Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada Saat ini Indonesia telah dihadapkan pada permasalahan
lingkungan yang cukup besar yaitu tingginya kandungan gas pencemar
sebagai dampak dari kegiatan industri. Gas pencemar tersebut antara lain
SO2, CO2 dan H2S . Udara merupakan media lingkungan dalam
kebutuhan dasar manusia yang perlu mendapatkan perhatian serius.
Pencemaran udara ini semakin mengakibatkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai
kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan,.
Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar
udara yang dibuang ke udara bebas. Emisi partikulat maupun polutan gas
dari berbagai jenis industri selama ini dapat diturunkan dengan alat
pengendali pencemaran udara.
Salah satunya adalah untuk menurunkan emisi pada polutan gas di
lakukan dengan metode Absorbsi . Absorbsi merupa kan salah satu proses
pemisahan dengan mengontakkan campuran gas dengan cairan sebagai
penyerapnya. Penyerap tertentu akan menyerap setiap satu atau lebih
komponen gas. Peristiwa absorpsi adalah salah satu peristiwa perpindahan
massa yang besar peranannya dalam proses industri. Teknologi absorbsi
dapat digunakan untuk mengurangi bahaya lingkungan . Secara
konvensional, proses penghilangan CO2 di industri dilakukan dengan
proses gas absorbsi yang berskala besar. Campuran gas tersebut
dikontakkan dengan pelarut absorben didalam alat seperti packed towers,
spray towers, venture towers, dan sieve-tray towers. Sedangkan tipe dari
alat scrubber yang lain seperti buble dan foam coloumn.

1
Pada saat ini banyak metode baru yang meneliti tentang penyerapan
CO2 penggunaan kontraktor gas – cair dengan membrane serat berongga
atau liquid hollow fiber membrane modules (HFMM) . dengan adanya
metode baru ini maka diadakanya suatu studi kasus penelitian “ Absorbsi
CO2 dari campuran CH4 atau N2 melalui absorben dengan Kontraktor
membrane serat berongga menggunakan pelarut air” . pada penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas kontaktor membran serat
berongga sebagai kontaktor proses penyerapan CO2 dari campurannya
dengan CH4 atau N2 menggunakan pelarut Air melalui uji perpindahan
massa dan uji hidrodinamika air.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat kita rumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana Definisi tentang Absorbsi ?
2. Bagaimana proses atau cara kerja absorben dalam
pengabsorbsian CO2 dari campuran CH4 dan atau N2 melalui
kontraktor membran serat berongga dengan pelarut Air ?
3. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian absorbsi ?
2. Mengetahui proses atau cara kerja absorbsen dalam studi kasus
penelitian.
1.4 Manfaat
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca tentang
defiisi absorbsi
2. Mengetahui proses atau cara kerja absorben dalam suatu studi
kasus penelitian.
.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi tentang Absorbsi


2.1.1 Pengertian Absorbsi

Absorbsi gas merupakan proses kontak antara campuran gas dan


cairan yang bertujuan menghilangkan salah satu komponen gas dengan
cara melarutkannya menggunakan cairan yang sesuai. Proses absorbsi
ini melibatkan difusi partikel-partikel gas ke dalam cairan. Gas yang
dapat dieliminasi oleh proses absorpsi diantaranya adalah SO2, H2S,
Cl2, NH3, NOX dan senyawa hidrokarbon dengan C rendah.
Absorbsi sendiri ada 2 macam yaitu :
Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam
cairan penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh
absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, metanol,
propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya
interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase
cair.
Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam
larutan penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh
absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya larutan MEA,
NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia
dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2
pada pabrik amoniak.

3
2.1.2 Absorben

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan


diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia. Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang
sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume
alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah
air (untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel
debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang
dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang
dapat bereaksi seperti basa
2.1.3 Absorber

Absorber alat PPU yang berfungsi memindahkan massa polutan


gas (absorbat) dari udara pembawanya ke dalam cairan yang berfungsi
sebagai absorban. Gas akan terserap oleh absorben.

2.1.4 Faktor – faktor penting dalam Absorbsi

 Kelarutan dari kontaminan

 Kelarutan ini dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan dari sisa


tersebut. Semakin tinggi temperatur dan tekanan sistem, maka
proses absorpsi polutan gas juga akan semakin meningkat.

4
 Volatilitas Cairan

Cairan yang memiliki volatilitas (penguapan) rendah, dapat


mengurangi uap air pada aliran gas buang.

 Viskositas cairan

Viskositas (kekentalan) yang rendah, dapat meningkatkan absorpsi


dan mengurangi kehilangan tekanan.

 Flammabilitas cairan

Cairan yang digunakan adalah yang tidak mudah terbakar, tidak


korosif, tidak berbahaya, dan tidak mahal

2.2 Proses atau Cara kerja absorben dalam studi kasus penelitian
2.2.1 pengertian kontraktor membrane
Kontaktor membran adalah suatu alat yang dapat mengakomodasi
perpindahan massa gas-cair ataupun cair-cair tanpa adanya dispersi
satu fasa ke fasa lainnya, tidak seperti kolom kontaktor konvensional.
Modul membran yang umum digunakan adalah membran serat
berongga (hollow fiber) berpori mikro (microporous membrane), yaitu
membran dengan struktur yang rongga yang padat saling terhubung
dan terdistribusi acak. Perpindahan massa antar fasa pada kontaktor
membran didorong oleh adanya perbedaan konsentrasi komponen
antar fasa dan penurunan tekanan yang diperlukan untuk menahan
interfasa antar fluida sangat kecil.
Pada proses kontak antar fluida melalui membran, langkah-
langkah yang terjadi adalah :
 Perpindahan massa komponen dari fluida umpan membrane
 Difusi massa tersebut melewati membrane
 Perpindahan massa dari membran ke fluida lainnya.

5
2.2.2 Cara Kerja absorben dalam studi kasus
Pada metode penelitian ini , Membran serat berongga yang
digunakan pada penelitian ini diproduksi oleh AKZO Noble Australia
berdiameter luar 2,7 mm dengan ukuran pori 0,2 μm. Ada 3 buah
kontaktor membran yang digunakan dengan diameter selongsongnya
sekitar 1.9 cm dan panjang 4 cm dengan jumlah serat 10, 15 dan 20
buah. Skema eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini
diperlihatkan Untuk uji perpindahan massa,
Pertama - tama reservoir di isi air distilasi (pH≈7) hingga penuh.
Kemudian, ke dalam modul dialirkan campuran gas CO2-CH4 atau
CO2-N2 (CO2 = 31%) terlebih dahulu selama ± 30 detik agar serat
terisi campuran gas. Setelah itu, pelarut dialirkan ke dalam modul
dengan kecepatan yang di inginkan dan perubahan konsentrasi pelarut
yang melewati kontaktor membran diukur melalui perubahan pH yang
terjadi. Kecepatan aliran air divariasikan dari 100 hingga 350
liter/jam. Sementara itu , untuk uji hidrodinamika, aliran masuk dan
keluar modul dihubungkan dengan manometer digital untuk mengukur
penurunaan tekanan air yang terjadi selama melewati kontaktor
membran serat berongga.
Koefisien perpindahan massa , KL yang terjadi di dalam kontaktor
dihitung melalui persamaan.
KL = QL ln C - C
A C – C1
Dimana QL dan A adalah laju alir pelarut dan luas permukaan
membran di dalam kontaktor, sementara C*, C0 dan C1 adalah
konsentrasi CO2 di dalam pelarut dalam keadaan setimbang, di
reservoir dan di keluaran kontaktor membrane.

6
Eksperimen media absorber dalam peneltian Absorbsi CO 2 dari
campuran CH4 atau N2 melalui kontraktor membran serat berongga
dengan pelarut Air. Dapat di lihat pada Gambar .1 dibawah ini

Gambar 1 Skema eksperimen proses penyerapan gas CO2


melalui kontaktor membran serat berongga.

2.3 Hasil dan pembahasan dari penelitian


Hubungan koefisien perpindahan massa CO2 terhadap
kecepatan aliran cairan yang melalui kontaktor dapat dilihat pada
Gambar 2 Dari gambar tersebut terlihat

7
Gambar 2. Variasi koefisien perpindahan massa gas CO2, KL,dari
campurannya dengan CH4 (symbol tertutup) dan dengan N2
(simbol terbuka) terhadap laju alir air, vL.

Gambar 3 Variasi fluks gas CO2, JCO2, dari campurannya


dengan CH4 terhadap laju alir air, vL.

8
Pada Gambar 3 memperlihatkan hubungan antara fluks gas CO2
yang diserap pelarut dengan laju alir pelarut pada berbagai kontaktor
yang digunakan. Fluks perpindahan CO2 dari sistem gas CH4-CO2 ke
dalam air dapat mencapai sekitar 1,4x10-9 mol CO2/m2.det
Pada hasil Penelitian ini telah dilakukan untuk melakukan studi
penyerapan gas CO2 dari campurannya dengan CH4 atau N2
menggunakan pelarut air melalui kontaktor membran serat berongga.
Berdasarkan hasil dari penelitian , pada gambar 2 menunjukan bahwa
koefisien perpindahan massa bertambah besar dengan naiknya laju alir
pelarut yang mengalir di dalam kontaktor. Hal ini dikarenakan
peningkatan laju alir akan meningkatkan turbulensi aliran sehingga
arus yang terjadi juga akan semakin besar. Arus ini akan memperkecil
hambatan yang terjadi di sekitar aliran dan memperbesar koefisien
perpindahan massa . Koefisien perpindahan massa CO2 ke dalam air
dapat mencapai sekitar 1,23 x 10-7 m/det. Sedangkan pada gambar 3
menunjukkan fluks perpindahan CO2 ke dalam air dapat mencapai
sekitar 1,4 x 10-7 mol/m2.det.
Sementara itu pada kecepatan aliran pelarut yang sama, fluks
dan koefisien perpindahan massanya berkurang dengan bertambahnya
jumlah serat membran di dalam kontaktor. Penurunan tekanan antara
cairan masuk dan keluar kontaktor yang terjadi semakin besar dengan
naiknya laju alir pelarut dan jumlah serat yang terdapat di
dalamkontaktor membran. Untuk setiap kontaktor dengan jumlah serat
yang berbeda , hubungan friksi dengan bilangan Reynolds yang terjadi
memiliki tren yang sama, bahwa semakin besar bilangan Reynolds
faktor friksi yang terjadi semakin kecil. Rasio faktor friksi kontaktor
membran yang digunakan dengan faktor friksi pada pipa halus
berdasrkan hasil eksperimen berkisar antara 4 hingga 15 kali lebih
besar.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Absorbsi gas merupakan proses kontak antara campuran gas dan


cairan yang bertujuan menghilangkan salah satu komponen gas
dengan cara melarutkannya menggunakan cairan yang sesuai.
2. Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara
reaksi kimia.
3. Absorber adalah alat PPU yang berfungsi memindahkan massa
polutan gas (absorbat) dari udara pembawanya ke dalam cairan
yang berfungsi sebagai absorban.
4. efektivitas kontaktor membran serat berongga untuk absorpsi CO2
dari campurannya dengan CH4 atau N2 menggunakan pelarut air
melalui uji perpindahan massa dan uji hidrodinamika air. Dari
hasil penelitian, didapat bahwa pada perpindahan massa yang
terjadi, dinyatakan dengan fluks perpindahan CO2 ke dalam air
dapat mencapai sekitar 1,4x10-9 mol CO2 /m2.det dan koefisien
perpindahan massanya dapat mencapai 1,23 x 10-7 m/det.
Sementara itu, hasil uji hidrodinamika memperlihatkan bahwa
penurunan tekanan air di dalan kontaktor berbanding lurus dengan
jumlah serat dan laju alir pelarut di dalam kontaktor.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam mengatasi pencemaran udara dilakukan proses
pengendalian udara dengan pegembangan metode teknologi yang lebih
canggih dan maju lagi.

10

Anda mungkin juga menyukai