Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aliran fluida adalah suatu proses yang banyak ditemui pada bidang teknik,
lingkungan, dan kehidupan manusia. Proses ini memainkan peranan penting
dalam kehidupan, misalnya analisis pencemaran pada sungai oleh polutan. Untuk
itu dibutuhkan pengetahuan tentang aliran fluida secara kualitatif dan kuantitatif.

Aliran fluida bisa mantap atau tak mantap; merata atau tak merata; laminer
atau turbulen; satu dimensi, dua dimensi atau tiga dimensi, dan rotasional atau
tak rotasional. Aliran satu dimensi dari suatu fluida tak kompresibel terjadi bila
arah dan besar kecepatannya di semua titik sama. Akan tetapi analisis aliran satu
dimensi bisa diterima bila dimensi tunggalnya ditentukan di sepanjang garis arus
tengah dari aliran, dan bila kecepatan dan percepatan yang tegak lurus pada garis
arus tersebut dapat diabaikan. Dalam hal-hal seperti itu, harga rata-rata dari
kecepatan dan percepatan dan ketinggian dianggap menyatakan aliran sebagai
suatu keseluruhan dan penyimpangan-penyimpangan kecil bisa diabaikan.
Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena
berbagai sebab dari keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air
juga akibat arah arus yang tidak mudah untuk digambarkan. Misalnya aliran
sungai yang sedang banjir, air terjun dari suatu ketinggian tertentu, dan
sebagainya. Contoh yang disebutkan di bagian depan memberikan gambaran
mengenai bentuk yang sulit dilukiskan secara pasti. Namun demikian, bila kita
kaji secara mendalam maka dalam setiap gerakan partikel tersebut akan selalu
berlaku hukum II Newton Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan
gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah
percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Oleh sebab itu,
agar kita lebih mudah untuk memahami perilaku air yang mengalir diperlukan

1
pemahaman yang berkaitan dengan kecepatan (laju air) dan kerapatan air dari
setiap ruang dan waktu. Bertolak dari dua besaran ini aliran air akan mudah
untuk dipahami gejala fisisnya, terutama dibedakan macam-macam alirannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai
berikut :
a. Apa saja macam-macam aliran fluida?
b. Bagaimana persamaan kontinuitas?
c. Bagaimana aliran fluida dalam berbagai kondisi pipa?

1.3 Tujuan Umum


Adapun tujuan umum dibuatnya makalah Dasar Aliran Fluida dan
Persamaan Kontinuitas ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan mempelajari dasar-dasar aliran fluida.
b. Untuk mengetahui dan mempelajari persamaan kontinuitas.
c. Untuk mempelajari persamaan-persamaan atau rumus-rumus lainnya yang
masih berhubungan dengan peramaan kontinuitas.

1.4 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dibuatnya makalah Dasar Aliran Fluida dan
Persamaan Kontinuitas ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan mempelajari jenis-jenis aliran fluida.
b. Untuk mengetahui dan mempelajari hubungan persamaan kontinuitas dengan
persamaan yang lain mengenai aliran fluida.

1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah
wawasan bagi penulis dan para pembaca di bidang Transportasi Fluida
khususnya mengenai DasarAliran Fluida dan Persamaan Kontinuitas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Aliran Fluida


2.1.1 Pengertian Fluida
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir bisa berupa cairan atau gas.
Fluida mengubah bentuknya dengan mudah dan di dalam kasus mengenai
gas,mempunyai volume yang sama dengan volume uladuk yang membatasi gas
tersebut. Pemakaian mekanika kepada medium kontinyu,baik benda padat
maupun fluida adalah didasari pada hukum gerak newton yang digabungkan
dengan hukum gaya yang sesuai.

Salah satu cara untuk menjelaskan gerak suatu fluida adalh dengan
membagi bagi fluida tersebut menjadi elemen volume yang sangat kecil yang
dapat dinamakan partikel fluida danmengikuti gerak masing-masing partikel ini.

Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi menjadi


tabung aliran,bila aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-tabung tetap tidak
berubah bentuknya dan fluida yang pada suatu saan berada didalam sebuah tatung
akan tetap berada dalam tabung ini seterusnya. Kecepatan aliran didalam tabung
aliran adalah sejajar dengan tabung dan mempunyai besar berbanding terbalik
dengan luas penampangnya. (pantar,s, 1997)

2.1.2 Macam-macam Aliran


Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti:
turbulen, laminer, transisi, aliran viscous, aliran non viscous, aliran
termampatkan, aliran tak termampatkan, aliran mantap, aliran tidak mantap, aliran
merata, dan aliran tidak merata.
Aliran fluida melalui instalasi (pipa) terdapat dua jenis aliran yaitu :
a. Aliran laminer
b. Aliran turbulensi
Cairan dengan rapat massa yang akan lebih mudah mengalir dalam keadaan
laminer. Dalam aliran fluida perlu ditentukan besarannya, atau arah vektor

3
kecepatan aliran pada suatu titik ke titik yang lain. Agar memperoleh penjelasan
tentang medan fluida, kondisi rata-rata pada daerah atau volume yang kecil dapat
ditentukan dengan instrument yang sesuai.

Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju


aliran, volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian,
kemampuan pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan
keawetan alat ukur tersebut.

Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan, debit,


gradien kecepatan, turbulensi dan viskositas. Terdapat banyak cara melaksanakan
pengukuran-pengukuran, misalnya : langsung, tak langsung,
gravimetrik,volumetrik, elektronik, elektromagnetik dan optik. Pengukuran debit
secara langsung terdiri dari atas penentuan volume atau berat fluida yang melalui
suatupenampang dalam suatu selang waktu tertentu. Metoda tak langsung bagi
pengukuran debit memerlukan penentuan tinggi tekanan, perbedaan tekanan atau
kecepatan dibeberapa dititik pada suatu penampang dan dengan besaran
perhitungan debit. Metode pengukuran aliran yang paling teliti adalah penentuan
gravimerik atau penentuan volumetrik dengan berat atau volume diukur atau
penentuan dengan mempergunakan tangki yang dikalibrasikan untuk selang
waktu yang diukur.

Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :


a. Kecepatan (velocity)
b. Berat (massanya)
c. Luas bidang yang dilaluinya
d. Volumenya.

4
Aliran fluida dapat diaktegorikan:
a. Aliran Laminer
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisanlapisan, atau
laminalamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar besarnya
kecepatan-kecepatan dari laminaer yang berdekatan tidak sama. Dalam
aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan
terjadinya gerakan relatif antara lapisan. Sehingga aliran laminar
memenuhi hukum viskositas Newton yaitu : = dy/du. Kekentalan
fluida tersebut dominant dan karenanya mencegah setiap kecenderungan
menuju kondisi-kondisi turbulen.
Aliran dapat dikatakan laminer apabila 0 < R e 2000, dimana Re
adalah bilangan Reynold

b. Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian
fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan
aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian
kerugian aliran.
Aliran dapat dikatakan laminer apabila R e > 4000, dimana Re adalah
bilangan Reynold
c. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen. Aliran dapat dikatakan laminer apabila 2000 < Re 4000, dimana
Re adalah bilangan Reynold

5
Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang mengalir
maka akan dikenal aliran-aliran sebagai berikut:
a. Aliran viscous dan aliran non viscous
Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut
aliran fluida pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan antara
beberapa partikel penyusun fluida. Di samping itu juga gesekan antara
fluida itu sendiri dengan tempat terjadinya aliran tersebuut. Untuk aliran air
lebih didekatkan pada aliran dengan kekentalan yang rendah, sehingga
aliran air dapat berada pada aliran non viscous.
b. Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan
Selanjutnya aliran termampatkan adalah aliran yang terjadi pada fluida
yang selama pengalirannya dapat dimampatkan atau berubah volumenya,
sehingga akan mengubah pula massa jenis fluida tersbeut. Aliran
termampatkan ini pada umumnya berlangsung pada gas, sedangkan pada
air alirannya lebih didekatkan pada pengertian aliran tak termampatkan
yakni bahwa selama pengaliran air tersebut massa jenis air dianggap tetap
besarnya.

Dibawah ini terdapat macam-macam aliran yang lain, diantaranya adalah:


a. Aliran Mantap (Steady)
Aliran fluida dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan fluida pada
setiap titik tertentu setiap saat adalah konstan. Hal ini berarti pada titik
tersebut kelajuannya akan selalu konstan. Hal ini barati pada aliran steady
(mantap) kelajuan pada satu titik tertentu adalah tetap setiap saat, meskipun
kelajuan aliran secara keseluruhan itu berubah/berbeda. Aliran steady ini
akan banyak dijumpai pada aliran fluida yang memiliki kedalaman yang
cukup, atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan yang kecil. Sebagai
contoh aliran steady ini adalah aliran laminer, yakni bahwa arus air
memiliki arus yang sederhana (streamline/arus tenang), kelajuan gerak
yang kecil dengan dimensi vektor kecepatannya berubah secara kontinyu
dari nol pada dinding dan maksimum pada sumbu pipa (dimensi linearnya
kecil) dan banyak terjadi pada air yang memiliki kekentalan rendah.

6
Aliran mantap terjadi jika di sembarang titik, kecepatan partikel-
partikel fluida yang bersifat sama pada jangka waktu yang berurutan. Jadi,
kecepatannya tetap terhadap waktu atau dv/dt = 0, tapi bisa berubah-ubah
pada titik-titik yang berbeda-bedaatau terhadap jarak. Contoh aliran yang
meliputi keadaan-keadaan aliran mantap, misalnya jalur-jalur pipa yang
mnegalirkan cairan pada keadaan head tetap atau mulut sempit (orifice)
yang mengalir pada keadaan tetap, menggambarkan aliran mantap.

b. Aliran Tidak Mantap (Non Steady)


Aliran fluida dikatakan tidak mantap (non steady) apabila kecepatan
pada setiap tempat tertentu dan setiap saat tidak konstan. Hal ini berarti
bahwa pada aliran ini kecepatan v sebagai fungsi dari waktu.
Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha
menggabungkan diri satu sama lain dengan elemen air di sekelilingnya
meskipun aliran secara keseluruhan berlangsung dengan lancar. Contoh
aliran tidak steady ini adalah aliran turbulen, yakni bahwa partikel dalam
fluida mengalami perubahan kecepatan dari titik ke titik dan dari waktu ke
waktu berlangsung secara tidak teratur (acak). Oleh sebab itu aliran
turbulen biasanya terjadi pada kecepatan air yang tinggi dengan kekentalan
yang relatif tinggi serta memiliki dimensi linear yang tinggi, sehingga
terdapat kecenderungan berolak selama pengalirannya.

c. Aliran Merata
Aliran merata terjadi bila besar dan arah kecepatannya tidak berubah
dari titik ke titik di dalam fluida, atau dV/ds=0. Pernyataan ini
menerangkan bahwa variable-variabel fluida lainnya tidak berubah
bersama jarak, atau dy/ds = 0 , dp/ds = 0 , dp/ds = 0 , dan seterusnya.
Aliran masuk di bawah tekanan melalui jalur-jalur pipa yang panjang
bergaris tengah tetap adalah aliran merata baik aliran itu mantap ataupun
tak mantap.

d. Aliran Tidak Merata

7
Aliran tak merata terjadi bila kecepatan, kedalaman, tekanan, dan
seterusnya, berubah dari titik dalam aliran fluida tersebut atau , dV/ds tidak
sama dengan nol dan seterusnya.

2.1.3 Fluida Ideal


Fluida ideal merupakan fluida yang tidak dapat dimampatkan atau
dikatakan sebagai fluida yang tidak kompresibel, artinya volume dan massa
jenisnya tidak berubah karena pengaruh tekanan.
Saat mengalir, fluida ideal tidak mengalami gesekan oleh dinding
tempatnya mengalir. Demikian pula, benda yang bergerak dalam fluida
ideal tidak mendapatkan hambatan dari gaya gesek. Aliran fluida ideal
dikatakan sebagai aliran laminer, artinya kecepatan aliran fluida pada
sembarang titik tidak berubah terhadap waktu, baik besarnya maupun
arahnya. Dalam aliran laminer, setiap titik pada fluida, bergerak dengan
kecepatan tetap dan tidak saling mendahului ataupun memotong yang lain.
Pada fluida yang bergerak, setiap titik memiliki kecepatan untuk tiap
posisi, v(r). Oleh karena kecepatan setiap titik pada setiap posisi dapat
diwakili oleh kecepatan tertentu, fluida yang bergerak dapat digambarkan
sebagai medan kecepatan v(r).
Jika lintasan suatu titik pada fluida dilukiskan, akan diperoleh garis
lintasan yang disebut garis aliran. Garis aliran ini terbagi menjadi dua,
yaitu garis alir laminer (streamline/laminer flow) dan garis aliran turbulen
(turbulent flow). Berbeda dengan garis aliran laminer yang kecepatan
setiap titiknya tetap, pada garis aliran turbulen kecepatan titik dapat
berubah.
Untuk fluida ideal, kecepatan setiap titik seragam. Berarti medan
kecepatan v(r) dimana-mana sama. Oleh karena itu, titik-titik pada fluida
ideal akan memiliki lintasan berupa aliran laminer (streamline).
Fluida ideal adalah fluida yang memiliki ciri-ciri berikut ini.
a. Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible), yaitu volume dan
massa jenis fluida tidak berubah akibat tekanan yang diberikan
kepadanya.

8
b. Fluida tidak mengalami gesekan dengan dinding tempat fluida tersebut
mengalir.
c. Kecepatan aliran fluida bersifat laminer, yaitu kecepatan aliran fluida di
sembarang titik berubah terhadap waktu sehingga tidak ada fluida yang
memotong atau mendahului titik lainnya.
d. Aliran fluida bersifat stasioner (tunak). Pengertian stasioner di sini
hampir sama dengan pengertian stasioner pada gelombang stasioner.
Aliran bersifat stasioner bila kecepatan pada setiap titik sembarang
selalu konstan. Ini berarti bahwa kecepatan aliran fluida di titik A sama
dengan di titik B. Yang dimaksudkan di sini adalah kecepatan aliran di
titik A selalu konstan, misalnya vA, tetapi tidak harus vA = vB
e. Fluida tidak kental (non-viskos). Adanya kekentalan fluida
menyebabkan timbulnya gesekan pada fluida. Dalam fluida ideal, kita
mengabaikan semua gesekan yang muncul, yang berarti mengabaikan
gejala viskositas.

2.2 Persamaan Kontinuitas


2.1.1 Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas dihasilkan dari prinsip kekekalan massa. Untuk
aliran mantap massa fluida yang melalui semua bagian dalam arus fluida per
satuan waktu adalah Sama. Untuk pipa bercabang, berdasarkan persamaan
kontinuitas debit aliran yang menuju titik cabang harus sama dengan debit yang
meninggalkan titik tersebut.

Gambar 2.1 Persamaan kontinuitas pipa bercabang

9
Persamaan kontinuitas untuk pipa bercabang adalah:
V1 A1 = V2 A2 = V3 A3 = = Vn An
Dimana:
A = luas penampang (m2)
V = kecepatan rata-rata arus aliran (m/s)

2.1.2 Bilangan Reynolds


Ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan (p),
rapat massa zat cair (p), dan diameter pipa (D). Pada aliran tak mampu mampat
biasanya diambil asumsi kerapatan, viskositas dan temperatur tidak mengalami
perubahan sehingga berat spesifiknya konstan. Untuk diameter dan panjang pipa
tertentu, kerugian tekanan di dalam pipa disebabkan adanya efek gesekan sebagai
fungsi bilangan Reynolds. Angka Reynolds mempunyai bentuk seperti:

2.1.3 Kerugian Head Mayor Karena Gesekan dalam Pipa


Bila fluida mengalir melalui suatu pipa dan tekanan fluida diukur pada dua
tempat sepanjang pipa, akan dijumpai kenyataan bahwa tekanan berkurang dalam
arah aliran. Penurunan tekanan ini disebabkan karena gesekan fluida pada
dinding pipa. Penurunan tekanan (Ap) sepanjang pipa (L) dapat dinYatakan
sebagai:
L V2
h f =f
d 2g
Dengan:
hf = penurunan tekanan (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

10
L = panjang pipa (m)
d = diameter pipa (m)
f = koefisien gesekan pipa
v = kecepatan aliran fluida (m/s)

2.1.4 Kerugian Head Kecil (Minor)


Rugi-rugi kejutan dari energi tidak timbul pada pipa lurus, seragam, tetapi
padi diikontinuitas seperti kelengkapan pipa, belokan, dan perubahan penampang
Kehilangan tenaga karena perbesaran penampang disebabkan oleh pusaran dan
tumbukan.
a. Kelengkapan Pipa
Besarnya kerugian minor akibat adanya kelengkapan pipa,
dirumuskan sebagai:

Dimana:
n = jumlah kelengkapan pipa
k = koefisien kerugian ( dari lampiran koefisien minor losses
peralatan pipa)
v = kecepatan aliran fluida dalam pipa.

b. Perubahan Penampang Pipa


Disamping adanya kehilangan energi akibat gesekan, terjadi pula
kehilangan energi yang disebabkan oleh perubahan penampang pipa.
Pada pipa panjang kehilangan energi akibat gesekan biasanya jauh lebih
besar dari pada kehilangan energi akibat perubahan penampang,
sehingga pada keadaan tersebut kehilangan energi akibat perubahan
penampang dapat diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan energi akibat
perubahan penampang harus diperhitungkan.
1) Pembesaran Penampang
Perbesaran penampang mendadak mengakibatkan kenaikan
tekanan dari P1 menjadi P2 dan kecepatan turun dari V1 menjadi V2.
Pada tempat disekitar perbesaran penampang (1) akan terjadi olakan
dan aliran akan normal kembali mulai dari tampang (2). Di daerah
antara penampang 1 dan 2 terjadi pemisahan aliran (Triatmojo 1996 :
59).

11
Gambar 2.2 Pembesaran Penampang Pipa

A1
v1 v2 v = v
Persamaan kontinuitas A1 = A2 , atau 2
A2 1

Apabila dianggap bahwa P1 = P dan berdasarkan persamaan


kontinuitas maka persamaan menjadi:

Kehilangan energi pada perbesaran penampang akan berkurang


apabila perbesaran dibuat secara benrangsur-angsur seperti pada
gambar di bawah. Kehilangan energi diberikan oleh persamaan
berikut:

Dengan K tergantung pada sudut dan diberikan oleh table 2.1

Gambar 2.3 pembesaran penampang berangsur-angsur

12
Tabel 2.1 nilai K sebagai fungsi dari
2) Penyempitan Penampang
Pada penyempitan penampang yang mendadak garis aliran
pada bagian hulu dari sambungan akan mengecil pada vena kontrakta.
Percobaan-percobaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa luas
tampang pada vena Kontrakta sekitar 0.6 A2 (Triatmodjo, 1996 :62).
Berdasarkan nilai ini maka kehilangan energi dihitung dengan
cara seperti pada pembesaran penampang mendadak, yaitu di vena
kontrakta ke pipa kecil (tampang dua) dan hasilnya adalah :

Gambar 2.4 Pengecilan Pipa

atau atau
Dengan: hc = kehilangan energi akibat penyempitan
V2 = kecepatan aliran pada pipa 2
Kc = koefisien kehilangan energi akibat penyempitan
g = percepatan gravitasi

Dengan nilai Kc untuk berbagai nilai D2/D1 tercantum pada tabel


berikut:

13
Tabel 2.2 nilai Kc untuk berbagai nilai D2/D1

c. Rangkaian Pipa
1) Pipa yang Dihubungkan Seri

Gambar 2.5 pipa yang dihubungkan seri


Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri maka
semua pipa akan dialiri oleh aliran yang sama.
Total kerugian head pada seluruh sistem adalah jumlah
kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa, dirumuskan sebagai
:
Q = Q1 = Q2 = Q3
Q = A1V1 = A2V2 = A3V3
hf = hf1 + hf2 + hf3
Dimana: Q = debit air (m3/s)
hf = kehilangan energi (m)

2) Pipa yang Dihubungkan Paralel

Gambar 2.6 Pipa yang dihubungkan paralel

14
Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara paralel, total
laju aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang
dan rugi head pada sebuah cabang sama dengan pada yang lain,
dirumuskan sebagai berikut:
Q = Q1 + Q2 + Q3
Q = A1V1 + A2V2 + A3V3
hf1 = hf2 = hf3

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa:
1.
2.
4.2 Saran
Diharapkan kepada semua komponen Masyarakat dapat mengetahui tentang
perlunya dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan energi alternatif yang
ramah terhadap lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

- I G. B. Wijaya Kusuma .Program Studi Teknik Mesin. Fakutas Teknik.


Universitas Udayana

17

Anda mungkin juga menyukai