secara
berturut-turut ialah 0,78 dan 0,85.

2.2.1. Kurva Kalibrasi


Kurva kalibrasi merupakan hubungan kadar larutan kerja atau perubahan dengan hasil
pembacaan alat yang dinyatakan dengan garis lurus kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi juga dapat
diartikan sebagai kurva pembanding yang diperoleh dari persamaan garis regresi berdasarkan
data pengamatan, atau hasil percobaan.
Pada percobaan ini dilakukan percobaan indeks bias, indeks bias di defenisikan sebagai
perbandingan antara cepat rambatnya cahaya diudara denagn cepat rambatnya cahaya dimedium
tersebut. Pengukuran indeks bias menggunakan reflaktometer. Dari indeks bias ini akan
ditentukan nilai fraksi mol untuk umpan , produk distilat dan fraksi mol produk bawah.
Penentuan fraksi mol ini berdasarkan kecendrungan persamaan kurva kalibrasi . Hubungan
antara fraksi mol etanol terhadap indeks bias dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 terlihat hubungan berbanding lurus antara fraksi mol terhadap indeks bias ,
dimana seiring bertambahnya fraksi mol maka indeks bias juga bertambah. Kurva kalibrasi pada
distilasi ini digunakan untuk mendapatkan nilai indeks bias, sedangakan yang diperlukan adalah
fraksi mol. Berdasarkan kurva kalibrasi didapatkan persamaan linear y= 0,0278x +1,3024.
Dimana sumbu y merupakan indeks bias sedangkan sumbu x sebagai fraksi mol . Nilai R2 pada
kurva kalibrasi adalah 0,9747, dimana data yang didapatkan sudah mendekati garis linear.
Persamaan dari kurva kalibrasi yang didapat ini akan digunakan untuk menentukan fraksi mol
distilat dan produk bawah yang telah diketahui indeks biasnya.

2.2.2 Menghitung jumlah plate teoritis

Plate dirancang untuk membuat kontak antara uap dengan cairan. Zat yang cair disebut
mengalir melalui plate dan melewati weir ke downcomer menuju plate yang dibawah. Kontak
antara uap dengan zat cair berguna untuk menurunkan produknya ( Mccabe,1999).
Untuk menentukan banyaknya jumlah plate yang dibutuhkan yaitu dengan
mengamsusikan kondisinya equimolar flowrate, refluks yang konstan tidak ada energi yang
dibebaskan. Penentuan jumlah plate bisa menggunakan metode McCabe-Thiele yaitu dengan
menggambarkan grafik matematis untuk menentukan plate teoritis maupun banyaknya tahap
yang diperlukan untuk memisahkan campuran biner (Geankoplis,2003).
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan rasio refluk yang berbeda yaitu 1:3 dan 2:3
untuk reaksi mol umpan 0,65 mol/mol didapat jumlah plate teoritisnya adalah .... . untuk
perhitungan jumlah plate teoritis terlampir pada lampiran ......
2.2.3 Menentukan q-line
Penentuan garis q-line dilakukan dengan metode Mc cabe-Thiele . Jika nilai q>1 maka
umpan yang masuk berada pada fasa cair dan temperatur di bawah titik didihya, q=1 umpan yang
masuk berada pada fasa uap dan jika nilai q= 0 maka umpan yang masuk berada pada fasa uap
jenuh (McCabe,1999).
Dari hasil percobaan, nilai q yang diperoleh untuk fraksi mol umpan 0,65 mol/mol adalah
1,096972 dengan sudut sebesar 85. Nilai q yang diperoleh pada percobaan ini >1, maka kondisi
umpan masuk berada dibawah titik didihnya.

BAB V
KESIMPULAN

Dari uraian pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kurva kalibrasi yang digunakan untuk menentukan fraksi mol distilat dan produk bawah
diketahui indeks biasnya. Persamaan regresi linear yang didapat dari kurva kalibrasi adalah y =
0,0278x+1,3024 dengan R2 = 0,9747
2. Nilai q-line yang didapatkan untuk mengetahui kondisi umpan ketika masuk kolom adalah q=
1,096972. Sehingga kondisi umpan yang masuk ke kolom distilasi berada pada fase cair dan
dibawah titik didihnya.
3. Metode perhitungan Plate yang digunakan ialah metode Mc cabe – Thiele. Jumlah plate teoritis
yang didapat dari distilat dengan rasio yang berbeda yaitu 1:3 dan 2:3 dengan konsentrasi umpan
0,65 adalah
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C.J., 1993, Transport Processes and Unit Operation, Prentice Hall,
Inc., Singapore.

Geankoplis, C.J., 2003, Transport Processes and Unit Operation, 4th edition.
New Jersey Pearson Prentice Hall

Irawan, Bambang Dan Bakti Jos. “Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi
pada Berbagai Komposisi Pelarut” Jurnal Rekayasa Kimia Dan Proses ISSN: 1411-4216 (2010).
Eprints.Undip.Ac.Id/28049/1/C-30.Pdf (28 April 2015), h. 1-8.
Komariah, Leily, Nurul ; Ramdja,AF,leonard,Nicky.2009.Tinjaun Teoritis Perancangan kolom
Distilasi untuk Pra-Rencana Pabrik Skala industri. Jurnal Teknik Kimia, No.4 Vol 16

McCabe, W. L., Smith, J. C., dan Harriot, P., 1999, Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid 2,
diterjemahkan oleh Jasifi, E., Erlangga, Jakarta

Perry, R.H and Green, D., 1984, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 6th ed,
McGraw-Hill Book Co., Singapore.

Walangare, K. B. A., Lumenta, M. A. S., Wuwung, J. O., Sugiarso, B. A., (2013). Rancang bangun Alat
Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan Proses Distilasi Sederhana Menggunakan
Pemanas Elektrik. e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer UNSRAT, Manado

Anda mungkin juga menyukai