PENDAHULUAN
Aliran fluida adalah suatu proses yang banyak ditemui pada bidang teknik,
lingkungan, dan kehidupan manusia. Proses ini memainkan peranan penting
dalam kehidupan, misalnya analisis pencemaran pada sungai oleh polutan. Untuk
itu dibutuhkan pengetahuan tentang aliran fluida secara kualitatif dan kuantitatif.
Aliran fluida bisa mantap atau tak mantap; merata atau tak merata; laminer
atau turbulen; satu dimensi, dua dimensi atau tiga dimensi, dan rotasional atau
tak rotasional. Aliran satu dimensi dari suatu fluida tak kompresibel terjadi bila
arah dan besar kecepatannya di semua titik sama. Akan tetapi analisis aliran satu
dimensi bisa diterima bila dimensi tunggalnya ditentukan di sepanjang garis arus
tengah dari aliran, dan bila kecepatan dan percepatan yang tegak lurus pada garis
arus tersebut dapat diabaikan. Dalam hal-hal seperti itu, harga rata-rata dari
kecepatan dan percepatan dan ketinggian dianggap menyatakan aliran sebagai
suatu keseluruhan dan penyimpangan-penyimpangan kecil bisa diabaikan.
Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena
berbagai sebab dari keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air
juga akibat arah arus yang tidak mudah untuk digambarkan. Misalnya aliran
sungai yang sedang banjir, air terjun dari suatu ketinggian tertentu, dan
sebagainya. Contoh yang disebutkan di bagian depan memberikan gambaran
mengenai bentuk yang sulit dilukiskan secara pasti. Namun demikian, bila kita
kaji secara mendalam maka dalam setiap gerakan partikel tersebut akan selalu
berlaku hukum II Newton Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan
gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah
percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Oleh sebab itu,
agar kita lebih mudah untuk memahami perilaku air yang mengalir diperlukan
1
pemahaman yang berkaitan dengan kecepatan (laju air) dan kerapatan air dari
setiap ruang dan waktu. Bertolak dari dua besaran ini aliran air akan mudah
untuk dipahami gejala fisisnya, terutama dibedakan macam-macam alirannya.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah
wawasan bagi penulis dan para pembaca di bidang Transportasi Fluida
khususnya mengenai DasarAliran Fluida dan Persamaan Kontinuitas
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu cara untuk menjelaskan gerak suatu fluida adalh dengan
membagi bagi fluida tersebut menjadi elemen volume yang sangat kecil yang
dapat dinamakan partikel fluida danmengikuti gerak masing-masing partikel ini.
3
kecepatan aliran pada suatu titik ke titik yang lain. Agar memperoleh penjelasan
tentang medan fluida, kondisi rata-rata pada daerah atau volume yang kecil dapat
ditentukan dengan instrument yang sesuai.
4
Aliran fluida dapat diaktegorikan:
a. Aliran Laminer
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisanlapisan, atau
laminalamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar besarnya
kecepatan-kecepatan dari laminaer yang berdekatan tidak sama. Dalam
aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan
terjadinya gerakan relatif antara lapisan. Sehingga aliran laminar
memenuhi hukum viskositas Newton yaitu : = dy/du. Kekentalan
fluida tersebut dominant dan karenanya mencegah setiap kecenderungan
menuju kondisi-kondisi turbulen.
Aliran dapat dikatakan laminer apabila 0 < R e 2000, dimana Re
adalah bilangan Reynold
b. Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian
fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan
aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian
kerugian aliran.
Aliran dapat dikatakan laminer apabila R e > 4000, dimana Re adalah
bilangan Reynold
c. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen. Aliran dapat dikatakan laminer apabila 2000 < Re 4000, dimana
Re adalah bilangan Reynold
5
Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang mengalir
maka akan dikenal aliran-aliran sebagai berikut:
a. Aliran viscous dan aliran non viscous
Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut
aliran fluida pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan antara
beberapa partikel penyusun fluida. Di samping itu juga gesekan antara
fluida itu sendiri dengan tempat terjadinya aliran tersebuut. Untuk aliran air
lebih didekatkan pada aliran dengan kekentalan yang rendah, sehingga
aliran air dapat berada pada aliran non viscous.
b. Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan
Selanjutnya aliran termampatkan adalah aliran yang terjadi pada fluida
yang selama pengalirannya dapat dimampatkan atau berubah volumenya,
sehingga akan mengubah pula massa jenis fluida tersbeut. Aliran
termampatkan ini pada umumnya berlangsung pada gas, sedangkan pada
air alirannya lebih didekatkan pada pengertian aliran tak termampatkan
yakni bahwa selama pengaliran air tersebut massa jenis air dianggap tetap
besarnya.
6
Aliran mantap terjadi jika di sembarang titik, kecepatan partikel-
partikel fluida yang bersifat sama pada jangka waktu yang berurutan. Jadi,
kecepatannya tetap terhadap waktu atau dv/dt = 0, tapi bisa berubah-ubah
pada titik-titik yang berbeda-bedaatau terhadap jarak. Contoh aliran yang
meliputi keadaan-keadaan aliran mantap, misalnya jalur-jalur pipa yang
mnegalirkan cairan pada keadaan head tetap atau mulut sempit (orifice)
yang mengalir pada keadaan tetap, menggambarkan aliran mantap.
c. Aliran Merata
Aliran merata terjadi bila besar dan arah kecepatannya tidak berubah
dari titik ke titik di dalam fluida, atau dV/ds=0. Pernyataan ini
menerangkan bahwa variable-variabel fluida lainnya tidak berubah
bersama jarak, atau dy/ds = 0 , dp/ds = 0 , dp/ds = 0 , dan seterusnya.
Aliran masuk di bawah tekanan melalui jalur-jalur pipa yang panjang
bergaris tengah tetap adalah aliran merata baik aliran itu mantap ataupun
tak mantap.
7
Aliran tak merata terjadi bila kecepatan, kedalaman, tekanan, dan
seterusnya, berubah dari titik dalam aliran fluida tersebut atau , dV/ds tidak
sama dengan nol dan seterusnya.
8
b. Fluida tidak mengalami gesekan dengan dinding tempat fluida tersebut
mengalir.
c. Kecepatan aliran fluida bersifat laminer, yaitu kecepatan aliran fluida di
sembarang titik berubah terhadap waktu sehingga tidak ada fluida yang
memotong atau mendahului titik lainnya.
d. Aliran fluida bersifat stasioner (tunak). Pengertian stasioner di sini
hampir sama dengan pengertian stasioner pada gelombang stasioner.
Aliran bersifat stasioner bila kecepatan pada setiap titik sembarang
selalu konstan. Ini berarti bahwa kecepatan aliran fluida di titik A sama
dengan di titik B. Yang dimaksudkan di sini adalah kecepatan aliran di
titik A selalu konstan, misalnya vA, tetapi tidak harus vA = vB
e. Fluida tidak kental (non-viskos). Adanya kekentalan fluida
menyebabkan timbulnya gesekan pada fluida. Dalam fluida ideal, kita
mengabaikan semua gesekan yang muncul, yang berarti mengabaikan
gejala viskositas.
9
Persamaan kontinuitas untuk pipa bercabang adalah:
V1 A1 = V2 A2 = V3 A3 = = Vn An
Dimana:
A = luas penampang (m2)
V = kecepatan rata-rata arus aliran (m/s)
10
L = panjang pipa (m)
d = diameter pipa (m)
f = koefisien gesekan pipa
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
Dimana:
n = jumlah kelengkapan pipa
k = koefisien kerugian ( dari lampiran koefisien minor losses
peralatan pipa)
v = kecepatan aliran fluida dalam pipa.
11
Gambar 2.2 Pembesaran Penampang Pipa
A1
v1 v2 v = v
Persamaan kontinuitas A1 = A2 , atau 2
A2 1
12
Tabel 2.1 nilai K sebagai fungsi dari
2) Penyempitan Penampang
Pada penyempitan penampang yang mendadak garis aliran
pada bagian hulu dari sambungan akan mengecil pada vena kontrakta.
Percobaan-percobaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa luas
tampang pada vena Kontrakta sekitar 0.6 A2 (Triatmodjo, 1996 :62).
Berdasarkan nilai ini maka kehilangan energi dihitung dengan
cara seperti pada pembesaran penampang mendadak, yaitu di vena
kontrakta ke pipa kecil (tampang dua) dan hasilnya adalah :
atau atau
Dengan: hc = kehilangan energi akibat penyempitan
V2 = kecepatan aliran pada pipa 2
Kc = koefisien kehilangan energi akibat penyempitan
g = percepatan gravitasi
13
Tabel 2.2 nilai Kc untuk berbagai nilai D2/D1
c. Rangkaian Pipa
1) Pipa yang Dihubungkan Seri
14
Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara paralel, total
laju aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang
dan rugi head pada sebuah cabang sama dengan pada yang lain,
dirumuskan sebagai berikut:
Q = Q1 + Q2 + Q3
Q = A1V1 + A2V2 + A3V3
hf1 = hf2 = hf3
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa:
1.
2.
4.2 Saran
Diharapkan kepada semua komponen Masyarakat dapat mengetahui tentang
perlunya dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan energi alternatif yang
ramah terhadap lingkungan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17