Anda di halaman 1dari 54

Tujuan Instruksional Khusus

Mampu mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R) terhadap komposisi etanol dalam distilat (XD) yang terbentuk selama 5 menit.

Membuat laporan praktikum secara tertulis dengan baik dan benar sesuai dengan format yang berlaku.

Pengertian Distilasi Distilasi adalah suatu metode operasi pemisahan suatu komponen dari campurannya yang didasarkan pada perbedaan titik didih atau tekanan uap murni masing-masing komponen dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah. Proses pemisahan pada operasi distilasi terjadi karena adanya perpindahan massa akibat kontak antar fasa uap dengan fasa cairannya. Jika kontak antarfasa dibiarkan berlangsung dalam waktu relative cukup, maka sistem akan dimungkinkan berada dalam keseimbangan fisis. Setelah keseimbangan fisistercapai, uap segera dipisahkan dari cairannya dan dikondensasikan membentuk embunan/ distilat. Dalam keadaan seimbangan terdapat beda komposisi antara fasa uap dengan fasa cairannya. Komposisi komponen ringan dalam fasa uap lebih besar disbanding komposisi komponen yang sama dalam fase cairannya. Dalam distilat banyak mengandung komponen dengan tekanan uap murni tinggi atau yang mempunyai titik didih rendah sedangkan komponen yang tekanan uap murninya rendah atau yang mempunyai titik didih tinggi sebagian besar terdapat dalam residu. Secara sederhana, proses distilasi dapat digambarkan sesuai dengan skema berikut ini :

Tahap Pencampuran

Tahap Pembentukan Keseimbangan

Tahap Pemisahan

Gambar 1 Skema proses distilasi Dalam bentuk lain, pengertian di atas dinyatakan sebagai berikut: (XA)D > (XA)W dan (XB)D < (XB)W Di mana XA;XB = Komposisi komponen A, B A; B = Komposisi yang mempunyai tekanan uap murni tinggi; rendah D W = Hasil puncak = distilat = Hasil bawah = waste = residu

Distilasi Batch Proses pemisahan secara distilasi dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu. Dalam operasi distilasi secara batch, sejumlah massa larutan umpan dimasukkan ke dalam labu distilasi kemudian dipanaskan. Selama proses distilasi berjalan, larutan akan menguap. Uap yang terbentuk akan segera meninggalkan labu distilasi untuk diembunkan. Dengan demikian, sejumlah komponen dalam umpan yang memiliki titik didih rendah akan terpisah lebih dahulu menjadi distilat.

Pada operasi distilasi batch, laju alir maupun komposisi umpan dan produk distilat berubahsetiap waktu selama operasi berlangsung. Proses pemisahan dengan metode distilasi batch digunakan untuk proses pemisahan berkapasitas kecil, misalnya dilakukan di laboratorium. Distilasi batch dapat dilakukan dalam suatu kolom yang tersusun dari sejumlah tumpukan packing yang dilengkapi dengan reboiler. Kolom distilasi batch dapat dipandang sebagai kolom yang tersusun dari enriching section karena sebelum operasi dimulai, sejumlah umpan dengan komposisi tertentu dimasukkan ke dalam reboiler. Distilasi Batch dengan Sistem Refluk Pada proses pemisahan secara distilasi, peningkatan efisiensi pemisahan dapat dilakukan dengan cara mengalirkan kembali sebagian produk hasil puncak dan/ atau hasil dasar, masuk kembali ke dalam kolom. Cara ini dikenal sebagai operasi distilasi dengan sistem refluk. Secara refluk dimaksudkan untuk memberi kesempatan cairan refluk dan/ atau uap refluk untuk mengadakan kontak ulang dengan fasa uap maupun fasa cairannya dalam kolom sehingga: 1. Secara total, waktu kontak antarfasa semakin lama 2. Perpindahan massa dan perpindahan panas akan terjadi kembali 3. Distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi di setiap fasa semakin uniform 4. Terwujudnya keseimbangan semakin didekati Peningkatan efisiensi pemisahan dapat ditinjau dari du sudut pandang: 1. Untuk mencapai kemurnian yang sama, jumlah stage ideal yang dibutuhkan semakin sedikit 2. Pada penggunaan jumlah stage ideal yang sama, kemurnian produk hasil pemisahan semakin tinggi Pengaruh Perbandingan Refluk terhadap komposisi distilat Perbandingan refluk adalah perbandingan antara uap yang terkondensasi dan dikembalikan sebagai cairan yang masuk ke dalam kolom dengan yang diambil sebagai distilat.

Berdasarkan pengertian tersebut, semakin besarnya perbandingan refluk (R) berarti cairan yang dikembalikan (L0) akan semakin banyak. Cairan itu akan mengalami kontak ulang lebih lanjut dengan fasa uap menuju puncak kolom. Terjadinya kontak ulang antar fasa akan menyebabkan terjadinya perpindahan panas dan massa secara simultan. Komponen yang lebih volatile lebih banyak terdapat dalam fasa uap dan keluar dari puncak kolom sebagai produk distilat.

xw

Xazeotrop = 0,94

Gambar 2. Hubungan refluk terhadap komposisi distilat. Dengan menggunakan alat kontak jenis apapun, produk hasil pemisahan campuran etanol-air secara distilasi tidak akan pernah mencapai komposisi azeotropnya. Komposisi maksimal distilat adalah 0,94. Meskipun demikian serendah rendah komposisi distilat tidak akan lebih kecil dari komposisi umpan masuk kolom (= yf). Dalam bentuk lain pernyataan tersebut dapat dituliskan sebagai: yf < xD < 0,94 Bahan dan Alat 1. Bahan yang digunakan untuk percobaan distilasi batch dengan sistim refluk antara lain: 1. Etanol absolut 2. Etanol teknis 3. Aquades

4. Alat yang digunakan untuk percobaan distilasi batch dengan sistim refluk antara lain: Satu unit alat distilasi batch dengan sistim refluk Gambar Alat Utama

Keterangan: 1. Pemanas listrik 2. tombol pengatur panas 3. kontak listrik 4. labu didih 5. thermometer 6. kolom distilasi 7. kondensator 8. kran pengatur refluk 9. kran pengatur distilasi 10. Penampung distilat 11. Kran pengeluaran distilat

Prosedur Percobaan A. Membuat kurva standar hubungan antara rE vs XE etanol- air pada berbagai komposisi

1. Membuat larutan 10% berat etanol dalam air dengan volume total 30 ml a. Hitung volume etanol absolute yang diperlukan dengan persamaan:

b. Ukur volume etanol absolute dengan volume etanol terhitung yang dibulatkan sampai satu angka desimal di belakang koma c. Tambahkan aquades ke dalam etanol absolut yang sudah diukur volumenya, hingga mencapai volume 30 ml 2. Tentukan densitas larutan 10% berat etanol dalam air 3. Ulangi langkah di atas untuk larutan 20% sampai 100% 4. Buat kurva hubungan massa jenis komponennya vs komposisi komponenny B. Menentukan kadar etanol teknis: 1. Tentukan densitas etanol teknis menggunakan picnometer 2. Plotkan data densitas etanol teknis pada kurva standar (rho)E vs XE 3. Baca dan catat kadar etanol teknis (XE) C. Membuat larutan umpan 0,3 fraksi mol etanol sebanyak 500 ml: 1. Hitung volume etanol dan volume aquades yang diperlukan untuk membuat larutan umpan dengan volume total 500 ml

2. Ukur volume etanol sesuai perhitungan 3. Tambahkan air hingga volume 500 ml

Tahap Operasi Distilasi 1. Mempersiapkan alat hingga siap dioperasikan

Periksa terhadap beberapa hal di antaranya adalah: Sambungan alat, pemanas, air, pendingin thermometer dan kran.

Tutup kran pengatur refluk dan kran pengeluaran distilat

2. Masukkan umpan yang telah dibuat pada labu didih 3. Hubungkan kontak listrik dengan sumber listrik AC dan set tombol pengatur panas pada posisi tertentu 4. Alirkan air pendingin melalui kondensor dan pendingin 5. Tunggu sampai uap terkondensasi dan cairan kembali ke kolom 6. Tunggu sampai keadaan steady yaitu sampai suhu uap dan suhu cairan relative konstan pada berbagai waktu 7. Atur kran pengatur refluk untuk mendapatkan refluk yang diinginkan 8. Buka kran pengeluaran distilat, tampung distilat yang keluar dan segera kembalikan distilat ke labu didih, hidupkan stop watch tutup kran panampung distilat 9. Lakukan operasi distilasi selama 5 menit 10. Cata refluk ratio setia 30 detik tanpa mengubah posisi kran 11. Tutup kran pengatur refluk tepat pada menit kelima, setelah stop watch dihidupkan 12. Buka kran pengeluaran distilat dan tampung distilatnya, ukur densitas distilat dengan picnometer 13. Masukkan kembali distilat yang dihasilkan ke dalam labu didih 14. Ulangi langkah 9 13 untuk perbandingan refluk yang lain Alat untuk mengekstrak (ekstraktor)

Pemisahan suatu senyawa dari campurannya atau lebih dikenal dengan istilah pemurnian dapat dilakukan dengan berbagai metoda. Metoda yang dapat ditempuh adalah metoda ekstraksi, distilasi, atau dengan kromatografi. Ektraksi merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan senyawa dari sistem campuran. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Prinsip dasar pemisahan ini adalah pemisahan senyawa yang memiliki perbedaan kelarutan pada dua pelarut yang berbeda. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat (a). sampel yang telah dibungkus dengan kertas saring ditempatkan pada tabung ektraktor (b). Bagian ujung atas (c) merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola. Ekstraktor soxhlet ini merupakan ektraktor kontinyu, pelarut pada labu (a) dipanaskan dan akan menguap, terkondensasi pada pendingin (c), selanjutnya pelarut akan masuk pada ektraktor (c). Apabila pelarut telah mencapai batas atas kapiler pelarut yang telah kontak dengan sampel akan masuk pada labu (a). Begitu seterusnya. 2. Alat untuk distilasi (distiler) Distilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih komponenkomponen yang ada di dalam campuran. Distilasi biasa dilakukan untuk pemisahan campuran yang memiliki perbedaan titik didih yang cukup besar. Sedangkan distilasi uap dilakukan untuk pemisahan campuran yang memiliki perbedaan tekanan uap jenuh yang cukup antara komponen-komponen yang ada pada campuran. Pada distilasi uap, uap yang digunakan biasanya berupa uap air. Selain itu distilasi juga dapat dilakukan pada tekanan di bawah tekanan atmosfer. Metode ini dikenal sebagai distilasi pengurangan tekanan. Distilasi pengurangan tekanan dilakukan apabila komponen akan mengalami dekomposisi pada titik didihnya. Bila selisih titik didih komponen-komponen yang ada pada campuran kecil maka komponen alat distilasi ditambah dengan kolom vigreux.

3. Alat untuk reflux Reaksi kimia kadang dapat berlangsung sempurna pada suhu di atas suhu kamar atau pada titik didih pelarut yang digunakan pada sistem reaksi. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi adalah seperangkat alat refluks. Beberapa alat refluks ditampilkan pada gambar di samping. Ada beberapa tipe alat refluks. Alat refluks paling sederhana [1] dilengkapi dengan labu alas bulat (a) dan pendingin Liebig (b), [2] seperangkat alat refluks dilengkapi dengan labu alas bulat (a), pendingin Liebig (b) dan corong pisah (c), [3] seperangkat alat refluks dilengkapi dengan labu alas bulat (a), pendingin Liebig (b), corong pisah (c), dan pengaduk atau termometer (d). 4. Penyaring buchner Penyaring Buchner digunakan untuk proses penyaringan yang tidak dapat dilakukan dengan penyaring biasa. Penyaringan biasa dilakukan dengan memanfaatkan gaya grafitasi, sedangkan pada penyaring buchner, filtrat dipisahkan dari sistem campuran dengan cara disedot atau divakum. 5. Tabung pengembang (chamber) Alat gelas ini digunakan pada percobaan kromatografi lapis tipis (KLT). Digunakan untuk tempat eluen (larutan pengembang) dan plat KLT yang telah dibubuhi (ditotol) sampel atau standar. Category: laboratorium Pengenalan alat gelas November 25, 2008 112 Comments Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan pada Praktikum Kimia Dasar. Gambar 1 menunjukkan contoh peralatan gelas laboratorium.

alat gelas lab Gambar 1. Peralatan gelas sederhana untuk praktikum kimia 1. Labu Takar Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran. 2. Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala. 3. Gelas Beker Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan. 4. Pengaduk Gelas

Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan. 5. Botol Pencuci Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran. 6. Corong Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya. 7. dan 8. Erlenmeyer Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan. 9. dan 10. Tabung Reaksi Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam jumlah sedikit. 11. Kuvet Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat. 12. dan 13. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.

14. Kaca Preparat 15. Kawat Kasa Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan alat pemanas/kompor listrik. 16. dan 22. Penjepit Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas. 17. Spatula Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau kristal. 18. Kertas Lakmus Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein (PP), methyl orange (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan. 19. Gelas Arloji Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang. 20. Cawan Porselein Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan. 21. Pipet Pasteur (Pipet Tetes) Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil. 23 dan 24. Sikat

Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung. 25. Pipet Ukur Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di bawah ini. Pipet ini memiliki skala. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut. 26. Pipet Gondok Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan. 27. Buret Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dank ran. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala. Category: Uncategorized Pengenalan bahan kimia November 25, 2008 50 Comments Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium. Sifat-sifat bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet (MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui internet. Pada tabel berikut disajikan sifat bahaya bahan berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia. Peraturan pada pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun (B3).

Bahan berdasarkan fasa : 1. Padat 2. Cair 3. gas Bahan berdasarkan kualitas 1. teknis 2. special grade : pro analyses (pa) 3. special grade : material referrences pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol) 1. Harmful (Berbahaya). Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan. 1. Toxic (beracun) Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit. 1. Corrosive (korosif) Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata. 1. Flammable (Mudah terbakar) Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga api listrik, dan lain-lain.

1. Explosive (mudah meledak) Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal) 1. Oxidator (Pengoksidasi) Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor) Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan titik didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin (Gambar 15.7). Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin (perhatikan Gambar 15.7), proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.

Gambar15.7. Alat destilasi sederhana Contoh dibawah ini merupakan teknik pemisahan dengan cara destilasi yang dipergunakan oleh industri. Pada skala industri, alcohol dihasilkan melalui proses fermentasi dari sisa nira (tebu) myang tidak dapat diproses menjadi gula pasir. Hasil fermentasi adalah alcohol dan tentunya masih bercampur secara homogen dengan air. Atas dasar perbedaan titik didih air (100 oC) dan titik didih alcohol (70oC), sehingga yang akan menguap terlebih dahulu adalah alcohol. Dengan menjaga destilasi maka hanya komponen alcohol saja yang akan menguap. Uap tersebut akan melalui pendingin dan akan kembali cair, proses destilasi alcohol merupakan destilasi yang sederhana, dan mempergunakan alat seperti pada Gambar 15.7.

Gambar 15.7 Destilasi yang dilakukan secara bertahap dari minyak bumi Proses pemisahan yang lebih komplek terjadi pada minyak bumi. Dalam minyak bumi banyak terdapat campuran (lihat Bab 10). Atas dasar perbedaan titik didihnya, maka dapat dipisahkan kelompok-kelompok produk dari minyak bumi. Proses pemanasan dilakukan pada suhu cukp tinggi, berdasarkan perbedaan titik didih dan system pendingin maka kita dapat pisahkan beberapa kelompok minyak bumi. Proses ini dikenal dengan destilasi fraksi, dimana terjadi pemisahan-fraksi-fraksi dari bahan bakar lihat Gambar 15.7. proses pemisahan minyak bumi.

Destilasi Destilasi adalah suatu metode operasi yang digunakan pada proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan panas sebagai tenaga pemisah dan antara komponen tersebut mempunyai perbedaan titik didih yang cukup besar. (MC. Cabe :24) Pada praktikum destilasi yang dilakukan merupakan destilasi batch dengan bahan (sebagai feed) adalah ethanol dan air, dimana ethanol dan air mempunyai perbedaan titik didih yang cukup besar, sehingga mudah dipisahkan dengan proses destilasi. komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Dalam hal ini titik didih ethanol 780C dan titik didih air 1000C. Sehingga ethanol akan menguap terlebih dahulu dan akhirnya campuran ethanol dan air akan dapat dipisahkan. Macam macam destilasi berdasarkan tekanan a. Destilasi atmosferik Destilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan fraksi yang terkandung dari komponen yang akan dipisahkan pada tekanan atmosfer. Dari pemanasan awal suhu tidak boleh terlalu tinggi. b. Destilasi vacum Destilasi vacum bertujuan untuk memisahkan fraksi destilat dengan bottom dari destilasi atmosferil yang dilanjutkan dengan destilasi vacm, dimana destilasi ini beroperasi pada tekanan hampa/lebih rendah dari 1 atm. Dengan membuat operasi vacum, maka titik didih dari fraksi berat akan turun karena titik didih suatu zat makin rendah, jika tekanan berkurang dan makin tinggi jika tekanan dinaikan. c. Destilasi tekanan tinggi Destilasi tekanan tinggi merupakan proses pemisahan komponen dari campurannya dengan menggunakan panas / steam sebagai tenaga pemisah, dimana tenaga yang digunakan adalah tekanan tinggi. Destilasi

Distilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai pemisah atau separating agent. Jika larutan yang terdiri dari dua buah komponen yang

cukup mudah menguap, misalnya larutan benzena-toluena, larutan n-Heptan dan n-Heksan dan larutan lain yang sejenis didihkan, maka fase uap yang terbentuk akan mengandung komponen yang lebih menguap dalam jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan fase cair. Jadi ada perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini merupakan syarat utama supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan. Kalau komposisi fase uap sama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan dengan jalan distilasi tidak dapat dilakukan. Proses distilasi dalam kilang minyak bumi merupakan proses pengolahan secara fisika yang primer yang mengawali semua proses-proses yang diperlukan untuk memproduksi BBM dan Non-BBM. Proses distilasi ini dapat menggunakan satu kolom atau lebih menara distilasi, misalnya residu dari menara distilasi dialirkan ke menara distilasi hampa atau ke menara distilasi bertekanan. Secara fundamental semua proses-proses distilasi dalam kilang minyak bumi adalah sama. Semua proses distilasi memerlukan beberapa peralatan yang penting seperti: - Kondensor dan Cooler - Menara Fraksionasi - Kolom Stripping Proses pemisahan secara distilasi dengan mudah dapat dilakukan terhadap campuran, dimana antara komponen satu dengan komponen yang lain terdapat dalam campuran : a. Dalam keadaan standar berupa cairan, saling melarutkan menjadi campuran homogen. b. Mempunyai sifat penguapan relatif () cukup besar. c. Tidak membentuk cairan azeotrop. Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa cairannya (dalam waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa cairan akan berada dalam keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi distilat dan residu. Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu pemisahan. Sehingga kalau uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan secara berulang-ulang, maka akhirnya akan diperoleh komponen-komponen dalam keadaan yang relatif murni.

Keseimbangan Uap Cair Untuk dapat menyelesaikan soal-soal distilasi harus tersedia data-data keseimbangan uap-cair sistim yang dikenakan distilasi. Data keseimbangan uap-cair dapat berupa tabel atau diagram. Tiga macam diagram keseimbangan yang akan dibicarakan, yaitu: Diagram Titik didih. Diagram titik didih adalah diagram yang menyatakan hubungn antara temperatur atau titik didih dengan komposisi uap dan cairan yang berkeseimbangan. Di dalam diagram titik didih tersebut terdapat dua buah kurva, yaitu kurva cair jenuh dan uap jenuh. Kedua kurva ini membagi daerah didalam diagram menjadi 3 bagian, yaitu : - Daerah satu fase yaitu daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair jenuh. - Daerah satu fase yaitu daerah yang terletak datas kurva uap jenuh. - Daerah dua fase yaitu daerah uap jenuh dan cair jenuh yang terletak di antara kurva cair jenuh dan kurva uap jenuh.

Diagram Keseimbangan uap-cair Diagram keseimbangan uap-cair adalah diagram yang menyatakan hubungan keseimbangan antara komposisi uap dengan komposisi cairan. Diagram keseimbangan uapcair dengan mudah dapat digambar, jika tersedia titik didihnya.

Diagram Entapi-komposisi Diagram entalpi-komposisi adalah diagram yang menyatakan hubungan antara entalpi dengan komposisi sesuatu sistim pada tekanan tertentu. Didalam diagram tersebut terdapat dua buah kurva yaitu kurva cair jenuh dan kurva uap jenuh. Setiap titik pada kurva cair jenuh dihubungkan dengan gari hubung tie line dengan titik tertentu pada kurva uap jenuh, dimana titik-titik tersebut dalam keadaan keseimbangan. Dengan adanya kedua kurva tersebut, daerah didalam diagram terbagi menjadi 3 daerah, yaitu Daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair jenuh. Daerah uap yang terletak diatas kurva uap jenuh.

Daerah cair dan uap yang terletak diantara kurva cair jenuh dengan kurva uap jenuh Dibawah kurva cair jenuh terdapat isoterm-isoterm yang menunjukkan entalpi cairan pada berbagai macam komposisi pada berbagai temperatur.

2.2 Macam-macam Distilasi Distilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Distilasi kontinyu 2. Distilasi batch Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menajdi tiga, yaitu: 1. Distilasi atmosferis (0,4-5,5 atm mutlak) 2. Distilasi vakum ( 300 mmHg pada bagian atas kolom) 3. Distilasi tekanan ( 80 psia pada bagian atas kolom)

Berdasarkan komponen penyusunnya: 1. Distilasi sistem biner 2. Distilasi sitem multi komponen

Berdasarkan sistem operasinya terbagi dua, yaitu: 1. Single-stage Distillation 2. Multi stage Distillation

Distilasi Vakum Distilasi vakum adalah distilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm (300 mmHg absolut). Distilasi yang dilakukan dalam tekanan operasi ini biasanya karena beberapa alasan yaitu : a. Sifat penguapan relatif antar komponen biasanya meningkat seiring dengan menurunnya boiling temperature. Sifat penguapan relatif yang meningkat memudahkan terjadinya proses separasi sehingga jumlah stage teoritis yang dibutuhkan berkurang. Jika jumlah stage teoritis konstan, rasio refluks yang diperlukan untuk proses separasi yang sama dapat dikurangi. Jika kedua variabel di atas konstan maka kemurnian produk yang dihasilkan akan meningkat.

b.

Distilasi pada temperatur rendah dilakukan ketika mengolah produk yang sensitif terhadap variabel temperatur. Temperatur bagian bawah yang rendah menghasilkan beberapa reaksi yang tidak diinginkan seperti dekomposisi produk, polimerisasi, dan penghilangan warna.

c.

Proses pemisahan dapat dilakukan terhadap komponen dengan tekanan uap yang sangat rendah atau komponen dengan ikatan yang dapat terputus pada titik didihnya.

d.

Reboiler dengan temperatur yang rendah yang menggunakan sumber energi dengan harga yang lebih murah seperti steam dengan tekanan rendah atau air panas.

Distilasi Multikomponen Perhitungan distilasi multikomponen lebih rumit dibandingkan dengan perhitungan distilasi biner karena tidak adapat digunakan secara grafis. Dasar perhitungannya adalah penyelesaian persamaan-persamaan neraca massa, neraca energi dan kesetimbangan secara simultan. Bila distilasi melibatkan C komponen dengan N buah tahap kesetimbangan maka jumlah persamaan yang terlibat dalam perhitungan adalah N C persamaan neraca massa, N C relasi kesetimbangan dan N persamaan neraca energi.

Perhitungan distilasi multikomponen dilakukan dengan 2 tahap : 1. Perhitungan awal, dilakukan dengan metode pintas (Shortcut Calculation) Perhitungan awal digunakan untuk analisis kualitatif dari suatu kolom distilasi atau perhitungan awal rancangan dengan tujuan : a. b. c. d. e. f. Memperkirakan komposisi produk atas dan bawah Tekanan sistem Jumlah tahap kesetimbangan Lokasi umpan masuk Metode sederhana dengan kalkulator Metode MESH dengan program komputer

Single-stage Distillation

Single-stage Distillation biasa juga disebut dengan flash vaporization atau equilibrium distillation, dimana campuran cairan diuapkan secara parsial. Pada keadaan setimbang, uap yang dihasilkan bercampur dengan cairan yang tersisa, namun pada akhirnya uap tersebut akan dipisahkan dari kolom seperti juga fase cair yang tersisa. Distilasi jenis ini dapat dilakukan dalam kondisi batch maupun kontinyu.

2.3 Tray Tower Tray tower merupakan bejana vertikal dimana cairan dan gas dikontakkan melalui plate-plate yang disebut sebagai tray. Fungsi dari penggunaan tray adalah untuk memperbesar kontak antara cairan dan gas sehingga komponen dapat dipisahkan sesuai dengan rapat jenisnya, dalam bentuk gas atau cairan. Jumlah tahapan atau tray dalam suatu kolom tergantung pada tingginya kesulitan pemisahan zat yang akan dilakukan dan juga ditentukan berdasarkan perhitungan neraca massa dan kesetimbangan. Efisiensi tray dan jumlah tray yang sebenarnya ditentukan oleh desain yang digunakan dan kondisi operasi, sedangkan diameter kolom bergantung pada jumlah gas dan cairan yang melewati kolom per unit waktu. Untuk mendapatkan produk yang baik diperlukan alat kontak antara uap dengan cairan. Beberapa jenis alat kontak antara uap dengan cairan adalah bubble cap tray, grid tray, sieve tray dan valve tray.

Sieve Tray Sieve tray merupakan jenis tray yang paling sederhana dibandingkan jenis tray yang lain dan lebih murah daripada jenis bubble cap. Pada Sieve tray uap naik ke atas melalui lubang-lubang pada plate dan terdispersi dalam cairan sepanjang plate. Cairan mengalir turun ke plate di bawahnya melalui down comer dan weir. Meskipun sive tray mempunyai kapasitas yang lebih besar pada kondisi operasi yang sama dibandingkan dengan bubble cap, namun sieve tray mempunyai satu kekurangan yang cukup serius pada kecepatan uap yang relatif lebih rendah dibandingkan pada kondisi operasi normal. Pada sieve tray, aliran uap berfungsi mencegah cairan mengalir bebas ke bawah melalui lubang-lubang, tiap plate di desain mempunyai kecepatan uap minimum yang mencegah terjadinya peristiwa dumps atau shower yaitu suatu peristiwa dimana cairan mengalir bebas mengalir ke bawah melalui lubang-lubang pada plate. Kecepatan uap minimum ini yang harus amat sangat diperhatikan dalam mendesain sieve tray dan menjadi kesulitan tersendiri dalam kondisi operasi sesungguhnya.Efisiensi

sieve tray sama besarnya dengan bubble cap pada kondisi desain yang sama, namun menurun jika kapasitasnya berkurang di bawah 60% dari desain. Sectional construction Seksi plate dipasang pada cincin yang dilas di sekeliling dinding kolom bagian dalam dan pada balok-balok penyangga. Lebar balok penyangga dan cincin sekitar 50 mm, dengan jarak antar satu balok dengan yang lainnya sekitar 0.6 m. Balok penyangga dipasang horizontal sebagai penyangga plate, biasanya di bentuk dari lembaran yang dilipat atau dibentuk. Satu bagian dari plate di desain bisa di pindahkan yang berfungsi sebagai manway. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah manway yang dapat mengurangi biaya konstruksi.

Downcomers Downcomer terdapat pada semua equilibrium-stage trays, bertujuan sebagai media cairan untuk mengalir dari tray atas ke tray di bawahnya. Downcomer di desain untuk menyediakan kapasitas penanganan cairan yang cukup untuk kolom distilasi dan pada waktu yang sama untuk memenuhi luas minimum dari area cross-sectional, sehingga area aktif dari pada tray akan maksimum. Jenis-jenis downcomer dapat dilihat pada gambar di bawah ini.Merupakan jenis yang paling sederhana dan murah dalam konstruksi dan paling memuaskan untuk berbagai macam tujuan. Channel downcomer dibentuk dari plat rata yang kemudian disebut apron yang dipasang dengan posisi ke bawah dari outlet weir. Apron biasanya vertikal, namun bisa juga agak miring untuk meningkatkan area plate untuk perforation.

Flooding Flooding terjadi jika busa pada plate berakumulasi melebihi penyangga downcomer. Downcomer kemudian mengandung campuran yang mempunyai densitas yang lebih rendah dari cairan murni, kapasitasnya berkurang, level cairan meningkat pada downcomer sampai akhirnya mencapai tray di atasnya dan selanjutnya akan mencapai keadaan dimana cairan memenuhi kolom

Weep Point. Weep point bisa diartikan sebagai kecepatan minimum uap yang dapat memberikan kestabilan kondisi operasi.

Tray spacing Tray spacing merupakan jarak antara satu tray dengan tray yang lainnya. Biasanya sekitar 6 inci lebih pendek dari bubble cap tray. Sieve tray beroperasi pada spacing sekitar 9 inci sampai 3 inci. Yang biasa digunakan adalah sekitar 12-16 inci.

Hole Size, arrangement and Spacing Diameter lubang dan pengaturannya bervariasi tergantung kebutuhan dan keinginan dari yang mendesain. Yang biasa dipakai untuk kegiatan komersil yaitu diameter dan 1 inci. Diameter lubang direkomendasikan untuk self cleaning yaitu 3/16 inci. Diameter inci bisa digunakan untuk berbagai macam kebutuhan termasuk yang melibatkan fouling dan cairan yang mengandung solid tanpa kehilangan efisiensi. Diameter 1/8 inci sering digunakan untuk kondisi vakum Pengaturan posisi lubang atau arrangement bisa berupa triangular pitch (segitiga) atau square pitch (segiempat), lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.Jika jarak antar lubang dua kali diameter maka cenderung akan mengalami unstable operation. Jarak lubang yang direkomendasikan adalah 2.5 do sampai 5 do, dan yang paling direkomendasikan 3.8 do.

Active Hole Area Ialah luasan total pada plate termasuk di dalamnya ialah perforated area dan calming zone.

Perforated Area erforated area atau hole area ialah area pada plate dimana masih terdapat lubanglubang tempat kontaknya cairan dan uap.

Calming Zone Ialah area pada plate yang tidak terdapat lubang-lubang.

Height of Liquid Over Outlet Weir Batas minimum tinggi weir adalah 0.5 inci, dengan 1-3 inci yang paling direkomendasikan. Untuk lebih jelasnya biasa dilihat pada gambar di bawah ini. Untuk menentukan jumlah tahap yang dibutuhkan pada distilasi multi komponene

diperlukan dua kunci, yaitu Light Key Component (LK) dan Heavy Key Component (HK) komponen. Light Key Component adalah komponen fraksi ringan pada produk bawah dalam jumlah kecil tapi tidak dapat diabaikan. Heavy Key Component adalah komponen fraksi berat pada produk atas dalam jumlah kecil yang tidak dapat diabaikan. LK dan HK diperlukan untuk mengetahui distribusi komponen lain. Jumlah tahap yang diperlukan untuk pemisahan juga tergantung pada rasio refluks (perbandingan refluks) yang digunakan. Dengan menaikkan reflux akan menurunkan jumlah tahap yang dibutuhkan dan menurunkan capital cost tetapi hal ini akan menaikkan kebutuhan steam serta operating cost. Sehingga diperlukan nilai rasio optimum yang memberikan biaya operasi yang rendah. Untuk mendapatkan beberapa sistem nilai rasio optimum antara 1,2 sampai 1,5 kali refluks minimum.

Efisiensi Tray Efisiensi tray adalah pendekatan fraksional terhadap kondisi kesetimbangan yang dihasilkan oleh tray aktual. Untuk itu dibutuhkan pengukuran terhadap kesetimbangan seluruh uap dan cairan yang berasal dari tray, namun karena kondisi dari beberapa lokasi pada tray berbeda antara tray sartu dengan yang lain, digunakan pendekatan titik efisiensi akibat perpindahan massa tray

Untuk menghitung efisiensi dari pemisahan umpan menjadi produk atas dan produk bawah digunakan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah plate minimum dengan metode Fenske. 2. Menetukan jumlah refluk minimum dengan metode Underwood. 3. Menentukan jumlah plate teoritis dengan metode:

Ekstraksi padat-cair Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen zat padat atau zat cair dengan menggunakan bantuan pelarut. Ekstraksi ada 2 macam, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat-cair didefinisikan sebagai operasi pemisahan zat padat yang dapat larut melalui kontak dengan pelarut. Setelah terjadi kontak padatan dengan pelarut maka perbedaan konsentrasi aktivitas kimia solute di dalam fasa padatan dengan fasa pelarut menjadi gaya pendorong berlangsungnya perpindahan massa solute dari fasa padatan ke fasa pelarut.

Ekstraksi padat-cair merupakan operasi yang melibatkan perpindahan massa antar fasa. Perbedaan aktivitas kimia antara fasa padatan dan fasa pelarut mencerminkan sebarapa jauh sistem berada dari kesetimbangan, sehingga akan menentukan pula laju solut antar fasa. Kesetimbangan fasa dalam sistem padatan solute pelarut ini mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Pada kondisi termodinamika tertentu (P,T tertentu) terdapat hubungan kesetimbangan yang dapat digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan. 2. Pada sistem yang telah setimbang tidak terjadi difusi netto komponen-komponen diantara kedua fasa. Ini berarti laju difusi dari fasa padatan ke fasa pelarut sama dengan laju difusi dari fasa pelarut ke fasa padatan. 3. Untuk sistem yang belum tercapai kesetimbangannya, difusi komponen-komponen mendorong sistem menuju kesetimbangan. Secara mikroskopik proses difusi antara fasa sering dapat diwakili oleh teori dua film Whitman. Asumsi yang diterapkan dalam metode ini adalah : 1. Hambatan perpindahan massa hanya terdapat dalam masing-masing fasa. Ini berarti bahwa di dalam setiap fasa terbentuk gradien konsentrasi. 2. Pada antar muka fasa terjadi kesetimbangan secara seketika. Laju perpindahan massa solut dari fasa padatan ke fasa pelarut dinyatakan dengan persamaan fick berikut ini : NA = KS (XAS XAI) = ] massa / (luas x waktu) = KL (XAI XAL) berdasarkan kekekalan massa. dengan : NA = fluks komponen A KS = koefisien difusi pada fasa padatan KL = koefisien solut A pada fasa pelarut XAI, XAL, XAS : konsentrasi solut A pada fasa padatan, antar fasa dan fasa pelarut. Dari hitungan di atas dapat diketahui bahwa laju perpindahan massa dipercepat dengan peningkatan koefisien difusi dan/atau beda konsentrasi diantara kedua fasa(sebagai suku gaya pendorong fasa). Keberhasilan proses ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh persiapan umpan, langkahlangkah persiapan padatan, karakteristik padatan serta tujuan dan kendala proses yang berlaku.

a. Pada beberapa kasus dijumpai solut yang dilengkapi matrik padatan tak larut untuk mempermudah kontak solute dengan padatan. Pelarutan dilakukan dengan penggilingan padatan, sehingga solute yang semula ditangkap oleh padatan. b. Pengaruh temperatur Pada umumnya temperatur yang lebih tinggi akan lebih menguntungkan sebagian proses ekstraksi padat cair, karena akan meningkatkan harga difusivitas perpindahan massa sebagai perpindahan solute, kelarutan solute dan pelarut. Ada dua jenis ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon. Prinsip kerja ekstraktor Butt mirip dengan ekstraktor Soxhlet. Namun pada ekstraktor Butt, uap pelarut naik ke kondensor melalui annulus di antara selongsong dan dinding dalam tabung Butt. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong langsung lalu keluar dan masuk kembali ke dalam labu didih tanpa efek sifon. Hal ini menyebabkan ekstraksi Butt berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan (rapid). Selain itu ekstraksinya juga lebih merata. Ekstraktor Butt dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet. Hal-hal yang berpengaruh dalam ekstraksi : 1. Jenis Pelarut

Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Pelarut organik sangat cepat menguap sehingga cepat terjadi sirkulasi uap dan perolehan minyak akan semakin rendah, disamping itu titik didih lebih rendah akan mempermudah proses pemisahan. 2. Volume pelarut

Volume pelarut yang kecil/sedikit akan menghasilkan minyak yang sedikit karena kontak antar uap pelerut dengan sampel sedikit sekali dan sebaliknya. 3. Temperatur

Temperatur yang tinggi akan meningkatkan harga difusi massa sehingga perpindahan solute ke pelarut juga meningkatkan harga difusi massa.

4.

Ukuran partikel

Semakin halus ukuran partikel maka akan semakin mudah dalam mendapatkan minyak tetapi akan mempengaruhi terhadap warna minyak yang dihasilkan. Partikel yang terlalu halus akan mempersulit keluarnya minyak, karena kontak dengan pelarut kecil. 5. Pengadukan Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara pelarut dengan solut. 6. Lama waktu

Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan mjinyak yang lebih banyak, karena sirkulasi uap akan semakin sering kontak antara solut dengan pelarut lebih lama. Beberapa pelarut yang bisa digunakan : 1. Ethanol BM 46 gr/mol (C2H5OH)

Titik didih 78,5 C


BJ 0,789 gr/mol Merupakan cairan yang tidak berwarna, berbau spesifik, warna nyala kuning 2. Benzena BM 78 gr/mol Tidak berwarna 3. Air (H2O) BM 18 gr/mol Pelarut universal, karena mudah menguap dalam keadaan murni, tidak berbau, tidak beracun, tidak berwarna, netral dan pada kondisi kamar berwujud cair. 4. Heksana (C6H6) BM 86 gr/mol 5. Eter (R O R) Rumus : C2H5OC2H5 BM : 74 gr/mol Titik didih : 34,5 C Cairan encer tidak berwarna, jernih, mudah menguap Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh: Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.

Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dengan bahan ekstraksi. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan ekstraksi. Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik. Metode-metode yang digunakan dalam pengambilan minyak atu ekstraksi: a. Maserasi adalah proses pemisahan komponen dengan merendam zat padat dengan pelarut, kemudian dipanaskan. b. Sokletasi adalah pemisahan komponen dengan mengalirkan cairan pelarut secara terusmenerus. c. Pemisahan adalah proses pemisahan yang dilakukan pada bahan yang memiliki kadar minyak yang tinggi. d. Perkolasi adalah proses pemisahan komponen dengan mengalirkan uap pelarut secara terusmenerus. Beberapa metode perpindahan massa yang banyak digunakan : 1. Destilasi adalah pemisahan komponen berdasarkan titik didih air atau pelarut lain, atau dengan kata lain adalah proses pemisahn uap dengan cairan dimana komponen yang dipisahkan mempunyai perbedaan titik didih yang jauh. 2. Absorbsi adalah proses pemisahan dengan jalan menyerap antara uap cair dengan gas. 3. Dehumidifikasi adalah penguapan kelembaban antara gas dan cair. 4. Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen yang diekstrak dengan menggunakan pelarut. 5. Kristalisasi adalah proses pemisahan antara cairan induk dengan kristal. Berdasarkan pengoperasian desain peralatan proses ekstraksi padat-cair dikelompokkan : a. Operasi tidak lunak golongan ini mencakup desainp-desain dimana padatan dan pelarut dikontakkan secara batch. b. Operasi lunak adalah desain-desain dimana aliran padatan dan aliran pelarut mengalami kontak yang berkesinambungan, baik dengan arah yang sama atau berlawanan.

2.2 Minyak atsiri Minyak atsiri atau minyak esteris adalah minyak mudah menguap yang diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan uap. Defenisi ini dimaksudkan untuk membedakan minyak/lemak dengan minyak atsiri yang berbeda dari tanaman penghasilnya. Susunan kimia senyawa minyak atsiri adalah : 1. Persenyawaan kimia yang mudah menguap (termasuk golongan asiklik dan hidrokarbon isosiklik)

2. Turunan hidrokarbon yang telah mengikat oksigen. 3. Beberapa senyawa mengandung nitrogen dan belerang. Empat kelompok besar yang dominan menentukan sifat minyak atsiri yaitu: 1. Terpen, yang ada hubungan dengan isoperna atau isopentena. 2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang. 3. Turunan benzena. 4. Bermacam-macam persenyawaan lain. Contoh minyak atsiri : Minyak bawang putih : alil sulfida Minyak mustrad : alil isotiosianat Bau wangi bunga jeruk dan melati diakibatkan adanya antranilat dan indole. Penyusun minyak atsiri : a. CH5 = CH CH2 N = C = S alil isotiosianat b. CH2 = CH CH2 S CH2 CH = CH2 dialil sulfida c. CH3 CH2 CH S S CH = CH = CH3 CH3 sec butil propenil disulfida d. CH3 CH2 CH2 CH2 S H n butil merkaptan e. CH3 CH = CH CH2 S CH2 CH = CH CH3 dikrotil sulfida f. H C H C C CH H C C CH CN HH indole g. H COOCH3 HCC HCC C NH2 H metil antranilat
Ekstraksi padat-cair Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen zat padat atau zat cair dengan menggunakan bantuan pelarut. Ekstraksi ada 2 macam, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat-cair didefinisikan sebagai operasi pemisahan zat padat yang dapat larut melalui kontak dengan pelarut.

Setelah terjadi kontak padatan dengan pelarut maka perbedaan konsentrasi aktivitas kimia solute di dalam fasa padatan dengan fasa pelarut menjadi gaya pendorong berlangsungnya perpindahan massa solute dari fasa padatan ke fasa pelarut. Ekstraksi padat-cair merupakan operasi yang melibatkan perpindahan massa antar fasa. Perbedaan aktivitas kimia antara fasa padatan dan fasa pelarut mencerminkan sebarapa jauh sistem berada dari kesetimbangan, sehingga akan menentukan pula laju solut antar fasa. Kesetimbangan fasa dalam sistem padatan solute pelarut ini mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Pada kondisi termodinamika tertentu (P,T tertentu) terdapat hubungan kesetimbangan yang dapat digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan. 2. Pada sistem yang telah setimbang tidak terjadi difusi netto komponen-komponen diantara kedua fasa. Ini berarti laju difusi dari fasa padatan ke fasa pelarut sama dengan laju difusi dari fasa pelarut ke fasa padatan. 3. Untuk sistem yang belum tercapai kesetimbangannya, difusi komponen-komponen mendorong sistem menuju kesetimbangan. Secara mikroskopik proses difusi antara fasa sering dapat diwakili oleh teori dua film Whitman. Asumsi yang diterapkan dalam metode ini adalah : 1. Hambatan perpindahan massa hanya terdapat dalam masing-masing fasa. Ini berarti bahwa di dalam setiap fasa terbentuk gradien konsentrasi. 2. Pada antar muka fasa terjadi kesetimbangan secara seketika. Laju perpindahan massa solut dari fasa padatan ke fasa pelarut dinyatakan dengan persamaan fick berikut ini : NA = KS (XAS XAI) = ] massa / (luas x waktu) = KL (XAI XAL) berdasarkan kekekalan massa. dengan : NA = fluks komponen A KS = koefisien difusi pada fasa padatan KL = koefisien solut A pada fasa pelarut XAI, XAL, XAS : konsentrasi solut A pada fasa padatan, antar fasa dan fasa pelarut.

Dari hitungan di atas dapat diketahui bahwa laju perpindahan massa dipercepat dengan peningkatan koefisien difusi dan/atau beda konsentrasi diantara kedua fasa(sebagai suku gaya pendorong fasa). Keberhasilan proses ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh persiapan umpan, langkahlangkah persiapan padatan, karakteristik padatan serta tujuan dan kendala proses yang berlaku. a. Pada beberapa kasus dijumpai solut yang dilengkapi matrik padatan tak larut untuk mempermudah kontak solute dengan padatan. Pelarutan dilakukan dengan penggilingan padatan, sehingga solute yang semula ditangkap oleh padatan. b. Pengaruh temperatur Pada umumnya temperatur yang lebih tinggi akan lebih menguntungkan sebagian proses ekstraksi padat cair, karena akan meningkatkan harga difusivitas perpindahan massa sebagai perpindahan solute, kelarutan solute dan pelarut. Ada dua jenis ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon. Prinsip kerja ekstraktor Butt mirip dengan ekstraktor Soxhlet. Namun pada ekstraktor Butt, uap pelarut naik ke kondensor melalui annulus di antara selongsong dan dinding dalam tabung Butt. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong langsung lalu keluar dan masuk kembali ke dalam labu didih tanpa efek sifon. Hal ini menyebabkan ekstraksi Butt berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan (rapid). Selain itu ekstraksinya juga lebih merata. Ekstraktor Butt dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet. Hal-hal yang berpengaruh dalam ekstraksi : 1. Jenis Pelarut

Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Pelarut organik sangat cepat menguap sehingga cepat terjadi sirkulasi uap dan perolehan minyak akan semakin rendah, disamping itu titik didih lebih rendah akan mempermudah proses pemisahan. 2. Volume pelarut

Volume pelarut yang kecil/sedikit akan menghasilkan minyak yang sedikit karena kontak antar uap pelerut dengan sampel sedikit sekali dan sebaliknya. 3. Temperatur

Temperatur yang tinggi akan meningkatkan harga difusi massa sehingga perpindahan solute ke pelarut juga meningkatkan harga difusi massa. 4. Ukuran partikel

Semakin halus ukuran partikel maka akan semakin mudah dalam mendapatkan minyak tetapi akan mempengaruhi terhadap warna minyak yang dihasilkan. Partikel yang terlalu halus akan mempersulit keluarnya minyak, karena kontak dengan pelarut kecil. 5. Pengadukan Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara pelarut dengan solut. 6. Lama waktu

Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan mjinyak yang lebih banyak, karena sirkulasi uap akan semakin sering kontak antara solut dengan pelarut lebih lama. Beberapa pelarut yang bisa digunakan : 1. Ethanol BM 46 gr/mol (C2H5OH)

Titik didih 78,5 C


BJ 0,789 gr/mol Merupakan cairan yang tidak berwarna, berbau spesifik, warna nyala kuning Benzena BM 78 gr/mol Tidak berwarna Air (H2O) BM 18 gr/mol Pelarut universal, karena mudah menguap dalam keadaan murni, tidak berbau, tidak beracun, tidak berwarna, netral dan pada kondisi kamar berwujud cair. Heksana (C6H6) BM 86 gr/mol Eter (R O R) Rumus : C2H5OC2H5 BM : 74 gr/mol Titik didih : 34,5 C Cairan encer tidak berwarna, jernih, mudah menguap

2.

3.

4. 5.

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh: Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dengan bahan ekstraksi. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan ekstraksi. Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik. Metode-metode yang digunakan dalam pengambilan minyak atu ekstraksi: a. Maserasi adalah proses pemisahan komponen dengan merendam zat padat dengan pelarut, kemudian dipanaskan. b. Sokletasi adalah pemisahan komponen dengan mengalirkan cairan pelarut secara terusmenerus. c. Pemisahan adalah proses pemisahan yang dilakukan pada bahan yang memiliki kadar minyak yang tinggi. d. Perkolasi adalah proses pemisahan komponen dengan mengalirkan uap pelarut secara terusmenerus. Beberapa metode perpindahan massa yang banyak digunakan : 1. Destilasi adalah pemisahan komponen berdasarkan titik didih air atau pelarut lain, atau dengan kata lain adalah proses pemisahn uap dengan cairan dimana komponen yang dipisahkan mempunyai perbedaan titik didih yang jauh. 2. Absorbsi adalah proses pemisahan dengan jalan menyerap antara uap cair dengan gas. 3. Dehumidifikasi adalah penguapan kelembaban antara gas dan cair. 4. Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen yang diekstrak dengan menggunakan pelarut. 5. Kristalisasi adalah proses pemisahan antara cairan induk dengan kristal. Berdasarkan pengoperasian desain peralatan proses ekstraksi padat-cair dikelompokkan : a. Operasi tidak lunak golongan ini mencakup desainp-desain dimana padatan dan pelarut dikontakkan secara batch. b. Operasi lunak adalah desain-desain dimana aliran padatan dan aliran pelarut mengalami kontak yang berkesinambungan, baik dengan arah yang sama atau berlawanan.

2.2 Minyak atsiri Minyak atsiri atau minyak esteris adalah minyak mudah menguap yang diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan uap. Defenisi ini dimaksudkan untuk membedakan minyak/lemak dengan minyak atsiri yang berbeda dari tanaman penghasilnya. Susunan kimia senyawa minyak atsiri adalah : 1. Persenyawaan kimia yang mudah menguap (termasuk golongan asiklik dan hidrokarbon isosiklik) 2. Turunan hidrokarbon yang telah mengikat oksigen. 3. Beberapa senyawa mengandung nitrogen dan belerang. Empat kelompok besar yang dominan menentukan sifat minyak atsiri yaitu: 1. Terpen, yang ada hubungan dengan isoperna atau isopentena. 2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang. 3. Turunan benzena. 4. Bermacam-macam persenyawaan lain. Contoh minyak atsiri : Minyak bawang putih : alil sulfida Minyak mustrad : alil isotiosianat Bau wangi bunga jeruk dan melati diakibatkan adanya antranilat dan indole. Penyusun minyak atsiri : a. CH5 = CH CH2 N = C = S alil isotiosianat b. CH2 = CH CH2 S CH2 CH = CH2 dialil sulfida c. CH3 CH2 CH S S CH = CH = CH3 CH3 sec butil propenil disulfida d. CH3 CH2 CH2 CH2 S H n butil merkaptan e. CH3 CH = CH CH2 S CH2 CH = CH CH3 dikrotil sulfida f. H C H C C CH H C C CH CN HH indole g. H COOCH3 HCC HCC C NH2 H metil antranilat

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:


Tipe persiapan sampel Waktu ekstraksi Kuantitas pelarut Suhu pelarut Tipe pelarut

Minyak dapat diekstraksi dengan perkolasi, imersi, dan gabungan perkolasi-imersi. Dengan metode perkolasi, pelarut jatuh membasahi bahan tanpa merendam dan berkontak dengan seluruh spasi diantara partikel. Sementara imersi terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut yang bersirkulasi di dalam ekstraktor. Sehingga dapat disimpulkan:

Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan permukaan bahan selalu tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat membasahi bahan karena pengaruh gravitasi. Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara periodeik sampai bahan benar-banar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu pelarut mengalir perlahan pada permukaan bahan, bahkan saat sirkulasinya cepat. Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk mempermudah pelarut bergerak melalui bahan. Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-current terhadap bahan. Sehingga bahan dengan kandungan minyak paling sedikit harus berkontak dengan pelarut yang kosentrasinya paling rendah.

Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan yang kandungan minyaknya lebih mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak yang berdifusi lambat. Ekstraksi bahan makanan biasa dilakukan untuk mengambil senyawa pembentuk rasa bahan tersebut. Misalnya senyawa yang menimbulkan bau dan/atau rasa tertentu.

Ekstraksi Soxhlet

Ada dua jenis ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon. Prinsip kerja ekstraktor Butt mirip dengan ekstraktor Soxhlet. Namun pada ekstraktor Butt, uap pelarut naik ke kondensor melalui annulus di antara selongsong dan dinding dalam tabung Butt. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong langsung lalu keluar dan masuk kembali ke dalam labu didih tanpa efek sifon. Hal ini menyebabkan ekstraksi Butt berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan (rapid). Selain itu ekstraksinya juga lebih merata. Ekstraktor Butt dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet. Hal ini didasari oleh faktor berikut:

Pada ekstraktor Soxhlet cairan akan menggejorok ke dalam labu setelah tinggi pelarut dalam selongsong sama dengan pipa sifon. Hal ini menyebabkan ada bagian sampel yang berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang berada di bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas. Akibatnya ekstraksi menjadi tidak merata. Sementara pada ekstraktor Butt, pelarut langsung keluar menuju labu didih. Sampel berkontak dengan pelarut dalam waktu yang sama. Pada ekstraktor Soxhlet terdapat pipa sifon yang berkontak langsung dengan udara ruangan. Maka akan terjadi perpindahan panas dari pelarut panas di dalam pipa ke ruangan. Akibatnya suhu di dalam Soxhlet tidak merata. Sedangkan pada ekstraktor Butt, pelarut seluruhnya dilindungi oleh jaket uap yang mencegah perpindahan panas pelarut ke udara dalam ruangan.

Ion Bursa Reaksi Pertukaran ion adalah reaksi kimia reversibel dimana ion (atom atau molekul yang kehilangan atau mendapatkan elektron dan dengan demikian diperoleh suatu muatan listrik) dari larutan adalah ion ditukar sama dibebankan dilampirkan ke partikel padat tidak bergerak. Partikel-partikel padat pertukaran ion baik alami zeolit anorganik atau organik resin sintetis diproduksi. Resin organik sintetis jenis utama yang digunakan hari ini karena karakteristik mereka dapat disesuaikan untuk aplikasi khusus. Suatu resin pertukaran ion organik terdiri dari tinggi berat molekul polielektrolit yang dapat bertukar ion mobile mereka untuk ion dari tuduhan serupa dari medium sekitarnya. Resin masing-masing memiliki perbedaan jumlah ion situs mobile yang mengatur jumlah maksimum per unit pertukaran resin. Kebanyakan air proses plating digunakan untuk membersihkan permukaan bagian setelah setiap proses mandi. Untuk menjaga standar kualitas, tingkat padatan terlarut dalam air bilasan harus diatur. Air segar ditambahkan ke tangki bilas mencapai tujuan ini, dan air meluap diperlakukan untuk menghilangkan polutan dan kemudian dibuang. Sebagai garam logam, asam, dan basa yang digunakan dalam logam finishing terutama senyawa anorganik, mereka terionisasi dalam air dan dapat dihapus oleh kontak dengan resin pertukaran ion. Dalam proses deionisasi air, ion hidrogen resin pertukaran (H +) untuk ion bermuatan positif (seperti nikel. Tembaga, dan sodium). dan hidroksil ion (OH-) untuk sulfat bermuatan negatif, kromat. dan klorida.

Karena jumlah H + dan ion OH seimbang, akibat dari perlakuan pertukaran ion relatif murni, air netral. Reaksi pertukaran ion yang stoikiometrik dan reversibel, dan dengan cara itu mereka mirip dengan reaksi fase solusi lain. Sebagai contoh: NiSO4 + Ca (OH) 2 = Ni (OH) 2 + CaSO4 Dalam reaksi ini, ion-ion nikel dari nikel sulfat (NiSO4) dipertukarkan untuk ion kalsium dari kalsium hidroksida [Ca (OH) 2 molekul. Demikian pula, resin dengan ion hidrogen tersedia untuk pertukaran akan pertukaran ion untuk ion mereka nikel dari larutan. Reaksi dapat ditulis sebagai berikut: 2 (R-SO3H) + NiSO4 = (R-SO3) + H2SO4 2Ni (2) R menunjukkan bagian organik dari resin dan SO3 adalah bagian bergerak dari kelompok aktif ion. Dua situs resin yang diperlukan untuk ion nikel dengan valensi ditambah 2 (Ni +2). Ion ferri trivalen akan membutuhkan tiga lokasi resin. Seperti ditunjukkan, reaksi pertukaran ion reversibel. Tingkat hasil reaksi ke kanan akan tergantung pada preferensi resin. atau selektivitas, untuk ion nikel dibandingkan dengan preferensi untuk ion hidrogen. Selektivitas dari resin untuk sebuah ion yang diberikan diukur dengan koefisien selektivitas. K. yang dalam bentuk yang paling sederhana untuk reaksi R - A + + B + = R - B + + A + (3) dinyatakan sebagai: K = (konsentrasi B + dalam resin / konsentrasi A + dalam resin) X (konsentrasi A + dalam larutan / konsentrasi B + dalam larutan). Koefisien selektivitas mengungkapkan distribusi relatif dari ion ketika resin dalam bentuk A + ditempatkan dalam larutan yang mengandung ion B +. Tabel 1 memberikan selektivitas dari asam kuat dan resin ion basa tukar yang kuat untuk senyawa ionik berbagai. Ini harus menunjukkan bahwa koefisien selektivitas tidak konstan tetapi bervariasi dengan perubahan dalam kondisi solusi. Ini tidak menyediakan cara untuk menentukan apa yang diharapkan ketika berbagai ion yang terlibat. Sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1, resin asam kuat memiliki preferensi untuk nikel lebih dari hidrogen. Meskipun preferensi ini, resin dapat diubah kembali ke bentuk hidrogen dengan kontak dengan larutan pekat asam sulfat (H2SO4): (R - SO4) + H2SO4 2Ni -> 2 (R-SO3H) + NiSO4 Langkah ini dikenal sebagai regenerasi. Secara umum, semakin tinggi preferensi resin pameran untuk ion tertentu, semakin besar efisiensi pertukaran dalam hal kapasitas resin untuk menghilangkan ion yang dari larutan. Preferensi yang lebih besar untuk suatu ion tertentu, bagaimanapun, akan mengakibatkan peningkatan konsumsi bahan kimia untuk regenerasi.

Resin menunjukkan saat ini tersedia berbagai selektivitas dan dengan demikian memiliki aplikasi yang luas. Sebagai contoh. untuk resin asam kuat. preferensi relatif untuk ion kalsium divalen (Ca +2) selama ion tembaga divalen (Cu +2) adalah sekitar 1,5 sampai 1. Untuk resin berat-logamselektif. preferensi terbalik dan nikmat tembaga dengan rasio 2,300-1.

Tabel 1. Resin Penukaran selektivitas ion. di Urutan Preferensi Menurun Asam kation anion basa kuat kuat penukar penukar Barium Iodida Timbal Nitrat Kalsium bisulfit Nikel Chloride Kadmium Sianida Tembaga bikarbonat Seng Hidroksida Magnesium Fluorida Kalium sulfat Amonia Natrium Hidrogen

Resin Jenis

Pertukaran ion resin diklasifikasikan sebagai penukar kation, yang bermuatan positif ion ponsel yang tersedia untuk pertukaran, dan penukar anion, yang ditukar ion bermuatan negatif. Baik resin anion dan kation yang dihasilkan dari polimer organik dasar yang sama. Mereka berbeda dalam kelompok terionisasi terpasang ke jaringan hidrokarbon. Ini adalah kelompok fungsional yang menentukan perilaku kimia dari resin. Resin dapat secara luas diklasifikasikan sebagai penukar asam kuat atau lemah atau kuat atau kation penukar anion basa lemah. Kation Resin Asam yang kuat. Resin asam kuat yang dinamakan demikian karena mereka adalah sifat kimia mirip dengan asam kuat. Resin sangat terionisasi di kedua asam (R-SO3H) dan garam (R-SO3Na) bentuk. Mereka dapat mengkonversi garam logam dengan asam yang sesuai dengan reaksi: 2 (R-SO3H) + NiCl2 -> (RSO4), Ni + 2HCI (5) Bentuk-bentuk hidrogen dan natrium dari resin asam

kuat dan terdisosiasi sangat Na tukar + dan H + yang tersedia untuk pertukaran selama rentang pH keseluruhan. Akibatnya, kapasitas pertukaran resin asam kuat adalah independen dari pH larutan. Resin ini akan digunakan dalam bentuk hidrogen untuk deionisasi lengkap; mereka digunakan dalam bentuk natrium untuk pelunakan air (kalsium dan magnesium penghapusan). Setelah kelelahan, resin diubah kembali ke bentuk hidrogen (regenerasi) oleh kontak dengan larutan asam kuat, atau resin dapat diadakan ke bentuk natrium dengan larutan natrium klorida. Untuk Persamaan 5. asam klorida (HCl) regenerasi akan menghasilkan nikel klorida terkonsentrasi (NiCl,) solusi. Kation adalah (SO3H) dengan cekungan Asam lemah. Dalam resin asam lemah. kelompok terionisasi asam karboksilat (COOH) sebagai lawan dari kelompok asam sulfonat yang digunakan dalam resin asam kuat. Resin ini berperilaku mirip asam organik lemah yang lemah berdisosiasi.

Resin asam lemah menunjukkan afinitas yang lebih tinggi untuk ion hidrogen daripada resin asam kuat. Karakteristik ini memungkinkan untuk regenerasi ke bentuk hidrogen dengan asam secara signifikan kurang dari yang dibutuhkan untuk resin asam kuat. Hampir regenerasi lengkap dapat dicapai dengan jumlah stoikiometrik asam. Derajat disosiasi asam lemah resin sangat dipengaruhi oleh pH larutan. Akibatnya, kapasitas resin sebagian bergantung pada pH larutan. Gambar 1 menunjukkan bahwa resin asam lemah yang khas memiliki kapasitas yang terbatas di bawah pH 6,0. sehingga tidak cocok untuk menyelesaikan deionizing logam asam air limbah. Resin Anion Basis kuat. Seperti resin asam kuat. resin dasar yang kuat sangat terionisasi dan dapat digunakan selama rentang pH keseluruhan. Resin ini digunakan dalam hidroksida (OH) bentuk untuk deionisasi air. Mereka akan bereaksi dengan anion dalam larutan dan dapat mengkonversi solusi asam untuk air murni: R - NH3OH + HCl -> R-NH3Cl + Hoh (6) Regenerasi dengan sodium hidroksida pekat (NaOH) mengubah resin kelelahan ke bentuk hidroksida. Resin Anion Basis lemah. Resin basa lemah seperti resin asam lemah. dalam derajat ionisasi sangat dipengaruhi oleh pH. Akibatnya, resin basa lemah menunjukkan kapasitas tukar minimum di atas pH 7,0 (Gambar 1). Resin ini asam kuat hanya sorb: mereka tidak dapat membagi garam.

Gambar 1. Kapasitas Pertukaran Kation Resin Asam lemah dan basa lemah Anion sebagai Fungsi pH larutan

Dalam unit air limbah pertukaran ion deionisasi. air limbah akan lulus pertama melalui bed resin asam kuat. Penggantian kation

logam (Ni +2. Cu +2) Dengan ion hidrogen akan menurunkan pH larutan. Anion (SO4-2. Cl-) kemudian dapat dihapus dengan resin basa lemah karena air limbah yang masuk biasanya akan resin asam basa mengadsorpsi asam dan lemah. Resin basa lemah lebih disukai daripada resin dasar yang kuat karena mereka membutuhkan bahan kimia kurang regenerant. Sebuah reaksi antara resin dalam bentuk basa bebas dan HCl akan lanjutkan sebagai berikut:

R-NH2 + HCl -> R-NH3Cl (7)

Resin basa lemah tidak memiliki bentuk ion hidroksida seperti halnya resin basa kuat. Akibatnya, regenerasi hanya perlu menetralisir asam diserap: itu tidak perlu menyediakan ion hidroksida. Reagen basa lemah Kurang mahal seperti amonia (NH3) atau natrium karbonat dapat digunakan. Heavy-Metal-Selektif Chelating Resin. Chelating resin berperilaku sama dengan resin kation asam lemah tetapi menunjukkan tingkat tinggi selektivitas untuk kation logam berat. Resin chelating yang analog dengan senyawa kelat yang ditemukan dalam air limbah finishing logam, yaitu, mereka cenderung membentuk kompleks stabil dengan logam berat. Bahkan. kelompok fungsional yang digunakan dalam resin adalah senyawa EDTAa. Struktur resin dalam bentuk natrium dinyatakan sebagai REDTA-Na. Tingkat selektivitas tinggi untuk logam berat ini memungkinkan pemisahan senyawa ion dari larutan yang mengandung tingkat latar belakang tinggi kalsium, magnesium, dan ion natrium. Sebuah pameran selektivitas resin kelat logam berat yang lebih besar untuk dalam bentuk natrium dibanding dalam bentuk hidrogen. Sifat regenerasi yang mirip dengan resin asam lemah; resin pengkelat dapat dikonversi ke bentuk hidrogen dengan sedikit lebih besar dari dosis stoikiometri asam karena kecenderungan beruntung kompleks logam berat menjadi kurang stabil dalam kondisi pH rendah. Potensi aplikasi dari resin pengkelat termasuk polishing untuk menurunkan konsentrasi logam berat dalam limbah dari proses pengobatan hidroksida atau langsung menghapus kation logam berat beracun dari air limbah yang mengandung konsentrasi tinggi beracun, kation multivalen. Tabel 2 menunjukkan preferensi dari resin pengkelat tersedia secara komersial untuk kation logam berat lebih dari ion kalsium. (Resin pengkelat menunjukkan besarnya serupa selektivitas untuk logam berat lebih dari ion natrium atau magnesium.) Koefisien selektivitas mendefinisikan preferensi relatif pameran resin untuk ion yang berbeda. Preferensi untuk tembaga (ditunjukkan pada Tabel 2) adalah 2300 kali bahwa untuk kalsium. Karena

itu, ketika solusi diperlakukan yang mengandung konsentrasi molar yang sama dari tembaga dan ion kalsium, pada kesetimbangan. konsentrasi molar ion tembaga pada resin akan 2300 kali konsentrasi ion kalsium. Atau, ketika solusi diperlakukan yang mengandung ion kalsium molarconcentration 2300 kali dari konsentrasi ion tembaga, pada kesetimbangan. resin akan mengadakan suatu konsentrasi yang sama dari tembaga dan kalsium. Tabel 2. Resin Kation chelating selektivitas untuk ion logam Logam KM / CAA Hg Cu Pb Ni Zn Cd Co Fe Mn Ca 2 ........................... 2,800 2 ........................... 2,300 +2 ........................... 1,200 2 .......................... 57 2 ........................... 17 +2 ........................... 15 +2 ....... .................... 6.7 +2 ............................ 4.7 +2 ............................ 1.2 +2 ............................ 1

koefisien Selektivitas untuk logam lebih dari ion kalsium pada pH 4.

Biaya tinggi mereka adalah kelemahan dari menggunakan heavy-metal-resin pengkhelat selektif. Tabel 3 membandingkan biaya tersebut dengan biaya dari resin tersedia secara komersial lainnya.

Tabel 3. Biaya Resin Dijual Resin Biaya ($ / ft3) Kuat Asam kation .......... 70-120 Lemahnya kation asam ............ 150-200 Dasar yang kuat anion ........... 180-250 Anion basa lemah ............. 180-200 Chelating kation ............ 330-600 Catatan .-- 1997 dolar.

Batch dan Sistem Kolom Bursa Pertukaran ion pengolahan dapat dicapai dengan baik metode batch atau metode kolom. Pada metode pertama, dan solusi resin dicampur dalam tangki batch, pertukaran diperbolehkan untuk datang ke ekuilibrium, maka resin dipisahkan dari larutan. Tingkat dimana pertukaran terjadi dibatasi oleh preferensi resin pameran untuk ion dalam larutan. Akibatnya, penggunaan kapasitas resin pertukaran akan terbatas kecuali selektivitas untuk ion dalam larutan jauh lebih besar daripada ion ditukarkan melekat pada resin. Karena bets regenerasi resin kimiawi tidak efisien, batch processing dengan

pertukaran ion telah membatasi potensi untuk aplikasi. Melewati solusi melalui kolom berisi sebuah tempat tidur dari resin pertukaran analog untuk mengobati solusi dalam seri terbatas tank batch. Pertimbangkan serangkaian tangki masing-masing berisi 1 ekuivalen (eq) dari resin dalam bentuk ion X (lihat Gambar 2). Sebuah volume larutan yang mengandung 1 eq ion Y adalah dibebankan ke tangki pertama. Dengan asumsi resin untuk memiliki preferensi yang sama untuk ion X dan Y. saat kesetimbangan tercapai fase solusi akan mengandung 0,5 eq X dan Y. Demikian pula. fase resin akan berisi 0,5 eq dari X dan Y. Pemisahan ini setara dengan yang dicapai dalam proses batch. Jika solusi itu dihapus dari Tangki 1 dan ditambahkan ke Tank 2, yang juga berisi 1 eq dari resin dalam bentuk ion X, solusi dan fasa resin akan keduanya mengandung 0,25 eq Y ion dan eq 0,75 X ion. Mengulangi prosedur dalam tangki ketiga dan keempat akan mengurangi kandungan larutan ion Y ke 0,125 dan 0,0625 eq. masing-masing. Meskipun preferensi resin yang tidak menguntungkan. menggunakan jumlah yang memadai dapat mengurangi tahap konsentrasi ion dalam larutan Y ke tingkat yang diinginkan. Analisis ini menyederhanakan teknik kolom, tetapi tidak memberikan wawasan ke dalam dinamika proses. Pemisahan yang mungkin meskipun selektivitas miskin untuk ion yang dihapus. Ion Bursa Peralatan Proses dan Operasi Kebanyakan aplikasi industri pertukaran ion menggunakan sistem unggun tetap-kolom, komponen dasar yang merupakan kolom resin (Gambar 3). Desain kolom harus: Mengandung dan mendukung resin penukar ion Seragam mendistribusikan layanan dan aliran regenerasi melalui tidur resin Menyediakan ruang untuk fluidize resin selama backwash Termasuk pipa, katup, dan instrumen yang diperlukan untuk mengatur aliran pakan, regenerant. dan backwash solusi

Prosedur Regenerasi. Setelah larutan umpan diproses sejauh resin menjadi kelelahan dan tidak dapat menyelesaikan setiap pertukaran ion lebih lanjut, resin harus diregenerasi. Dalam operasi kolom yang normal, untuk sistem kation yang dikonversi pertama ke hidrogen kemudian ke bentuk natrium, regenerasi mempekerjakan langkah-langkah dasar berikut: 1. Kolom backwashed untuk menghilangkan padatan tersuspensi dikumpulkan oleh tempat tidur selama siklus layanan dan untuk menghilangkan saluran yang mungkin terbentuk selama siklus ini. Aliran kembali-mencuci fluidizes

tempat tidur. rilis partikel terperangkap. dan mengorientasikan ulang partikel resin menurut ukuran.

Gambar 2. Profil Konsentrasi di Seri Tank Batch ion Bursa

Selama backwash lebih besar, malai padat akan menumpuk di dasar dan ukuran partikel akan menurunkan bergerak naik kolom. Distribusi ini menghasilkan pola aliran yang baik hidrolik dan ketahanan terhadap pengotoran oleh padatan tersuspensi. 2. Tempat tidur resin dibawa con-bijaksana dengan solusi regenerant. Dalam kasus resin kation. asam mengelusi ion dikumpulkan dan mengubah tempat tidur ke bentuk hidrogen. Sebuah air lambat bilas kemudian menghilangkan sisa asam. 3. Tempat tidur dibawa dalam kontak dengan larutan natrium hidroksida untuk mengubah resin ke bentuk natrium. Sekali lagi, air bilas lambat digunakan untuk menghapus sisa kaustik. Lambat bilas mendorong regenerant terakhir melalui kolom. 4. Tempat tidur resin dikenakan cepat bilas yang menghilangkan jejak-jejak terakhir dari solusi regenerant dan memastikan karakteristik aliran yang baik. 5. Kolom dikembalikan ke layanan.

Gambar 3. Ion Khas Bursa Kolom Resin

Untuk resin yang mengalami pembengkakan yang signifikan atau penyusutan selama regenerasi, suatu backwash kedua harus dilakukan setelah regenerasi untuk menghilangkan penyaluran atau kompresi resin. Regenerasi kolom fixedbed biasanya membutuhkan antara 1 dan 2 h. Frekuensi tergantung pada volume resin dalam kolom pertukaran dan jumlah logam berat dan senyawa terionisasi lainnya dalam limbah cair. Kapasitas resin biasanya dinyatakan dalam istilah setara per liter (eq / L) dari resin. Setara adalah berat molekul dalam gram senyawa dibagi dengan muatan listrik nya. atau valensi. Sebagai contoh. resin dengan kapasitas pertukaran 1 eq / L bisa menghilangkan 37,5 g seng divalen (Zn +2, berat molekul 65) dari larutan. Sebagian besar pengalaman dengan pertukaran ion telah di bidang pelunakan air: Oleh karena itu, kapasitas akan sering dinyatakan dalam kilograins karbonat kalsium per kaki kubik resin. Unit ini dapat dikonversi ke per liter setara dengan mengalikan dengan 0,0458. Kapasitas khas untuk kation tersedia secara komersial dan resin anion ditunjukkan pada Gambar 4. Kapasitas sangat dipengaruhi oleh jumlah asam atau basa yang digunakan untuk regenerasi resin. Asam lemah dan basa lemah sistem lebih efisien diregenerasi; kapasitas mereka meningkat hampir linier dengan dosis regenerant. Cocurrent dan Regenerasi berlawanan. Kolom dirancang untuk menggunakan cocurrent atau regenerasi berlawanan. Dalam unit cocurrent, baik pakan dan solusi regenerant melakukan kontak dengan resin dalam mode downflow. Unit ini kurang mahal dari dua dalam hal biaya peralatan awal. Di sisi lain, aliran cocurrent menggunakan bahan kimia regenerant kurang efisien dari aliran berlawanan: ia memiliki konsentrasi kebocoran lebih tinggi (konsentrasi ion larutan umpan yang dihapus di kolom efluen), dan tidak dapat mencapai setinggi konsentrasi produk dalam regenerant tersebut.

Hemat penggunaan bahan kimia regenerant terutama perhatian dengan asam kuat atau basa kuat resin. Resin lemah terionisasi hanya memerlukan sedikit lebih besar dari dosis kimia stoikiometri untuk regenerasi lengkap terlepas dari apakah cocurrent atau berlawanan aliran digunakan.

Gambar 4. Resin Penukaran Kapasitas

Regenerant Reuse. Dengan asam kuat atau basa kuat sistem resin. peningkatan efisiensi kimia dapat dicapai dengan menggunakan kembali bagian dari regeneran dihabiskan. Dalam sistem resin sangat terionisasi, regenerasi kolom degreeof adalah faktor utama dalam menentukan efisiensi kimia dari

proses regenerasi. (Lihat Gambar 5.) Untuk mewujudkan 42 persen dari kapasitas tukar teoritis resin membutuhkan 1,4 kali jumlah pereaksi stoikiometri [2 HCl/ft3 (32 g HCI / L)]. Untuk meningkatkan kapasitas pertukaran tersedia untuk 60 persen dari konsumsi meningkat teoritis untuk 2,45 kali dosis stoikiometri [5 pon HCl/ft3 (80 g HCI / L)]. Kebutuhan untuk dosis asam jauh lebih tinggi daripada stoikiometri berarti bahwa ada konsentrasi signifikan dari asam dalam regenerant dihabiskan. Lebih lanjut. sebagai dosis asam meningkat secara bertahap, konsentrasi asam dalam meningkatkan regenerant dihabiskan. Dengan membuang hanya bagian pertama dari regenerant dihabiskan dan menyimpan dan menggunakan kembali sisanya. besar kapasitas tukar dapat direalisasikan dengan tingkat konsumsi yang sama regenerant. Misalnya, jika dosis regenerant dari 5 pon HCl/ft3 (80 g HCI / L) yang digunakan dalam sistem resin dalam Gambar 5, 50 persen pertama akan berisi regenerant menghabiskan hanya 29 persen dari konsentrasi asam asli. Sisa dari regenerant asam akan mengandung 78 persen dari konsentrasi asam asli. Jika ini bagian kedua dari regenerant adalah digunakan kembali dalam siklus regenerasi berikutnya sebelum tidur resin membuat kontak dengan 5 Ib/ft3 (80 g / L) dari HCI segar, kapasitas pertukaran akan meningkat menjadi 67 persen dari kapasitas teoritis. Kapasitas yang tersedia maka akan meningkatkan 60-67 persen pada dosis bahan kimia yang sama. Gambar 5 menunjukkan pemanfaatan reagen ditingkatkan dicapai oleh cara kembali selama rentang dosis regenerant.

Gambar 5. Pengaruh Asam Regenerant Menggunakan kembali pada Efisiensi Kimia

Kembali Regenerant memiliki kelemahan dalam hal itu lebih tinggi dalam biaya awal untuk penyimpanan bahan kimia dan sistem pakan dan prosedur regenerasi lebih rumit. Masih. dimana penghematan bahan kimia telah memberikan justifikasi, sistem telah dirancang untuk menggunakan kembali bagian dari regenerant menghabiskan sebanyak lima kali sebelum membuang mereka. Ringkasan Laporan: Kontrol dan Teknologi Pengobatan untuk Industri Logam Finishing Ion Bursa USEPA EPA 625/-81-007 4-10 Juni 1981 pp (diperbarui oleh Remco Rekayasa)

Pertukaran ion resin


Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Pertukaran ion resin manik-manik

Suatu resin penukar ion atau pertukaran ion polimer [1] adalah matriks larut dalam (atau struktur pendukung) biasanya dalam bentuk kecil (1-2 mm diameter) manik-manik, biasanya putih atau kekuningan, dibuat dari organik polimer substrat. Materi yang telah sangat berkembang struktur pori-pori pada permukaan yang situs dengan mudah terjebak dan dirilis ion . Perangkap ion terjadi hanya dengan simultan melepaskan ion-ion lain, sehingga proses ini disebut pertukaran ion . Ada berbagai jenis beberapa pertukaran ion resin yang dibuat untuk selektif memilih jenis yang berbeda satu atau beberapa ion.

Pertukaran ion resin manik-manik

Pertukaran ion resin yang banyak digunakan dalam pemisahan yang berbeda, pemurnian, dan proses dekontaminasi. Contoh yang paling umum adalah air pelunakan dan pemurnian air . Dalam banyak kasus pertukaran ion resin diperkenalkan dalam proses seperti alternatif yang lebih fleksibel untuk penggunaan alami atau buatan zeolit . Paling khas pertukaran ion resin didasarkan pada silang polistiren . Kelompok-kelompok aktif yang diperlukan dapat diperkenalkan setelah polimerisasi, atau monomer tersubstitusi dapat digunakan. Misalnya, silang sering dicapai dengan menambahkan 0,5-25% dari divinilbenzena untuk stirena pada proses polimerisasi. Polimer non-silang digunakan hanya jarang karena mereka kurang stabil. Silang menurun pertukaran ion kapasitas resin dan memperpanjang waktu yang diperlukan untuk mencapai proses pertukaran ion. Ukuran partikel juga mempengaruhi parameter resin; partikel yang lebih kecil memiliki permukaan luar yang lebih besar, tetapi tujuan yang lebih besar kerugian head dalam proses kolom. Selain dibuat sebagai manik berbentuk bahan, resin penukar ion diproduksi sebagai membran. Membran terbuat dari resin ion sangat cross-linked tukar yang memungkinkan bagian ion, tetapi tidak air, digunakan untuk elektrodialisis . Ada empat jenis utama yang berbeda dalam mereka kelompok fungsional :

asam kuat (biasanya, asam sulfonat kelompok, misalnya natrium sulfonat polistirena atau polyAMPS ) sangat dasar, (kuartener amino kelompok, misalnya, trimethylammonium kelompok, misalnya polyAPTAC )

asam lemah (kebanyakan, asam karboksilat kelompok) lemah dasar (primer, sekunder, dan / atau terner amino kelompok, misalnya amina polietilen )

Ada juga jenis khusus:

pengkelat resin ( asam iminodiacetic , tiourea , dan banyak lainnya)

Isi
[hide]

1 Menggunakan o 1.1 Air pelunakan o 1,2 pemurnian air o 1.3 Produksi air kemurnian tinggi o 1,4 pertukaran ion dalam pemisahan logam o 1,5 Katalisis o 1,6 Juice Pemurnian o Gula 1,7 Manufaktur o 1,8 Farmasi 2 Lihat juga 3 Catatan 4 Sumber

[ sunting ] Menggunakan
[ sunting ] pelunakan Air Artikel utama: Air pelunakan

Dalam aplikasi ini, resin penukar ion digunakan untuk menggantikan magnesium dan kalsium ion yang ditemukan pada air keras dengan natrium ion. Ketika resin segar, mengandung ion natrium di lokasi aktif. Ketika kontak dengan larutan yang mengandung ion magnesium dan kalsium (tapi konsentrasi rendah ion natrium), magnesium dan kalsium ion preferentially bermigrasi keluar dari solusi untuk situs aktif pada resin, digantikan oleh ion dalam larutan natrium. Proses ini mencapai kesetimbangan dengan konsentrasi jauh lebih rendah dari magnesium dan kalsium ion dalam larutan daripada yang dimulai dengan. Resin dapat diisi kembali dengan mencucinya dengan larutan yang mengandung konsentrasi tinggi ion natrium (misalnya ia memiliki sejumlah besar garam biasa (NaCl) yang dilarutkan di dalamnya). Ion kalsium dan magnesium bermigrasi dari resin, digantikan oleh ion natrium dari larutan sampai keseimbangan baru tercapai. Ini adalah metode operasi yang digunakan dalam mesin pencuci piring yang memerlukan penggunaan ' pencuci piring garam '. Garam digunakan untuk mengisi ulang suatu resin penukar ion yang digunakan sendiri untuk melunakkan air sehingga limescale deposito tidak dibiarkan memasak dan peralatan makan yang dicuci.

[ sunting ] pemurnian air

Dalam aplikasi ini, resin penukar ion digunakan untuk menghapus beracun (misalnya tembaga logam) dan berat (misalnya timbal atau kadmium ) ion dari larutan, menggantinya dengan ion yang lebih berbahaya, seperti natrium dan kalium . Sedikit pertukaran ion resin menghilangkan klorin kontaminan atau organik dari air - ini biasanya dilakukan dengan menggunakan arang aktif saringan dicampur dengan resin. Ada beberapa resin penukar ion yang menghilangkan ion organik, seperti MIEX (magnet pertukaran ion) resin. Air resin pemurnian dalam negeri biasanya tidak diisi ulang - resin dibuang ketika tidak bisa lagi digunakan.
[ sunting ] Produksi air kemurnian tinggi

Air kemurnian tertinggi diperlukan untuk elektronik, percobaan ilmiah, produksi superkonduktor, dan industri nuklir, antara lain. Air seperti yang diproduksi menggunakan proses pertukaran ion atau kombinasi metode membran dan pertukaran ion. Kation diganti dengan ion hidrogen menggunakan resin pertukaran-kation, anion hidroksil diganti dengan menggunakan resin penukar anion. Ion hidrogen dan hidroksil bergabung kembali memproduksi molekul air. Jadi, tidak ada ion-ion tetap berada dalam air yang dihasilkan. Proses pemurnian ini biasanya dilakukan dalam beberapa langkah dengan "kolom tempat tidur dicampur pertukaran ion" pada akhir rantai teknologi.
[ sunting ] pertukaran ion dalam pemisahan logam

Proses pertukaran ion digunakan untuk memisahkan dan memurnikan logam , termasuk memisahkan uranium dari plutonium dan lainnya aktinida , termasuk torium , dan lantanum , neodymium , Iterbium , samarium , lutetium , dari satu sama lain dan yang lain lantanida . Ada dua seri tanah jarang logam, lantanida dan aktinida. Anggota keluarga masing-masing memiliki kimia yang sangat mirip dan sifat fisik. Pertukaran ion adalah selama bertahuntahun satu-satunya cara praktis untuk memisahkan tanah jarang dalam jumlah besar. Aplikasi ini dikembangkan pada tahun 1940 oleh Frank Spedding . Selanjutnya, ekstraksi pelarut telah sebagian besar digantikan penggunaan resin pertukaran ion kecuali untuk produk kemurnian tertinggi. Sebuah kasus yang sangat penting adalah PUREX proses (plutonium-uranium proses ekstraksi) yang digunakan untuk memisahkan plutonium dan uranium dari produk bahan bakar dari reaktor nuklir , dan untuk dapat membuang produk limbah. Kemudian, plutonium dan uranium yang tersedia untuk membuat energi nuklir-bahan, seperti bahan bakar reaktor baru dan senjata nuklir . Proses pertukaran ion juga digunakan untuk memisahkan set lain dari unsur kimia yang sangat mirip, seperti zirkonium dan hafnium , yang notabene juga sangat penting bagi industri nuklir. Zirkonium praktis transparan untuk neutron bebas, digunakan dalam membangun reaktor, tetapi hafnium sangat kuat absorber neutron, digunakan dalam reaktor batang kendali .

sunting ] Katalisis

Dalam kimia pertukaran ion resin dikenal mengkatalisis reaksi organik . Lihat misalnya kondensasi diri .
[ sunting ] Purifikasi Juice

Pertukaran ion resin digunakan dalam pembuatan jus buah seperti jus jeruk di mana mereka digunakan untuk menghapus komponen mencicipi pahit dan sehingga meningkatkan rasa. Hal ini memungkinkan sumber miskin mencicipi buah digunakan untuk produksi jus.
[ sunting ] Gula Manufaktur

Pertukaran ion resin digunakan dalam pembuatan gula dari berbagai sumber. Mereka digunakan untuk membantu mengkonversi satu jenis gula ke lain jenis gula , dan untuk membuat tdk berwarna dan memurnikan gula sirup.
[ sunting ] Farmasi

Pertukaran ion resin digunakan dalam pembuatan obat-obatan, tidak hanya untuk mengkatalisis reaksi-reaksi tertentu, tetapi juga untuk mengisolasi dan memurnikan farmasi bahan aktif . Tiga pertukaran ion resin, natrium sulfonat polistirena , colestipol , dan kolestiramin , digunakan sebagai bahan aktif . Natrium sulfonat polistiren adalah resin penukar ion asam kuat dan digunakan untuk mengobati hiperkalemia . Colestipol adalah resin penukar ion basa lemah dan digunakan untuk mengobati hiperkolesterolemia . Cholestyramine adalah resin penukar ion sangat dasar dan juga digunakan untuk mengobati hiperkolesterolemia . Colestipol dan kolestiramin dikenal sebagai asam empedu sequestrants . Pertukaran ion resin juga digunakan sebagai eksipien dalam formulasi farmasi seperti tablet, kapsul, dan suspensi. Dalam menggunakan resin penukar ion dapat memiliki beberapa fungsi yang berbeda, termasuk rasa-masking, rilis diperpanjang, disintegrasi tablet, dan meningkatkan stabilitas kimia dari bahan aktif

Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%. Contoh proses kristalisasi : pembuatan gula pasir dari jus tebu/beet, pembuatan kristal pupuk dari larutan induknya, dll. Kristal itu sendiri merupakan susunan atom yang beraturan dan berulang, yang bentuknya dapat berupa kubik, tetragonal, orthorombik, heksagonal, monoklin, triklin dan trigonal. Bentuk itu nantinya, tergantung dari proses downstream (pemurnian) yang dilakukan dan juga spesifikasi produk yang diharapkan pasar. Syarat utama terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus

dibuat dalam kondisi lewat jenuh (supersaturated). Yang dimaksud dengan kondisi lewat jenuh adalah kondisi dimana pelarut (solven) mengandung zat terlarut (solute) melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan solute pada suhu tetap. Atau kalau diilustrasikan dengan sebuah kelas, jika kapasitas suatu kelas adalah 80 mahasiswa, karena hanya ada 80 kursi. Maka mahasiswa ke-81 yang masuk ke kelas adalah mahasiswa yang membuat kondisi kelas lewat jenuh. Selanjutnya, bagaimana cara untuk mencapai kondisi supersaturasi yang diinginkan ? Berdasarkan teori, solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring dengan penurunan suhu (pendinginan). Seiring dengan penurunan suhu, saturasi akan meningkat sedemikian hingga, sampai tercapai kondisi supersaturasi. Pendinginan adalah salah satu dari 4 cara yang dapat digunakan untuk mencapai kondisi supersaturasi. Akan tetapi cara ini hanya dapat dilakukan jika, solubilitas padatan dalam larutan sangat dipengaruhi oleh suhu. Dan untuk senyawa Ce2(SO4)3 cara ini tidak berlaku, karena kelarutan senyawa ini dalam air akan berkurang dengan kenaikan suhu. Tiga metode lain yang dapat digunakan untuk mencapai kondisi supersaturasi adalah penguapan solven sehingga konsentrasi larutan menjadi makin pekat, penambahan senyawa lain, non solven, ke dalam larutan yang akan menurunkan solubilitas padatan dan reaksi kimia. Setelah kondisi supersaturasi dicapai, bagaimana kita menumbuhkan kristal ? Langkah pertama adalah membentuk inti kristal primer, yang akan merangsang pembentukan kristal. Untuk membentuk inti kristal primer, jika dibuat dari larutan induk, maka beda konsentrasi larutan lewat jenuh dengan konsentrasi jenuh (C-C*) sebagai driving force proses kristalisasi harus dibuat besar. Dan ini membutuhkan energi yang sangat besar. Sehingga untuk skala industri, tidak efisien. Lebih disukai cara penambahan kristal yang sudah jadi, untuk menginisiasi pembentukan inti kristal primer. Pemodelan matematis yang mewakili proses nukleasi primer, sulit untuk dibuat. Oleh karena itu, perhitungan waktu tinggal semata-mata didasarkan dari hasil eksperimen. Mekanisme kristalisasi selanjutnya adalah nukleasi sekunder. Pada fase ini, kristal tumbuh dikarenakan kontak antara kristal dan larutan. Terjadi pada kondisi supersaturasi yang lebih rendah yang memungkinkan kristal tumbuh

dengan optimal. Nukleasi sekunder membutuhkan bibit atau kristal yang sudah jadi untuk merangsang pertumbuhan kristal yang baru. Fase inipun juga sulit dibuat pemodelannya, sehingga sama dengan nukleasi primer, penentuan waktunya dilakukan dengan eksperimen. Jenis-jenis Kristaliser: 1. Kristaliser Tangki Kristaliser yang paling kuno. Larutan jenuh, panas dibiarkan berkontak dengan udara terbuka dalam tangki terbuka. 2. Scraped Surface Crystallizers Contoh kristaliser jenis ini adalah Swenson-Walker crystallizer. Berupa saluran dengan lebar 2 ft, dengan penampang berbentuk setengah lingkaran. Bagian luar dinding dilengkapi dengan jaket pendingin dan sebuah pisau pengeruk yang akan mengambil produk kristal yang menempel pada dinding. 3. Forced Circulating Liquid Evaporator-Crystallizer Kristaliser jenis ini mengkombinasikan antara pendinginan dan evaporasi untuk mencapai kondisi supersaturasi. Larutan terlebih dulu dilewatkan pemanas HE, kemudian menuju badan kristaliser. Di sini terjadi flash evaporation, mengurangi jumlah pelarut dan meningkatkan konsentrasi solute, membawa ke kondisi supersaturasi. Selanjutnya larutan ini mengalir melalui area fluidisasi dimana kristal terbentuk melalui nukleasi sekunder. Produk kristal diambil sebagai hasil bawah, sedangkan larutan pekat direcycle, dicampur dengan umpan segar. 4. Circulating Magma Vacuum Crystallizer Pada tipe kristaliser ini, baik kristal ataupun larutan disirkulasi diluar badan kristal. Setelah dipanaskan larutan akan dialirkan ke badan kristaliser. Kondisi vakum menjadi penyebab menguapnya pelarut, sehingga menjadi lewat jenuh.

Anda mungkin juga menyukai