Teknologi Membran
Latar Belakang
Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu penyebab utama dalam
fenomena pemanasan global. Perlunya teknologi pemisahan CO 2 untuk
mengendalikan efek rumah kaca. Dengan adanya pemisahan CO 2 dari aliran
gas. Teknologi konvensional dalam pemisahan CO 2 memberikan beberapa
kelemahan sperti flooding, foaming, entraining, channeling, dan tingginya
biaya investasi dan biaya operasi
Salah satu pengembangan yang dilakukan dalam absorpsi-desorpsi CO2
adalah teknologi kontaktor membran. Proses ini melakukan penggabungan
absorpsi gas dengan pelarut dan teknologi kontaktor membran. Keunggulan
dari teknologi ini sangat tergantung pada sistem pengontakan gas-cairan, jenis
membran yang digunakan, dan kondisi operasi yang digunakan. Selain itu,
membran kontaktor memliki luas permukaan kontak yang besar dan terhitung,
energi yang lebih rendah, serta mudah dalam scale-up karena bersifat
Tujuan
Beberapa material yang umum digunakan dalam pemisahan gas CO2 dengan membran
kontaktor adalah polipropilen (PP), politetrafluoroetilen (PTFE), dan Polivinilidene fluorida
(PVDF).
Polipropilen (PP)
PTFE tersusun dari rantai karbon panjang dimana setiap atom karbon
mengikat dua atom fluorin.
Membran PTFE merupakan membran yang hidrofobik dan paling
stabil jika digunakan untuk pemisahan CO2 dengan membran
kontaktor. Studi yang dilakukan oleh Matsumoto, dkk memperoleh
hasil bahwa hanya membran PTFE yang tidak mengalami
pembasahan setelah dioperasikan selang waktu tertentu. Nishikawa,
dkk melaporkan bahwa kinerja membran PTFE stabil bahkan setelah
dioperasikan selama 6600 jam. Selain itu, PTFE memiliki koefisien
perpindahan massa total volumetrik lebih besar.
Polivinilidene fluorida (PVDF)
Output
Cliquid in
Selesai
Cliquid out
Pvakum
Pembahasan
1. Pengaruh tahanan perpindahan massa terhadap desorpsi CO 2
Secara umum, dengan meningkatnya kecepatan absorben dapat
meningkatkan koefisien perpindahan massa pada fasa cair. Pada sistem
desorpsi CO2 membran kontaktor perpindahan massa fasa gas terjadi pada
kondisi vakum, maka koefisien perpindahan massa di sisi gas bernilai nol.
Tahanan perpindahan massa fasa cair memberikan efek yang signifikan
terhadap kinerja desorpsi CO2 pada membran kontaktor. Sementara itu,
tahanan perpindahan massa pada fasa gas hanya memberikan kontribusi
tahanan perpindahan massa yang sangat kecil. Dapat disimpulkan bahwa
tahanan perpindahan massa fasa cair mengontrol tahanan perpindahan
massa total pada proses desorpsi. Fenomena ini juga ditemukan pada
proses absorpsi gas membran kontaktor dan juga proses desorpsi gas pada
kolom stripper.
Pembahasan
2. Pengaruh laju alir absorben terhadap desorpsi
CO2
Grafik disamping menunjukkan bahwa perubahan fluks desorpsi
CO2 dipengaruhi oleh kecepatan absorben yang dialirkan ke dalam
membran kontaktor. Kenaikan kecepatan aliran absorben
meningkatkan fluks desorpsi CO2. Fluks desorpsi CO2 paling tinggi
yaitu 0,71 mol/m2.min pada tekanan vakum 36 cmHg didapatkan
pada kecepatan absorben 1,58 cm/s. Hal ini dikarenakan adanya
reduksi dari tahanan lapisan cairan dan meningkatkan laju koefisien
transfer massa CO2 pada laju alir absorben yang lebih tinggi.
Pembahasan
3. Pengaruh tekanan vakum terhadap desorpsi CO2
Dengan merubah tekanan operasi pompa vakum, dapat
menyebabkan perubahan pada fluks dan efisiensi desorpsi. Makin
rendah operasi tekanan vakum, maka nilai fluks dan efisiensi akan
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan makin rendah tekanan
vakum maka fasa cair pada absorben akan berubah menjadi fasa
uap karena tekanan saturasi air murni berubah fasa pada tekanan
4,241 kPa (3,09 cmHg) pada temperatur 30 oC. Jika makin rendah
operasi tekanan vakum, selain akan banyak kehilangan absorben
yang teruapkan akibat dari saturasi uap air. Selain itu kebutuhan
energi yang dibutuhkan akan menjadi semakin besar.
Kesimpulan
TERIMA KASIH
THANKS