TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Absorpsi
Definisi Absorpsi adalah proses penyerapan suatu zat oleh zat lain atau
suatu fenomena fisik atau kimiawi atau suatu proses sewaktu atom, molekul, atau
ion memasuki suatu fase limbak (bulk) lain yang bisa berupa gas, cairan, ataupun
padatan. Proses ini berbeda dengan adsorpsi karena pengikatan molekul dilakukan
melalui volume dan bukan permukaan. Salah satu contoh penyerapan lainnya
adalah penukaran ion di mana terjadi proses pertukaran ion antara dua elektrolit
atau antara larutan elektrolit dan senyawa kompleks.
Dalam proses ini, zat yang diserap masuk ke bagian dalam zat penyerap.
Misalnya peristiwa pelarutan (gas ke dalam zat cair atau zat padat), difusi (zat cair
ke dalam zat padat), warna yang diserap oleh suatu benda (warna absorpsi),
penyerapan sinar bias oleh suatu zat pada peristiwa bias kembar (absorpsi selektif)
dan penyerapan energy oleh electron di dalam satuan atom (spectrum absorpsi).
Sedangkan pengertian absorpsimetri adalah metode analisis untuk menentukan
komposisi suatu zat dengan mengukur cahaya yang diserap bahan itu. Misalnya,
dengan mengetahui frekuensi warna cahaya yang diserap. Absorbsi merupakan
salah satu proses pemisahan dengan mengontakkan campuran gas dengan cairan
sebagai penyerapnya. Penyerap tertentu akan menyerap setiap satu atau lebih
komponen gas. Pada absorbsi sendiri dimana ada dua macam proses yaitu :
a. Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan
penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi
gas H2S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena
adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Dari
asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya,
yaitu :
dipakai sebagai dasar untuk soal-soal rumit yang menyangkut tentang difusi
multikomponen atau difusi yang disertai reaksi kimia. Sebagai contoh,
misalkan perpindahan massa dari suatu arus gas turbulen kedinding suatu pipa,
disini terdapat lapisan laminer didekat dinding, dimana perpindahan massa
kebanyakan oleh difusi molekular, dan gradien konsentrasi pun mendekati
linier. Makin jauh jaraknya dari dinding, turbulennya menjadi lebih kuat dan
difusivitas pusaran pun meningkat, yang berarti di perlukan gradien yang lebih
kecil untuk menghasilkan fluks yang sama. Walaupun ada beberapa contoh
tentang difusi melalui film- fliuda stagnan, perpindahan massa biasanya terjadi
didalam suatu lapisan batas yang tipis dekat permukaan dimana aliran fluida itu
laminer. Pada kebanyakan operasi perpindahan massa tersebut aliran turbulen
diperlukan untuk meningkatkan laju perpindahan massa per satuan luas atau
untuk membantu mendispersikan fluida yang satu ke fluida yang lain, sehingga
memberikan lebih banyak lagi antarmuka. Selain dari itu, perpindahan massa
ke antarmuka fluida sering bersifat tak- stedy dengan gradien konsentrasi yang
selalu berubah dan demikian pula laju perpindahan massanya. Perpindahan
massa dalam kebanyakan hal dikerjakan dengan menggunakan persamaan yang
sejenis juga , yang menggunakan koefisien perpindahan massa.
Teori penetrasi
Dimana teori ini menganggap bahwa zat terlarut tidak jauh menembus ke
dalam fase cair akibat pendeknya waktu paparan pengendapan yang pendek
dari zat terlarut dan cairan atau karena zat terlarut segera menghilang karena
adanya reaksi kimia di dalam cairan. Teori penetrasi awalnya di gunakan oleh
Higbie untuk menjelaskan transfer massa dalam fasa cair selama penyerapan
gas.
b. Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan
penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi
dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari
absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik
amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk
mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan massa
gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif
permukaan. Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir
stagnan disamping penangkapan dinamik.
Hal-hal yang mempengaruhi dalam prsoses adsorbsi :
Zat yang diadsorbsi
Luas permukaan yang diadsorbsi
Temperatur
Tekanan Absorben
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kolom Absorpsi
Kolom Absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan atau penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom
atau tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.
Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase
mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia.
Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,pelarutan yang terjadi pada
semua reaksi kimia.
2. Zeolit Mineral
Zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok mineral
yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah
senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai
rumus kimia sebagai berikut : M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O Dengan M = e.g Na, K,
Li, Ag, NH, H, Ca, Ba Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal,
sedangkan logam alkali adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air
menunjukkan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila
unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak,
misalnya untuk industri kertas, karet, plastik, agregat ringan, semen puzolan,
pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk
eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam, industri oksigen, industri
petrokimia. Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi
oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal
tersebut dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC,
maka kristal zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya
serap (absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan.
Biasanya mineral zeolit mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi
untuk setiap gram berat. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas
sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya
dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering
nitrogen atau methana dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit
itu sendiri.
3. Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit
dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis
lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi,
mineral industri dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan
berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan
fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya
pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu.
Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan
wool dari lemak.
Sifat bentonit sebagai adsorben adalah :
mempunyai surface area yang besar (fisika)
bersifat asam yang padat (kimia)
bersifat penukar-ion (kimia)
bersifat katalis (kimia)
digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi.
Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan
berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka
perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk
konsentrasi CH4.
Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat
dilukiskan sebagai berikut: CO2(g) + NaOH(aq) NaHCO3(aq) NaOH(aq) +
NaHCO3 Na2CO3(s) + HO(l) + CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) +
H2O(l) Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan
karena bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32- Prinsip Absorbsi
Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO2) dialirkan ke dalam
kolom pada bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air
bertemu dalam kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap
udara tidak larut dalam air (sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang
berpindah ke dalam fase air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya
CO2. Semakin ke atas ,aliran udara semakin miskin CO2.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai
berikut :
Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik.
Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan
Laju alir gas dimana semakin besar laju alir gas tersebut maka penyerapan
semakin buruk.
10
Dik :
Pa adalah Tekanan parsial komponen A (atm)
H adalah Konstanta hukum henry ( 0,142 x 104 atm/mol fraction )
H adalah Konstanta hukum henry ( mol frac gas /mol frac liquid)
Xa adalah fraksi mol komponen A dalam liquid
Ya adalah fraksi mol komponen B dalam gas
Di dalam proses reaksi gas-liquid equibrillium ini terdapat beberapa ciri-ciri
reaksi dimana dapat digambarkan sebagai dua fase yang berbeda (gas dan liquid
dalam absorbsi) yang di kontakkan kemudian di pisahkan, kemudian selama
kontak berlangsung terjadi pencampuuran komponen antara dua fase saling
membaur. Jika waktu pencampuran cukup, komponen pada kesetimbangan dalam
dua fase setelah proses pemisahan dan proses tersebut di anggap sebagai Single
Equibrillium stage
L = L(1-XA)
L = L/(1-XA)
V = V(1-YA)
V = V/(1-YA)
11
Operating Line
Xa0
( 1Xa
0)
+ V
Ya 2
( 1Ya
2)
= L
Xa1
( 1Xa
1)
+ V
Ya 1
( 1Ya
1)
12
13
14
BAB IV
15
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sebagai generasi muda hendaknya kita memiliki pengetahuan yang luas
dengan banyak membaca sumber kajian baik jurnal maupun sumber lainya dan
giat dalam melakukan sejumlah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
16
17