Anda di halaman 1dari 21

Ayuni Yustira

Jumat, 23 Desember 2016


laporan praktikum absorbsi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyerapan berlangsung hampir setiap proses kimia maupun proses-proses lainnya. Salah
satu proses penyerapan yaitu absoprsi yang merupakan salah satu peristiwa perpindahan massa
yang besar peranannya dalam proses industri. Operasi ini dikendalikan oleh laju difusi dan
kontak antara dua fasa.
Pada dasarnya prinsip absorpsi adalah suatu proses penyerapan, yaitu zat yang ingin diserap
(absorbat) dapat larut dalam zat penyerap (absorbent). Pada absorpsi ini terjadi pertemuan
antara gas dan cairan dimana komponen tertentu pada gas dapat larut dalam cairan akan
terserap. Pada percobaan ini, absorpsi dilakukan dengan mekanisme absorpsi cair dan gas.
Pada kolom absorpsi yang menggunakan packing rasching ring sebagai tempat terjadi nya
pengontakan cairan dan gas sehingga gas akan terserap ke dalam cairan. Pada percobaan ini
dimaksudkan agar praktikan bisa memahami tentang menentukan diferensial udara yang
melewati kolom kering , dan berbagai hal yang menyangkut absorpsi.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah
1. Menentukan tekanan deferensial udara yang melalui kolom kering sebagai fungsi laju alir udara.
2. Menentukan tekanan deferensial udara dan air yang melaluui kolom basah sebagai fungsi dari
laju alir udara dan air.
3. Menentukan liquid hold up.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Absoprsi

Absoprsi adalah proses perpindahan massa uap dari suatu larutan dalam campuran gas
yang diserap (diabsorpsi) yang berarti suatu cairan yang mana larutannya mudah atau sulit
larut. Campuran gas biasanya terdiri dari gas inert dan larutan (Geankoplis, 1993).

Pada absorbsi ini terjadi kontak antara gas dengan suatu larutan, komponen tertentu
dalam gas akan terserap atau larut kedalam cairan penyerap (absorbent) sehingga gas yang
meninggalkan kontak sangat sedikit atau tidak mengandung komponen tersebut. Komponen yang
larut (solute) dapat dibebaskan kembali dengan cara desorbsi (McCabe dkk, 1999).
2.2 Peralatan Absorbsi
Peralatan absorbsi gas terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang
dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang didistribusikan pada bagian bawah, pemasukan
zat cair dan distributornya pada bagian atas. Serta diisi dengan massa zat tidak aktif (inert) di
atas penyangganya yang disebut isian menara (packing tower). Peralatan tersebut dapat
digunakan untuk rektifikasi (fraksionasi) untuk operasi absorpsi. Keefektifan suatu peralatan
absorpsi sangat tergantung pada sistim kontak antara gas dan cairan yang bersangkutan
(Rahayu, 2007).
Pada peralatan absorpsi terdapat kolom bahan isian (packing) yang berfungsi untuk
memperluas kontak antara cairan dan gas, sehingga luas permukaan kontak menjadi maksimum.

2.2.1 Kolom Bahan Isian (Packing)

Kolom bahan isian banyak jenisnya, tetapi yang umum digunakan hanya empat jenis dan
dapat di lihat pada Gambar 2.1:
Gambar 2.1 Jenis-jenis kolom bahan isian (packing): (a) Pelana Berl; (b) Pelana intalox; (c) cincin
Rasching; (d) Cincin Pall.

Karakteristik dan aplikasi masing-masing kolom bahan isian (packing):

1. Pelana Berl

Peralatan ini lebih efisien dari pada cincin rasching, tetapi penggunaanya lebih mahal. Alat ini
memiliki Height of Transfer Unit (HTU) yang rendah dan penurunan tekanan setiap bagian
mempunyai titik pembanjiran yang lebih tinggi. Alat ini juga mudah patah dibandingkan cincin
raschig.

2. Pelana intalox

Jenis ini merupakan salah satu kolom bahan isian yang efisien, tetapi lebih mahal. Peralatan ini
memiliki kecekungan yang kecil atau mempunyai kemampuan untuk penyaringan tempat blok
penyerapan memberikan bentuk serapan yang seragam. Alat ini juga memiliki batas titik
pembanjiran yang lebih tinggi dan penurunan tekanan lebih rendah dari cincin raschig atau
pelana berl dan nilai Height of Transfer Unit (HTU) lebih rendah untuk hampir keseluruhan
sistim. Alat ini juga lebih mudah rusak pada penyerap.

3. Cincin Rasching

Kolom bahan isian yang pertama keluar yaitu tipe cincin raschig, peralatan ini lebih murah per
unit, namun kurang efisien di bandingkan dengan yang lain. Biasanya tersedia dalam berbagai
macam jenis material. Untuk pemasangan sering di susun dengan dumping basah atau kering,
untuk yang berukuran 4-6 inci atau yang lebih besar dari itu di susun satu per satu dengan
tangan. Hasil dari pabrik biasanya lebih tipis dan juga permukaannya juga bisa di ganti-ganti
ketebalannya.

4. Cincin Pall

Pada peralatan ini penurunan tekanan lebih rendah (kurang dari setengah) dari pada cincin
raschig, Height of Transfer Unit (HTU) nya juga lebih rendah, mempunyai batas pembanjiran
(flooding) lebih tinggi, juga memiliki distributor cairan yang sempurna dan berkapasitas tinggi
dan tersedia dalam bentuk logam, plastik dan keramik.
(Ernest E. Ludwig, 1979).

Adanya packing (bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan terjadinya
hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom. Akibatnya gas maupun cairan yang
melewati kolom absorpsi akan mengalami penurunan tekanan (pressure drop) (R.Paonganan,
2013).

2.3 Pemilihan Pelarut (Absorben)

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.Absorben sering juga disebut
sebagai cairan pencuci.

Adapun persyaratan untuk absorben yaitu:

1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan akan
cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis
7. Murah Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas
yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida
(untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat
bereaksi seperti basa).
(Roji, 2011)

2.4 Korelasi dari Koefisien Film

Data eksperimen untuk koefisien Film gas dalam campuran encer telah berkorelasi
dalam hal HG, di mana:
(2.4-1)

Persamaan empiris adalah sebagai berikut:

(2.4-2)

Dimana GF = kg total gas/s.m2; Gx = kg total liquid/s.m2; dan α, β, dan γ adalah konstan


dari packing. Pengaruh suhu, yang kecil, yang icluded dalam jumlah Schmidt µ/ρD, dimana µ
adalah viskositas dari campuran gas kg/m.s, ρ adalah densitas kg/m3, dan D adalah difusivitas
padatan A di dalam gas m2/s. koefisien k’ya dan HG dapat dilihat pada tekanan independen.

Persamaan 2.4-2 dapat digunakan untuk memperbaiki data yang ada untuk penyerapan
zat terlarut A dalam gas pada spesifik packing untuk penyerapan zat terlarut E dalam sistem
yang sama dan tingkat aliran massa yang sama. hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan 2.4-3:

(2.4-3)

Korelasi untuk koefisien film cairan dalam campuran encer menunjukkan bahwa HL
independen dari tingkat gas sampai puncaknya, seperti pada persamaan 2.3-4 berikut:

(2.4-4)

Dimana HL adalah m, µL adalah viskositas liquid kg/m.s, NSc adalah jumlah Schmidt
µL/ρD, ρ adalah densitas liquid kg/m3, dan D difusivitas padatan A dalam liquid m2/s
(Geankoplis, 1993).

2.5 Aplikasi Absorpsi

Peristiwa absorpsi adalah salah satu peristiwa perpindahan massa yang besar
peranannya dalam proses industri. Operasi ini dikendalikan oleh laju difusi dan kontak antara
dua fasa. Operasi ini dapat terjadi secara fisika maupun kimia. Contoh dari absorpsi fisika
antara lain sistem ammonia-udara-air dan aseton-udara-air. Sedangkan contoh dari absorpsi
kimia adalah NOx-udara-air, dimana NOx akan bereaksi dengan air membentuk HNO3. Contoh
industrinya adalah pabrik pembuatan formalin dari formaldehida (Firdaus, 2011).

Aplikasi absorpsi lainnya di bidang industri yaitu pabrik pembuatan asam nitrat. Tahap
akhir pembuatan asam nitrat berlangsung di dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom
terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan NO2 terabsorpsi kedalam air menjadi asam nitrat.
Ada juga proses yang lainnya yang menggunakan aplikasi absorpsi yaitu proses pembuatan
urea, produksi etanol, minuman berkabonasi, fire extinguisher, dry ice, supercritical carbon
dioxide dan masih banyak lagi aplikasi absorpsi lainnya didalam industri (Satir, 2013).

2.6 Mekanisme Penyerapan


Peristiwa perpindahan pada absorbsi yang disebabkan oleh difusi molekuler
berdasarkan hukum fick, dan dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

(2.6-1)

Ditinjau dari segi arah gerakan komponen yang terlibat dalam proses difusi dibedakan dua
macam yaitu:

1. Difusi berlawanan arah ekimolar. Dua komponen A dan B berdifusi dengan laju molar yang
sama, akan tetapi dengan arah yang berlawanan, dalam hal ini Na = NB.

2. Difusi melalui gas yang diam, komponen A mendifusi melalui komponen B yang diam, NB = 0

Perpindahan massa dari satu fasa ke fasa yang lain hanya mengalami hambatan pada
kedua film dan tidak didalam curah fasa. Oleh karena itu konsentrasi didalam curah PAG dan
CAL adalah tetap (tidak tergantung pada jarak perpindahan z). Bila tahan didalam film menuruti
garis lurus.

Ada satu anggapan yang diperlukan dalam teori dua film yaitu bahwa tahanan antar
muka terhadap perpindahan massa sama dengan nol. Ini berarti bahwa konsentrasi gas dan
cairan pada antar muka berada dalam keadaan setimbang. Keadaan setimbang ini biasanya
dinyatakan dengan persamaan henry yang berbentuk:

PAi = HA . CAi
Dimana HA adalah konstanta henry untuk komponen A (Treybal,1980).

2.7 Penentuan Perpindahan Massa Keseluruhan (Kog)


Persamaan-persamaan umum yang digunakan untuk absorpsi yang menggunakan kolom
isian:

(2.7-1)

Ruas kanan dari persamaan ini sukar di tentukan, karena itu dengan cara yang lebih
sederhana dapat dihitung dengan cara berikut:

N = log Kog.a.A.H (2.7-2)

Sehingga:

(2.7-3)

Dimana N adalah laju absorpsi gmol/detik, a adalah luas spesifik packing/satuan volume
menara, A adalah luas penampang kolom, H adalah tinggi menara, A.H adalah volume kolom,
a.A.H adalah luas untuk perpindahan massa, Pi adalah tekanan parsial gas yang masuk dan Po
adalah tekanan parsial gas yang keluar.

(Sari, 2009)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan:


3.1.1 Alat yang digunakan:
1. Kolom Gas Liquid Absorbtion
2. Erlenmeyer 500 mL 1 Buah
3. Compressor 1 Buah
4. Stopwatch 1 Buah
3.1.2 Bahan yang digunakan:
1. Air
2. Udara
3.2 Prosedur Percobaan:
1. Tangki reservoir diisi dengan air sampai ¾ bagian.
2. Kolom absorpsi dikeringkan terlebih dahulu dengan cara melewatkan laju alir udara maksimum
sampai tanda-tanda yang menunjukkan kelembaban packing hilang.
3. Di set laju alir udara pada 30 L/menit; 40 L/menit;50 L/Menit dan 60 L/menit dan laju alir air
pada 1 L/menit dan 2 L/menit.
4. Dicatat perbedaan tekanan yang terbaca pada manometer.
5. Untuk mengukur laju alir air keluar, sampel ditampung dari bagian bawah kolom menggunakan
erlenmeyer 500 mL dan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh air sampai mencapai 500 mL.
6. Setelah selesai, air percobaan dikuras dan dibersihkan semua alat yang telah digunakan.

Gambar peralatan absorpsi yaitu:

b
a

Gambar 3.1 peralatan yang digunakan saat praktikum

Keterangan:
a. Kolom Packing
b. Manometer H2O
c. Laju alir
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengolahan Data


4.1-1 Pressure Drop
Tabel 4.1 Penurunan tekanan (ΔP) dengan laju alir udara pada Kolom
Kering
Laju alir udara (L/menit) ΔP (cmH2O)
30 0,21
40 0,28
50 0,36
60 0,43

Tabel 4.2 Penurunana tekanan (ΔP) uap air dan udara dengan variasi laju alir air dan laju alir udara pada
Kolom Basah
Laju alir Laju alir Waktu Laju alir ΔP Udara ΔP Air
udara air masuk (Menit) air keluar (cmH2O) (cnH2O)
(L/Menit) (L/Menit) (L/Menit)
15 0,9375 0,2 1,1
1 30 0,9375 0,44 1,2
45 0,909 0,5 1,3
30 60 0,909 0,6 1,4
15 1,875 0,7 1,6
2 30 1,875 0,75 1,7
45 1,764 0,77 1,8
60 1,667 0,79 1,83
15 0,909 0,9 1,9
1 30 0,8823 0,94 2
45 0,8571 0,97 2,1
40 60 0,8571 0,98 2,24
15 1,875 1 2,3
2 30 1,875 1,1 2,35
45 1,764 1,18 2,38
60 1,764 1,2 2,45
15 0,8333 1,4 2,6
50 1 30 0,8108 1,52 2,7
45 0,8108 1,7 2,75
60 0,7895 1,9 2,85
15 1,764 2,1 2,9
2 30 1,764 2,1 2,95
45 1,764 2,25 2,97
60 1,667 2,28 3
15 0,7692 1,8 2,4
1 30 0,75 1,85 2,45
45 0,7317 1,93 2,5
60 60 0,7317 2,1 2,53
15 1,667 2,15 2,
2 30 1,667 2,18 2,63
45 1,578 2,2 2,64
60 1,578 2,25 2,7

4.1-2 Liquid Hold Up


Tabel 4.3 Liquid Hold Up pada Kolom basah
Laju alir udara Laju alir air Waktu( Laju alir air keluar Liquid hold
(L/Menit) (L/Menit) Menit) (L/Menit) up
15 0,9375 0,0625
1 30 0,9375 0,0625
45 0,909 0,091
60 0,909 0,091
30 15 1,875 0,125
2 30 1,875 0,125
45 1,764 0,236
60 1,667 0,333
15 0,909 0,091
1 30 0,8823 0,118
40 45 0,8571 0,143
60 0,8571 0,143
15 1,875 0,125
2 30 1,875 0,125
45 1,764 0,236
60 1,764 0,236
15 0,8333 0,1667
1 30 0,8108 0,1892
45 0,8108 0,1892
60 0,7895 0,22105
50 15 1,764 0,236
2 30 1,764 0,236
45 1,764 0,236
60 1,667 0,333
15 0,7692 0,2308
60 1 30 0,75 0,25
45 0,7317 0,2683
60 0,7317 0,2683
15 1,667 0,333
60 2 30 1,667 0,333
45 1,578 0,422
60 1,578 0,422

4.1-3 Pressure drop (ΔP) Percobaan dan Teoritis


Tabel 4.4 Pressure drop (ΔP) Percobaan dan Teoritis pada Kolom Basah
Laju alir udara Laju alir air ΔP Percobaan ΔP Teorotis
(L/Menit) (L/Menit)
30 1 1,25 0,08248
2 1,7325 0,0825
40 1 2,06 0,1466
2 2,37 0,1467
50 1 2,725 0,2291
2 2,955 0,2292
60 1 2,47 0,3299
2 2,65 0,33

4.2 Pembahasan
Absorpsi merupakan salah satu proses perpindahan massa untuk memisahkan suatu gas dari
campurannya dengan menggunakan absorben yang sesuai (Kumoro,2000). Menurut Atway
(2008), proses tersebut terjadi jika campuran gas dikontakkan dengan suatu liquid yang
kemudian satu atau lebih komponen gas akan diserap oleh liquid tersebut. Berdasarkan
penelitiannya faktor utama dalam proses penyerapan adalah laju alir sedangkan pengaruh suhu
tidak begitu penting.
Dalam proses absorpsi dipilih cairan yang dapat menyerap suatu komponen secara cepat,
sehingga komponen tersebut dapat berpindah. Proses Absorpsi dapat berlangsung dalam kolom
absorpsi (Najim, 1995).Percobaan ini menggunakan gas O2 sebagai komponen yang akan
diabsorpsi. Gas tersebut berasal dari kompressor yang mengalirkan udara ke dalam kolom
absorpsi yang kemudian akan berkontak langsung dengan air, sehingga terjadi penyerapan gas
oksigen ke dalam air. Air pada proses ini berfungsi sebagai absorben.
Kolom absorpsi yang digunakan pada percobaan ini yaitu menara isian (pakced tower).
Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder yang dilengkapai dengan isian jenis
rasching ring. Isian (packing) berfungsi untuk memperluas kontak antara udara dan air, sehingga
penyerapas gas O2 ke dalam air berlangsung lebih maksimal. Prinsip kerja dari packed tower
yaitu cairan didistribusikan secara merata dari atas kolom sehingga membasahi packing, dan
mengalir melewatinya membentuk lapisan tipis, kemudian keluar melalui bagian bawah.
Sementara itu gas dialirkan secara countercurrent (berlawanan arah) dengan air di mana tempat
pemasukannya berada di bawah kolom dan mengalir keluar melalui atas kolom (Najim,1995).
Menurut Yi Liu (2014), penggunaan pakced tower telah digunakan secara luas dikarenakan
penurunan tekanannya yang rendah dan operasinya yang fleksibel.
4.2-1 Pressure Drop (∆P)
4.2.1-1 Hubungan Pressure Drop Terhadap Laju Alir Udara pada Kolom Kering
Pada kolom kering, terlebih dahulu kolom dikeringkan dengan cara melewatkan laju alir
udara maksimum sehingga kelembaban pada kolom tidak terlihat lagi. Penurunan tekanan
disebabkan oleh aliran udara yang melewati packing pada kolom mengakibatkan terjadinya
gesekan antara fluida (gas) dengan packing dan menghambat laju alirnya. Penurunan tekanan
mengalami peningkatan pada laju alir yang lebih cepat (Geankoplis, 1993). Pada percobaan ini
digunakan 4 variasi laju alir yaitu 30; 40; 50; dan 60 L/menit.
Dari table 4.1 dapat dilihat peningkatan yang terjadi di mana pada laju alir udara 30; 40;
50; dan 60 L/menit, pressure drop yang diperoleh secara berturut-turut yaitu 0,21; 0,28; 0,36 dan
0,43 cmH2O. Data tersebut menunjukkan semakin besar laju alir udara yang diberikan semakin
besar pula pressure drop pada kolom kering. Hubungan laju alir udara terhadap pressure drop
pada kolom kering dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Hubungan laju alir udara terhadap pressure drop percobaan pada kolom kering
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pressure drop berbanding lurus dengan laju alir udara,
semakin besar laju alir udara maka semakin tinggi pressure drop yang dihasilkan. Hal ini terjadi
karena laju lair udara yang besar dapat meningkatkan tabrakan antar gas yang mengalir dari
bawah ke atas sehingga pressure drop akan ikut meningkat.
4.2.1-2 Hubungan Pressure Drop Terhadap Laju Alir Udara Dan Laju Alir Air Pada Kolom
Basah
Pada kolom basah, air yang dialirkan dari atas kolom mengalami pengontakan dengan
udara yang dialirkan dari bawah. Pengontakan yang terjadi di dalam kolom menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan (Pressure Drop) yang dipengaruhi oleh gesekan antar udara
dengan air. Gesekan juga terjadi antara air dan dinding kolom. Air yang mengalir di sekitaran
dinding menjadi lebih lambat sehingga tekanan menurun. Hubungan laju alir air dan laju alir
udara terhadap Pressure drop pada kolom basah dapat dilihat pada Gambar 4.2 yang
menunjukkan bahwa semakin besar laju alir air maka semakin tinggi pressure dropnya. Pressure
drop berbanding lurus dengan laju alir serta laju alir udara. Laju alir udara yang ditetapkan sama
dengan laju alir udara pada kolom kering. Sedangkan laju alir air terdiri dari 1 dan 2 L/menit.
Hubungan laju lair dengan pressure drop dengan laju alir udaara tertentu dapat dilihat pada
gambar 4.2

Gambar 4.2 Hubungan


laju alir air terhadap pressure drop dengan laju alir udara tertentu pada kolom basah

Gambar 4.2 terlihat ketika laju alir udara dibuat konstan pada 30 L/menit dengan 2 variasi
laju alir (1 dan 2 L/) diperoleh Pressure drop secara berturut-turut yaitu 1,25 dan 1,73 cmH2O.
kemudian ketika laju alir udara ditingkatkan menjadi 40 L/menit dengan laju alir air yang sama
diperoleh pressure drop 2,06 dan 2,37 mmH2O. Begitu juga untuk laju alir udara 40 dan 60
L/menit dengan variasi laju alir udara yang sama akan diperoleh pressure drop yang semakin
tinggi.
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 memperlihatkan perbedaan pressure dropnya yang mana
pressure drop pada kolom basah lebih besar pada kolom kering. Hal ini disebabkan adanya zat
cair di dalam kolom sehingga mengurangi ruang yang tersedia untuk aliran gas. Berdasarkan
teori laju alir air berbanding lurus terhadap pressure drop untuk setiap laju alir udara konstan.
Ketika laju alir udara dipercepat, gas akan mempersulit aliran zat cair ke bawah dan perangkapan
zat cair bertambah sehingga pressure drop meningkat (McCabe,1999).
4.2-2 Liquid Hold Up
Liquid Hold Up adalah volume cairan tetap yang terdapat dalam film yang terbentuk pada
permukaan packing atau dalam ruang kosong (Zakeri, 2012). Dengan kata lain Liquid Hold Up
adalah cairan yang menempel sebagai sebagai lapisan film atau cairan yang terperangkap dalam
packing. Dalam tulisannya Zakery mencatat bahwa Liquid Hold Up merupakan parameter
hidrodinamik penting untuk pengontakan gas- liquid dalam kolom isian karena peristiwa tersebut
dapat menyebabkan penurunan tekanan. Hold up dipengaruhi oleh laju alir udara dan air,
semakin besar laju alir air yang diberikan maka akan semakin besar pula hold up yang terjadi,
karena semakin besar laju alir air maka akan memungkinkan semakin banyak air yang
terperangkap pada packing menara absorpsi.

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasi praktikum yang di dapat, diambil kesimpulan sebagai berikut :


1. Pada laju alir udara 20, 30, dan 40 L/menit pressure drop yang didapat pada kolom kering pada
percobaan yaitu 1,533; 1,8; dan 2,3 mmH2O. Pada laju alir udara yang sama didapat pressure
drop teoritis yaitu 3,671504; 4,9515; dan 6,99231 mmH2O. Pressure drop yang didapat
berbanding lurus dengan laju alir udara.

2. Pada kolom basah laju alir udara 20 L/menit dan laju alir air 2,4,6,dan 7 L/menit didapat
pressure drop percobaan yaitu 6; 7,21; 8,44; dan 9,75 mmH2O, sedangkan pressure drop
teoritis adalah 73,80006; 74,74145; 75,74557; dan 76,26547 mmH2O. Pressure drop
didapat berbanding lurus dengan laju alir air dan laju alir udara.
3. Pada kolom basah nilai pressure drop yang didapat lebih besar nilainya dari pada pressure
drop pada kolom kering.
4. Dissolved oxygen (DO) akan semakin banyak terserap didalam pelarut jika udara dan air
meningkat, sehingga kontak udara dengan air semakin besar. Pada laju alir udara 20
L/menit, 30 L/menit dan 40 L/menit dengan laju alir air 2; 4; 6; dan 7 L/menit didapat
nilai DO sebesar 3,6; 3,8; 4,6; 4,9 mg/L, 4,1; 4,7; 5,2; 5,8 mg/L dan 5,3; 5,7; 5,9; dan 6,2
L/menit.

LAMPIRAN B

CONTOH PERHITUNGAN

B.1 Menghitung Liquid Hold Up


Pada laju alir udara 30 L/menit dan laju alir air 2 L/menit, diperoleh:
Laju alir air masuk = 2 L/menit
Laju alir air keluar = 1,875 L/menit
Hold up = liquid masuk – liquid keluar
= 2 L/menit – 1,875 L/menit
= 1,25 L/menit

B.2 Menghitung Porositas Packing ()


- Volume air acuan : 850 ml
- Volume packing : 500 ml

= 70 %

A.3 Permukaan Spesifik Packing


Pada perhitungan luas total permukaan packing (A),
Diameter luar (Do) = 1 cm Tinggi packing (hp) = 1 cm
Diameter dalam (Di) = 0,8 cm
1. Volume packing (Vp) = hp

= = 0,502

2. Luas permukaan packing (Sp) = π (Do + Di) t +


= 3,14 (1+8)cm . (1 cm)+
= 3,9564

sehingga diperoleh permukaan spesifik,

A = = 0,788

A.4 Perhitungan Pressure Drop (P) Teoritis Pada Kolom Kering.


Pada laju alir udara 30 L/menit dan laju alir air 2 L/menit. Dari Appendix A.3-3
(Geankoplis, 1993), properties untuk udara pada suhu 28,6 , diperoleh:
 = 1,173 kg/m3 = 1,173 x 10-3 kg/L
 = 1,860 x 10-5 kg/m.s
Dop = 1 cm = 0,01 m
= 0,7
ΔL = Tinggi Kolom = 1,48 m

a. Laju alir table udara (V)


V = laju alir . 
= (30 L/menit) x (1,173 x 10-3 kg/L) (60 s)
= 5,865 x 10-4 kg/s
b. Bilangan Reynold (Nre)
Nre =
=
= 26,56,646

Dari perhitungan dapat diperoleh ΔP (pressure drop) teoritis:

ΔP = 438,0819 kg/m.s

ΔP =
ΔP = 0,4467 cm

A.5 Perhitungan Pressure Drop Teoritis Pada Kolom Basah


Pada laju alir udara 30 L/menit dan laju alir air 2 L/menit. Dari Appendix A.3-3 (Geankoplis,
1993) untuk udara pada suhu 28,6 diperoleh:
ρG = 1,173 kg/m3 = 0,073 lb/ft3
ρL = 996,72 kg/m3 = 62.22 lb/ft3

laju alir udara 30 L/menit

Q = 30 L/menit (1,173 × kg/L) (

Q = 9,309 lb/jam

G = = 175,64 lb /jam.ft2

Untuk laju alir air 2 L/menit, maka laju volumetriknya,

Q = 2 L/menit (996,72 × kg/L) (

Q = 0,26372 lb/jam

V = = 4,9693 lb /jam.ft2
Data untuk rasching ring ½ in diperoleh:

h = 1,48 m. = 4,850 ft
= 0,1393 lb/ft2.s

ΔP =

=
= 3,3006 mmH2O = 0,33 cmH2O

Diposting oleh Ayuni Yustira di 19.25


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: ayuniyustira.com
Lokasi: Banda Aceh, Banda Aceh City, Aceh, Indonesia

1 komentar:

1.

Syihabfahmi Tip18 Februari 2018 22.26

kak gambarnya ko ndak bisa dilihat ya

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Anda mungkin juga menyukai