Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Pembuatan Kertas

Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa
Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.
Tercatat dalam sejarah adalah peradaban China yang menyumbangkan kertas bagi Dunia.
Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada
tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsabangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara
pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah
terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi
dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab
sehingga dizaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand
dan kota-kota industri lainnya, menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib
dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.

Dia seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan yang di tahun 105 M mempersembahkan contoh
kertas kepada Kaisar Ho Ti. Catatan Cina tentang penemuan Ts'ai Lun ini (terdapat dalam penulisan
sejarah resmi dinasti Han) sepenuhnya terus terang dan dapat dipercaya, tanpa sedikit pun ada bau-bau
magi atau dongeng. Orang-orang Cina senantiasa menghubungkan nama Ts'ai Lun dengan penemu kertas
dan namanya tersohor di seluruh Cina.
Penggunaan kertas meluas di seluruh Cina pada abad ke-2, dan dalam beberapa abad saja Cina sudah
sanggup mengekspor kertas ke negara-negara Asia. Lama sekali Cina merahasiakan cara pembikinan

kertas ini. Di tahun 751, apa lacur, beberapa tenaga ahli pembikin kertas tertawan oleh orang-orang Arab
sehingga dalam tempo singkat kertas sudah diprodusir di Bagdad dan Sarmarkand. Teknik pembikinan
kertas menyebar ke seluruh dunia Arab dan baru di abad ke-12 orang-orang Eropa belajar teknik ini.
Sesudah itulah pemakaian kertas mulai berkembang luas dan sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak
modern, kertas menggantikan kedudukan kulit kambing sebagai sarana tulis-menulis di Barat. Kini
penggunaan kertas begitu umumnya sehingga tak seorang pun sanggup membayangkan bagaimana
bentuk dunia tanpa kertas.
Di Cina sebelum penemuan Ts'ai Lun umumnya buku dibuat dari bambu. Keruan saja buku macam itu
terlampau berat dan kikuk. Memang ada juga buku yang dibuat dari sutera tetapi harganya amat mahal
buat umum. Sedangkan di Barat (sebelum ada kertas) buku ditulis di atas kulit kambing atau lembu.
Material ini sebagai pengganti papyrus yang digemari oleh orang-orang Yunani, Romawi dan Mesir. Baik
kulit maupun papyrus bukan saja termasuk barang langka tetapi juga harga sulit terjangkau.

Proses

Pengolahan Pulp dan Kertas

a. Proses Pembuatan Pulp


1. Fiber Furnish Preparation and Handling

Proses ini mencakup proses logs, debarking, dan chipping. Kayu diambil dari hutan produksi
kemudian dipotong-potong yang disebut dengan log. Log disimpan ditempat penampungan
beberapa bulan sebelum diolah dengan tujuan untuk melunakan log dan menjaga kesinambungan
bahan baku. Kemudian kayu dibuang kulitnya dengan mesin atau dengan proses debarking.
Setelah itu kayu dipotong-potong menjadi ukuran kecil (chip) dengan mesin chipping. Chip yang
sesuai ukuran diambil dan yang tidak sesuai akan diproses ulang.
2. Pulping
Chip dimasak di dalam digester untuk memisahkan serat kayu (bahan yang digunakan untuk
membuat kertas) dengan lignin. Dari tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor ke
bejana pemasak (digester). Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di kukus
(presteamed), kemudian baru dipanaskan dengan steam di steaming vessel. chip di masak dengan
cairan pemasak yang disebut dengan cooking liquor. Proses ini terbagi atas 4 macam, yaitu
Chemical Pulp Production Process, Semi-chemical Pulp Production Process, Mechanical
Production Process, dan Waste Paper Pulp Production Process. Hasil dari proses ini adalah pulp
atau bubur kertas. Pulp ini yang akan diolah menjadi kertas pada mesin kertas (paper machine).
o

Chemical Pulp Production Process


Pembuatan pulp secara kimia biasanya menggunakan NaOH secara langsung maupun
tidak langsung. Lignin dilarutkan dari bagian lapisan sehingga fiber terpisah. Dalam
proses ini, kulit kayu diambil dan batang kayunya dibuat keping-keping kayu kemudian
dihancurkan dalam tekanan temperatur yang dibutuhkan. Proses pembuatan pulp secara
kimia, yaitu:
1. Proses Sulfat (Kraft Process)
Mula-mula kayu dipotong-potong dengan mesin pemotong kemudian diayak. Kayu
yang halus dimasukkan ke dalam tempat penampung yang kemudian akan digester
(dimasak). Kemudian kayu-kayu tersebut dipanaskan dengan uap dan diaduk dengan
alat pengaduk yang terdapat di dalam digester tersebut dengan tekanan 110lb/in 2.
Pulp yang telah jadi dikeluarkan dan dicuci dengan air dalam tanki pencuci sehingga
liquornya akan terpisah. Liquor yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tanki
penampung untuk direcovery. Pulp yang sudah dicuci disaring lagi dengan saringan
rotary drum filter, kemudian hasilnya diputihkan dengan kalsium hipoklorit sehingga
hasilnya sudah sedikit putih. Selanjutnya dinetralkan dengan CaO atau NaOH, dicuci
dan dikeringkan. Terbentuklah pulp kering.
2. Proses Soda

Proses ini lebih sederhana daripada proses sulfat karena hanya memakai NaOH.
Kayu yang digunakan bisa dari berbagai macam jenis kayu. Waktu memasak 2-3 jam
dengan memakai uap (tekanan 118lb/in 2 dan temperature 3440F). pulp yang sudah
jadi dikeluarkan dari digester. Liquor yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tanki
penampung untuk direcovery. Pulp yang sudah dicuci disaring dengan saringan rotary
drum filter, kemudian hasilnya diputihkan dengan kalsium hipoklorit sehingga
hasilnya sudah sedikit putih. Selanjutnya dinetralkan dengan NaOH, dicuci dan
dikeringkan. Terbentuklah pulp kering.
3. Proses Sulfit
Mula-mula sulfur dicairkan dalam tanki pencair atau pelebur, kemudian dipanaskan
dalam pemanas yang berputar sambil dialiri udara untuk mengoksidasi. Dalam
pemanasan ini sulfur diuapkan dan selanjutnya dimasukkan dalam ruang pembakaran
dengan dialiri udara. Pengaliran udara ini dikontrol agar SO 3 tidak terbentuk. SO2
terjadi didinginkan dengan cepat dalam suatu pipa yang melingkar-lingkar yang
dikelilingi air. Proses selanjutnya adalah absorbs gas oleh air dengan menambahkan
senyawa kalisum dan magnesium karbonat.
S + O2 SO2
2 SO2 + H2O + CaCO3 Ca(HSO3)2 + CO2
2 SO2 + H2O + MgCO3 Mg(HSO3)2 + CO2
Menara absorbsi dibuat minimal 2 buah. Penguliran air dari atas ke bawah dengan spray
berlawanan dengan aliran SO2 yang dimasukkan ke menara absorbsi. Liquor yang keluar dari
menara berisi sejumlah SO2 yang bebas lalu dimasukkan dalam reclain tank. Akhirnya liquor
dimasukkan dalam digester sebagai larutan kalsium dan magnesium bi sulfit. Berdasarkan
analisa

kira-ira

4,5%

total

SO2

dan

3,5%

SO2

bebas.

Digester ini diisi penuh dengan potongan-potongan kayu halus dan asam pemasak dengan
kapasitas dari 1 ton sampai 35 ton serabut kayu dan 3000 sampai 51000 galon asam-asam.
Digester dipanaskan secara langsung dengan steam (uap) dengan tekanan 70-160 lb/in2
tergantung dari jenis kayu yang dipakai. Waktu yang diperlukan 10-11 jam dengan suhu 10501550 C.
Setelah pemanasan dalam digester selesai dan sudah masak, pulp dikeluarkan dan masuk
dalam blowpit dengan diberi air jernih. Dari blowpit ini pulp dimasukkan, diayak dan
seterusnya disaring dengan rotary drum filter untuk dipadatkan dengan jalan membuang
airnya dengan mesin ayakan 80. Kemudian pulp dimasukkan dalam tanki pemutih dan
diputihkan dengna klorin dengan penambahan cairan kapur sebagai penetralnya. Selesai
pemutihan pulp dimasukkan dalam mesin-chest dan dikeringkan. Selanjutnya dibuat roll-roll
pulp. Sifat pulp memiliki kekuatan tinggi, warna tua, sulit diputihkan, tak dapat digunakan

sebagai bahan dissolving pulp. Kegunaan pulp ini sebagai kertas bungkus, kertas tulis, kertas
cetak, linerboard, dsb.

Semi-Chemical Pulp Production Process


Semi-chemical pulp process merupakan gabungan metode antara chemical process
dengan mechanical process. Tujuan proses ini adalah menghasilkan perolehan yang
maksimal setara dengan proses tingkat kekuatan dan kebersihan yang paling baik.
Penggunaan dari pulp hasil proses ini adalah lineboard dan karton. Adapun tahap-tahap
yang dilakukan dalam proses ini adalah:
i.
Menggunakan larutan kimia untuk menghancurkan dan mencerna kayu.
Larutan kimi yang biasa digunakan adalah NaOh, Na 2CO3, Na2SO4. Dalam
ii.

proses ini, sebagian besar hemiselulosa harus sudah tercerna.


Menghancurkan bahan secara mekanik, salah satu proses terkenal pembuatan
pulp secara semikimia adalah proses Neutral Sulfite Semichemical (NSCC).
Proses pencernaan kayu merupakan proses yang memiliki arti yang sangat
penting. Proses ini diatur sedemikian rupa dengan kondisi terbaik mulai dari
temperature, tekanan, dan larutan kimia.

Mechanical Pulp Production Process


Pada Proses ini, pulp dibuat dengan tidak memakai zat-zat kimia, cukup dengan mesin
saja tanpa pereaksi-pereaksi kimia. Pembuatan pulp secara mekanis ini memerlukan
biaya yang sangat besar, disebabkan di sini tidak dipakai pereaksi-pereaksi kimia untuk
menghancurkan potongan-potongan kayu yang akan dijadikan pulp atau kertas secara
mudah dan effisien. Sebelumnya kayu diasah dengan refiner. Pada proses ini, terjadi
pemberian tekanan pada kayu sehingga menghasilkan panas yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara komponen dalam kayu sehingga fiber terpisah dari lignin.
Proses pembuatan pulp secara mekanik sangat jarang digunakan. Sifat pulp pada proses
ini memiliki kekuatan rendah, pulp cepat jadi kuning, daya retak baik dan opisitas tinggi.
Penggunaan pulp untuk koran, tissue, kertas buku murah.

Pengembangan teknologi pulping pada saat ini bertujuan terutama untuk menghasilkan pulp
dengan bilangan kappa rendah, sehingga dalam proses pemutihan pulp lebih aman terhadap
pencemaran lingkungan. Di antara inovasi teknologi dalam proses pulping tersebut, ada dua jenis
teknologi yang bisa dikatakan bersifat revolusif dan sangat aman terhadap lingkungan serta
kemungkinan besar bisa memberikan harapan untuk diterapkan dalam skala pabrik di masa
depan. Kedua jenis teknologi pulping tersebut adalah proses bio-pulping dan proses organosolv.
ASAM
ASAM adalah singkatan dari alkaline-sulfite-antrhraquinone-methanol yang pada dasarnya
merupakan modifikasi proses pulping konvensional. Proses ini kombinasi antara proses kraft dan
proses sulfit. Penambahan metanol dan antrakuinon dalam proses ini akan mempercepat proses
delignifikasi serta dapat mengurangi degradasi karbohidrat selama proses pulping sehingga
rendemen pulp meningkat.
Dibandingkan dengan proses kraft konvensional, proses ASAM memiliki beberapa keunggulan,
antara lain dapat mengolah semua jenis kayu, rendemen pulp yang dihasilkan lebih tinggi, pulp
yang dihasilkan mudah diputihkan dan mempunyai sifat kekuatan yang prima, serta dapat
mengurangi emisi gas sulfur yang terjadi pada proses konvensional.

Organosolv
Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik
seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses ini telah terbukti
memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber
daya hutan.
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi
oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv memberikan
beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi
hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman
terhadap lingkungan, dapat menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa lignin dan
hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis dapat mengurangi biaya
produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada kapasitas terpasang yang relatif kecil
yaitu sekitar 200 ton pulp per hari.
Penelitian mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan pemasak dalam proses
pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis proses organosolv, namun
yang telah berkembang pesat pada saat ini adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu proses
pulping dengan menggunakan bahan kimia pemasak alkohol, proses acetocell (menggunakan
asam asetat), dan proses organocell (menggunakan metanol).
Proses alcell telah memasuki tahap pabrik percontohan di beberapa negara misalnya di Kanada
dan Amerika Serikat, sedangkan proses acetocell mulai diterapkan dalam beberapa pabrik di
Jerman pada tahun 1990-an. Proses alcell yang telah beroperasi dalam skala pabrik di New
Brunswick (Kanada) terbukti mampu manghasilkan pulp dengan kekuatan setara pulp kraft,
rendemen tinggi, dan sifat pendauran bahan kimia yang sangat baik.
Memanfaatkan jamur
Proses pulping konvensional baik dengan cara mekanis maupun cara kimia membutuhkan energi
yang sangat tinggi. Di lain pihak, secara alami ada sejumlah mikroorganisme perusak kayu
(dalam hal ini jamur) yang mampu mendegradasi lignin. Kemampuan jamur dalam mendegradasi
lignin secara alami ini selanjutnya diteliti dan dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai agen
dalam proses delignifikasi dalam teknologi pulping dan bleaching.

Teknologi ini selanjutnya disebut sebagai teknologi bio-pulping dan teknologi bio-bleaching. Dari
sisi lingkungan, penemuan ini merupakan terobosan besar dalam teknologi pulping dan bleaching
dan diharapkan mampu menjawab permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh industri pulp
dan kertas karena pemrosesannya tidak menggunakan bahan kimia.
Namun, bila dibandingkan dengan proses pulping secara kimia yang berlangsung pada suhu dan
tekanan tinggi serta pH yang ekstrem, proses ini sangat lambat. Karena prosesnya lambat, maka
aplikasi bio-pulping secara penuh belum bisa diterapkan dalam skala industri.
Saat ini aplikasi bio-pulping baru pada tahap pretreatment terhadap kayu yang akan dimasak, baik
pada proses mekanis maupun proses kimia. Proses mekanis yang diberi perlakuan biologis
disebut biomechanical pulping, sedangkan proses kimia yang diberi perlakuan biologis disebut
biochemical pulping.
Beberapa penelitian melaporkan, dengan adanya fungal pretreatment konsumsi energi pada saat
proses pulping menjadi berkurang. Perlakuan ini juga terbukti dapat menurunkan bilangan kappa
serta dapat meningkatkan sifat bleachability pulp yang dihasilkan.

3. Washing
Proses penyaringan ini ada dua tahap, yaitu penyaringan kasar dan penyaringan halus. Proses
akhir dari penyaringan berada pada sand removal cyclones yang berfungsi untuk memisahkan
pasir dari pulp.
Alat alat yang digunakan dalam proses cleaning adalah :
Magnetic Separator, Magnetic yang bekerja secara magnetic, yaitu memisahkan kotoran yang
mengandung logam seperti serta partikel - partikel lainnya yang bersifat magnet.
HCC (High Consistency Cleaner) bekerja secara sentrifugal, yaitu memisahkan kotoran yang
ukurannya hampir sama dengan serat berdasarkan berat jenisnya.
4. Oxygen Delignification
Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan sodium hidroksida (NaOH) di dalam
delignification tower sebelum di cuci didalam washer. Proses ini bertujuan sebagai proses prableaching untuk mengurangi bilangan kappa (kadar lignin sisa), sehingga mengurangi pemakaian
bahan kimia pemutih pada proses pemutihan. Dari proses ini akan dihasilkan pulp berwarna
cokelat yang akan dikirim ke unit bleaching dan filtrat yang dikirim ke unit pengolahan limbah
cair (Effluent Treatment Plant).
5. Bleaching
Bleaching merupakan proses apapun mengubah pulp untuk lebih putih, bersinar, halus dan mudah
menyerap. Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan lignin tanpa

merusak selulosa. Apabila pada proses pemutihan digunakan khlorin, maka dari unit ini akan
dihasilkan limbah cair yang mengandung chlorinated organic compounds yang diketahui sangat
berbahaya terhadap lingkungan. Teknologi bleaching yang digunakan adalah:
Elemental Chlorine Free (ECF)
Pada konsep ECF unsur khlor masih boleh digunakan, tetapi tidak dalam bentuk Cl2
melainkan dalam bentuk senyawa lain misalnya ClO2.
Total Chlorine Free (TCF)
Pada konsep TCF sama sekali tidak digunakan unsur khlor. Sebagai pengganti khlorin
pada konsep TCF biasanya digunakan oksigen atau ozon.

Chemical pulp menggunakan NaOH dan ClO2 sebagai pemutih.


Semi-chemical pulp menggunakan H2O2 sebagai pemutih.
Mechanical-pulp menggunakan H2O2 dan/atau Na2SO3.

6. Screening
Bundel serat yang lebih kecil dan kotoran lainnya dihilangkan dari pulp dalam proses
penyaringan untuk mendapatkan bubur bersih.
7. Refining
Refining adalah proses penggilingan bubur serat lebih lanjut untuk menghasilkan bubur serat
yang lebih halus. Setelah itu bubur serat tersebut diolah kembali dengan cara dipotong dan
digiling dengan menggunakan 2 buah pisau pemotong yang berbentuk disc plate.
b. Proses Pembuatan Kertas
Sebelum masuk keareal paper machine pulp diolah dulu pada bagian stock preparation. bagian ini
berfung si untuk meramu bahan baku seperti: menambahkan pewarna untuk kertas (dye),

menambahkan zat retensi, menambahkan filler (untuk mengisi pori - pori diantara serat kayu), dlln.
Bahan yang keluar dari bagian ini di sebut stock 9campuran pulp, bahan kimia dan air)
Dari stock preparation sebelum masuk ke headbox dibersihkan dulu dengan alat yang disebut cleaner.
Dari cleaner stock masuk ke headbox. headbox berfungsi untuk membentuk lembaran kertas
(membentuk formasi) diatas fourdinier table. Fourdinier berfungsi untuk membuang air yang berada
dalam stock (dewatering). Hasil yang keluar disebut dengan web (kertas basah). Kadar padatnya
sekitar 20 %.
Press part berfungsi untuk membuang air dari web sehingga kadar padatnya mencapai 50 %. Hasilnya
masuk ke bagaian pengering (dryer). Cara kerja press part ini adalah. Kertas masuk diantara dua roll
yang berputar. Satu roll bagian atas di beri tekanan sehingga air keluar dari web. Bagian ini dapat
menghemat energi, karena kerja dryer tidak terlalu berat (air sudah dibuang 30 %). Dryer berfungsi
untuk mengeringkan web sehingga kadar airnya mencapai 6 %.
Selanjutnya memasuki tahap calendar stack yang terdiri dari beberapa pasangan silinder dengan jarak
tertentu untuk mengontrol ketebalan dan kehalusan hasil akhir kertas. Kemudian memasuki tahap
akhir yaitu Pope Reel. Bagian ini merupakan tahap akhir dari proses pembuatan kertas yaitu
pemotongan kertas dari gulungannya. Pada bagian ini, kertas yang digulung dalam gulungan besar,
dibelah pada ketebalan yang diinginkan, dipotong menjadi lembaran, dirapikan kemudian dikemas.

Proses Daur Ulang Kertas


Proses daur ulang kertas bermula dari proses pemilahan limbah kertas dari limbah lainnya, mulai dari
rumah tangga, sekolah, kantor-kantor atau di tempat manapun. Tahap awal ini sangat menentukan
keberhasilan proses daur ulang secara keseluruhan.
Setelah limbah kertas dipisahkan dari limbah lainnya, kemudian limbah kertas diangkut ke tempat
penampungan sementara. Di sini, limbah kertas kembali disortir dan dipisahkan dari limbah lainnya. Baru
kemudian setelah itu limbah kertas dipress (biasanya menjadi bentuk kotak) dan dikirimkan ke pabrik
kertas atau paper mill untuk diproses lebih lanjut.

Di pabrik kertas, limbah-limbah kertas tersebut dihancurkan dan dicampur dengan air untuk membuat
bubur kertas. Bubur kertas selanjutnya dicuci (washed), disaring (refined), lalu dijadikan bubur kertas.
Untuk menghilangkan warna dari bubur kertas, selama pembuatan biasanya ditambahkan pula bahan
kimia pemutih (bleaching agent) seperti hidrogen peroksida atau H 2O2.
Setiap kali kertas didaur ulang, panjang seratnya berkurang, yang berpengaruh langsung terhadap
kekuatan kertas yang dihasilkan. Kira-kira kertas dapat mengalami proses daur ulang sampai dengan
tujuh kali proses.

Limbah Industri Pulp dan Kertas


A. Karakteristik Limbah Pabrik Kertas
Warnanya yang kehitaman atau abu-abu keruh, bau yang khas, kandungan padatan
terlarut dan padatan tersuspensi yang tinggi, COD yang tinggi dan tahan terhadap
oksidasi biologis.

B.

Limbah Industri Kertas


Pada proses pembuatan kertas terdapat zat yang berpotensi mencemari lingkungan. Menurut Rini
(2002), limbah proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari lingkungan tersebut dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu:
Limbah cair, yang terdiri dari:
o Padatan tersuspensi yang mengandung partikel kayu, serat dan pigmen
o Senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol,

lignin, terpenting, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang
menghasilkan BOD (Biological Oxygen Demand) tinggi

o Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas
o Bahan anorganik seperti NaOH, Na2SO4 dan klorin,
o Limbah panas
o Mikroba seperti golongan bakteri koliform
Partikulat yang terdiri dari:
o Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
o Partikulat zat kimia terutama yang mengandung natrium dan kalsium
Gas yang terdiri dari:

Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H 2S yang dilepaskan

dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan
bahan kimia
Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery

furnace danlime kiln (tanur kapur)


Limbah Padat yang terdiri dari:
o Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder
o Limbah dari potongan kayu
C. Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Kertas
Adapun dampak dari limbah industri kertas yaitu pencemaran lingkungan dan kesehatan

manusia, dan ini dampak bagi pencemaran lingkungan antara lain :

a. Membunuh ikan, kerang, dan invertebrata akuatik lainnya


b. Memasukkan zat kimia karsinogenik dan zat pengganggu aktivitas hormon ke dalam
lingkungan
c. Menghabiskan jutaan liter air tawar
d. Menimbulkan resiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya dari

limbah industri yang mencemari lingkungan


Menurut Green (2005), terdapat beberapa senyawa dalam industri pulp dan kertas yang
berpeluang besar bersifat karsinogenik bagi kesehatan manusia, yaitu :

Asbes

Asbes dapat menyebabkan kanker paru paru, digunakan pada penyambungan pipa

dan boiler.
Aditif

Aditif

kertas

lainnya

termasuk benzidine-base

dyes,

formaldehid

dan

epichlorohydrin yang berpeluang menimbulkan kanker pada manusia.


Kromium heksavalen dan senyawa nikel

Senyawa ini umumnya digunakan pada pengelasan stainless steel dan dikenal sebagai

karsinogenik terhadap paru paru dan organ pernafasan lain.


Debu Kayu

Debu kayu keras dikenal sebagai penyebab kanker pernafasan.


Hidrazin, styrene, minyak mineral, chlorinated phenols dan dioxin

Senyawa senyawa tersebut berpeluang besar menyebabkan kanker.


D. Pengolahan Limbah Industri Kertas

Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan kertas terdiri atas tahap netralisasi,
pengolahan primer, pengolahan sekunder dan tahap pengembangan. Sebelum masuk ke
tempat pengendapan primer, air limbah masuk dalam tempat penampungan dan

netralisasi. Pada tahap ini digunakan saringan untuk menghilangkan benda benda besar
yang masuk ke air limbah.
Pengendapan primer biasanya bekerja atas dasar gaya berat. Oleh karenanya
memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Untuk meningkatkan proses pengendapan
dapat digunakan bahan flokulasi dan koagulasi di samping mengurangi bahan yang
membutuhkan oksigen. Pengolahan secara biologis dapat mengurangi kadar racun dan
meningkatkan kualitas air buangan (bau, warna, dan potensi yang mengganggu badan
air). Apabila terdapat lahan yang memadai dapat digunakan laguna fakultatif dan laguna
aerasi. Laguna aerasi akan mengurangi 80 % BOD dengan waktu tinggal 10 hari.
Apabila tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif, parit
oksidasi dan trickling filter dapat digunakan dengan hasil kualitas yang sama tetapi
membutuhkan biaya operasional yang tinggi.
Tahap pengembangan dilakukan dengan kapasitas yang lebih besar, melalui
pengolahan fisik dan kimia untuk melindungi badan air penerima (Devi, 2004).
Sedangkan endapan (sludge) yang biasanya diperoleh dari proses filter press dari IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut Sunu (2001) dapat dikategorikan sebagai
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) atau tidak. Pembuangan lumpur organik,
termasuk pada industri pulp dan kertas, dapat dibedakan menjadi :
1. Metode Pembakaran

Metode pembakaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dampak
lingkungan yang lebih luas sebelum dilakukan pembuangan akhir. Beberapa
metode yang dapat dilakukan antara lain adalah metode incinerator basah
yang mengoksidasi lumpur organik pada suhu dan tekanan tinggi.
2. Metode fermentasi metan dan metode pembusukan
Metode fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi sehingga
dihasilkan gas metan, sedangkan metode pembusukan akan diperoleh hasil
akhir berupa kompos. Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan buangan pada
masa lalu biasanya ditimbun. Akan tetapi sistem ini menimbulkan bau karena
pembusukan dan menyebabkan pencemaran air tanah dan air permukaan.
Sekarang lumpur dihilangkan airnya dan dibakar atau digunakan sebagai
bahan bakar (Rini, 2002)

Anda mungkin juga menyukai