Anda di halaman 1dari 25

Wetted Wall Coloumn

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penguapan air ke udara untuk memperbesar humidity udara disebut dengan


humidifikasi. Dehumidifikasi adalah operasi pengembunan uap air dari udara untuk
memperkecil humidity udara. Humidifikasi dan dehumidifikasi menyangkut
perpindahan material antara fase liquid murni dan gas yang tidak larut.
Humidifkasi, misalnya terjadi pada perpindahan air dari fase liquid ke campuran
udara dan uap air. Dehumidifikasi terjadi sebaliknya dimana uap air berpindah dari
keadaan uap ke keadaan liquid. Humidity didefinisikan sebagai jumlah massa uap
yang dibawa oleh satuan massa gas bebas uap.

Prosedur dari percobaan ini adalah pertama, mengisi tangki penampung atas
sampai penuh dan emmbuka kran yang ada di bawah tangki (dibuka sedikit), lalu
biarkan beberapa saat hingga terjadi overflow pada constant head tank. Selanjutnya
atur aliran air pada suatu tekanan tertentu dan ukur laju alirnya, aliran air tersebut
harus dapat membentuk film air yang tipis dan merata pada setiap dinding pipa
gelas. Kedua, menjalankan blower untuk mengalirkan udara ke dalam pipa gelas,
bila keadaan sudah mantap, atur laju alir. Bila keadaan sudah mantap, amati dan
tabelkan data : laju alir air, laju alir udara, suhu air masuk dan keluar, suhu ruangan,
tekanan barometer, diameter pipa gelas dan panjang pipa dimana terjadi kontak
udara dan air. Terakhir, bila keadaan memungkinkan, ulangi untuk variabel laju alir
udara dan air.

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut. Pertama, untuk


dapat menentukan harga koefisien perpindahan massa dan panas. Kedua, untuk
mempelajari pengaruh laju alir udara dan air terhadap harga koefisien perpindahan
massa dan panas. Ketiga,Untuk mengetahui susunan alat dan prinsip kerja dari
wetted wall coloumn.

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


1
Wetted Wall Coloumn

I.2 Tujuan

1. Untuk dapat menentukan harga koefisien perpindahan massa dan panas.

2. Untuk mempelajari pengaruh laju alir udara dan air terhadap harga koefisien
perpindahan massa dan panas.

3. Untuk mengetahui prinsip humidifikasi

I.3 Manfaat

1. Agar praktikan dapat mengetahui penerapan wetted wall coloumn pada dunia
industri

2. Agar praktikan dapat mengetahui mekanisme kerja dari wetted wall column

3. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi praktikum ini

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


2
Wetted Wall Coloumn

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum

Proses penyerapan gas oleh penyerap atau absorbent dapat terjadi pada
kolom absorber. Pada industri-industri kimia, pemakaian kolom absorber
disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan, maksudnya adalah type atau jenis
kolom absorber yang digunakan. Absorpsi gas itu sendiri adalah suatu proses
dimana campuran gas dikontakkan dengan liquid dengan tujuan untuk memisahkan
satu atau lebih komponen dari gas dan untuk menghasilkan gas dalam liquid. Pada
operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke liquid. Kecepatan
larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang ada, karena
itu diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas-liquid.
Pengertian absorpsi itu sendiri adalah proses penyerapan gas melalui
seluruh permukaan zat cair (absorbent). Secara umum absorpsi dikelompokkan
menjadi 2, yaitu :
1. Absorpsi Fisika: Absorpsi fisika ini disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada
di permukaan absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorbent lebih dari 1 lapis.
2. Absorpsi Kimia: Sedangkan absorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara
zat yang diserap dengan absorbent. Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang
terbentuk pada permukaan absorbent hanya 1 lapisan.
Type kolom absorber digolongkan ke dalam beberapa bagian yang masing-
masing memiliki klasifikasi dan pemakaian yang berbeda pada operasinya. Dimana
pemakaian harus disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan.
1. Spray Tower
Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar di mana phase gas
mengalir dan masuk serta kontak dengan liquid di dalam spray nozzles.
Spray nozzles didesain untuk aliran liquid yang mempunyai bilangan
presure drop besar maupun kecil, untuk aliran liquid yang mempunyai flow
rate yang kecil, maka cross area kontaknya harus besar. Spray tower

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


3
Wetted Wall Coloumn

digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi dimana dikontrol
laju perpindahan masa secara normal pada phase gas.
2. Bubble Tower
Di Bubble tower ini, gas terdispersi menjadi phase liquid di dalam fine
bubble. Small gas bubble menentukan luas area. Kontak perpindahan massa
terjadi di dalam bubble formation dan buble rise up melalui liquid. Bubble
tower digunakan dengan sistem dimana pengontrol laju dari perpindahan
masa pada phase liquid yang absorbsinya adalah relatif phase gas.
3. Packed Tower
Packing yang digunakan pada packed tower adalah untuk memperbesar
luas permukaan kontak antara gas dan liquid. Keuntungan dari penggunaan
Packed Tower sebenarnya ada banyak, diantaranya sebagai berikut :
1. Presure drop aliran gas rendah.
2. Dapat lebih ekonomis di dalam operasi cairan korosif karena ditahan
untuk packing keramik.
3. Biaya column dapat lebih murah dari plate column pada ukuran diameter
yang sama.
4. Cairan hold up kecil.
4. Packed Column
Pengunan dari plate column lebih luas bila dibandingkan dengan
packed column secara spesial untuk destilasi.
Keuntungan dari plate column adalah :
1. Menyiapkan kontak lebih positif antara dua phase liquid.
2. Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
3. Lebih mudah dibersihkan.
5. Wetted Wall Column
Dalam laboratorium, wetted wall telah digunakan oleh sejumlah
pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai
faktor, dan mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan
untuk packed tower.
(Ade, 2014)

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


4
Wetted Wall Coloumn

II.1.1 Humidifikasi

Humidifikasi dan dehumidifikasi melibatkan perpindahan bahan antara fase


cair yang murni dengan gas tetap yang tidak dapat larut dalam zat cair itu. Operasi
ini agak lebih sederhana daripada absorpsi (penyerapan) dan pelucutan (stripping),
karena bila zat cair itu haya terdiri dari satu komponen saja, maka tidak ada gradien
konsentrasidan tahanan trehadap perpindahan pada fase zat cair itu. Di lain
pihak,dalam hal ini perpindahan kalor dan perpindahan massa sama-sama
mempunyai peraanan penting dan saling mempengaruhi. Pada pembahasan
terdahulu, kedua masalah itu dibahas secara terpisah-pisah; di sini dan dala
pengeringan zat padat keduanya berlangsung bersama-sama; demikian pula,
konsentrasi serta suhu juga berubah secara serentak.

Definisi. Dalam operasi humidifikasi, lebih-lebih bila diterapkan pada


sistem udara-air, ada beberapa definisi yang lazim digunakan. Perhitungan
keteknikan di sini biasanya ialah satuan massa gas bebas-uap, di manadengan “uap”
(vapor) dimaksudkan adalah bentuk gas daripada komponen yangjuga terdapat
sebagai zat cair, dan gas adalah komponen yang hanya terdapat dalam bentuk gas
saja. Dalam pembahasan ini, kita akan menggunakan satuan massa gas bebas-uap
sebagai dasar perhitungan. Dalam fase gas, uap akan dinamakan komponen A dan
gas-tetap komponen B. Oleh karena sifat-sifat campuran gas-uap itu berubah sesuai
dengan tekanan totalnya, tekanan harus ditetapkan dulu. Kecuali bila dinyatakan
lian, kita andaikan tekanan total 1 atm. Demikian pula, kita andaikan bahwa gas dan
uap itu mematuhi hukum gas ideal.

Kelembapan (humidity) ialah massa uap yang dibawa oleh satu satuan
massa gas bebas-uap. Menurut definisi ini, kelembapan hanya bergantung pada
tekanan bagian uap di dalam campuran bila tekanan total dibuat tetap. Jadi, tekanan
bagian uap adalah PA atm, ratio molal antara uap dan gas pada 1 atm adalah PA/(1-
PA). Jadi, kelembapan adalah

𝑀𝐴 𝑃𝐴
𝐻= .......................................................(1)
𝑀𝑈 (1−𝑃𝐴 )

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


5
Wetted Wall Coloumn

dimana Mu dan Ma masing-masing adalah bobot molekul komponen A dan


komponenen B.

Kelembapan dihubungkan dengan fraksi mol di dalam fase gas oleh


persamaan

𝐻/𝑀𝐴
𝑦= .....................................................(2)
1/𝑀𝐵 +𝐻/𝑀𝐴

Oleh karena H/MA biasanya lebih kecil diabndingkan dengan 1/MB, y biasanya
dianggap berbanding lurus dengan H.

Gas jenuh (saturated gas) ialah gas dimana uap berada dalam keseimbangan
dengan zat cair pada suatu gas. Tekanan bagian uap di dalam gas jenuh sama dengan
tekanan uap zat cair pada suatu gas. Tekanan bagian uap di dalam gas jenuh sama
dengan tekanan uap zat cair pada suhu gas. Jika Hs adalah kelembapan jenuh, dan
PA tekan uap zat cair adalah

𝑀𝐴 𝑃𝐴
𝐻𝑆 = .......................................................(3)
𝑀𝐵 (1−𝑃 ′ 𝐴 )

Kelembapan relatif (relatif humidity) HR didefinisikan sebagai rasio antara


tekanan bagian uap dan tekanan uap zat cair pada suhu gas. Besaran ini biasanya
dinyatakan atas dasar persen, sehingga kelembapan 100 persen berarti gas jenuh,
sedang kelembapan 0 persen berarti gas bebas-uap, sesuai definisi

𝑃
𝐻𝑅 = 100 𝑃′𝐴 ...........................................................(4)
𝐴

(Mc cabe,1999)

II.1.2 Difusi
Difusi merupakan fenomena perpindahan massa dari konsentrasi komponen
tinggi ke konsentrasi komponen rendah. Perbedaan konsentrasi ini disebut gradien
konsentrasi, dan merupakan salah satu driving force dari fenomena perpindahan
massa. Proses difusi akan berlangsung sesuai dengan gradien konsentrasi dan
difusivitas suatu komponen, dan akan berhenti ketika keadaan setimbang. Proses
difusi dapat terjadi melalui 2 mekanisme, yaitu:

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


6
Wetted Wall Coloumn

1. Molecular diffusion: fenomena terjadi pada fluida yang tidak mengalir;

2. Mass transfer diffusion: fenomena melibatkan perpindahan massa yang menjadi


driving force lain untuk proses ini.
(Khairiza, 2017)
II.1.3 KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA

Mekanisme proses aliran yang melibatkan pergerakan eddies di daerah yang


bergolak tidak sepenuhnya dipahami. Di sisi lain, mekanisme difusi molekuler,
setidaknya untuk gas, cukup dikenal, karena dapat digambarkan dalam istilah
kinetik untuk memberikan hasil yang sesuai dengan pengalaman. Oleh karena itu,
alamiah mencoba untuk menggambarkan tingkat perpindahan massa melalui
berbagai daerah dari permukaan ke zona turbulen dengan cara yang sama yang
berguna untuk difusi molekuler. untuk larutan biner,

𝑵𝑨 𝒄
𝑵𝑨 − 𝑨𝟐
𝑵𝑨 +𝑵𝑩 𝒄
𝑵𝑨 = 𝑵 𝑭 𝒍𝒏 𝑵𝑨 𝒄𝑨𝟏 ..........................................(5)
𝑨 +𝑵𝑩 −
𝑵𝑨 +𝑵𝑩 𝒄

dimana cA / c adalah konsentrasi mol-fraksi, xA untuk cairan, yA untuk gas.


Seperti dalam difusi molekuler, rasionya biasanya dibuat dengan pertimbangan
yang tidak mudah

(Treyball,1981)

Koefisien perpindahan massa merupakan besaran empiris yang dipakai


untuk memudahkan penyelesaian persoD8alan-persoalan perpindahan massa antar
fase, yang dibiarkan disini adalah koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase
liquid atau sebaliknya. Pada penguapan air dari permukaan cairan ke udara, terjadi
perpindahan massa dari fase air ke fase gas pada bidang batas cairan dan gas
(interface). Salah satu cara untuk menentukkan koefisien perpindahan massa dalam
fase gas adalah dengan menggunakan wetted wall column dengan mengetahui luas
kontak antara dua fase.

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


7
Wetted Wall Coloumn

Gambar 1. Wetted Wall Column

Untuk menentukan koefisien perpindahan massa pada wetted wall column,


dapat ditinjau pada jarak dz. Persamaan ratio perpindahan massa pada kondisi
steady state :

dNA = KG (PAi – PAG) dA .........................................................(1)

Dimana dNA adalah rate perpindahan massa (lb mol/jam), KG adalah koefisien
perpindahan massa fase gas (lb mol/jam ft2 atm), PAi adalah tekanan partial uap air
pada interface (atm), PAG adalah tekanan partial uap air pada gas (atm), dA adalah
luas permukaan perpindahan massa (ft2).

a = air

L2 V2

X2 Y2
L+dL V+dV
dz
X+dX Y+dY

L1 b = udara

X1 V1

Gambar 2. Laju alir kolom Wetted Wall

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


8
Wetted Wall Coloumn

Ditinjau dari dz, neraca massa total dan neraca massa komponen dapat dibuat dL =
dV

d (L . V) = d (V . Y) = dNA

Dimana L ialah laju alir air (mL/s), V ialah laju alir udara (mL/s), X ialah fraksi
mol air dalam fase liquid, Y ialah fraksi mol air dalam fase gas (uap air).

Karena X = 1, maka :

dNA = dL = d (V . Y) = V . dy + y . dV

dL – y . dV = V . dy, dimana dL = dV

dL – y . dL = V . dy

dL(1 – y) = V . dy

V . dy
dL = , dimana dNA = dL (1 – y)
(1−y)

V . dy
dNA = ................................................................................. (2)
(1−y)

V . dy
= KG (Pi – PG) dA ................................................................ (3)
(1−y)

Pi – PG = b (yi – y)

Persamaan (3) menjadi

V . dy
= KG . P . (yi – y)
(1−y)

V . dy
dA =
KG . P . (yi – y)

Integrasi

V . dy
o∫ ∫ y2
A
dA = y1
KG . P . (yi – y)

Persamaan menjadi :

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


9
Wetted Wall Coloumn

V dy
A= y1 ∫ y2
KG . P (1 – y)(y’ – y)

V (yi′ −yi)(1−y2 )
A= In
KG . P . (1−yi′ ) (yi′ −y2 )(1−y1 )

KG . P . A 1 (yi′ −yi)(1−y2 )
= In
V 1−yi′ (yi′ −y2 )(1−y1 )

Jika harga yi’ dan y sangat kecil, maka harga (1 – y) mendekati satu dan persamaan
menjadi :

KG . P . A (yi′ −yi)(1−y2 )
= In ..................................................... (4)
V (yi′ −y2 )(1−y1 )

Harga log mean didefinisikan sebagai :

(yi′ −y1 )(1−y2 )


(yi’ – y) lm = ..................................................... (5)
(yi′ −yi)(yi′ −yi)

Substitusi persamaan (4) dan (5)

KG . P . A y2 − y1
=
V (yi′ −yi) Im

V . (y2 − y1 )
KG =
P . A . (yi′ −yi) Im

Dimana KG adalah koefisien perpindahan massa antara udara dan liquid


(lbmol/jam ft2 atm), P adalah tekanan udara (atm), V adalah kecepatan linier (m/s),
A adalah luas permukaan pipa gelas (m2), Y1 adalah fraksi mol udara (kolom atas),
Y2 adalah fraksi mol udara (kolom bawah), Y’ adalah fraksi mol uap di interfase.

Pada wet bulb temperatur, panas yang dikeluarkan udara sama dengan yang
diterima oleh air, panas yang dikeluarkan udara (panas sensible).

q = (hG + hR) A (t – tw) …............................................................ (6)

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


10
Wetted Wall Coloumn

Dimana hG adalah koefisien perpindahan panas antara gas dan permukaan


liquid (Btu/jam ft2 oF), hR adalah koefisien perpindahan panas karena radiasi
(Btu/jam ft oF), t adalah temperatur gas (oF), tw adalah temperatur wet bulb (oF).

Panas yang diterima oleh liquid :

q = MA . NA . λw .......................................................................... (7)

dimana MA adalah berat molekul air (lb/lbmol), λw adalah panas latent air pada tw
(Btu/lb), dan NA adalah rate perpindahan massa.

(Tim Dosen, 2018)

II.1.4 Hukum Fick


WWC menggunakan perpindahan massa air dan udara sebagai driving force
untuk melangsungkan proses difusi. Perpindahan massa ini dihitung dalam hukum
Fick: Jika suatu molekul A bergerak dalam larutan B, maka laju perpindahan massa
dari A dalam arah z per satuan luas:
(Tanda negatif menunjukkan difusi terjadi pada arah dimana konsentrasinya turun).
DAB adalah difusifitas zat A melalui zat B.

Hukum Fick pertama didasarkan adanya pemahaman mengenai gradien


konsentrasi antara dua titik akibat terjadinya difusi molekular (molecular diffusion),
yang dapat didefinisikan sebagai proses perpindahan atau gerakan molekul-molekul
secara individual yang terjadi secara acak.
Hukum Fick 2: Jika komponen A dan komponen B bergerak, perpindahan
massa harus didefinisikan terhadap suatu posisi tertentu. Mekanisme perpindahan
massa konveksi diperhitungkan karena fluida mengalami pergerakan sehingga
mempengaruhi proses difusi.
Untuk gas ideal :

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


11
Wetted Wall Coloumn

(Khairiza, 2017)
II.1.5 Wetted Wall Coloumn

Wetted wall column adalah kolom vertikal dimana terjadi perpindahan


massa dan panas antara dua fluida yang mengalir di dalam kolom. Cairan mengalir
dari atas kolom kemudian membasahi dinding kolom vertikal sedangkan gas
dialirkan dari bawah ke atas di pusat kolom. Pada lapisan tipis (film) antar muka di
kolom vertikal, perpindahan massa dan panas akan meningkat karena luas antar
muka (interface) yang terbentuk lebih besar. Proses perpindahan massa dari cairan
ke gas terjadi melalui proses penguapan dan besar penurunan suhu merupakan
panas laten penguapan .

Gambar 3. Wetted wall column

Hubungan antara komposisi gas dan suhu gas dan cairan dapat diketahui
melalui sifat termodinamis dan neraca massa dan energi. Beberapa parameter
tersebut adalah

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


12
Wetted Wall Coloumn

a) Temperatur dry bulb (Td) akan menentukan suhu udara kering masuk dan
keluar kolom (suhu ambien/body gas).Temperatur dry bulb tidak dapat
menentukan besarnya kandungan uap air dalam gas.
b) Temperatur wet bulb dilakukan dengan menyelubungi termometer
menggunakan kapas basah untuk menentukan besarnya perpindahan massa
cairan dari kapas ke aliran gas hingga suhu konstan. Suhu konstan ini disebut
temperatur wet bulb (Tw). Pengukuran temperatur dry bulb (Td) dan
temperatur wet bulb (Tw) dilakukan pada aliran input dan output dari gas. Data
yang diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan humidity
(kelembaban) dari gas.
c) Dew point adalah temperatur udara dalam kondisi jenuh dimana udara basah
(saturated vapor) mulai mengembun saat temperatur diturunkan dan mulai
membentuk sistem campuran.
d) Volume spesifik adalah volume udara lembab per 1 kg udara kering.
e) Entalpi merupakan jumlah kalor (energi) yang dimiliki udara setiap satuan
massa.
f) Relative humidity adalah persentase dari perbandingan fraksi uap dengan fraksi
udara basah (uap jenuh) pada suhu dan tekanan yang sama.
g) Kelembaban (humidity) merupakan persentase dari perbandingan antara berat
kandungan air dan berat udara kering. Besarnya kelembaban dapat ditentukan
menggunakan diagram psikometrik.

(Wicaksana, 2015)
II.1.6 Dry Bulb Temperature
Temperatur dry bulb adalah temperatur yang terukur dengan termometer
terkena udara bebas namun terlindung dari radiasi dan kelembaban. Temperatur dry
bulb sering kita sebut sebagai temperatur udara. Temperatur dry bulb tidak
menunjukkan jumlah uap air di udara.

(Robin, 2013)

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


13
Wetted Wall Coloumn

II.1.7 Wet Bulb Temperature


Temperatur wet bulb adalah temperatur dalam keadaan steady dan tidak
setimbang yang dicapai oleh sedikit liquida yang dimasukkan pada keadaan
adiabatis di dalam aliran gas yang kontinyu. Massa liquida sangatlah kecil bila
dibandingkan dengan fase gas sehingga perubahan property gas (humidity dan
temperatur) dapat diabaikan, dan pengaruh proses ini hanya terbatas pada liquida.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur temperatur wet bulb adalah dengan
menggunakan termometer yang diselubungi kapas atau kain basah kemudian
dialirkan gas yang mempunyai properti T dry dan humidity H. Pada keadaan steady
state, air akan menguap ke dalam aliran gas. Kapas atau kain basah akan mengalami
pendinginan hingga suhu konstan. Suhu inilah yang disebut T wet bulb. Dalam
penerapannya, T wet bulb digunakan untuk menentukan humidity dari campuran
air-udara.

Gambar 4. Suhu Wetbulb


(Geankoplis, 1984)

II.8 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya koefisien perpindahan panas
dan massa pada peristiwa humidifikasi yaitu proses perpindahan panas yang terjadi
antara panas yang dibawa oleh air dan panas yang dibawa udara agar dapat
menguapkan kandungan uap air dari fasa air. Semakin banyaknya kontak antara air

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


14
Wetted Wall Coloumn

dengan udara maka akan semakin besar nilai humidity. Bila semakin besar
kontaknya maka akan semakin banyak terjadinya perpindahan panas maupun
massa. Cara memperbesar kontak antara air dengan udara yaitu dengan menambah
sekat-sekat pada cooling tower. Sedangkan untuk perpindahan massa terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi. Di mana saat pertama kali udara yang masuk bersifat
tidak jenuh dan saat keluar dari atas cooling tower, udara akan jenuh yang memiliki
cukup banyak kandungan uap air.

(Alex, 2012)

II.9 Aplikasi Humidifikasi

Humidifikasi adalah sebuah proses dalam ilmu keteknikkimiaan dimana


pada proses tersebut terjadi fenomena penambahan kandungan uap air pada aliran
gas atau udara, dan proses sebaliknya adalah dehumidifikasi yang merupakan
proses pengurangan kandungan air pada gas. Fungsi dari proses humidifikasi adalah
pada aplikasi di industri, proses ini bertujuan untuk mentransfer panas dari uap air
ke udara yang kemudian steam ini akan digunakan pada proses semisal pengeringan
suatu bahan yang masih lembab. Proses lain selain pada aplikasi di industri adalah
pada proses yang terjadi secara alami, misalnya pada proses pengeringan baju.

Gambar 5. Skema Proses Humidifikasi

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


15
Wetted Wall Coloumn

Gambar diatas merupakan salah satu aplikasi dari sebuah proses


humidifikasi, yang sering digunakan dalam industri khususnya pada bagian
pengeringan. Jadi, proses diatas merupakan proses yang terjadi di cooling tower,
proses singkatnya adalah air yang masuk sebagai air umpan kemudian dinaikkan
konsentrasi garamnya dengan maksud menaikkan titik didihnya lalu di blockdown
yaitu untuk mengurangi uap air kemudian air di naikkan tekanannya lalu masuk ke
HE yang kemudian air keluaran HE, yaitu air hangat di spray kan yang kemudian
udara dialirkan ke atas yang kemudian udara tersebut membawa air hangat menuju
keatas sebagai uap air, Proses perpindahan uap air ke udara itulah yang dinamakan
humidifikasi.

(Reza, 2013)

II.10 Grafik Humidity

Grafik yang menunjukkan sifat campuran gas permanen dan uap yang dapat
dikondensasi adalah grafik humuditas. Grafik untuk campuran udara dan air pada 1
atm ditunjukkan pada gambar 23.3. Banyak bentuk bagan semacam itu telah
diusulkan. Gambar 23.2 didasarkan pada grafik Grosvenor.

Gambar 6. Grafik Humidity

pada gambar 23.2 suhu diplot sebagai abcis dan kelembaban sebagai
ordinat. Setiap titik pada grafik mewakili campuran udara dan air yang pasti. Garis

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


16
Wetted Wall Coloumn

lengkung yang ditandai 100 persen memberi kelembaban udara jenuh sebagai
fungsi suhu udara. Dengan menggunakan tekanan uap air, koordinat titik-titik pada
garis ini ditemukan dari persamaan 23.2. Setiap titik di atas dan ke lekukan garis
saturasi merupakan campuran udara jenuh dan air cair. Wilayah ini penting hanya
dalam pembentukan kabut chcking. Setiap titik di bawah garis saturasi mewakili
udara undersaturated, dan titik pada sumbu temperatur mewakili udara kering.
Garis lengkung antara garis saturasi dan sumbu suhu yang dibuat dalam persen
bahkan mewakili campuran udara dan air dari persentase pasti kelembaban. Seperti
yang ditunjukkan oleh eq 23.5, iterpolasi linier antara garis saturasi dan sumbu suhu
dapat digunakan untuk menemukan garis-garis persentase kelembaban konstan.

Garis miring ditarik ke bawah dan ke kanan garis kejenuhan disebut garis
pendinginan adiabatik. Mereka adalah pot eq 23.11, masing-masing digambar
untuk mengagetkan nilai konstan dari suhu adiabatik-saturasi. Untuk nilai TS, Hs
dan λ ditetapkan, dan garis ℋ vs T dapat diplot dengan menetapkan nilai ke ℋ dan
menghitung nilai yang sesuai dari T. Inspeksi eq 23.11 menunjukkan bahwa
kemiringan garis pendinginan adiabatik, jika digambar pada koordinat yang benar-
benar persegi panjang, adalah –C2 / λ2 , dan dengan eq 23.6, slpoe ini tergantung
pada kelembaban. Pada koordinat persegi panjang, garis pendingin adiabatik tidak
lurus atau paralel. Dalam Gambar 23.2 ordinat cukup distersikan untuk menentukan
adiabatik dan menjadikannya paralel, jadi interpolasi antara saat itu mudah. Ujung-
ujung adiabatics diidentifikasi dengan suhu saturasi adiabatik koresponding.

Garis yang ditunjukkan pada gambar 23.2 untuk volume spesifik udara kering dan
volume jenuh. Kedua garis tersebut adalah plot volume terhadap suhu. Volume
dibaca pada skala di sebelah kiri. Koordinat titik pada garis-garis ini dihitung
dengan menggunakan persamaan. 23.7a. Interpolasi linier antara dua garis,
berdasarkan persentase kelembaban, memberikan volume udara tak jenuh yang
lembab.

(Mc. Cabe, 1999)

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


17
Wetted Wall Coloumn

II.2 Sifat bahan


1. Air
Sifat fisika
1. Berbentuk cairan
2. Tidak berasa
3. Tidak berwarna
4. Tidak berbau
Sifat kimia
1. Berat molekul 18,0513 g/mol
2. Denstitas 0,998 g/cm3
3. Titik beku 0oC
4. Titik didih 100oC
(Perry, 1997)

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


18
Wetted Wall Coloumn

II.3 Hipotesa
Semakin besar kecepatan alir cairan, maka semakin tinggi pula koefisien
perpindahan massanya. Suhu air akan mengalami kenaikan karena ada perpindahan
panas antara udara dan air

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


19
Wetted Wall Coloumn

II.4 Diagram Alir

Mengisi tangki penampung atas sampai penuh dan buka kran yang ada di
bawah tangki (dibuka sedikit), lalu biarkan beberapa saat sehingga terjadi
overflow pada constant head tank. Selanjutnya atur aliran air pada suatu
harga tertentu dan ukur laju alirnya, aliran air tersebut harus dapat
membentuk film air yang tipis dan merata pada setiap dinding pipa gelas.

Jalankan kompresor untuk mengalirkan udara ke dalam pipa gelas

Bila keadaan steady, amati : laju alir air, laju alir udara, suhu air masuk,
suhu air keluar, suhu ruangan, tekanan barometer, diameter pipa gelas dan
panjang pipa dimana terjadi kontak udara dan air

Ulangi untuk variabel laju alir udara dan air

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


20
Wetted Wall Coloumn

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan

1. Air

III.2 Alat

1. Serangkaian alat WWC


2. Gelas ukur
3. Termometer
4. Ember
5. Stopwatch
6. Penggaris

III.3 Gambar Alat

Termometer Ember Gelas ukur

Penggaris Stopwatch

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


21
Wetted Wall Coloumn

III.4 Rangkaian Alat

III.5 Prosedur Percobaan

Prosedur kalibrasi kecepatan udara

1. Sambungkan selang pada blower udara dengan selang pada gallon yang berisi
air
2. Nyalakan blower udara dan tunggu hingga tekanannya 40 psia, setelah itu
matikan
3. Kemudian buka kran pada blower hingga terdengar bunyi keluar udara

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


22
Wetted Wall Coloumn

4. Atur atur aliran udara pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran
dan aliran udara dan ukur volume air yang keluar dari gallon
5. Ulangi dengan variable beda tekanan dari gallon

Prosedur kalibrasi kecepatan air

1. Mengisi tangki penampung atas sampai penuh dan membuka kran yang ada
dibawah tangki (dibuka sedikit), lalu biarkan beberapa saat hingga terjadi
overflow
2. Selanjutnya atur aliran pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran
aliran air yang menuju pipa gelas
3. Ukur volume air yang keluar dari pipa gelas
4. Ulangi dengan variabell beda tekanan yang berbeda

Prosedur wetted wall coloumn

1. Isi tangki penampung atas sampai penuh dan bukalah kran yang ada di bawah
tangki (dibuka sedikit), lalu biarkan beberapa saat sehingga terjadi overflow
pada constant head tank. Selanjutnya atur aliran air pada suatu harga tertentu
dan ukur laju alirnya, aliran air tersebut harus dapat membentuk film air yang
tipis dan merata pada setiap dinding ppa gelas (perhatikan tangki penampung
air yang paling atas harus seringkali diisi dengan air).
2. Jalankan kompresor untuk mengalirkan udara ke dalam pipa gelas, bila
keadaan sudah mantap (steady state), atur laju alir pada suatu harga dan catat
harga ini.
3. Bila keadaan sudah mantap, kemudian amati data di bawah ini (tabelkan) :
a. Laju alir air
b. Laju alir udara
c. Suhu air masuk dan keluar
d. Suhu ruangan
e. Tekanan barometer
f. Diameter pipa gelas dan panjang pipa dimana terjadi kontak udara dan air.
4. Bila keadaan memungkinkan, ulangi untuk variabel laju alir udara dan air

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


23
Wetted Wall Coloumn

DAFTAR PUSTAKA

Alex.2012. “Humidifikasi”. (https://alexschemistry.blogspot.com/2012/09/normal-


0-false-false-false-in-x-none-x.html). Diakses pada tanggal 7 September 2018
pukul 00.53 WIB
Ade, Sucitro. 2014 “Absorpsi Weted Wall”. (http://rumahdukasi.blogspot.com/
2014/02/absorpsi-weted-wall.html). Diakses pada tanggal 30 September
2018 pukul 20.00 WIB.

Geankoplis, J Christie.1984.”Transport Process and Unit Operations”.America :


Alluyn and Bacon.Inc

Khairiza, Maghfira Risang. 2017. “LAPORAN PRAKTIKUM UOB 2 MODUL


WETTED WALL COLUMN”. (www.scribd.com/). Diakses pada tanggal
30 September 2018 pukul 21.00 WIB
Mc cabe, Warren L, dkk. 1999. “Unit Operation of chemical engineering fourth
edition”. Jakarta : Erlangga

Perry, Robert H. 1997. “Perry’s Chemical Enginers Handbook Seventh Edition”.


New York : McGraw-Hill.

Reza. 2013. “Aplikasi Humidifikasi”. (http://rezaasmitaraa.blogspot.com/2013/05/


normal-0-false-false-false-in-x-none-x_30.html?m=1). Diakses pada
tanggal 4 Oktober 2018 pukul 16.00 WIB.

Robin. 2013. “Dry Bulb”. (https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Dry-bulb_


temperature&oldid=818569891). Diakses pada tanggal 1 Oktober 2018
pukul 15.00 WIB.

Wicaksana, Rendra. 2015. “Humidifikasi” (https://partsofmymemory.wordpress.


com/). Diakses pada tanggal 1 Oktober 2018 pukul 15.00 WIB

Tim Dosen, 2018. “Praktikum Operasi Teknik Kimia I modul WETTED WALL
COLUMN”. Surabaya: UPN Veteran Jawa Timur

Treybal, Robert Ewald. 1981. “Maa-Transfer Operations”. Singapore : McGraw-


hill book Company

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


24
Wetted Wall Coloumn

PRAKTIKUM OPRASI TEKNIK KIMIA II


25

Anda mungkin juga menyukai