BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan.
Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang
biasa digunakan adalah minyak kelapa sawit, jagung, kedelai, bunga matahari, dan
lain-lain. Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua golongan.
Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan (edible
oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak
kelapa sawit, minyak kedelai, dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan
dalam indutri non makanan (non edible oils) misalnya minyak kayu putih, dan
minyak jarak. Minyak goreng adalah hasil akhir (refined oils) dari sebuah proses
pemurnian minyak nabati (golongan yang bias dimakan) dan terdiri dari beragam
jenis senyawa trigliserida.
Minyak dan lemak memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan
tubuh manusia. Sebagaimana diketahui, lemak memberikan energi kepada tubuh
sebanyak 9 kalori tiap gram lemak. Minyak nabati pada umumnya merupakan
sumber asam lemak esensial, misalnya asam lemak oleat, linoleat, dan
arachidonat. Dimana asam-asam lemak esensial ini dapat mencegah timbulnya
gejala arthero sclerosis, karena penyempitan pembuluh-pembuluh darah yang
disebabkan oleh tertumpuknya kolesterol pada pembuluh-pembuluh darah
tersebut.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang makalah diatas terdapat rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu :
1 Apa saja karakteristik minyak nabati tersebut ?
Mengetahui Tahapan dalam proses pengolahan minyak nabati ?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Minyak Nabati
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan yang
digunakan dalam makanan dan memasak., di mana minyak mempunyai arti yang
sangat luas, yaitu senyawa berbentuk cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter
(C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan
minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan
minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut
atau bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik.. Minyak
tumbuhan dan hewan semuanya merupakan lipid. Dari sudut pandang kimia,
minyak kelompok ini sama saja dengan lemak. Minyak dibedakan dari lemak
berdasarkan sifat fisiknya pada suhu ruang, yaitu minyak berwujud cair
sedangkan lemak berwujud padat. Penyusunnya bermacam-macam, tetapi yang
banyak dimanfaatkan orang hanya yang tersusun dari dua golongan saja:
Gliserida dan atau asam lemak, yang mencakup minyak makanan (minyak masak
atau minyak sayur serta minyak ikan), bahan baku industri sabun, bahan
campuran minyak pelumas, dan bahan baku biodiesel. Golongan ini biasanya
berwujud padat atau cair pada suhu ruang tetapi tidak mudah menguap.
Terpena dan terpenoid, yang dikenal sebagai minyak atsiri, atau minyak
eteris, atau minyak esensial (bukan asam lemak esensial) dan merupakan bahan
dasar wangi-wangian (parfum) dan minyak gosok. Golongan ini praktis semuanya
berasal dari tumbuhan atau nabati dan dianggap memiliki khasiat penyembuhan
("aromaterapi"). Kelompok minyak ini memiliki aroma yang kuat karena sifatnya
yang mudah menguap pada suhu ruang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penamaan lemak dan Minyak
Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya,
yaitu dengan cara menggantikan akhiran-at pada asam lemak dengan akhiran-in,
misalnya tristearat dari gliserol diberi nama tristearin dan tripalmitat dari gliserol
diberi nama tripalmitin, kemudian lemak dan minyak juga diberi nama dengan
cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester, misalnya triestearat dari
gliserol disebut gliseril tristearat serta tripalmitat dari gliserol disebut gliseril
tripalmitat.
Minyak Sawit
Pohon Kelapa Sawit terdiri dari dua spesies Arecaceae atau famili palma yang
Minyak Kelapa
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar
kepala manusia. Buah terdiri dari sabut (ekskarp dan mesokarp), tempurung
(endokarp), daging buah (endosperm) dan air buah. Tebal sabut kelapa kurang
lebih 5 cm dan tebal daging buah 1 cm atau lebih. Bunga betina tanaman kelapa
akan dibuahi 18 25 hari setelah bunga berkambang dan buah akan menjadi
masak (ripe) setelah 12 bulan.
Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dapat dijadikan kopra dan
bahan makanan, daging buah merupakan sumber protein yang penting dan mudah
dicerna. Komposisi kimia daging buah kelapa ditentukan oleh umur buah.
Semakin tua umur buah maka kandungan lemaknya makin tinggi. Daging buah
kelapa dapat diolah menjadi santan (juice extract) santan kelapa ini dapat
dijadikan bahan pengganti susu atau dijadikan minyak. Kandungan gula santan
daging buah kelapa kurang dari 1 persen, karena itu santan kelapa tidak dapat
dijadikan alkohol. Selain dari pada itu telah dapat diisolasi komponen raffinosa,
sukrosa, fruktosa, galaktosa, dan glukaosa dari daging buah kelapa. Air buah
kelapa dapat dipergunakan sebagai bahan minuman segar, bahan pembuat cuka,
dan oleh sebagian penduduk desa juga dipergunakan sebagai pencegah penyakit
demam dan kencing batu
Minyak Wijen
Minyak wijen mengandung zat tidak tersabunkan dalam jumlah relative
tinggi. Tetapi kandungan tertinggi adalah sterol dan zat-zat yang tidak dapat
dipisahkan dengan pemurnian, sedangkan kadar bahan non minyak lainnya
relative rendah. Minyak wijen mengandung kurang lebih 0,3-0,5 persen
sesameoline, fenol berikatan 1-4 yang dikenal sebagai sesamol, dan sesamin
sekitar 0,5-0,1 persen. Minyak wijen juga mengandung asam-asam lemak, yaitu
oleat dan linoleat, palmitat dan stearate
minyak berwarna kuning pucat dan tidak menimbulkan gejala kabut pada suhu
0oC. Minyak wijen bersifat sinergis terhadap phrethrum yang merupakan sifat
khas dari minyak wijen.
Minyak Kedelai
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi
oleh varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari
trigliserida sebesar 90-95 persen, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak
bebas, sterol dan tokoferol. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh
sekitar 15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang
memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi.
Hal ini berarti minyak kedelai sama seperti minyak nabati lainnya yang bebas
kolestrol, seperti yang ditunjukkan dalam komposisi dari minyak kedelai dibawah
ini.
hanya perlu proses pemucatan dan deodorisasi, agar warna dan bau minyak
kedelai tidak mencemari warna dan bau sabun yang dihasilkan
2.
10
Sifat Fisik
a. Warna, dimana biasanya kuning kepucatan
b. Dapat menghasilkan bau tidak enak yang mirip dengan bau ikan yang sudah
basi, yang disebabkan oleh interaksi trimetilamineoksida dengan
ikatan
Sifat Kimia
a. Hidrolisa
11
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan berubah menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Hal ini dapat merusak minyak karena
terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak yang mengakibatkan
ketengikan.
b. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak, hal ini akan menyebabkan bau tengik pada
lemak atau minyak.
c. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari
trigliserida,menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan
melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang
didasarkan pada prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft.
12
Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang
tinggi.Pada semua cara rendering,penggunaan panas adalah sesuatu yang
spesifik,yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan
dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya
rendering dibagi dengan dua cara,yaitu :
a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut.Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta
tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60psi).Penggunaan temperatur
rendah pada wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari
minyak atau lemak.Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel
yang diperlengkapi dengan alat pangaduk,kemudian air ditambahkan dan
campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50C sambil diaduk.
Minyak yang terekstraksi akan naik keatas akan naik keatas dan kemudian
dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah
kurang
begitu
popular,
sedangkan
proses
wet
rendering
dengan
13
terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
Dua cara umum dalam pengepresan mekanis,yaitu:
a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing,bahan di press dengan tekanan sekitar 2000
pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang
dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan,tekanan yang
dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan
banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6
persen, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik.
14
15
pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak
yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah. Mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari expeller pressing ,karena sebagian
fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa
digunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter,
gasoline carbon disulfide, karbon tetra klorida, benzene dan n-heksan. Perlu
diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5
persen. Bila lebih, seluruh sistem solvent extraction perlu diteliti lagi.
Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi, yaitu
ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan
menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet.
16
lebih
kecil
dibandingkan
dengan
tanpa
perlakuan
pendahuluan.
b.
c.
Tahapan-Tahapan Pemurnian
1. Pemisahan Gum (De-Gumming)
Pemisahan gum merupakan proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang
terdiri dariphospatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin. Tujuan utama
dari degumming adalah untuk membuang gum yang tidak diinginkan yang akan
mengganggu pada proses berikutnya. Komponen utama dalam gum yang harus
dibuang adalah phospatida. Kandungan phospatida dibuang karena akan
mengakibatkan bau dan warna yang tidak diinginkan serta memperpendek umur
minyak. Pembentukan emulsi phospatida merupakan penyebab utama terjadinya
ketidakstabilan oksidasi dari minyak.
Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidratasi gum atau kotoran
agar bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan
proses pemusingan (sentrifugasi). Caranya ialah dengan mengalirkan uap air
panas kedalam minyak disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya di
sentrifugasi sehingga bagian lendir terpisah dari air. Pada waktu proses
sentrifugasi berlangsung, ditambahkan bahan kimia yang dapat menyerap air,
misalnya asam mineral pekat atau garam dapur (NaCl). Suhu minyak pada waktu
18
proses sentrifugasi berkisar antara 32-50oC, dan pada suhu tersebut kekentalan
minyak akan berkurang, sehingga gum mudah terpisah dari minyak. Proses
pemisahan gum (de-gumming) perlu dilakukan sebelum proses netralisasi,
dengan alasan:
a. Sabun yang terbentuk dari hasil reaksi antara asam lemak bebas
dengankaustik soda pada proses netralisasi akan menyerap gum (getah dan
lendir) sehingga proses pemisahan sabun (soap stock) dari minyak.
b. Netralisasi minyak yang mengandung gum akan menambah partikel emulsi
pada minyak, sehingga mengurangi rendemen trigliseida.
2. Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas (ALB)
dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa
atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock) dengan tujuan
memurnikan minyak. Pemisahan asam lemak bebas juga dapat dilakukan dengan
cara penyulingan yang dikenal dengan istilah de-asidifikasi. Proses Netralisasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH)
yang
terbentuk
dapat
dipisahkan
dari
minyak
dengan
cara
19
sentrifuce.Dengan cara hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan sabun secara
mekanis
maka
netralisasi
dengan
menggunakan
kaustik
soda
dapat
menghilangkan phospatida, protein, resin , dan suspensi dalam minyak yang tidak
dapat dihilangkan dengan proses pemisahan gum. Komponen minor dalam
minyak berupa sterol, khlorofil, vitamin E, dan karotenoid hanya sebagian kecil
dapat dikurangi dengan netralisasi. Netralisasi menggunakan kaustik soda akan
menyabunkan sejumlah kecil trigliserida. Molekul mono dan digliserida lebih
mudah bereaksi dengan persenyawaan alkali. Reaksi penyabunan mono dan
digliserida dalam minyak terjadi sebagai berikut :
20
21
22
sepanjang
dasar
ketel
terdapat
pipa-pipa
berlubang
tempat
menginjeksikan uap air ke dalam minyak yang sudah dipanaskan pada suhu
kurang lebih 2400C. Kadang-kadang ke dalam ketel disemprotkan superheated
steam bersama air, yang akan berubah menjadi uap air panas pada tekanan rendah
(kurang lebih 25 mmHg), sehingga asam lemak bebas menguap bersama-sama
dengan uap panas tersebut. Hasil sulingan berupa campuran uap air dan asam
lemak bebas untuk menghindari kerusakan minyak selama proses penyulingan
karena suhu yang terlalu tinggi, maka asam lemak bebas yang tertinggal dalam
minyak dengan kadar lebih rendah dari 1 persen harus dinetralkan dengan
menggunakan persenyawaan basa. Minyak kasar dengan kadar asam lemak bebas
23
yang tinggi umumnya mengandung fraksi mono dan digliserida yang terbentuk
dari hasil hidrolisa sebagian molekul trigliserida
Pada umumnya kadar asam lemak bebas dalam minyak setelah penyulingan
kira-kira 0,1-0,2 persen, sedangkan hasil kondensasi masih mengandung kira-kira
5 persen trigliserida. Jadi penggunaan uap pada proses penyulingan akan
membawa sejumlah kecil fraksi trigliserida. Pemisahan asam lemak bebas dengan
cara penyulingan digunakan untuk menetralkan minyak kasar yang mengandung
kadar asam lemak bebas relatif tinggi, sedangkan minyak kasar yang mengandung
asam lemak bebas lebih kecil dari 8 persen, lebih baik dinetralkan dengan
menggunakan persenyawaan basa.
4. Pemisahan Asam dengan menggunakan pelarut organik
Perbedaan kelarutan antara asam lemak bebas dan trigliserida dalam pelarut
organik digunakan sebagai dasar pemisahan asam lemak bebas dari minyak.
Pelarut yang paling baik digunakan untuk memisahkan asam lemak bebas adalah
furfural dan propane. Piridine merupakan pelarut minyak dan jika ditambahkan air
dalam jumlah kecil, maka trigliserida akan terpisah. Trigliserida tidak larut dalam
piridine, sedangkan asam lemak bebas tetap larut sempurna. Minyak dapat
dipisahkan dari pelarut dengan cara dekantasi, sedangkan pelarut dipisahkan dari
asam lemak bebas dengan cara penyulingan. Dengan menggunakan alkohol
sebagai pelarut, maka kelarutan trigliserida dalam alkohol akan bertambah besar
dengan bertambahnya kadar asam lemak bebas, sehingga pemisahan antara asam
lemak bebas dari trigliserida lebih sukar dilakukan.
5. Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk
menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini
dilakukan dengan cara fisika yang menggunakan berbagai absorben, seperti tanah
serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktifatau dapat juga
menggunakan bahan kimia. Selain warna, pemucatan juga berperan mengurangi
komponen minor lainnya seperti aroma, senyawa bersulfur dan logam-logam
berat. Selain itu, pemucatan juga dapat mengurangi produk hasil oksidasi lemak
seperti peroksida, aldehida dan keton. Pada proses pemucatan hanya sedikit
24
Jenis adsorben
Landau raw clay
59,0
Florida clay 8
56,5
Al2O3
22,9
11,6
Fe2O3
3,4
3,3
25
CaO
0,9
3,1
MgO
1,2
6,3
Tabel 3.5 Komposisi kimia adsorben landau raw clay dan florida clay
Jumlah adsorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak
tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh
warna tersebut akan dihilangkan. Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena
ion Al3+ pada permukaan partikel adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat
warna. Daya pemucat tersebut tergantung dari perbandingan komponen SiO 2 dan
Al2O3 dalam bleaching clay. Adsorben yang terlalu kering menyebabkan daya
kombinasinya dengan air telah hilang, sehingga mengurangi daya penyerapan
terhadap zat warna
Aktivitas adsorben dengan asam mineral (HCl atau H2SO4) akan
mempertinggi daya pemucat karena asam mineral tersebut larut atau bereaksi
dengan komponen berupa tar, garam Ca dan Mg yang menutupi pori-pori
adsorben. Disamping itu asam mineral melarutkan Al 2O3 sehingga dapat
menaikkan perbandingan jumlah SiO2 dan Al2O3 dari (2-3) : 1 menjadi (5-6) : 1.
Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika adsorben tersebut
mempunyai bobot jenis yang rendah, kadar air tinggi, ukuran partikel halus dan
pH adsorben mendekati netral. Pemakaian asam mineral untuk mengaktifkan
adsorben bleaching clay menimbulkan bau lapuk pada minyak, tetapi bau lapuk
tersebut akan hilang pada proses deodorisasi. Disamping itu activated clay yang
bersifat asam akan menaikkan kadar asam lemak bebas dalam minyak dan
mengurangi daya tahan kain saring yang digunakan untuk memisahkan minyak
dari adsorben.
Arang (Bleaching Carbon) di mana arang merupakan bahan padat yang
berpori-pori dan pada umunya diperoleh dari hasil pembakaran kayu atau bahan
yang mengandung unsur karbon. Umumnya arang mempunyai daya adsorbsi yang
rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi tersebut dapat diperbesar dengan
cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan kimia. Komposisi kimia
arang kayu keras dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Komponen (%)
Kering Udara
Kering Oven
26
Air
9,9
Bahan menguap
8,1
9,0
Abu
2,0
2,2
fixed carbon
80,0
88,8
Tabel 3.6 Komposisi Kimia Arang Kayu Keras
Sumber lain dari arang berasal dari bahan nabati atau hewani antara lain
serbuk gergaji, ampas tebu, tempurung, tongkol jagung, dan tulang. Pada
umumnya pengarangan dilakukan pada suhu 300-500 C. Suhu pengarangan pada
ruangan tanpa udara dilakukan pada suhu 600-700 C. Pada proses pengarangan
akan terjadi penguapan air disusul dengan pelepasan gas CO2 dan selanjutnya
terjadi
peristiwa
eksotermis
yang
merupakan
tahap
permulaan
proses
pengarangan. Pengarangan dianggap sempurna jika asap tidak terbentuk lagi, dan
arang yang bermutu baik adalah arang yang mengandung kadar karbon tinggi.
Arang Aktif (Aktivated Carbon) bertujuan untuk memperbesar luas
permukaan
arang
dengan
membuka
pori-pori
yang
tertutup,
sehingga
27
disebabkan karena arang mempunyai pori-pori dalam jumlah besar, dan adsorbsi
akan terjadi karena adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang
dan zat yang diserap.Berdasarkan adanya perbedaan energi potensial, maka jenis
adsorbsi terdiri dari adsorbsi listrik, adsorbsi mekanis, adsorbsi kimia dan adsorbsi
termis. Sifat adsorbsi tersebut masing-masing disebabkan karena perbedaan
muatan listrik, perbedaan tegangan permukaan, perbedaan potensial sifat kimia
dan perbedaan potensial karena panas. Efisiensi adsorbsi oleh arang tergantung
dari perbedaan muatan listrik antara arang dan zat atau ion yang diserap. Bahan
yang mempunyai muatan listrik positif akan diserap lebih efektif oleh arang dalam
larutan yang bersifat basa dan sebaliknya, sedangkan penyerapan terhadap bahan
non-elektrolit tidak dipengaruhi oleh keasaman atau sifat kebasaan arang sebagai
adsorben.
b. Pemucatan minyak dengan bahan kimia
Cara pemucatan ini banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan
pangan (edible fat), karena pemucatan secara kimia lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan adsorben. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai
bahan pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak yang dapat dihindarkan
dan zat warna diubah menjadi zat tidak berwarna, yang tetap tinggal dalam
minyak. Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia
dan trigliserida, sehingga menurunkan flavor minyak. Pemucatan dengan bahan
kimia pada umumnya dibagi atas dua macam reaksi pemucatan, yaitu:
Pemucatan dengan cara oksidasi
Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan
tetapi asam lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau drying oil
karena proses oksidasi dan polimerisasi. Bahan kimia yang digunakan sebagai
bahan pemucat adalah persenyawaan peroksida dikromat, ozon, klorin dan
klorin dioksida. Pemucatan dengan peroksida di mana konsentrasi larutan
peroksida yang digunakan biasanya 30-40 persen dan jika konsentrasi
peroksida lebih tinggi, maka minyak cendrung akan mengalami kerusakan
karena proses oksidasi. Minyak yang dipucatkan dengan peroksida tidak perlu
disarinng. Perosida baik digunakan untuk memucatkan minyak kacang tanah,
minyak wijen, rape oil dan minyak ikan. Hidrogen peroksida dapat bereaksi
dengan ion logam, sehingga wadah yang digunakan pada proses pemucatan
28
harus dilapisi dengan email, aluminium, atau stainless steel. Jenis peroksida
yang sering digunakan ialah natrium peroksida, kalsium peroksida atau benzoil
peroksida.
29
6. Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan
untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak.
Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam
tekanan atmosfir atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu dilakukan
terhadap minyak yang akan digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis
minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan
pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi, misalnya lemak susu,
lemak babi, lemak coklat, dan minyak olive. Senyawa yang menimbulkan flavor
dalam minyak terdiri dari dua golongan, yaitu :
a. Flavor Alamiah (natural flavor)
Flavor tersebut secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak
dan ikut terekstrak pada proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan,
rendering atau dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap. Senyawa
tersebut terdiri dari hidrokarbon tidak jenuh, pigmen karotenoid, terpene, sterol
dan tokoferol
b. Flavor yang Dihasilkan dari Kerusakan Minyak
Kerusakan tersebut terjadi selama pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
adanya kotoran dalam minyak dan pada proses pemurnian. Senyawa yang
terbentuk merupakan hasil degradasi trigliserida dalam minyak, yang
menghasilkan asam lemak bebas, aldehida dan keton, dikarbonil, alkohol dan
sebagainya. Bau tengik dan rasa getir mulai dapat dirasakan jika komponen
tersebut terdapat dalam minyak dengan jumlah lebih dari 0,1 persen dari berat
minyak.
Cara Deodorisasi
Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang
30
dalam minyak setelah pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut perlu
divakumkan pada tekanan yang turun lebih rendah.
Pada suhu yang lebih tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam
minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut dari
minyak bersama-sama uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi
akan mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak
oleh uap air. Setelah proses deodorisasi sempurna, minyak harus cepat
didinginkan dengan mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu
minyak turun menjadi lebih kurang 84oC dan selanjutnya ketel dibuka dan
minyak dikeluarkan dari ketel. Asam lemak bebas yang dapat menguap dan
peroksida akan berkurang dan jumlah yang tertinggal lebih kurang 0,015 0,030
persen. Fraksi tidak tersabunkan yang terdiri dari klorofil, vitamin E, hidrokarbon
(terutama sequalene dan sterol) akan berkurang sebanyak kira-kira 60 persen dari
jumlah fraksi tidak tersabunkan.
Kerusakan minyak yang telah mengalami proses deodorisasi dapat
disebakan oleh proses oksidasi, hidrolisa, mikroba, dan ion logam seperti Cu, Mg,
Zn yang merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyak. Logam tersebut
dapat membentuk persenyawaan kompleks dengan hasil oksidasi asam lemak dan
berubah menjadi radikal bebas, dengan reaksi sebagai berikut:
fungsi dari letak asam lemak tersebut. Persentase berat dari asam lemak dalam dua
posisi tidak berubah selama hidrogenasi. Persentase berat asam lemak pada dua
posisi sedikit berubah, jika dilakukan proses hidrogenasi berlebih yang bertujuan
untuk mengeliminir asam linoleat dan mereduksi asam linoleat hingga berkurang
25 persen dari jumlah semula.
Asam lemak tidak jenuh yang terpenting dari minyak makan adalah asam
oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Proses hidrogenasi mengubah asam
lemak linolenat menjadi asam linoneat, serta asam linoleat diubah menjadi asam
oleat. Sebelum asam oleat tesebut diubah menjadi asam stearat, asam oleat
cenderung akan membentuk asam isooleat, tetapi pada kondisi hidrogenasi yang
sesuai, terbentuknya asam isooleat dapat dihindarkan.
32
Biasanya pada pembuatan mentega putih dengan cara hidrogenasi ini, asam
yang terdapat pada minyak sebagai sisa dari proses pengolahan sebelumnya, akan
dihidrogenasi terlebih dahulu. Pemisahan dan pembentukan asam isooleat akan
dibantu dengan pemanasan pada suhu tinggi, konsentrasi katalisator yang tinggi
serta pengadukan dan penggunaan tekanan yang rendah. Kecepatan reaksi
tergantung pada sifat alamiah substansi yang dihidrogenasi, sifat dan konsentrasi
katalis, konsentrasi hidrogen, suhu, tekanan, dan frekuensi pengadukan.Pada
pembuatan mentega putih, kondisi dipilih sedemikian rupa sehingga akan
menghasilkan asam stearat dengan jumlah maksimum dan asam isooleat
berjumlah minimum. Katalisator yang Digunakan pada Proses Hidrogenasi
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi
daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena
nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga
mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter alam
proses hidrogenasi minyak.
8. Inter-Esterifikasi
Interesterifikasi dapat digambarkan sebagai pertukaran gugusan antara dua
buah ester dimana hal ini hanya dapat terjadi apabila terdapat katalis. Katalis yang
sering digunakan untuk reaksi ini adalah logam natrium atau kalium dalam bentuk
metoksilat atau etoksilat. Dalam reaksi ini ion logam natrium atau kalium akan
menyebabkan terbentuknya ion enolat yang selanjutnya diikuti dengan pertukaran
gugus alkil. Interesterifikasi banyak digunakan oleh industri untuk menggantikan
proses hidrogenasi dalam menurunkan asam lemak trans.
9. Winterisasi
Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair
tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Winterisasi merupakan bentuk dari
fraksinasi atau pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. Hal ini termasuk
pemindahan jumlah kecil dari materi terkristalisasi dari minyak yang dapat
dimakan dengan filtrasi untuk mencegah cairan fraksi mengeruh pada suhu
pendinginan.
Minyak didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6oC selama 24 jam.
Pendinginan dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan selama 6-8
33
jam. Kemudian minyak disaring sehingga akan menghasilkan 75-80% minyak dan
produk stearine yang akan digunukan untuk shortening pada industri. Setelah
menjalani proses winterisasi, produk yang diperoleh adalah bentuk lemak baru
yang terdiri dari trigliserida yang komposisinya lebih seragam dari pada campuran
yang diperoleh dengan jalan mencampur lemak asalnya. Proses tersebut
memerlukan lemak netral anhidrat dengan kandungan peroksida minimum.
Tujuan Proses Winterisasi dilakukan dengan tujuan supaya pada saat
minyak disimpan pada suhu rendah tidak mengalami pembekuan.Winterisasi
merupakan pemisahan thermomechanical proses dimana komponen trigliserida
dari lemak dan minyak dikristalkan dari bentuk cairnya.
BAB IV
PERHITUNGAN
Kadar lemak/ minyak dalam bahan tekstil adalah perbandingan antara berat
minyak/lemak dalam bahan tekstil dengan berat kering mutlak bahan tekstil yang
telah dihilangkan minyak/lemak. Prinsipnya minyak/lemak dalam contoh uji
diekstrak dengan zat pelarut minyak/lemak dengan menggunakan alat
pengekstraksi Soxhlet.
(alkali) yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas didalam lemak.
Bilangan asam dilakukan untuk menentukan banyaknya asam lemak bebas dalam
minyak/lemak. Metoda yang dilakukan adalah penetralan asam dengan alkali.
Prinsipnya dengan melarutkan lemak/minyak dalam eter alkohol. Cara penetralan
dengan titrasi alkalimetri yaitu dititar dengan alkali.
Reaksi : RCOOH
As. Lemak
KOH
RCOOK + H2O
alkali encer
sabun
yang diperlukan untuk menyabunkan ester yang ada dalam 1 gram minyak/lemak.
Tujuannya yaitu untuk menghitung gliserol yang teresterkan. Metoda yang
dilakukan yaitu hidrolisa lemak dan penyabunan asam lemak dengan alkali. Cara
penetapannya dengan cara titrasi asidimetri (penitarnya asam) setelah proses
penyabunan sempurna.
Reaksi : R(COO)2C3H5 + KOH
Lemak
RCOOK + C3H5(OH)3
sabun
gliserol
35
3 RCOOK + C3H(OH)3
Lemak
sabun
gliserol
BA
BI
BP
Castor
0.13 0.8
86.6 88.3
175 183
Kelapa
2.5 10
8.4 8.8
200 205
Jagung
12
113 125
187 193
Sawit
10
53
200 205
Zaitun
0.3 1.6
86 90
185 194
88 98
186 194
9.8
103 117
186 194
0.3 1.2
122 134
189 193.5
Kacang
Wijen
Kedelai
= 3,8050 g
= 3,0533 g
36
= 102,7692 g
= 103,6469 g
= 19,75 + 19,91
2
= 19,83 %
0,8
N alkohol KOH
0,100
0,1000
BE Alkohol KOH
0
56,1
56,1
1,133
1,0110
Ml titrasi (ml)
(g)
Bilangan asam
Bilangan asam 1
(1 x 0,1000 x 56,1)
1,1336
37
=
Bilangan asam 2
4,9488 g
4,4391 g
4,4988 + 4,4391
2
4,4689 g
BA rata-rata
7,3
9,2
N HCl
0,500
0,5000
BE Alkohol KOH
0
56,1
56,1
1,133
1,0110
Ml blanko (ml)
6
10,3
10,3
Ml titrasi (ml)
84,15
1,1336
= 74,2325 g
BAB V
PENUTUP
38
5.1 KESIMPULAN
Karakteristik Pada Minyak Nabati terdiri dari 2 sifat yaitu sifat fisik dan
sifa kimia
5.2 SARAN
Sebagai generasi muda hendaknya kita memiliki pengetahuan yang luas
dengan banyak membaca sumber kajian baik jurnal maupun sumber lainya dan
giat dalam melakukan sejumlah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
http://dynamic-expansion.blogspot.com/2013/07/pengolahan-minyak-lemak.html
(Diakses 20 APRIL 2015)
39
40