BAB I
PENDAHULUAN
Prosedur dari percobaan ini adalah pertama, mengisi tangki penampung atas
sampai penuh dan emmbuka kran yang ada di bawah tangki (dibuka sedikit), lalu
biarkan beberapa saat hingga terjadi overflow pada constant head tank. Selanjutnya
atur aliran air pada suatu tekanan tertentu dan ukur laju alirnya, aliran air tersebut
harus dapat membentuk film air yang tipis dan merata pada setiap dinding pipa
gelas. Kedua, menjalankan blower untuk mengalirkan udara ke dalam pipa gelas,
bila keadaan sudah mantap, atur laju alir. Bila keadaan sudah mantap, amati dan
tabelkan data : laju alir air, laju alir udara, suhu air masuk dan keluar, suhu ruangan,
tekanan barometer, diameter pipa gelas dan panjang pipa dimana terjadi kontak
udara dan air. Terakhir, bila keadaan memungkinkan, ulangi untuk variabel laju alir
udara dan air.
I.2 Tujuan
2. Untuk mempelajari pengaruh laju alir udara dan air terhadap harga koefisien
perpindahan massa dan panas.
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui penerapan wetted wall coloumn pada dunia
industri
2. Agar praktikan dapat mengetahui mekanisme kerja dari wetted wall column
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses penyerapan gas oleh penyerap atau absorbent dapat terjadi pada
kolom absorber. Pada industri-industri kimia, pemakaian kolom absorber
disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan, maksudnya adalah type atau jenis
kolom absorber yang digunakan. Absorpsi gas itu sendiri adalah suatu proses
dimana campuran gas dikontakkan dengan liquid dengan tujuan untuk memisahkan
satu atau lebih komponen dari gas dan untuk menghasilkan gas dalam liquid. Pada
operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke liquid. Kecepatan
larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang ada, karena
itu diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas-liquid.
Pengertian absorpsi itu sendiri adalah proses penyerapan gas melalui
seluruh permukaan zat cair (absorbent). Secara umum absorpsi dikelompokkan
menjadi 2, yaitu :
1. Absorpsi Fisika: Absorpsi fisika ini disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada
di permukaan absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorbent lebih dari 1 lapis.
2. Absorpsi Kimia: Sedangkan absorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara
zat yang diserap dengan absorbent. Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang
terbentuk pada permukaan absorbent hanya 1 lapisan.
Type kolom absorber digolongkan ke dalam beberapa bagian yang masing-
masing memiliki klasifikasi dan pemakaian yang berbeda pada operasinya. Dimana
pemakaian harus disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan.
1. Spray Tower
Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar di mana phase gas
mengalir dan masuk serta kontak dengan liquid di dalam spray nozzles.
Spray nozzles didesain untuk aliran liquid yang mempunyai bilangan
presure drop besar maupun kecil, untuk aliran liquid yang mempunyai flow
rate yang kecil, maka cross area kontaknya harus besar. Spray tower
digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi dimana dikontrol
laju perpindahan masa secara normal pada phase gas.
2. Bubble Tower
Di Bubble tower ini, gas terdispersi menjadi phase liquid di dalam fine
bubble. Small gas bubble menentukan luas area. Kontak perpindahan massa
terjadi di dalam bubble formation dan buble rise up melalui liquid. Bubble
tower digunakan dengan sistem dimana pengontrol laju dari perpindahan
masa pada phase liquid yang absorbsinya adalah relatif phase gas.
3. Packed Tower
Packing yang digunakan pada packed tower adalah untuk memperbesar
luas permukaan kontak antara gas dan liquid. Keuntungan dari penggunaan
Packed Tower sebenarnya ada banyak, diantaranya sebagai berikut :
1. Presure drop aliran gas rendah.
2. Dapat lebih ekonomis di dalam operasi cairan korosif karena ditahan
untuk packing keramik.
3. Biaya column dapat lebih murah dari plate column pada ukuran diameter
yang sama.
4. Cairan hold up kecil.
4. Packed Column
Pengunan dari plate column lebih luas bila dibandingkan dengan
packed column secara spesial untuk destilasi.
Keuntungan dari plate column adalah :
1. Menyiapkan kontak lebih positif antara dua phase liquid.
2. Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
3. Lebih mudah dibersihkan.
5. Wetted Wall Column
Dalam laboratorium, wetted wall telah digunakan oleh sejumlah
pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai
faktor, dan mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan
untuk packed tower.
(Ade, 2014)
II.1.1 Humidifikasi
Kelembapan (humidity) ialah massa uap yang dibawa oleh satu satuan
massa gas bebas-uap. Menurut definisi ini, kelembapan hanya bergantung pada
tekanan bagian uap di dalam campuran bila tekanan total dibuat tetap. Jadi, tekanan
bagian uap adalah PA atm, ratio molal antara uap dan gas pada 1 atm adalah PA/(1-
PA). Jadi, kelembapan adalah
𝑀𝐴 𝑃𝐴
𝐻= .......................................................(1)
𝑀𝑈 (1−𝑃𝐴 )
𝐻/𝑀𝐴
𝑦= .....................................................(2)
1/𝑀𝐵 +𝐻/𝑀𝐴
Oleh karena H/MA biasanya lebih kecil diabndingkan dengan 1/MB, y biasanya
dianggap berbanding lurus dengan H.
Gas jenuh (saturated gas) ialah gas dimana uap berada dalam keseimbangan
dengan zat cair pada suatu gas. Tekanan bagian uap di dalam gas jenuh sama dengan
tekanan uap zat cair pada suatu gas. Tekanan bagian uap di dalam gas jenuh sama
dengan tekanan uap zat cair pada suhu gas. Jika Hs adalah kelembapan jenuh, dan
PA tekan uap zat cair adalah
𝑀𝐴 𝑃𝐴
𝐻𝑆 = .......................................................(3)
𝑀𝐵 (1−𝑃 ′ 𝐴 )
𝑃
𝐻𝑅 = 100 𝑃′𝐴 ...........................................................(4)
𝐴
(Mc cabe,1999)
II.1.2 Difusi
Difusi merupakan fenomena perpindahan massa dari konsentrasi komponen
tinggi ke konsentrasi komponen rendah. Perbedaan konsentrasi ini disebut gradien
konsentrasi, dan merupakan salah satu driving force dari fenomena perpindahan
massa. Proses difusi akan berlangsung sesuai dengan gradien konsentrasi dan
difusivitas suatu komponen, dan akan berhenti ketika keadaan setimbang. Proses
difusi dapat terjadi melalui 2 mekanisme, yaitu:
𝑵𝑨 𝒄
𝑵𝑨 − 𝑨𝟐
𝑵𝑨 +𝑵𝑩 𝒄
𝑵𝑨 = 𝑵 𝑭 𝒍𝒏 𝑵𝑨 𝒄𝑨𝟏 ..........................................(5)
𝑨 +𝑵𝑩 −
𝑵𝑨 +𝑵𝑩 𝒄
(Treyball,1981)
Dimana dNA adalah rate perpindahan massa (lb mol/jam), KG adalah koefisien
perpindahan massa fase gas (lb mol/jam ft2 atm), PAi adalah tekanan partial uap air
pada interface (atm), PAG adalah tekanan partial uap air pada gas (atm), dA adalah
luas permukaan perpindahan massa (ft2).
a = air
L2 V2
X2 Y2
L+dL V+dV
dz
X+dX Y+dY
L1 b = udara
X1 V1
Ditinjau dari dz, neraca massa total dan neraca massa komponen dapat dibuat dL =
dV
d (L . V) = d (V . Y) = dNA
Dimana L ialah laju alir air (mL/s), V ialah laju alir udara (mL/s), X ialah fraksi
mol air dalam fase liquid, Y ialah fraksi mol air dalam fase gas (uap air).
Karena X = 1, maka :
dNA = dL = d (V . Y) = V . dy + y . dV
dL – y . dV = V . dy, dimana dL = dV
dL – y . dL = V . dy
dL(1 – y) = V . dy
V . dy
dL = , dimana dNA = dL (1 – y)
(1−y)
V . dy
dNA = ................................................................................. (2)
(1−y)
V . dy
= KG (Pi – PG) dA ................................................................ (3)
(1−y)
Pi – PG = b (yi – y)
V . dy
= KG . P . (yi – y)
(1−y)
V . dy
dA =
KG . P . (yi – y)
Integrasi
V . dy
o∫ ∫ y2
A
dA = y1
KG . P . (yi – y)
Persamaan menjadi :
V dy
A= y1 ∫ y2
KG . P (1 – y)(y’ – y)
V (yi′ −yi)(1−y2 )
A= In
KG . P . (1−yi′ ) (yi′ −y2 )(1−y1 )
KG . P . A 1 (yi′ −yi)(1−y2 )
= In
V 1−yi′ (yi′ −y2 )(1−y1 )
Jika harga yi’ dan y sangat kecil, maka harga (1 – y) mendekati satu dan persamaan
menjadi :
KG . P . A (yi′ −yi)(1−y2 )
= In ..................................................... (4)
V (yi′ −y2 )(1−y1 )
KG . P . A y2 − y1
=
V (yi′ −yi) Im
V . (y2 − y1 )
KG =
P . A . (yi′ −yi) Im
Pada wet bulb temperatur, panas yang dikeluarkan udara sama dengan yang
diterima oleh air, panas yang dikeluarkan udara (panas sensible).
q = MA . NA . λw .......................................................................... (7)
dimana MA adalah berat molekul air (lb/lbmol), λw adalah panas latent air pada tw
(Btu/lb), dan NA adalah rate perpindahan massa.
(Khairiza, 2017)
II.1.5 Wetted Wall Coloumn
Hubungan antara komposisi gas dan suhu gas dan cairan dapat diketahui
melalui sifat termodinamis dan neraca massa dan energi. Beberapa parameter
tersebut adalah
a) Temperatur dry bulb (Td) akan menentukan suhu udara kering masuk dan
keluar kolom (suhu ambien/body gas).Temperatur dry bulb tidak dapat
menentukan besarnya kandungan uap air dalam gas.
b) Temperatur wet bulb dilakukan dengan menyelubungi termometer
menggunakan kapas basah untuk menentukan besarnya perpindahan massa
cairan dari kapas ke aliran gas hingga suhu konstan. Suhu konstan ini disebut
temperatur wet bulb (Tw). Pengukuran temperatur dry bulb (Td) dan
temperatur wet bulb (Tw) dilakukan pada aliran input dan output dari gas. Data
yang diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan humidity
(kelembaban) dari gas.
c) Dew point adalah temperatur udara dalam kondisi jenuh dimana udara basah
(saturated vapor) mulai mengembun saat temperatur diturunkan dan mulai
membentuk sistem campuran.
d) Volume spesifik adalah volume udara lembab per 1 kg udara kering.
e) Entalpi merupakan jumlah kalor (energi) yang dimiliki udara setiap satuan
massa.
f) Relative humidity adalah persentase dari perbandingan fraksi uap dengan fraksi
udara basah (uap jenuh) pada suhu dan tekanan yang sama.
g) Kelembaban (humidity) merupakan persentase dari perbandingan antara berat
kandungan air dan berat udara kering. Besarnya kelembaban dapat ditentukan
menggunakan diagram psikometrik.
(Wicaksana, 2015)
II.1.6 Dry Bulb Temperature
Temperatur dry bulb adalah temperatur yang terukur dengan termometer
terkena udara bebas namun terlindung dari radiasi dan kelembaban. Temperatur dry
bulb sering kita sebut sebagai temperatur udara. Temperatur dry bulb tidak
menunjukkan jumlah uap air di udara.
(Robin, 2013)
dengan udara maka akan semakin besar nilai humidity. Bila semakin besar
kontaknya maka akan semakin banyak terjadinya perpindahan panas maupun
massa. Cara memperbesar kontak antara air dengan udara yaitu dengan menambah
sekat-sekat pada cooling tower. Sedangkan untuk perpindahan massa terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi. Di mana saat pertama kali udara yang masuk bersifat
tidak jenuh dan saat keluar dari atas cooling tower, udara akan jenuh yang memiliki
cukup banyak kandungan uap air.
(Alex, 2012)
(Reza, 2013)
Grafik yang menunjukkan sifat campuran gas permanen dan uap yang dapat
dikondensasi adalah grafik humuditas. Grafik untuk campuran udara dan air pada 1
atm ditunjukkan pada gambar 23.3. Banyak bentuk bagan semacam itu telah
diusulkan. Gambar 23.2 didasarkan pada grafik Grosvenor.
pada gambar 23.2 suhu diplot sebagai abcis dan kelembaban sebagai
ordinat. Setiap titik pada grafik mewakili campuran udara dan air yang pasti. Garis
lengkung yang ditandai 100 persen memberi kelembaban udara jenuh sebagai
fungsi suhu udara. Dengan menggunakan tekanan uap air, koordinat titik-titik pada
garis ini ditemukan dari persamaan 23.2. Setiap titik di atas dan ke lekukan garis
saturasi merupakan campuran udara jenuh dan air cair. Wilayah ini penting hanya
dalam pembentukan kabut chcking. Setiap titik di bawah garis saturasi mewakili
udara undersaturated, dan titik pada sumbu temperatur mewakili udara kering.
Garis lengkung antara garis saturasi dan sumbu suhu yang dibuat dalam persen
bahkan mewakili campuran udara dan air dari persentase pasti kelembaban. Seperti
yang ditunjukkan oleh eq 23.5, iterpolasi linier antara garis saturasi dan sumbu suhu
dapat digunakan untuk menemukan garis-garis persentase kelembaban konstan.
Garis miring ditarik ke bawah dan ke kanan garis kejenuhan disebut garis
pendinginan adiabatik. Mereka adalah pot eq 23.11, masing-masing digambar
untuk mengagetkan nilai konstan dari suhu adiabatik-saturasi. Untuk nilai TS, Hs
dan λ ditetapkan, dan garis ℋ vs T dapat diplot dengan menetapkan nilai ke ℋ dan
menghitung nilai yang sesuai dari T. Inspeksi eq 23.11 menunjukkan bahwa
kemiringan garis pendinginan adiabatik, jika digambar pada koordinat yang benar-
benar persegi panjang, adalah –C2 / λ2 , dan dengan eq 23.6, slpoe ini tergantung
pada kelembaban. Pada koordinat persegi panjang, garis pendingin adiabatik tidak
lurus atau paralel. Dalam Gambar 23.2 ordinat cukup distersikan untuk menentukan
adiabatik dan menjadikannya paralel, jadi interpolasi antara saat itu mudah. Ujung-
ujung adiabatics diidentifikasi dengan suhu saturasi adiabatik koresponding.
Garis yang ditunjukkan pada gambar 23.2 untuk volume spesifik udara kering dan
volume jenuh. Kedua garis tersebut adalah plot volume terhadap suhu. Volume
dibaca pada skala di sebelah kiri. Koordinat titik pada garis-garis ini dihitung
dengan menggunakan persamaan. 23.7a. Interpolasi linier antara dua garis,
berdasarkan persentase kelembaban, memberikan volume udara tak jenuh yang
lembab.
II.3 Hipotesa
Semakin besar kecepatan alir cairan, maka semakin tinggi pula koefisien
perpindahan massanya. Suhu air akan mengalami kenaikan karena ada perpindahan
panas antara udara dan air
Mengisi tangki penampung atas sampai penuh dan buka kran yang ada di
bawah tangki (dibuka sedikit), lalu biarkan beberapa saat sehingga terjadi
overflow pada constant head tank. Selanjutnya atur aliran air pada suatu
harga tertentu dan ukur laju alirnya, aliran air tersebut harus dapat
membentuk film air yang tipis dan merata pada setiap dinding pipa gelas.
Bila keadaan steady, amati : laju alir air, laju alir udara, suhu air masuk,
suhu air keluar, suhu ruangan, tekanan barometer, diameter pipa gelas dan
panjang pipa dimana terjadi kontak udara dan air
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Air
III.2 Alat
Penggaris Stopwatch
1. Sambungkan selang pada blower udara dengan selang pada gallon yang berisi
air
2. Nyalakan blower udara dan tunggu hingga tekanannya 40 psia, setelah itu
matikan
3. Kemudian buka kran pada blower hingga terdengar bunyi keluar udara
4. Atur atur aliran udara pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran
dan aliran udara dan ukur volume air yang keluar dari gallon
5. Ulangi dengan variable beda tekanan dari gallon
1. Mengisi tangki penampung atas sampai penuh dan membuka kran yang ada
dibawah tangki (dibuka sedikit), lalu biarkan beberapa saat hingga terjadi
overflow
2. Selanjutnya atur aliran pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran
aliran air yang menuju pipa gelas
3. Ukur volume air yang keluar dari pipa gelas
4. Ulangi dengan variabell beda tekanan yang berbeda
1. Isi tangki penampung atas sampai penuh dan bukalah kran yang ada di bawah
tangki (dibuka sedikit), lalu biarkan beberapa saat sehingga terjadi overflow
pada constant head tank. Selanjutnya atur aliran air pada suatu harga tertentu
dan ukur laju alirnya, aliran air tersebut harus dapat membentuk film air yang
tipis dan merata pada setiap dinding ppa gelas (perhatikan tangki penampung
air yang paling atas harus seringkali diisi dengan air).
2. Jalankan kompresor untuk mengalirkan udara ke dalam pipa gelas, bila
keadaan sudah mantap (steady state), atur laju alir pada suatu harga dan catat
harga ini.
3. Bila keadaan sudah mantap, kemudian amati data di bawah ini (tabelkan) :
a. Laju alir air
b. Laju alir udara
c. Suhu air masuk dan keluar
d. Suhu ruangan
e. Tekanan barometer
f. Diameter pipa gelas dan panjang pipa dimana terjadi kontak udara dan air.
4. Bila keadaan memungkinkan, ulangi untuk variabel laju alir udara dan air
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen, 2018. “Praktikum Operasi Teknik Kimia I modul WETTED WALL
COLUMN”. Surabaya: UPN Veteran Jawa Timur