Anda di halaman 1dari 31

HEAT

EXCHANGE
R Rangkuman Buku Coulson Chapt. 12 (12.10-

EQUIPMENT
12.18)

. Oleh: Alna Livia Fanneza


03031381621063
Shell and Tube Exchanger dapat berupa condenser yang
memiliki 4 konfigurasi utama:
1. Horizontal, proses kondensasi di shell, cooling
medium pada tube
2. Horizontal, proses kondensasi di tube
3. Vertical, proses kondensasi di shell
4. Vertical, proses kondensasi di tube

Horizontal exchanger lebih sering digunakan sebagai


heater dan vaporizer yang menggunakan steam sebagai
heating medium.
Mekanisme perpindahan panas untuk kondensor adalah filmwise condensation (Nusselt,
HEAT 2916). Aliran laminar berbentuk film dan perpindahan panas terjadi karena konduksi pada
lapisan film. Nusselt model hanya berlaku pada kecepatan fluida yang rendah, sedangkan
TRANSFER turbulensi akibat kecepatan fluida yang tinggi dijelaskan oleh Butterworth (1978) dan
Taborek (1974). Sifat fisika dari kondensat yang mempengaruhi proses adalah temperatur
FUNDAMENT film condensate, condensing temperature dan tube-wall temperature

AL
Condensation Outside Horizontal
Tubes Pada nyatanya, aliran kondensat tida mengalir lancer dari tube ke tube
sehingga (Nr)-1/4 berlaku untuk koef. single tube. Kern (1950)
merekomendasikan nilai index sebesar 1/6 sedangkan Frank (1978)
menyarankan untuk mengkalikan nilai koefisien single tube dengan 0,75.
Pada viskositas rendah, Nr dapat diabaikan.

Jika, tubes vertical dan aliran kondensat laminar maka


dapat menggunakan Nusselt model:
Condensation Inside and Outside Horizontal Tubes
Pada Re > 30, nilai kondensat Pada Re = 2000, kondensat film
film tidak bisa diabaikan. alirannya turbulen sehingga
Perhitungan Reynold number: nilainya ditentukan dengan Prandtl
number:
Untuk tube
bundle:

Koefisien film kondensat dapat ditentukan


dengan grafik 12.43 dimana aliran gas
horizontal dan vertical menurun dapat
meningkatkan nilai perpindahan panas.
Boyko-Kruzhilin model dapat menentukan
nilai koefisien antara dua komponen pada
tube:

Untuk design kondensor dengan kondensasi pada


tube dan aliran gas kebwah, nilainya dapat
dihitung dengan Boyko-Kruzhilin model dan
grafik, nilai tertinggi dapat diambil untuk
perhitungan model alat.
Ketika aliran gas naik ke atas, flooding pada tube harus dihindari. Perhitungan flood dapat diestimasi
dengan persamaan:

Condensation Pada kondensasi di tube horizontal, koefisien heat transfer bergantung pada pola aliran pada tube.

inside
horizontal
tube

Aliran stratified menunjukkan bahwa limiting condition


pada kondensat rendah dan kecepatan aliran kondensat
rendah. Annular flow menunjukkan bahwa komponen gas
tinggi dengan kecepatan aliran kondensat rendah. Pada
stratified flow, kondensat film dapat dihitung dengan
persamaan Nusselt dengan correction factor 0,8.
Sedangkan pada annular flow dapat dihitung dengan
persamaan Boyko-Kruzhilin equation.
Condensation Steam digunakan sebagai heating medium. Koefisien film condensing steam dapat dihitung dengan
metode Nusselt atau metode lainnya akan tetapi bernilai tinggi dan tidak dapat digunakan sebagai
of steam limiting coefficient sehingga dapat diasumsikan bernilai 8000 W/m2 oC.

Mean
Temperature
Difference
Desuperheatin Ketika gas masuk ke dalam kondensor dipanaskan, kondensat keluar dengan temperature di bawah
boiling point (subcooled)
g and sub Pada proses desuperheating, total heat transfer area yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan mean temperature
cooling difference berdasarkan Tsat dan nilai koefisien film
kondensat.
Sedangkan pada proses subcooling, perbedaan temperature
akan bergantung pada degree of mixing. Ketka pool
tercampur seluruhnya, temperature kondensat akan konstan
dan bernilai sama dengan suhu keluar condensat. Asumsi ini
dapat digunakan untuk menghitung mean temperature
difference. Kecepatan fluida cair akan rendah dan koefisien
heat transfer bernilai 200 W/m2 oC.
Condesation of mixtures
Metode design untuk mixed vapour condensers:
1. Kondensasi tidak isotermal, ketika komponen berat terkondensasi, nilai dew point berubah.
2. Terjadi perpindahan panas sensible dari gas ke nilai dew point dan dari kondensat ke nilai temperature outlet.
3. Komposisi gas dan liquid berubah karena sifat fisika komponen yang beragam
4. Komponen berat akan terdifusi lewat komponen ringan untuk mencapai permukaan kondesor. Kecepatan
kondensasi akan bergantung dengan kecepatan difusi dan perpindahan panas.

A. Profil Temperatur B. Estimasi Koefisien Heat


Temperatur profil akan bergantung pada
pola aliran fluida cair pada condensor
Transfer
Total Condensation: koefisien heat transfer dapat dihitung dengan single
component correlation

Partial Condensation:
1. Metode empiris: pada metode ini mass transfer resistance diabaikan
2. Metode analisis: menggunakan trial dan error, perhitungan grafis, dengan
persamaan Colburn-Hougen.

Approximate methods dengan persamaan Silver (1947) atau Gilmore (1967)


untuk partial condenser
Pressure drop in condensers
Untuk total condensation pressure drop diasumsikan bernilai 40% dari nilai kondisi inlet vapor (Frank, 1978)
sedangkan Kern (1950) bernilai 50%.

Untuk partial condenser dihitung dengan:

“Pressure drop menjadi faktor pertimbangan design utama ketika


refluks dikembalikan hanya menggunakan gaya gravitasi.”
R e b o i l e r d a n Va p o r i z e r
Reboiler digunakan pada kolom destilasi untuk menguapkan fraksi pada bottom product. Terdapat
beberapa tipe reboiler.
1. Forced circulation: 2. Thermosyphon
fluida dipompa lewat Vertical exchanger dengan
HE dan gas yang vaporisasi pada tube atau
terbentuk dipisahkan horizontal exchanger dengan
pada kolom bawah. vaporisasi pada shell. Tidak
Biasanya digunakan dapat digunakan untuk viskositas
untuk fluida viscous tinggi atau high vacuum
dan fouling. operation. Tekanan harus
dibawah 0,3 bar. Sangat
ekonomis.
3. Kettle Type
Proses penguapan dilakukan ! ! R e b o i l e r ’s C h o i c e
pada tube dan tidak ada sirkulasi
liquid lewat heat exchanger.
Tidak sesuai untuk material
o f Ty p e ! !
fouling, mahal karena volume 1. Sifat fluida; viskositas dan fouling
shell besar. Namun cocok untuk 2. Operating pressure
operasi vacuum dan kecepatan 3. Equipment layout
penguapan yang tinggi; 80% feed.
Boiling heat transfer fundamentals
Mekanisme perpindahan panas dari submerged surface ke
fluida cair bergantung pada perbedaan temperature antara
permukaan panas dan fluida cair. Pada delta T rendah,
ketika temperature fluida cair berada di bawah BP, panas
ditransfer melalui proses konveksi. Ketika temperature
permukaan meningkat, gas membentuk bubble dan
terpecah menjadi fluida, meningkatkan kecepatan heat
transfer. Proses ini disebut nucleate boiling.

Heat flux maksimum yang dicapai melalui proses nucleate


boiling disebut critical heat flux. Critical flux dicapai pada
delta T rendah yakni; 20-30oC untuk air dan 20-50oC untuk
senyawa organic ringan

Estimation of boiling heat transfer


coefficient
Pada desain vaporizer, terdapat 2 hal yang dipertimbangkan yakni; pool boiling dan convective boiling. Pool boiling
merupakan nucleate boiling pada fluida cair sedangkan convective boiling terjadi ketika fluida dialirkan melalui
heated surface dan heat transfer terjadi karena forced convection dan nucleate boiling. Penguapan merupakan
peristiwa yang kompleks dan koefisien boiling heat transfer sulit untuk diprediksi.
Pada nucleate boiling, koefisien heat transfer bergantung pada kondisi alami permukaan heat
POOL transfer. Untuk menghitung pool boiling dapat menggunakan persamaan Forster and Zuber
(1955):
BOILING
Selain itu, nilai pool boiling dapat dihitung dengan korelasi reduced pressure (Mostinsi (1963).
Persaaan ini digunakan ketika data sifat fisika fluida tidak lengkap.

C r i t i c a l H
Critical Heat Fluxe a t F l u x

FILM B r o m l e y ’s
BOILIN Equation
Convective Boiling
Mekanisme perpindahan panas pada convective boiling adalah ketike
fluida mendidih mengalir melalui tube. Saturated, bulk dan boiling
merupakan mekanisme dasar untuk design reboiler dan vaporizer.

Nilainya akan bergantung pada keadaan cairan dengan kondisi:


1. Single-phase flow: ketika masuk, fluida cair berada di bawah BP
dan panas ditransfer melalui forced convection
2. Subcooled boiling: fluida pada dinding telah mencapai BP. Local
boiling point berada pada dinding alat yang meningkatkan
kecepatan perpindahan panas dengan forced convection
3. Saturated boiling region: bulk boiling fluida bersifat sama
dengan nucleate pool boiling. Volume vapour meningkat dan pola
aliran yang terbentuk beragam. Pada tube yang panjang, pola
aliran menjadi annular.
4. Dry wall region: ketika fraksi yang besar teruapkan, dinding
mongering dan menyisakan liquid. Perpindahan panas terjadi
karena konveksi dan radiasi.
C h en ’s M e th od
Koefisien heat transfer dan Reynold number dapat dihitung menggunakan convective dan nucleate boiling component

Graphic correction factor

fc dihitung grafik 12.56 dengan mendefiniskan 1/Xh Nucleate boiling coefficient dihitung menggunakan fs dengan
(Lockhart-Martinelli two-phase flow parameter) dengan grafik 12.57
persamaan:
Design of forced-circulation reboile
• Menghitung koefisien heat transfer dengan asumsi perpindahan panas terjadi karena forced convection
• Tekanan harus dikontrol untuk menghindari vaporisasi yang tidak diinginkan
• Throttle valve dipasang pada exchanger outlet line dan tekanan akan memisahkan komponen cair dan gas
• Koefisien heat transfer dihitung dengan nilai convective boiling
• Untuk shell and tube exchanger menggunakan one shell pass dan two tube passes dengan kecepatan tube yang tinggi
untuk mencegah fouling; 3-9 m/s
• Critical flux (kern, 1950) tidak boleh melebihi 63000 W/m2 untuk senyawa organik dan 20.000 W/m2 untuk air.

Design of thermosyphon reboilers


• Circulation rate, heat transfer rate dan pressure drop saling berhubungan
• Column base, exchanger, piping menggunakan U tube
• Design dimulai dengan menghitung kecepatan vaporisasi dari specified duty, menghitung luas permukaan
perpindahan panas untuk menghitung overall heat transfer, mengasumsikan kecepatan sirkulasi. menghitung
pressure drop pada inlet pipe, membagi exchanger tube menjadi beberapa bagian dan menghitung masing-masing
pressure drop, menghitung pressure drop pada outlet piping, membandingkan nilai pressure drop, menghitung
koefisien heat transfer dan nilai per bagiannya, menghitung kecepatan vaporisasi dari nilai heat transfer
keseluruhan, membandingkan nilai critical heat flux dan menghitung ulang untuk mendapat design yang optimal
• Heat flux:
Design of thermosiphon reboiler
Basis dan limit perhitungan design Untuk komponen murni dapat menggunakan Frank-Picket’s
1. Conventional design: panjang method sedangkan komponen campuran menggunakan
tube; 2,5-3,7 m (standar: 2,44 m, metode Kern (1954) dengan langkah:
diameter: 25 mm) 1. Menghitung heat duty
2. Liquid pada sump level dengan 2. Menentukan permukaan heat transfer dengan heat flux
top tube sheet max yang diperbolehkan. Untuk horizontal reboiler:
3. Koefisien fouling; 6000 W/m2 oC 47300 W/m2 sedangkan vertical: 39.700 W/m2
4. Steam: Medium heating steam 3. Menghitung diameter dan panjang tube serta jumlah
dengan koefisien fouling sama tube Menentukan rasio resirkulasi, tidak boleh kurang
5. Simple inlet dan outlet piping dari 3.
6. Temperatur berkurang sebesar 4. Menghitung kecepatan vapor untuk meninggalkan
0,8 reboiler serta panas fluida cair untuk vaporisasi
7. Min. operating pressure: 0,3 bar 5. Menghitung kecepatan liquid untuk meninggalkan
8. Fluida masuk tidak boleh sub- reboiler dan rasio resirkulasi
cooled 6. Menentukan two-phase pressure drop
9. Ekstrapolasi tidak diperkenankan 7. Menghitung static head pada tube dan head yang
diperbolehkan
8. Menghitung pressure drop yang diperbolehkan
9. Menghitung overall heat transfer coeff
10. Mengitung overall coeff yang dibutuhkan dan
Design of kettle reboilers
• Pool boiling devices yang designnya berdasarkan data nucleate boiling
• Pada tube bundle, gas menguap dari susunan terendah ke tinggi yang menyebabkan beberapa efek seperti
peningkatan gas yang menyebabkan berkurangnya kecepatan heat transfer namun meningkatkan turbulensi karena
rising vapour bubble
• Maksimum heat flux dapat dihitung dengan persamaan Zuber:

• Untuk U-tube, nilai Nt akan berlipat 2 dari nilai sebenarnya


• Safety factor sebesar 0,7 yang digunakan dalam perhitungan heat flux
• Nilai maximum flux (Kern, 1950) sebesar 37,900 W/m2
• Semakin tinggi heat flux, semakin kecil bundle yang digunakan dan berpengaruh pada cost shell dan piping
• Tube pitch bernilai 1,5-2 lebih kecil dari OD tube untuk menghindari vapour blanketing, long thin bundles lebih
direkomendasikan
• Shell diameter akan bergantung dengan nilai heat flux
• Freeboard antara liquid level dan shell sebesar 0,25 m
• Maksimum vapour velicity dapat dihitung dengan
persamaan:
MEAN Pada fluida dengan komponen tunggal dan heating medium adalah steam,
keadaan steam dan tubes berupa isotermal dan mean temperature difference

TEMPERATU merupakan perbedaan antara nilai Tsat.


Ketik feed didinginkan, mean temperature difference harus tetap didasarkan

RE
kettle reboiler
dengan BP fluida cair, kuantitas panas yang dibutuhkan dapat disertakan dalam
perhitungan total duty alat

DIFFERENCE Untuk campuran, koefisien heat transfer dihitung dengan:


PPLLAATTEE HHEEAATT EEXXCCHHAANNGGEERR
Gasketed Plate Heat Exchanger:
Berupa susunan plate tipis dalam suatu frame dengan ukuran ketebalan plates 0,5-3 mm dan jarak sebesar 1,5-5 mm.
Plate surface area bernilai 0,03-1,5 m2 dengan rasio lebar dan panjang sebesar 2-3. Ukuran plate sebesar 0,03 m2
hingga 1500 m2. Kecepatan aliran maksimum terbatas pada nilai 2500 m3/h. Material yang digunakan dapat beruba
stainless steel, aluminium dan titanium. Kelebihan alat adalah mudah dibersihkan, dapat digunakan untuk
temperature yang rendah, fleksibel, cocok untuk fluida viscous, Ft nilainya tinggi, tidak mudah fouling. Sedangkan
kekurangannya adalah tidak dapat digunakan untuk tekanan tinggi (lebih dari 30 bar) dan temperature operating
hanya sebesar 250oC. Sering digunakan untuk industri makanan dan minuman.
Plate heat exchanger design
1. Menghitung heat duty
2. Menentukan temperature fluida atau flow-rate dari heat balance
3. Menghitung log mean temperature difference
4. Menentukan faktor log mean temperature correction (Ft) dengan persamaan NTU;
5. Menghitung mean temperature difference: Tm = Ft x Tlm
6. Menghitung overall heat transfer coeff;
7. Menghitung luas permukaan
8. Menentukan jumlah plate; total surface area/area plate
9. Menentukan arah aliran; seri, parallel atau kombinasi dan jumlah pass

10. Mengitung film heat transfer coeff untuk tiap aliran


11. Menghitung overall coefficient dengan nilai fouling factor
12. Menghitung nilai error, jika masih tinggi, ulangi langkah dengan mengurangi jumlah plates
13. Menghitung pressure drop untuk tiap aliran
Menggunakan plate seperti gasketed namun pinggiran diisolasi dengan metode welding.
WELD Tekanan operasi dapat mencapai 80 bar dan temperature operasi sebesar 500 oC.
Kelebihannya berupa ukuran yang memadai dan kecepatan heat transfer yang baik serta
ED tidak mudah bocor. Di sisi lain, welded plate sulit untuk dibersihkan sehingga hanya
digunakan untuk fluida nonfouling.
PLATE
Berupa plate yang dipisahkan dengan corrugated sheets yang terbuat dari
fin. Disusun berbentuk block, material alat berupa aluminium yang dilas
dengan brazing. Biasa digunakan pada industri cryogenic seperti plant
pemisahan udara yang membutuhkan permukaan perpindahan panas
PLATE
yang tinggi. Ukurannya yang memadai dan ringan memungkin HE jenis
ini digunakan pada industri offshore, tekanan operasi sekitar 60 bar dan
FIN
dapat beroperasi pada temperature lebih dari 150oC

Plate disusun spiral, aliran fluida mengalir melalui lorong-lorong


SPIRAL antara plate, terbuat dari sheet yang panjang dengan ukuran 150-
1800 mm. Jarak antar sheet sebesar 4-20 mm. Ukuran alat sebesar
HEAT 250 m2 dengan volume 10 m3. Tekanan operasi sebesar 20 bar
dengan temperature lebih dari 400oC. Jenis aliran fluida counter-
EXCHANGE current flow dengan nilai Ft rendah. Dalam perhitungan koefisien
heat transfer menggunakan hydraulic mean temperature.
R
Pada HE jenis direct-contact, aliran panas dan dingin dikontakkan secara

DIRECT langsung tanpa ada pemisah sehingga kecepatan perpindahan panas sangat
tinggi. Alat tersebut termasuk: pendinginan gas keluaran reaktor, kondensor
vakum, cooler, desuperheating dan humidifkasi. Contoh HE jenis direct-contact

hCONTAC
adalah cooling tower. Keuntungan HE jenis ini adalah stream proses dan coolant
eat exchanger kompatibel, murah dan mudah, dan dapat digunakan untuk fluida douling atau
liquid yang mengandung komponen solid.

T
Tidak memiliki metode design spesifik, hanya
memerlukan data perpindahan panas laten
dan sensible. Koefisien untuk packed column
sebesar 2000 hingga 20.000 W/m3 oC.
FFIINNNNEEDD TTUUBBEES
Fin digunakan untuk meningkatkan efektivitas luas permukaan
untuk tube HE. Dimensi fin berkisar: pitch 2-4 mm, tinggi 12-16
mm dan perbandingan fin area dengan bare tube area 15:1 –
20:1. Fin tube digunakan ketika nilai koefisien heat transfer di
luar tube lebih kecil dibanding bagian dalam tube. Efektivitas
fin dipengaruhi oleh dimensi fin dan konduktivitas termal fin.
Fin yang terbuat dari tembaga dan aluminium memiliki
eketivitas 0,9-0,95. Dimensi fin dihitung dengan persmaan Kern
(1950)
Double-pipe Heat Exchanger
Double pipe heat exchanger merupakan
salah satu heat exchanger yang sederhana
dan murah, namun hanya bekerja efektif
pada permukaan perpindahan panas yang
rendah sehingga dapat dimodifikasi untuk
meningkatkan kapasitas alat.

Rumus perhitungan diameter

Air-cooled Exchanger
• Air-cooled exchanger dapat dipertimbangkan jika ketersediaan cooling water tidak memadai atau mahal
• Minimum temperature proses sebesar 65oC untuk udara pendingin sedangkan air pendingin sebesar 50oC.
• Digunakan untuk kondensasi dan pendinginan
• Merupakan packed HE; terdiri dari finned tubes dimana udara dialirkan dengan fan dibawah atau diatas tube
(forced/induced draft)
• Standar design dipatenkan oleh American Petroleum Institute standard API 661
Fire Heaters
• Digunakan ketika proses membutuhkan temperature yang tinggi dan kecepatan aliran yang tinggi
• Sumber panas berasal dari pembakaran bahan bakar
• Kapasitas: 3-100 MW
• Aplikasi: proses feed-stream heaters (digunakan ketika 60% komponen perlu dikondensasi), reboiler pada KD,
direct fire reactor (reaktor pirolisis), produksi gas hidrogen yang menghasilkan temperature outlet 800-900 oC dan
steam boiler
Basic Construction
• Membutuhkan rectangular atau
cylindrical steel chamber, tubes disusun
sepanjang dinding baik horizontal
maupun vertical), fluida yang
dipanaskan mengalir pada tube
• Heat transfer terjadi karena peristiwa
radiasi dan konveksi
• Extended surface tube dengan fin atau
pin digunakan untuk meningkatkan nilai
heat transfer
• Ukuran tube dan jumlah pass
bergantung pada aplikasi dan kecepatan
fluida proses
• Ukuran tube 75-159 mm
• Kecepatan tube berkisar 1-2 m/s
Desig Heat Transfer
Radiant section
menggunakan aplikasinseperti HTFS
Design dapat dirancang

da HTRI atau perhitungan manual


menggunakan metode Kern (1950),
Wimpress (1978) dan Evan (1980)
Convection section
Gas pembakaran mengalir melewati tube dengan proses konveksi
sehingga korelasi untuk cross-flow pada tube bank digunakan untuk
menghitung koefisien heat transfer. Overall coefficient bergantung pada
kecepatan gas dan temperature serta ukuran tube dengan nilai 20-50
Wm-2 oC-1

Process side Pressure drop akan terjadi di bagian

heat transfer
konveksi pada bagian tube.
Perhitungan pressure drop dan
koefisien heat transfer tube bagian
and Pressure dalam dihitung dengan metode
konvensional untuk aliran tube bagian

Drop dalam. Fuel gas untuk inlet process


fluid sebesar 100oC.
Stack design Thermal Efficiency
Pengoperasian fire heater dengan natural
draft sehingga tinggi stack sangat
Termal effisiensi bernilai 80-90% untuk fire
mempengaruhi untuk mencapai aliran heaters yang bergantung dengan bahan
udara pemanas yang dibutuhkan. Tinggi
stack yang dibutuhkan bergantung pada
bakar serta kebutuhan excess air. Excess air
temperature gas pembakaran dari bagian digunakan untuk mengurangi flame
konveksi.
temperature atau menghindari overheating
pada tube. Forced draft operation
Karena kehilangan panas, temperature
dibutuhkan untuk mengatur aliran udara
pada stack bernilai 80oC. Kecepatan fluida dari preheat. Heat losses dari heater
pada stack berkisar 1,5-2 kg/m2.
Pressure losses pada konveksi dapat
sebesar 1,5-2,5% dari panas masuk.
dihitung dengan mengkalikan nilai head
velocity:
Heat Transfer to Vessels
Terdiri atas 3 jenis yakni convention jacketed vessel, half pipe jacketed vessel dan dimpled
jacket. Cooling medium pada conventional jacket berada di sekitar vessel dan panas
ditransfer melalui dinding vessel. Baffle pada conventional jacket dipasang untuk
JACKET meningkatkan kecepatan aliran fluida cair pada jaket dan meningkatkan koefisien heat
transfer. Spacing antara jacket dan vessel tergantung pada ukuran vessel, berkisar 50 mm
ED untuk vessel kecil dan 300 mm untuk vessel besar. Pada half pipe jacket, pipa dipasang di
sekitara vessel yang berisi cooling medium. Standar pipa yang digunakan berukuran 60-120
VESSEL mm OD. Half pipe membuat strong jacket mampu menahan tekanan operasi yang tinggi.
Sedangkan dimple jacket menggunakan plate. Jacket dikokohkan oleh pola dimple yang
menekan plate pada dinding.

CONVEN Half pipe jacket DIMPLE


TIONAL JACKET
JACKET Heat Transfer
SELECTION
1. Biaya; diurutkan dari yang paling murah
- simple, tidak memiliki baffle
Koefisien heat transfer dihitung
dengan korelasi forced
- agitation nozzle convection. Kecepatan fluida dan
- spiral baffle panjang pipa dihitung dari
- dimple jacket penyusunan jacket. Hydraulic
- half-pipe jacket mean diameter dihitung dari
2. Kecepatan heat transfer: gunakan persamaan Reynold dan Nusselt.
spirally baffle atau half pipe jacket Untuk meningkatkan kecepatan
untuk kecepatan yang tinggi heat transfer dapat menggunakan
3. Pressure: jacket; >10 bar, dimpled resirkulasi cooling/heating liqiuid.
jackets; >20 bar, half pipe; > 70 bar Untuk jacket tanpa baffle,
perpindahan panas terjadi secara
alami dengan koefisien heat
transfer sebesar 200-400 Wm-2 oC-
1
IINNTTEERRNNAALL CCOOIILL

Pitch dan diameter coil disesuaikan dengan alat dan


luas permukaan. Diameter pipa yang digunakan
sebesar Dv/30 dimana Dv adalah diameter vessel.
Coil Pitch berukuran dua kali lebih besar dari
diameter pipa. Small coil digunakan untuk
supporting proses sedangkan large coil untuk
membentuk supporting structure.

Coefficien heat transfer coil dihitung dari dinding


bagian dalam dan pressure drop menggunakan
correlation aliran masuk pipa. Korelasi tersebut
didasarkan oleh EDSU, Engineering Sciences Data
Unit Design Guide 78031.
Agitated Vessel Untuk nilai C dan nusselt number berbeda pada jenis
Untuk mempertahankan temperature agitator yang digunakan.
komponen dalam vessel, diperlukan
aitasi. Korelasi untuk menghitung
koefisien heat transfer pada dinding
vessel atau pada permukaan coil
menggunakan forced convection
dengan persamaan:
Thank
You.

Anda mungkin juga menyukai