TEKNOLOGI SEMEN
Disusun Oleh
DEWI RATNASARI
140140075
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2016
BAB I
PENDAHULUAN
3. Tanah liat
Komponen utama pembentuk tanah liat adalah
senyawa Alumina Silikat Hidrat. Tanah liat merupakan
sumber Aluminium Oksida dan Iron Oksida. Ditambang
dengan excavator dan ditranportasikan ke pabrik dengan
dump truck dan kebutuhannya adalah sekitar 9-10% dari
total bahan mentah.
4. Pasir Besi
Pasir besi mempunyai oksida utama berupa Fe2O3
(Oksida Besi), yang kebutuhannya hanyalah 1-2% dari
bahan mentah. PT. Semen Padang tidak menambang pasir
besi melainkan membeli dari PT. Aneka Tambang Cilacap.
PT.HOLCIM INDONESIA
b. Clinker
Clinker yang akan digiling dan dicampur dengan gypsum, terlebih dahulu
ditransfer dari clincer silo menuju clinker bin. Dengan menggunakan bin maka
jumlah clinker yang akan digiling dapat diatur dengan baik. Sebelum masuk ke
dalam alat penggilingan akhir, clinker terlebih dahulu mengalami penggilingan
awal dalam alat vertical roller mill.
c. Ball Mill
Alat yang digunakan untuk melakukan penggilingan clinker dan gypsum
disebut ball mill. Alat ini berbentuk silinder horizontal dengan panjang 13 m dan
berdiameter 4,8 m. kapasitas desai ball mill adalah 210 ton / jam dengan tingkat
kehalusan 3200 blaine. Bagian dalam ball mill terbagi menjadi dua bagian untuk
memisahkan bola bola baja yang berukuran besar dan berukuran kecil. Bagian
utama diisi dengan bola bola baja yang berdiameter lebih besar dari pada bola
bola yang ada pada bagian kedua. Prinsip penggunaan bola bola baja dari
ukuran yang besar ke ukuran yang lebih kecil adalah bahwa ukuran bola bola
baja yang lebih kecil menyebabkan luas kontak tumbukan antara bola bola baja
dengan material yang akan digiling akan lebih besar sehingga diharapkan ukuran
partikelnya akan lebih halus.
Material yang telah mengalami penggilingan kemudian diangkut oleh
bucket elevator menuju separator. Separator berfungsi untuk memisahkan
semen yang ukurannya telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus.
Semen yang cukup halus dibawa udara melalui cyclon kemudian disimpan
didalam silocement. dari silo cement ini semen kemudian dikantongi dan di
masukan kedalam truck semen curah dan siap dipasarkan. Proses tersebut
dilakukan oleh bagian khusus yaitu unit pengantongan semen.
BAB V
3. Drilling (Pengeboran)
Untuk penambangan batu kapur terlebih dahulu dilakukan pengeboran guna
pembuatan lubang ledak (Blast Hole).
4. Blasting (Peledakan)
Perlengkapan peledakan secara umum terbagi antara lain :
a. Penggalak awal (Detonator listrik, sumbu ledak)
b. Penggalak utama (primer, Booster)
c. Penggalak nyala panas atau arus listrik (kabel listrik, sumbu bakar).
d. Sumber nyala atau arus listrik (Blasting Machine).
Bahan peledak yang dipakai :
a. Damotion 805
Bahan peledak dengan bentuk seperti dodol yang pekat dengan melarutkan
Nitro Catton dalam Nitro.
b. ANFO
Campuran Ammonium Nitrat dengan bahan bakar solar dengan
perbandingan berat 94 % - 6 %.
5. Loading (Pemuatan)
Merupakan rangakaian kegiatan yang dilakukan untuk mengambil dan
memuat material ke dalam alat angkut. Alat muat yang dipakai antara lain
:Hydraullic Shovel, Back Hoe, Whell Loader. Setelah batu kapur digali dengan
alat muat lalu dimasukkan ke Dump Truck.
6. Hauling (Pengangkutan)
Merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut batu
kapur ke peralatan pemecah batu kapur. Alat angkut yang digunakan adalah
Dump Truck.
7. Crushing (Pemecahan)
Batu kapur yang diangkut dari tambang dengan Dump Truckdituangkan ke
dalam lime stone hopper. Selanjutnya batu kapur dimasukkan ke dalam alat
pemecah (single shaft hammer crusher) oleh appron feeder. Prinsip kerja dari alat
pemecah yaitu berdasarkan putaran (rotation) dan pukulan (impact)
dari hammer yang membentuk impact wall lining. Produk yang lolos dari saringan
(grate basket) masuk discharge steel conveyor, sedangkan material jatuhan
dari appron feeder ditampung oleh drag chain dan masuk discharge steel
conveyor. Selanjutnya batu kapur tersebut diangkut dengan melalui rangkaian seri
belt conveyor dicurahkan dengan membentuk layer layer ke tempat
penumpukan yang dibagi dua bagian yaitu stock pile I dan II.
b. Penambangan Tanah Liat (Clay)
Penambangan tanah liat yang berlokasi di Air Gading terletak lebih kurang
400 meter arah barat daya dari pabrik. Lapisan over burden berkisar antara 0,2
0,5 meter, Luas lokasi penambangan lebih kurang 27,4 ha dengan system
penggalian dari atas bench.
Alat alat yang digunakan :
a. Hydraullic Exavator / Back Hoe Hitachi dengan kapasitas 2,4 m3
b. Rear Dump Truck
2. Loading / Hauling
Alat yang dipakai adalah back hoe dengan kapasitas 2,4 m3, sedangkan alat
angkutnya adalah Rear Dump Truck dengan kapasitas 20 ton.
3. Crushing
Dengan alat angkut Dump Truck, tanah liat dari tambang diangkut dan
dituangkan ke dalam clay hopper. Appron feeder yang dilengkapi dengan I speed
mentransfer tanah liat ke Double Roller Crusher. Prinsip kerjaDouble Roller
Crusher adalah dengan cara ditekan oleh dua buah roller yang putarannya
berlawanan arah. Pada roller tersebut dilengkapi dengan kuku baja (teeth) untuk
membantu memecah tanah liat yang keras. Untuk menampung jatuhan material
dari appron feeder dipasang drag chain. Material yang telah dihancurkan
selanjutnya dimasukkan ke dalam stock pile tanah liat dengan alat transport belt
conveyor.
c. Penyediaan Pasir Silika
Pasir silika digunakan sebagai bahan koreksi pada bahan mentah utama
yang kekurangan SiO2. Jumlah yang dibutuhkan didasakan pada perhitungan
otomatis oleh program QCX di bagian pengendalian mutu. Pasir silika tersebut
diperoleh dengan cara membeli dari tambang rakyat. Sifat fisik pasir silika antara
lain ada yang berwarna kuning putih, hingga coklat kemerah-merahan tergantung
dari lokasi tambang rakyat tersebut. Bentuknya seperti pasir biasa, namun yag
membedakan adalah warnanya yang khas dan berkilat, serta ada juga yang masih
dalam bentuk bongkahan atau gumpalan-gumpalan sebesar kepalan tangan.
a. Penggilingan Batubara
Raw coal yang diperoleh dari PT. Bukit Asam (Persero) ditumpuk
dalamdome storage, selanjutnya reclaimer akan menggaruk batubara untuk
dijatuhkan dalam belt conveyor. Kemudian oleh bucket elevator material dibawa
ke raw coal silo.
4. Pembakaran
Tepung baku (raw meal) yang telah dihomogenisasi di dalam CF Silo
dikeluarkan dan dengan menggunakan serangkaian peralatan transport, tepung
baku di umpankan ke kiln. Tepung baku yang di umpankan ke Kiln di sebut
umpan baku atau umpan kiln (kiln feed) . proses pembakaran yang terjadi meliputi
pemanasan awal umpan baku di preheater (pengeringan, dehidrasi dan
dekomposisi) , pembakaran di kiln (klinkerisasi) dan pendinginan di Grate
cooler(quenching).
a. Pengeringan
Pengeringan di sini adalah proses penguapan air yang masih terkandung
dalam umpan baku. Terjadi pada saat umpan baku kontak dengan gas panas pada
temperature sampai 200 C.
b. Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses terjadinya pelepasan air kristal (combined water)
yang terikat secara molekuler di dalam mineral mineral umpan baku . Proses ini
terjadi temperatur 100400C . Kondisi ini menyebabkan struktur mineral menjadi
tidak stabil dan akan terurai menjadi pada temperature 400900C.
c. Dekomposisi dan kalsinasi
Dekomposisi adalah proses penguraian atau pemecahan mineral-mineral
umpan baku menjadi oksida oksida yang relatif terjadi pada temperature 400
900C .
d. Klinkerisasi
Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa-senyawa penyusun semen
Portland baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair. Pada temperature1260 -
1310C mulai terjadi lelehan terutama terdiri dari komponen Al203 dan
Fe2O3. Pada temperatur 1450C, jumlah fasa cair dapat mencapai 20-30 %.Dalam
fasa cair terjadi pembentukan ( C3S )3 CaO.SiO2 dengan persamaan reaksi sebagai
berikut :
2CaO.SiO2 + CaO 3CaO.SiO2
Apabila dalam proses klinkerisasi masih terdapat CaO yang belum bereaksi
dengan oksida lainnya, maka akan terbentuk CaO bebas ( free lime ) yang bersifat
merugikan terhadap , mutu semen . Banyaknya CaO bebas pada klinker dapat di
jadikan salah satu indikator apakah proses pembakaran klinker berjalan dengan
baik atau tidak. Semakin banyak CaO berarti proses pembakaran tidak berjalan
dengan baik. Peralatan utama untuk pembakaran P.T Semen Baturaja (Persero)
adalahRotary kiln yang dilengkapi dengan Suspension Preheater.
e. Quenching
Quenching adalah proses pendinginan klinker scara mendadak setelah reaksi
klinkerisasi selesai. Quenching dilakukan di dalam Grate Cooler dengan media
pendingnnya berupa udara luar yang dihembuskan ke dalam Grate Cooler dengan
menggunakan fan.
5. Penggilingan semen
Klinker yang disimpan dalam klinker silo dikeluarkan dan di angkut
dengan chain conveyor masuk ke dalam bin klinker. Sementara gypsum dari
gerbong dibongkar dan disimpan dalam bin gypsum. Dengan perbandingan
tertentu, klinker dan gypsum dikeluarkan dari bin masing masing dan akan
bercampur di belt conveyor. Dari belt conveyor campuran ini kemudian
dihancurkan dengan roller press sehingga memiliki ukuran tertentu yang
selanjutnya digiling dengan menggunakan alat penggiling berupa tube mill yang
berisi bola bola besi sehingga media penghancurnya.
Dengan menggunakan sebuah fan , material yang telah halus dihisap dan
dipisahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa perangkat
pemisah debu. Hasil penggilingan ini disimpan dalan semen silo yang kedap
udara. Semen yang dihasilkan harus memenuhi syarat mutu fisik semen dengan
kehalusan minimal 3000 cm2/g (SNI mempersyaratkan min. 2800 cm2/g).
6. Pengantongan Semen
Semen dikeluarkan dari semen silo dan diangkut dengan menggunakanbelt
conveyor masuk ke steel silo. Dengan alat pengantongan berupa Rotary Packer,
semen dikantongi dengan setiap 1 sak berisi 50 kg semen , kemudian di bawa ke
truk untuk dipasarkan.
BAB VI
SEMEN GRESIK
Ada beberapa tahap - tahap yang harus dilakukan dalam penambangan batu kapur
meliputi :
1. Pembersihan (Clearing)
Yaitu pembersihan permukaan tanah dari kotoran yang menggangu proses
penambagan, seperti semak-semak dan rumput-rumputan, pembersihan dilakukan
dengan menggunakan bulldozer.
2. Pengupasan(stripping)
Merupakan kegiatan pengupas tanah penutup yang mempunyai ketebalan
lebih mencapai 1-2 mpermukaan tanha dari semak-semak dan rumput-rumput
dengan bulldozer dan shovel. Tujuan pengupasan ini agar lapisan tanah yang tidak
berguna dibersihkan atau dihilangkan karena dapat mengurangi persentase
kandungan kapur.
3. Pengeboran (Drilling)
Untuk penambangan batu kapur terlebih dahulu dilakukan pengeboran guna
pembuatan lubang ledak (Blast Hole). Peralatan yang di pakai adalah crawl drill
dan kompresor.
4. Peledakan (blasting)
Langka pertama peledakan adalah mengisi lubang yang dibor dengan bahan
peledak. Lubang yang tidak diisi dengan bahan peledak berfungsi untuk menahan
getaran dan retakan akan ledakan yang di timbulkan.
a. Hopper
Hopper adalah tempat penampung material ( Batu Kapur ) dari Dump Truck
sebelum di Crushing di Hammer Mill yang dibawahnya terdapat wobbler Fedder.
b. Wobbler Feeder
Peralatan ini berfungsi sebagai pembawa material ke Hammer Mill
serta berfungsi sebagai penyaring material. Jadi material halus dengan ukuran
dibawah 100 mm bisa langsung menjadi produk jatuh ke Belt conveyor di
bawahnya melalui sela-sela wobbler bar , sedangkan material yang berukuran
lebih besar akan masuk ke Hammer Mill untuk dihancurkan.
c. Hammer Mill
Hammer Mill merupakan bagian utama pemecah batu kapur yang telah
disaring oleh wobbler feeder. Hammer Mill Crusher terdiri dari 3 ( tiga ) baris dan
masing masing baris terdiri 6 buah hammer.Hammer Crusher ini mempunyai tipe
Non Clog Hammer Mill dengan spesifikasi 7270 HMIS 07 NC CB.
d. Breaker Plate
Breaker Plate adalah bagian yang berada didepan hammer yang berupa
lempengan logam yang disambung menyerupai antai dan berputar searah jatuhnya
material. Bagian ini berfungsi sebagai penahan batu kapur yang dihentakkan atau
dilemparkan oleh hammer millagar dapat menjadi pecahan material yang lebih
kecil dan untuk mencegah terjadinya penimbunan material. Jarak antara top
hammer dengan Breaker Plate adalah 5 mm , dengan penggeraknya motor induksi
10 Hp putaran 1430 Rpm yang direduksi oleh reducer menjadi 11 RPM.
e. Cleaning Bar
Cleaning bar merupakan bagian yang hampir sama dengan Breaker Plate,
tapi berada di belakang hammer mill berfungsi sebagai pembersih sisa-sisa
batuan. Penggerak cleaning bar ini motor 10 HP dengan rpm 1430 yang
direkduksi oleh reducer menjai 30 rpm. Selanjutnya ditransmisikan kembali
melalui roller chain dengan reduksi sprocket menjadi 12.9 Rpm.
f. Fly Wheel
Fly whell berupa roda gila yang terpasang pada poros hammer untuk
menjaga putaran poros hammer menjadi stabil. Dengan menggunakan momen
kelembabaman dari fly wheel tersebut diharapkan jika terjadi hentakan mendadak
karena ada batu keras atau besar beban poros hammer tidak terlalu besar
perbedaannya.
6.2.5 Pemeliharaan
Pengoperasian Alat Crusher dikendalikan dari Control Room (CCR )
masing-masing sehingga mempermudah dalam pengontrolan dan tidak perlu
operator yang berlebihan.
a. Belt Conveyor M
Merupakan ban berjalan yang berfungsi untuk memindahkan material dari
suatu tempat ke tempat lain.dimana terdiri dari rubber belt, carrying roll, return
Idler , pulley, structure dan lain- lain.
b. Tripper
Sebagai alat pencurah akhir dari produk crusher yang didalamnya juga
terdapat Belt Conveyor. Tripper ini sistem kerjanya adalah berjalan bolak balik
sepanjang pile yang telah ditentukan. Penentuan pile ini mengunakan target target
yang ada, pada saat ini Limestone Storage sepanjang lebih kurang 300 meter
dibagi menjadi empat zone pile rata-rata 75 meter ( zone I , II , III , IV )
.Pembuatan pile dengan alat pencurah tripper ini untuk membuat material umpan
dalam pile nantinya bisa menjadi lebih homogen.
BAB VII
PT.LAFARGE CEMENT INDONESIA
(SEMEN ANDALAS INDONESIA)
5. Gypsum
Gysum merupakan bahan baku yang baik untuk dipenuhi yang rata-rata
penggunaannya adalah 3- 4% pada tiap produksi. Gypsum adalah material bubuk
untuk memperlambat proses pengerasan pada semen. Dengan senyawa material
kimiawi CaSO4 2H2O. PT. Lafarge Cement Indonesia juga membeli material ini
dari Thailand.
6. Pozzolan
Pozzolan ini digunakan untuk bahan penambahan produksi semen, tapi PT.
Lafarge Cement Indonesia tetap dipersiapkan untuk kebutuhan produksi. Pozzolan
terdiri dari senyawa silika dan alumina, yang tidak memiliki sifat mengikat seperti
semen akan tetapi memiliki kekuatan yang keras setelah diproses menjadi semen.
Pozzolan ini juga dibeli dari luar pabrik di Krung Raya Banda Aceh, dikarenakan
sekitar pabrik tidak terdapat material ini. Pozzolan ini biasanya digunakan
sebanyak 15-20% pada semen curah yang dipesan, penambahan ini menghasilkan
beberapa pangaruh pada sifat-sifat beton yaitu :
a. Kontruksi beton yang menumbuhkan panas hidrasi, misalnya bendungan.
b. Kontruksi beton didalam laut yang tahan terhadap sulfat.
c. Bangunan yang memerlukan kedap yang tinggi, seperti bangunan sanitasi
yang bersih.
d. Pekerjaan plasteran yang membutuhkan sifat pengerjaan adukan.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa sifat kuat tekan akhir beton semen
produk PCC atau semen curah yang bahan additif dengan dicampur pozzolan akan
menyamai dari produk OPC.
7.2.2 Proses Penggilingan Bahan Baku di Raw Mill
Bahan material yang telah ditambang dan telah crusher dan disimpan pada
masing-masing stockpile tersebut. Bahan-bahan baku, limestone, siltstone, shale,
dan Pasir Besi. Dimasukkan ke masing-masing hopper yang dilengkapi weigh
feeder yang berfungsi untuk mengatur komposisi kebutuhan material yang akan
digiling.
Proporsi untuk limestone adalah 75 %, siltstone adalah 20 %, shale adalah
8%, pasir besi adalah 2%. Yang pengaturan ini dapat langsung diatur melalui
otomatis komputer di ruang CCR (Central Control Room). Kemampuan feed
optimal 200 ton/jam di Raw Mill.
Raw mill ini adalah penggilingan pertama dalam proses produksi semen
yang memiliki 3 ruangan (chamber) yang ruang tersebut dipisahkan oleh sekat
diafragma, material yang masuk ke chamber I adalah proses pemanasan material
dengan menggunakan uap gas dengan temperatur 3500C dari pembangkit Hot Ga
sGenerator, fungsi pemanasan ini bertujuan agar mempermudah penggilingan
tahap awal. chamber I lebih dikenal dengan Drying chamber yang ukurannya
lebih kecil dari pada 2 chamber lainnya, pemanasan ini dilakukan secara continou
atau terus-menerus.
Setelah dipanaskan material-material ini digiling di chamber II dengan
dibantu oleh bola-bola mill atau ball mill, ukuran bola-bola mill di ruangan ini
adalah 80, 70, 60, dan 50 cm, yang masih memiliki suhu 1100C. Setelah digiling
di ruangan ini, material tersebut telah menjadi bubuk, sebagian kecil material
yang sudah halus dengan kadar yang baik selanjutnya ditarik oleh udara (fan) dan
di pisahkan oleh separator dengan gaya sentifugal, dan yang belum halus sesuai
standartnya masih dalam tahap penggilingan lagi. Dan sebagian material yang
sudah halus masuk chamber III, yang sebelumnya disekat oleh diafragma.
Diafragma ini terdapat ditengah bagian tiap chamber di raw mill,
difungsikan agar tidak masuknya material yang belum halus dan tidak masuknya
bola mill dari chamber II, diafragma ini dibuat dengan celah-celah yang telah
diatur. Dan selanjutnya sebagian material yang masuk di chamber III di proses
penggilingan lagi agar benar-benar halus yang dibantu dengan bola mill yang
berukuran 40, 30, dan 20 cm. Hasil penggilingan ini dan dibawa ke tempat
penyimpanan atau Blending Silo Raw Mill melalui Bucket Elevator.
2. Crusher
Bahan mentah yang berasal dari tambang, biasanya masih berukuran besar.
Bahan mentah tersebut perlu dipecah untuk memperkecil ukurannya (size
reduction) dengan menggunakan crusher. Size reduction disini dimaksudkan
untuk menyiapkan ukuran bahan sesuai dengan ukuran umpan raw mill, untuk
mempermudah pencampuran dan pengeringan.
3. Storage
Bahan baku harus disesuaikan dengan bentuk gudang dan cara pengambilan
bahan tersebut. Storage ini berfungsi untuk prehomogenisasi atau biasa disebut
keseragaman.
4. Raw Mill
Pada tahap ini terjadi proses pencampuran bahan baku yaitu batu kapur
(lime stone), dan tanah liat (clay), pada proses ini dilakukan suatu pengoreksian
menggunakan pasir silica dan pasir besi (iron sand) dengan perbandingan tertentu,
sehingga hasil produksinya disebut raw meal.
5. Blending Silo
Proses pencampuran ulang produk raw mill
7. Calcasiner
Pada tahap ini terjadi proses calcinasi (penguraian) dimana menghilang
carbon dioksiada yang terkandung dalam bahan baku sehingga dihasilkan kalsium
dengan reaksi :
8. Kiln
Pada tahap ini terjadi reaksi besar besaran hasil produknya disebut klinker
yang memiliki suhu 1400oC.
9. Cooler
Tahap ini dilakukan proses pendingan pada klinker yang berbentuk batu-
batuan untuk proses selanjutnya .
10. Silo
Tempat ini adalah wadah untuk hasil proses cooler.
12. Silo
Sama halnya dengan silo yang pertama tetapi silo ini adalah wadah terakhir
untuk semen yang nantinya akan di pakcing.
BAB 1X
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
1. Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolisis,
artinya jika di campur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat
bahan-bahan lain menjadi satu kesatuan masa yang dapat memadat dan
mengeras.
2. Proses pembuatan semen terdiri empat proses yaitu, proses kering, proses
basah, proses semi kering, proses semi basah.
3. Pabrik-pabrik semen di Indonesia yaitu PT.Semen Padang, PT.Indocement
Tunggal Prakarsa (Semen Tigaroda), PT.Holcim Indonesia, PT.Semen
Baturaja Persero (Semen Baturaja), PT.Semen Gresik (Semen Gresik),
PT.Lafarge Cement Indonesia (Semen Andalas Indonesia), PT.Semen
Tonasa, dll.