PENDAHULUAN
(% mol).
6. Menghitung neraca panas pada proses pengembunan untuk menghitung laju alir
1.2.1 Larutan
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau
lebih yang terdispersi sebagai molekul atau pun ion yang komposisinya
dapat bervariasi. Disebut homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam
meskipun dengan mikroskop ultra. Suatu larutan terdiri dari dua komponen
yang penting. Biasanya salah satu komponen yang mengandung jumlah zat
Pada umumnya larutan yang dimaksud adalah campuran yang berbentuk cair,
meskipun ada juga yang berfasa gas maupun padat. Larutan yang berbentuk gas
adalah udara yang merupakan campuran dari berbagai jenis gas seperti nitrogen dan
oksigen. Sedangkan yang berbentuk padat adalah emas 22 karat yang merupakan
campuran homogen dari emas dengan perak atau logam lain. Karena fasa larutan
dapat berbentuk padat, cair, dan gas, berarti ada sembilan kemungkinan jenis larutan.
Diantara jenis-jenis larutan ini yang penting adalah larutan gas dalam cair, cair dalam
1.2.2 Etanol
Etanol atau etil alkohol, merupakan cairan yang tidak berwarna, larut dalam
air, eter, aseton, benzen dan semua pelarut organik serta memiliki bau khas alkohol.
Etanol dapat dipandang sebagai turunan dari etana, C2H6, Dengan salah satu atom H
pada molekul dan menimbulkan ikatan hidrogen antara molekul. Sifat-sifat kimia dan
fisik etanol sangat tergantung pada gugus hidroksil. Studi spektroskopi inflamerah
Pada tekanan > 0,114 bar (11,5 kPa) etanol dan air dapat membentuk larutan
azeotrop. Pada keadaan atmosferik (1 atm) campuran ini terdiri dari etanol 95,57%
(massa) atau 97,3% (volume) atau 89,43% (mol), dan air 4,43% (massa) atau 2,7%
(volume) atau 10,57% (mol). Pada kondisi ini larutan mendidih pada temperatur
a. Kegunaan Etanol
beku, bahan bakar, dan senyawa antara untuk sintesis senyawa-senyawa organik
lainnya. Etanol sebagai pelarut banyak digunakan dalam industri farmasi, kosmetika,
terbesar etanol, disusul berturut oleh industri asam asetat, industri farmasi, kosmetika,
rumah sakit dan industri lainnya. Sebagai bahan baku, etanol digunakan untuk
pembuatan senyawa asetaldehit, butadiena, dietil eter, etil asetat, asam asetat, dan
sebagainya.
Etanol dapat digolongkan sebagai bahan yang dapat diperbarukan, karena dapat
dibuat dari bahan baku yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Etanol murni (100%)
dapat digunakan sebagai cairan pencampur pada bensin. Etanol mempunyai angka
oktan yang cukup tinggi, sehingga dapat digunakan untuk menaikan angka oktan
(Bailey, 1996).
1.2.3 Densitas
persatuan volume. Nilai massa jenis dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi
temperatur, kerapatan suatu zat semakin rendah karena molekul-molekul yang saling
bertambah, sehingga massa jenis dan volume suatu zat memiliki hubungan yang
keterangan:
1.2.4 Distilasi
larutan yang berbentuk cair atau gas dengan mendasarkan pada perbedaan titik didih
komponen yang ada di dalamnya. Dasar dari pemisahan dengan distilasi adalah jika
suatu campuran komponen diuapkan maka komposisi pada fase uap akan berbeda
dengan fase cairnya. Untuk komponen yang memiliki titik didih lebih rendah maka
akan didapatkan komposisi yang cenderung lebih besar pada fase uapnya, uap ini
diembunkan dan dididihkan kembali secara bertingkat–tingkat maka akan diperoleh
komposisi yang semakin murni pada salah satu komponen. Pada beberapa campuran
fase uapnya akan memiliki komposisi yang sama dengan fase cairnya, keadaan ini
disebut kondisi azeotrop, sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat dipisahkan
a. Macam-Macam Distilasi
Ada beberapa jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi
sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula
yang jauhatau dengan salah satu komponen bersifat volatil.Jika campuran dipanaskan
maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain
substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi
b. Distilasi Fraksionisasi
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini
juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C
dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi
jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-
fraksionasi. Dikolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang
berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin
c. Distilasi Uap
didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa
ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap
atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi
Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah
untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus,
minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari
tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran
dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas
d. Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak
didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi ini
tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya
aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada system distilasi ini.
e. Distilasi Ekstraktif
ekstraksi. Metode ekstraksi terjadi melalui pelarutan senyawa target pada pelarut
yang dapat memisahkan berdasarkan tipe molekul, dan dilain pihak metode distilasi
terjadi dengan pendidihan dan perubahan fase komponen menjadi gas. Walaupun
demikian, tipe distilasi ini tidak terlalu menguntungkan sehingga jarang digunakan
senyawa lain untuk mempermudah proses pemisahan. Dalam hal ini entrainer disebut
juga pelarut yang melakukan ekstraksi karena senyawa yang ditargetkan dapat larut
dengan baik dalam pelarut yang dipilih. Pelarut yang diberikan dimaksudkan untuk
mengubah volatilitas relatif salah satu komponen dan mengubah titik didih campuran.
Namun, berbeda dengan distilasi azeotropik, pelarut atau entrainer ini sebaiknya
sangat tidak volatil dan mempunyai interaksi spesifik dengan salah satu dari
komponen dengan baik. Dengan demikian, campuran yang menyatu dengan entrainer
ini akan menempati labu distilasi di bagian bawah karena massa jenis lebih besar
f. Distilasi Azeotropik
azeotropik karena sifat kimia yang berbeda dari komponen-komponen yang ada
dalam campuran. Dengan demikian, pemisahan bertahap dengan cara distilasi biasa
tidak menguntungkan. Biasanya hal ini diatasi dengan menambahkan sebuah senyawa
lain yang akan mengubah volatilitas relatif dari senyawa-senyawa dalam campuran
agar mudah dipisahkan. Senyawa-senyawa aditif ini biasa disebut sebagai "entrainer"
yang berupa senyawa-senyawa yang mengubah "sisa" dari proses distilasi pada
komposisi tertentu.
BAB II
METODOLOGI
2.1.1 Alat
d. Piknometer
e. Neraca
f. Termometer
g. Buret
h. Labu ukur 50 ml
2.1.2 Bahan
a. Etanol
b. Aquadest
jenisnya
2. Operasi Distilasi
0 1,3969 1,0323
20 8,9014 0,9960
40 19,3526 0,9643
60 34,1363 0,9263
80 56,9741 0,8735
96 88,4261 0,8179
Tabel 3.2 Data Operasi
(°C) (°C)
60 - 36 1015,52 36 40 30 0,9715
(%mol)
Bottom - 0 - 2027,5355
(g/menit)
Pada percobaan kali ini, larutan etanol-air 20% akan dipisahkan berdasarkan
titik didihnya dengan menggunakan metode destilasi tray column secara batch.
Destilasi tray column merupakan salah satu metode pemisahan zat dimana pemisahan
zat tersebut didasarkan pada titik didihnya. Alat ini berupa bejana vertikal dimana
cairan dan gas dikontakkan melalui plate-plate yang disebut sebagai tray. Fungsi dari
penggunaan tray adalah untuk memperbesar kontak antara cairan dan gas sehingga
komponen dapat dipisahkan sesuai dengan rapat jenisnya, dalam bentuk gas atau
cairan. Larutan etanol-air 20% sendiri merupakan zat yang dapat dipisahkan melalui
metode ini. Etanol-air memiliki perbedaan titik didih yang cukup besar dimana etanol
mendidih pada temperatur 78ºC sedangkan air mendidih pada temperatur 100ºC pada
tekanan 1 atm.
etanol-air. Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat
digunakan sebagai pedoman ataupun acuan untuk sampel tersebut pada percobaan.
larutan dengan densitasnya sehingga konsentrasi sampel nantinya yang berupa distilat
dan bottom dapat diketahui. Dari kurva standar, dapat dilihat bahwa semakin tinggi
konsentrasi dari etanol maka densitas dari larutan tersebut akan semakin mendekati
sekitar densitas etanol teoritis (0,7893 g/mL). Sebaliknya, dapat dilihat juga bahwa
semakin rendah konsentrasi dari etanol maka densitas dari larutan tersebut akan
1.2000
y = -0.0024x + 1.0186
R² = 0.979
1.0000
Densitas (g/mL)
0.8000
0.6000
0.4000
0.2000
0.0000
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Konsentrasi (%mol)
Konsentrasi dari feed, bottom, dan distilat dapat diketahui dari adanya kurva
standar. Dengan memplot densitas yang didapat dengan kurva standar yang ada, maka
konsentrasi masing masing titik dapat diketahui. Didapat konsentrasi feed, bottom,
dan distilat masing-masing adalah 9,1467 % mol, 29,250 % mol, dan -2,042 % mol.
Konsentrasi feed berada pada konsentrasi larutan etanol-air 20% karena memang
larutan yang digunakan sebagai umpan dalan proses destilasi. Konsentrasi bottom
berada dibawah 0 pada dasarnya tidak mungkin, namun hal ini dapat terjadi karena
adanya potensi error dalam pengukuran densitas yang dilakukan sehingga antara
pengukuran larutan sampel dan standar tidak terjadi kesesuaian. Konsentrasi distilat
berada pada konsentrasi larutan etanol-air 42,605 % vol, dimana seharusnya distilat
merupakan etanol murni karena merupakan hasil pemurnian dari proses distilasi.
Namun, hal ini menandakan bahwa distilat yang ada masih mengandung cukup
banyak air. Adanya kontaminan air pada distilat ini dapat disebabkan karena pada
saat pengoperasian, temperatur flask cenderung sangat tinggi yakni berada pada
sekitar titik didih air dikarenakan heater yang bermasalah dan tidak bisa diatur
temperaturnya. Hal ini menyebabkan zat yang teruapkan bukan hanya etanol saja,
melainkan juga sebagian air ikut teruapkan ke dalam penampung distilat. Akibatnya
produk yang dihasilkan dari proses destilasi ini belum sepenuhnya murni etanol
Jika dilihat dari perhitungan neraca massa total dan komponennya,, terlihat
juga hasil yang sama. Massa feed, bottom, dan distilat masing-masing adalah
2988,000 g, 2027,535 g, dan 959,780 g. Dengan massa komponen etanol pada feed,
bottom, dan distilat masing-masing adalah 1348,783 g, 0 g, dan 852, 381 g. Dimana
pada bottom tidak terdapat lagi etanol karena semua etanol sudah menguap.
fasauap dan fasa cair suatu campuran yang berada dalam keadaan setimbang. Titik
adalah campuran dari dua atau lebih cairan dalam sedemikian rupa sehingga
komponen yang tidak dapat diubah dengan distilasi sederhana dimana larutan etanol-
air termasuk dalam kategori itu. Titik azeotrop terletak pada perpotongan antara garis
kesetimbangan dan garis operasi yaitu pada titik 0.94:0.94. Titik azeotrop ini dapat
dapat menyerap molekul air yang lebih kecil daripada molekul alkohol.
1.2
1
fraksi uap etanol - air
0.8
Selayaknya alat destilasi lain, destilator tray column juga memiliki kondensor
yang berfungsi sebagai tempat perpindahan panas antara larutan dengan pendingin.
Media pendingin yang digunakan dalam percobaan ini air yang digunakan untuk
menurunkan temp
eratur zat yang teruapkan (etanol) sehingga berubah dari fase uap menjadi fase
cair dan tertampung di distilat. Pada destilasi tray column, akan terdapat 2 jenis panas
yaitu panas sensibel dan panas laten. Panas sensibel terjadi pada bagian luar pipa
kondensor dimana terjadi perpindahan panas secara konduksi dari pipa kecil bagian
dalam yg dialiri fluida panas ke pipa kecil bagian luar yang berkontak dengan fluida
dingin (air) yang kemudian panas mengalir secara konveksi ke seluruh bagian air.
Perpindahan panas ini ditandai dengan naiknya temperatur media pendingin (air)
seperti pada menit ke-20, temperatur masuk sebesar 24ºC, meningkat hingga 16ºC
pada temperatur keluaran menjadi 40ºC. Perpindahan panas ini hanya menyebabkan
peningkatan temperatur saja pada media. Sedangkan panas laten terjadi pada pipa
bagian dalam dimana zat yang teruapkan mengalir. Terjadi perubahan fase distilat
dari fase gas menjadi fase cair akibat perpindahan panas yang terjadi secara konveksi
pada bagian luar pipa kecil yang berkontak dengan air ke bagian dalam pipa kecil
yang berkontak dengan zat yang teruapkan yang kemudian berpindah secara konveksi
ke seluruh bagian fluida sehingga menyebabkan perubahan fase dari fase gas ke fase
cair dan tertampung sebagai distilat. Panas yang ditransfer memiliki besar yang sama
dengan panas yang diterima. Pada distilat energi tersebut digunakan untuk mengubah
fase sedangkan pada media pendingin digunakan untuk menaikkan temperatur. Pada
data terlihat, semakin lama waktu, maka perpindahan panas yang terjadi semakin
menurun. Ini dikarenakan semakin lama waktu, volume zat yang teruapkan semakin
sedikit sehingga energi yang diperlukan untuk mengubah fase pun akan semakin
berkurang. Akibatnya volume air pendingin pun semakin sedikit yang diperlukan
dibandingkan pada saat awal operasi. Hal ini juga ditandai dengan massa distilat yang
Dari kurva kesetimbangan yang ada, dapat diketahui jumlah tray minimum.
Jumlah tray minimum ini merupakan jumlah tray yang dibutuhkan sehingga dapat
menghasilkam etanol dengan fraksi mol sebesar 0.881. Pada percobaan ini tidak
didapatkan jumlah tray minimum adalah 5. Dimana feed masuk pada tray ke-3.
1.2
1
fraksi uap etanol - air
0.8
PENUTUP
1. Semakin tinggi konsentrasi dari etanol maka densitas dari larutan tersebut
rendah konsentrasi dari etanol maka densitas dari larutan tersebut akan
g, dan 959,780 g. Dengan massa komponen etanol pada feed, bottom, dan
4. Titik azeotrop yang didapat dari kurva kesetimbangan uap-cair terletak pada
perpotongan antara garis kesetimbangan dan garis operasi yaitu pada titik
0.94:0.94.
5. Pada destilasi tray column, akan terdapat 2 jenis panas yaitu panas sensibel
6. Jumlah tray minimum pada alat adalah 5 dimana feed masuk pada tray ke-3.
DAFTAR RUJUKAN
Abbassato, Tony Irwanto & Eko Aris Budiarto. (2007). Efisiensi Kolom Sieve Tray
Eistein Yazid, 2005, Kimia Fisika Untuk Paramedis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Logsdon, J.E., 1994, “Ethanol”, editor J.I Kroschwitz dan M.H. Grant, John Wiley &
Prisca, Violetta Effendi & Simon Bambang Widjanarko. (2014). Distilasi dan
Tipler, P.A. 1996. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Erlangga. Jakarta
LAMPIRAN
1. DENSITAS ETANOL-AIR 0%
Volume pikno = 5 mL
Volume Pikno
= (17,7329 g - 12,5717 g)
5 mL
= 1,0323 g/mL
Volume Etanol = 10 mL
Volume air = 40 mL
= 50 mL x 0,9960 g/mL
= 49,8 g
= 40 mL x 0,996232 g/mL
= 39,8492 g
= 49,8 g – 39,8492 g
= 9,9507 g
%Mol = molEthanol
x100%
molEthanol molAir
= 0,2163
x100%
0,2163 2,3138
= 8,9014%
B. PERHITUNGAN KONSENTRASI UMPAN, DESTILAT DAN BOTTOM
(% MOL)
1. UMPAN/FEED
y = -0,0024x + 1,0186
x = % mol etanol-air
y = densitas
y 1,0186
x =
0.0024
0,9960 1,0186
=
0.0024
= 9,4167%
2. DESTILAT
y = -0,0024x + 1,0186
x = % mol etanol-air
y = densitas
y 1,0186
x =
0.0024
0,9484 1,0186
=
0.0024
= 29,2500%
3. BOTTOM
y = -0,0024x + 1,0186
x = % mol etanol-air
y = densitas
y 1,0186
x =
0.0024
1,0235 1,0186
=
0.0024
= -2,0417%
C. NERACA MASSA TOTAL
1. MASSA UMPAN/FEED
= 2988,0 g
2. MASSA DESTILAT
= 959,7808 g
3. BOTTOM
= 2027,5535 g
F =D+B
2988,0 g = 2987,3343 g
D. NERACA MASSA KOMPONEN ETANOL TOTAL
molEthanolxBMEthanol
Xf
(molEthanolxBMEthanol) (molAirxBmAir )
9,4167 x46
Xf = 0,4514
(9,4167 x46) (29,2500 x18)
molEthanolxBMEthanol
Xd
(molEthanolxBMEthanol) (molAirxBmAir )
29,2500 x 46
Xd = 0,8881
(29,2500 x 46) (9,4167 x18)
molEthanolxBMEthanol
Xb
(molEthanolxBMEthanol) (molAirxBmAir )
0 x46
Xb =0
(0 x46) (100% x18)
4. NERACA MASSA TOTAL KOMPONEN ETANOL
1348,7832 = 852,3813
E. NERACA PANAS
Untuk t = 10 menit
= 349,0784 g
MassaEthanol 349,0784 g
Laju alir massa etanol = 34,9078 g / menit
waktu 10menit
𝜆 = 1000,4 J/g
Tin = 26oC
Tout = 40oC
Tout
cpdT
Tin
40
= 33,46 0,688.102 T 0,7604.105 T 2 3,59.109 T 3dT
26
= 471,7343 J/gmol
𝑇𝑜𝑢𝑡
Massa etanol x λ = mol air ∫𝑇𝑖𝑛 𝑐𝑝 𝑑𝑇
g J
34,9078 x1000,4
menit g gmol
molAir 74,0285
J menit
471,7343
gmol
= 1332,513 g/menit
= 801,069 g/menit