Hukum Raoult
Dua asumsi utama yang diperlukan untuk mereduksi perhitungan VLE terhadap
hukum Raoult adalah:
Fasa uap adalah gas ideal
Fasa cair adalah larutan ideal
Asumsi pertama berarti bahwa hukum Raoult dapat diterapkan untuk tekanan
rendah sampai menengah. Penerapan kedua bahwa ini memiliki perkiraan validitas
hanya ketika komponen yang menyusun sistem sama secara kimia. Hanya saja
sebagai gas ideal yang menjalani prilaku seperti prilaku gas nyata pada keadaan
standar yang dapat diperbandingkan, larutan ideal merepresentasikan prilaku
menuju prilaku larutan nyata yang dapat diperbandingkan. Prilaku larutan ideal
sering diperkirakan dengan fasa cair dimana spesies/komponen molekular tidak
yi P xi Pi
sat (i = 1, 2, . . . ,N) (1)
sat adalah
dimana xi adalah mol fraksi fase cair, yi adalah mol fraksi fase uap dan P
i
tekanan uap murni spesies i pada temperature sistem. Produk yi P pada sisi kiri (1)
dkenal sebagai tekanan parsial spesies i.
Model sederhana untuk VLE persamaan (1) menyediakan deskripsi realistis
prilaku aktual untuk kelas sistem yang relatif kecil. Namun demikian, ini berguna
untuk menampilkan sistem yang lebih kompleks.
Batasan hukum Raoult adalah bahwa ini dapat diterapkan hanya terhadap spesies
untuk yang tekanan uapnya diketahui dan ini memerlukan bahwa spesies adalah
subkritikal, yaitu temperature aplikasi di bawah temperature kritis spesies.
Penampakan penting dan berguna hukum Rault adalah bahwa hal ini valid
untuk beberapa spesies yang ada pada kesatuan pendekatan mol fraksi,
menyediakan hanya bahwa fasa gas adalah gas ideal.
Fraksi-fraksi mol dalam tiap fasa berjumlah satu. Karena untuk fasa uap yi = 1,
i
P 1 (3)
y P sat
i i
i
persamaan tersebut berlaku dalam perhitungan titik embun, dimana komposisi fase
cair tidak diketahui.
Penyelesaian
(a) Untuk memperoleh hubungan P vs xi diperlukan perhitungan BUBL P. dasarnya adalah
bentuk persamaan sistem biner dimana:
sat sat 1 (A)
P P P sat P x
2 1 2
Pada temperature 75oC, dengan persamaan Antoine diperoleh
sat dan = 41,98 kPa
P = 83,21 kPa P sat
1 2
Perhitungannya sederhana, kita misalkan x1 = 0,6 ; maka nilai P :
P = 41,98 + (83,21 – 41,98) (0,6) = 66,72 kPa
nilai y1 dicari dengan hubungan per.10.1:
x 0,6 83,21
P sat
y 1 1
= = 0,7483
1 P 66,72
Hasil ini berarti bahwa pada temperature 75 oC campuran cairan 60%mol asetonitril dan 40%
mol nitrimetana adalah dalam kesetimbangan dengan uap yang mengandung 74,83% mol
asetonitril pada tekanan 66,72 kPa. Hasil perhitungan untuk 75 oC pada sejumlah nila x1
ditabulasikan berikut:
x1 y1 p/kPa x1 y1 P/kPa
Hasil yang sama juga ditunjukkan dengan diagram P-x1 -y1 Gambar 1. Gambar ini adalah
diagram fasa yang mana garis lurus ditandai P-x1 merepresentasikan keadaan cairan jenuh
(saturated liquid); daerah cairan subcoolid (subcoolid liquid) terletak di atas garis ini. Kurva yang
ditandai P-y1 merepresentasikan keadaan uap jenuh (saturated vapor); daerah uap superjenuh
(superheated vapor) terletak di bawah kurva. Titik-tik yang terletak antara garis cairan jenuh
dan uap jenuh adalah daerah dua fasa , dimana cairan jenuh dan uap jenuh berada dalam
60%mol asetonitril dan 40% nitrometana berada dalam susunan piston pada 75 oC.
Keadannya direpresentasikan dengan titik a pada gambar 1. Penganbilan piston secara cukup
pelan menurunkan tekanan sementara penjagaan sistem pada kesetimbangan pada 75 oC.
Karena sistem tertutup, komposisi keseluruhan tetap konstan selama proses, dan keadaan
sistem sebagai keseluruhan jatuh pada garis vertikal yang menurun dari titik a. Ketika
tekanan mencapai nilai pada titik b, sistem adalah cairan jenuh pada ambang penguapan.
Penurunan tekanan yang amat kecil menghasilkan gelembung uap yang direpresentasikan
oleh titik b’. Dua titik b dan b’ (x1 = 0,6, P = 66,72 kPa, dan y1 = 0,7483) bersama-sama
merepresentasikan keadaan yang ditentukan dengan perhitungan terdahulu. Titik b adalah
titik gelembung, dan garis P-x1 adalah garis titik gelembung.
Sebagaimana tekanan diturunkan, jumlah uap meningkat dan jumlah cairan menurun,
dengan kadaan dua fasa mengikuti jalur b’c dan bc’. Garis putus-putus dari titik b ke titik c
merepresentasikan keadaan keluruhan sistem dua fasa. Akhirnya, sebagaimana titik c
didekati, fasa cairan, direpresentasikan titik c’, hampir tidak terlihat, dengan hanya tetesan
(dew) yang tertinggal. Titik c adalah titik embun, dan kurva P-y1 adalah garis titik embun.
Sekali lagi embun telah teruapkan, hanya uap jenuh pada titik c yang tertingggal, penurunan
tekanan berikutnya menghasilkn uap superjenuh pada titik d.
Komposisi uap pada titik c adalah y1 = 0,6, namun komposisi cairan pada titik c’ dan
tekanan harus dibaca dari grafik atau dihitung.
P 83,21
ini adalah komposisi cairan pada titik c’.
sat
t1
t sat t sat
diberikan, range temperatur dibatasi oleh temperature 1 dan 2 , temperature yang
mana spesies murni mendesak tekanan uap sama dengan P. Untuk system yang ada,
temperature ini dihitung dari persamaan Antoine:
sat B
t1 i Ci
A ln P
i
t sat
untuk P = 70 kPa, = 69,84oC dan 2 = 89,58oC. Cara paling sederhana untuk
mentiapkan diagram t–x1-y1 adalah memilih nilai t antara kedua temperature, dan evaluasi x1
dengan pers (A), ditulis
sat
P P
2
x1 P sat P sat
1 2
sat sat = 46,84 dan
sebagai contoh, pada 78 C, P o
= 91,76 kPa, P
1 2
x 70 48,84 = 0,5156
1 91,76 46,84
Dengan per. 10.1
sat 0,5156 91,76
y1 x1 P 1
= = 0,6759
P 70
hasil perhitungan yang sama untuk P = 70 kPa adalah berikut:
x1 y1 t/oC x1 y1 t/oC
0,0000 0,0000 sat 0,5156 0,6759 78
89,58( t2 )
0,1424 0,2401 86 0,7378 0,7378 74
0,3184 0,4742 1,0000 1,0000 sat
82 69,84 ( t1 )
keadaan uap jenuh, dengan keadaan uap superjenuh terletak di atasnya. Kurva t-x1
merepresentasikan keadaan cairan jenuh, dengan keadaan cairan subcooled terletak
dibawahnya. Daerah dua fasa terletak antara kurva ini.
Dengan referensi Gambar (2) anggaplah proses pemanasan pada tekanan konstan yang
dihasilkan dari keadaan cairan subcooled pada titik a menuju keadaan uap superjenuh pada
titik d. Jalur yang ditunjukkan pada gambar adalah untuk komposisi konstan keseluruhan
60% mol asetonitril. Temperatur cairan naik sebagai hasil pemanasan dari
P1sat = 83,21
80 a
cairan b b'
P /kPa subcoolid
60 c' c
-
x1
P
y1
-
P
d
40
P2sat = 41,98
uap
superjenuh
20
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
x1,y1
titik a ke titik b, dimana gelembung uap pertama nampak. Oleh karena itu titik b adalah titik
gelembung dan kurva t-x1 adalah garis titik gelembung.
P =70 kPa
90
t2sat = 89,58
uap
85
t superjenuh
-
y
1
d
80
t
t/ oC x
1
-
c
c'
75
b b'
cairan
70 subcoolid
a
t1sat = 89,58
65
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
x1,y1
Untuk x1 = 0,6 dan P = 70 kPa, t ditentukan dengan perhitungan BUBL T yang memerlukan
iterasi. Persamaan (2) ditulis:
t 224 t 209
Alasan memperkenalkan α adalah bahwa sebagai variable pengontrol ini jauh kurang sensitif
terhadap t daripada tekanan uap individual. Nilai awal α ditemukan untuk temperature
pertengahan yang berubah-ubah. Iterasi kemudian mengikuti:
P sat
Dengan nilai langsung α hitung 2 dengan pers (B).
Hitung t dari persamaan Antoine untuk spesies/komponen 2.
t 2.972,64 209
sat
14,2043 ln P
2
Temukan nilai baru α dengan pers. (C)
Kembali ke langkah awal dan iterasi kembali sampai nilai t konvergen (mendekati
konstan)
P sat
Hasilnya adalah t = 76,42oC, temperature titik b dan b’. Dari persamaan Antoine, 1 = 87,71
kPa, dan dengan persamaan (1) komposisi pada titik b’ adalah:
x 0,6 87,17
P sat
y1
1 1
= = 0,7472
P 70
Penguapan campuran pada tekanan konstan, tidak sepertipenguapan spesies murni, tidak
terjadi pada temperature konstan. Sebagaimana proses pemanasan berlanjut diluar titik b,
temperature naik, jumlah uap meningkat, dan jumlah cairan menurun. Sepanjang proses ini
komposisi fase uap dan fase cair berubah sebagimana didindikasikan dengan jalur b’c dan bc’,
sampai titik embun dicapai pada titik c, dimana tetesan cairan tidak nampak. Kurva t-y1
adalah garis titik embun.
Komposisi uap pada titik c adalah y = 0,6 ; karena tekanan juga diketahui (P = 70 kPa),
sat persamaan (3) ditulis:
perhitungan DEW T memungkinkan. Dengan αP P sat
1 2
sat P y 1y 2 α
P
1
P sat
Tahap iterasi adalah sebagaimana sebelumnya, namun berdasarkan pada 1 dari pada
sat
P2 , dengan :
Hukum Henry
sat
Aplikasi hukum Rault untuk spesies i memerlukan nilai Pi pada temperatur
aplikasi, dan oleh karena itu tidak sesuai untuk spesies yang memiliki temperatur
kritis kurang dari temperatur aplikasi. Jika suatu sistem udara kontak dengan cairan air
diperkirakan pada kesetimbangan, selanjutnya udara dijenuhkan dengan air. Fraksi
mol uap air dalam udara biasanya ditemukan dari hukum Rault yang diterapkan ke
air dengan asumsi bahwa tidak ada udara yang terlarut dalam fasa cair. Oleh karena
itu, cairan air dianggap murni (x2 =1) dan hukum Rault untuk air (spesies 2) menjadi
sat o
y 2 P P2 . Pada 25 C dan tekanan atmosferik, persamaan ini menghasilkan:
sat 3,166 0,0312
y2 P2
P 101,33
sat
diamana tekanan dalam satuan kPa dan P2 dari tabel steam.
Jika kita akan menghitung fraksi mol udara yang terlarut dalam air, hukum
o
Rault tidak dapat diterapkan, karena temperatur kritis udara lebih rendah dari 25 C.
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan hukum Henry, diterapkan untuk
tekanan cukup rendah yang fasa uapnya dapat diasumsikan sebagai gas ideal.
Untuk spesies yang ada sangat encer dalam fasa cair, hukum Henry kemudian
menyatakan bahwa tekanan parsial spesies dalam fasa uap adalah perbandingan langsung
terhadap mol fraksi cairannya. Oleh karena itu;
yP x (4)
i iΗ i
H1 72.950
Hasil ini membenarkan asumsi yang dibuat dalam aplikasi hukum Rault terhadap
air.
Contoh 2. Asumsikan bahwa air karbonat hanya mengandung CO 2 dan H2O, tentukan komposisi
uap dan cairan dalam kaleng soda tersegel dan tekanan yang mendorong kaleng pada 10 oC.
Konstanta Henry untuk CO2 dan air pada 10oC sekitar 990 bar.
Penyelesaian :
Ambil spesies 1 sebagai CO2 dan spesies 2 sebagai air. Hukum Henry untuk spesies 1 dan
hukum Rault untuk spesies 2 ditulis:
sat
yi P xiΗ i y2 P x2 P2
H1 990
yang sesuai dengan asumsi awal.Selanjutnya dengan hukum Rault persamaan (1) untuk spesies 2
ditulis,
sat 0,99 0,01227 0,0012
y2 x2 P2
P 9,912
Selanjuynya y1 = 1- y2 = 1 – 0,0012 = 0,9988, dan fasa uapmendekati CO2 murni, sebagaimana
yang diasumsikan.
Faktor γi disebut sebagai koefisien aktivitas. Perhitungan titik gelembung dan titik
embun dibuat dengan persamaan ini hanya sedikit lebih kompleks daripada
perhitungan yang sama yang dibuat dengan Hukum Rault. Koefisien aktivitas
adalah fungsi temperatur dan komposisi fasa cair dan berdasarkan ekperimen.
keseluruhan spesies
Karena,i yi 1 , persamaan (5) dapat dijumlahkan
menghasilkan:
sat (6)
Pxi γi Pi
i
secara alternatif persamaan (5) dapat diselesaikan untuk x 1 , dengan
i i
menjumlahkan spesies menghasilkan:
P 1 (7)
sat
yi γi Pi
i
Contoh 3. Untuk sistem metanol (1)/metil asetat (2), persamaan berikut menyediakan
korelasi koefisien aktivitas:
2 2 dimana
ln γ Ax ln γ Ax A 2,771 0,00523T
1 2 1 2
Tambahan pula, persamaan Antoin berikut menyediakan tekanan uap:
sat 16,59158 3.643,31 dan sat 14,25326 2.6665,54
ln P ln P
1 T 33,424 2 T 53,424
dimana T dalam Kelvin dan tekanan uap dalam satuan kPa. Hitunglah:
(a) P dan {yi}, untuk T = 318,15 K dan x1 = 0,25
(b) P dan {xi}, untuk T = 318,15 K dan y1 = 0,06
(c) T dan {yi}, untuk P = 101,33 kPa dan xi = 0,85
(d) T dan {xi}, untuk P = 101,33 kPa dan yi = 0,40
(e) Tekanan azeotrop, dan komposisi azeotrop untuk T =318,15 K
sat
yi xi γi Pi
P
0,25 1,864 44,51
y1 = 73,50 = 0,282 dan y2 = 1- 0,282 = 0,718
(b) Perhitungan DEW P. Ddengan T tidak berubah dari (a), nilai untuk T = 318,15 K,
P sat
persamaan antoin menghasilkan 1 dan A tidak berubah. Namun demikian
komposisi uap-cair di sini tidak diketahui, tapi dibutuhkan dalam perhitungan koefisien
aktifitas. Prosedur iterasi dilakukan dan nilai awal kita set γ 1 γ 2 1 . Diperlukan tahapan
P 1
sat sat
y1 γ1 P1 y2 γ2 P 2
Hitung x1 dengan persamaan (5):
selanjutnya x2 = 1- x1
x1 y1 P
sat
γ1 P1
Evaluasi koefisien aktivitas; kembali ke tahap awal; lanjutkan sampai konvergen,
Saat dilakukan, proses iterasi menghasilkan nilai akhir:
P = 62,89 kPa, x1 = 0,8169,
1 1,0378 1 2,0935
(c) Perhitungan BUBL T. Nilai awal untuk temperatur yang tidak diketahui diperoleh dari
penjenuhan temperatur spesies murni pada tekanan yang diketahui. Persamaan Antoine,
yang menyelesaikan T, menjadi :
C i
T sat Bi
i
Ai ln P
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila| 12
Aplikasi untuk P = 101,33 kPa, menghasilkan:
sat sat
T 337,71 K dan T 330,08 K
1 2
fraksi mol terberat rata-rata nilai ini selanjutnya menyediakan T awal:
Prosedur iterasi terdiri tahapan berikut:
sat dari persamaan yang
Untuk nilai T hitung nilai A, γ1, γ2, dan α P P sat
1 2
diberikan.
sat
Dapatkan nilai baru P dari persamaan (5) yang ditulis :
1
P
P sat
1 /α
x1γ1 x2 γ2
Dapatkan nilai baru T dari persamaan antoinyang ditulis untuk spesies 1:
B
T C1
A1 ln P1sat
Kembali ke tahap awal, ulangi sampai nilai T konvergen.
Proses iterasi menghasilkan nilai akhir :
T = 331,2 K = 95,24 = 48,73 kPa
P sat P sat
1 2
A = 1,0388 γ1 = 1,10236 γ2 = 2,1182
(d) Perhitungan DEW T. Karena P = 101,33 kPa, penjenuhan temperatur sama seperti bagian
(c), dan nilai awal temperatur yang tidak diketahui didapatkan sebagai mol fraksi nilai
tersebut:
T = (0,40)(337,71) + (0,60)(330,08) = 333,13 K
Karena komposisi fasa cairan tidak diketahui, koefisien aktivitas diawali dengan γ1 = γ2 =
1. Seperti bagian (c) prosedur iterasi adalah:
sat sat sat sat
Evaluasi A, P1 , P2 dan P1 P2 pada nilai T dari persamaan Antoin.
Hitung x1 dengan persamaan (5);
selanjutnya x2 = 1- x1
x1 y1 P
sat
γ1 P1
Hitung nilai γ1 dan γ2 persamaan yang berhubungan
P sat
Dapatkan nilai baru 1 dari persamaan (7)
sat y y
1 2
P1 P α
γ1 γ2
Dapatkan nilai baru T dari persamaan Antoin yang ditulis untuk spesies 1:
α (8)
y 1 x1
12
y2 x2
Pada azeotrop y1 = x1, y2 = x2, dan α12 = 1. Dengan persamaan (5),
yi
γ P sat
i i
P
xi
Oleh karena itu,
α sat (9)
12 γ1P1
sat
γ2 P2
Hubungan persamaan untuk koefisien aktivitas menunjukkan bahwa ketika x1 = 0, γ2 = 1,
dan γ2 = exp(A); ketika x1 =1, γ1 = 1 dan γ2 = exp(A). Oleh karena itu pada batasan ini,
α sat α
P exp A P sat
1 1
12 dan 12 x 1 sat
x1 0 P sat P exp A 1
1 2
Nilai P sat , P sat , dan Air diberikan pada bagian (a) untuk temperatur yang sama.
1 2
Batasan nilai α12 adalah sebagai berikut:
α 12 44,15 exp 1,107 = 2,052
x1 0
65,64
α 44,51 = 0,224
12 x1 1
65,64 exp 1,107
Karena nilai pada salah satu batas lebih besar dari 1, sementara nilai batas yang lain
kurang dari 1, maka kondisi azeotrop terjadi, karena α12 merupakan fungsi kontinyu x1
dan harus melewati nilai 1 pada beberapa komposisi intermediate.
Untuk azeotrop, α12 = 1, dan persamaan (9) menjadi:
Contoh 4. Buatlah diagram P-x-y untuk sistem sikloheksana (1)/benzena (2) pada 40 oC. Tekanan uap
untuk spesies murni diberikan dengan persamaan Antoine berikut:
sat 2.945,47
ln P /kPa 14,2724
1 t o
C 224
sat 2.773,78
ln P /kPa 13,8594
2 t o
C 220,07
Dengan persamaan koefisien aktifitas:
ln 1 0,458x22
ln 2 0,458x12
Penyelesaian :
Perrsamaan VLE:
y1 P x1 1P1
sat
y2 P x1 1 2 P2
sat
sat
P x1 1 P1 x1 1 2 P2
sat
0,548 1 x 2
exp 0,548x γ
2 sat 2
P exp 0,548x P x
1 2 1
exp
1 1 2
Psat
2
T konst an = 40oC
28
27
-y 1
P
P(kPa)
26 -
y
1
P -
1
x x
1
-
25
Kurva titik gelembung dari
hukum Rault
24
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
fraksi mol sikloheksana
y (10)
Ki i
x
i
P sat
i i
Ki P (12)
yang diberikan adalah nilai yi. Untuk temperatur yang diberikan, nilai K tergantung pada
pemilihan P, dan dengan trial kita cari nilai yang sesuai persamaan (14). Hasil untuk
beberapa nilai P diberikan berikut:
P = 100(psia) P = 150(psia) P = 126(psia)
Spesies
yi Ki yi/Ki Ki yi/Ki Ki yi/Ki
Metana 0,10 20,00 0,005 13,2 0,008 16,00 0,006
0,20 3,25 0,062 2,25 0,089 2,65 0,075
Hasil yang diberikan pada dua kolom terakhir menunjukkan bahwa persamaan (14)
sesuai ketika P =126(psia). Ini adalah tekanan dewpoint, komposisi dew diberikan oleh
nilai xi = yi/Ki tertera di kolom terakhir tabel.
(b) Ketika sistem hampir terkondensasi seluruhnya , kondisi ini merupakan titik
gelembungnya, dan fraksi mol yang diberikan sebagai nilai xi. Dalam kasusu ini kita
mencari dengan trial nilai P yang nilai K-nya sesuai persamaan (13). Hasil untuk
beberapaP diberikan pada tabel berikut:
P = 380(psia) P = 400(psia) P = 385(psia)
Spesies
xi Ki Kixi Ki Kixi Ki Kixi
Metana 0,10 5,60 0,560 5,25 0,525 5,49 0,549
Etana 0,20 1,11 0,222 1,07 0,214 1,10 0,220
Propana 0,80 0,335 0,235 0,32 0,224 0,33 0,231
Persamaan (13) sesuai ketika P = 385(psia). Ini adalah tekanan bubbepoint. Komposisi
gelembung uap diberikan dengan yi = Kixi , ditunjukkan pada kolom terakhir.
Pehitungan Kilat
Teorma Duhem menyatakan bahwa keadaan keseimbangan sebuah sistem
PVT tertutup, yang terbentuk dari jumlah awal tertentu zat kimia yang
dicampurkan, ditentukan sepenuhnya oleh dua sifat sistem sembarang, asalkan dua
sifat ini merupakan variabel bebas pada keseimbangan. Suhu dan tekanan
memenuhi syarat sebagi sifat seperti itu, untuk semua sistem yang terdiri dari lebih
satu komponen. Maka, menurut teorema Duhem, secara prinsip kita dapat
menghitung komposisi fase-fase keseimbangan pada t dan P tertentu, jika kita tahu
seluruh fraksi mol z1, z2, …,zm dari m komponen. Komputasi jenis ini apabila
dikerjakan untuk sebuah VLE disebut perhitungan kilat (flash calculation). Istilah ini
lahir dari kenyataan bahwa sebuah campuran cair pada suatu tekanan di atas
tekanan titik gelembungnyaakan “berkilat” atau teruapkan sebagain jika tekanannya
diturunkan sampai suatu harga antara tekanan titik gelembung dan titik embun.
Proses seperti ini dapat dikerjakan terus menerus, jika suatu cairan disemburkan
P x 1 x 2 x 3
P sat P sat P sat
bubl 1 21 3
= (0,45)(197,75) + (0,35)(97,84) + (0,20)(50,32 = 132, 40 kPa
Kedua lakukan perhitungan DEW dengan {zi} = {yi} untuk menemukan Pdew. Dengan
Persamaan (3) :
1
Pdew =
sat sat sat
y1 P1 y2 P2 y3 P3
1
=101,52 kPa
= (0,45) (195,75) (0,35) (97,84) (0,20) (50,32)
Karena tekanan yang diberikan terletak antara Pdew dan Pbubl, sistem dalam dua fasa dan
perhitungan kilat dapat dilakukan .
sat
Dengan persamaan (11), Ki Pi P ; sehingga,
K1 = 1,7795 K2 = 0,8895 K3 = 0,4575
Subtitusi persamaan yang diketahui ke persamaan (17)
Karena y x 1 . Prosedur contoh ini valid untuk sejumlah spesies yang ada.
i ii i
Contoh 7. Untuk sistem pada contoh 4, berapa fraksi sistem uap ketika tekanan 200 (psia) dan
berapa komposisi kesetimbangan fasa uap dan cair.
Penyelesaian:
Hasil untuk beberapa trial ditunjukkan di tabel berikut. Kolom yang bagian yi memberikan
nilai istilah dalam penjumlahan persamaan (17), karena setiap istilah merupakan fakta nilai
yi.
Persamaan (17) sesuai pada saat V = 0,273. Komposisi fasa diberikan di kolom terakhir tabel.