Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN PROYEK AKHIR

PEMBUATAN SURFAKTAN SODIUM LIGNOSULFONAT (SLS)


BERBAHAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) UNTUK
APLIKASI PRODUK PASTA GIGI NON DETERJEN

Disusun Oleh:
NAMA : M. Rizki Abid Pratama
NIM : 19.01.072

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN PROYEK AKHIR


PEMBUATAN SURFAKTAN SODIUM LIGNOSULFONAT (SLS)
BERBAHAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) UNTUK
APLIKASI PRODUK PASTA GIGI NON DETERJEN

Disusun Oleh :

Nama : M. Rizki Abid Pratama


NIM : 19.01.072
Program Studi : Teknik Kimia

Telah diperiksa dan disetujui


Yogyakarta, Desember 2020

Ketua Program Studi Teknik Kimia, Dosen Pembimbing,

(Fathur Rahman R., S.T., M.Eng) (Lestari Hetalesi S., S.T., M.Eng)
NIDN. 0514088001 NIDN. 0525108401

i
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : M. Rizki Abid Pratama
NIM : 19.01.072
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Proyek Akhir : Pembuatan Surfaktan Sodium Lignosulfonat (SLS)
Berbahan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Untuk
Aplikasi Produk Pasta Gigi Non Deterjen

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Laporan Penelitian Proyek


Akhir yang telah saya buat ini merupakan hasil karya dan benar keasliannya.
Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Laporan Penelitian Proyek Akhir ini
merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi
berdasarkan aturan tata tertib di Politeknik LPP Yogyakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan.

Penulis,

(M. Rizki Abid Pratama)

ii
DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

I.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

I.3 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

II.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit ................................................................... 6

II.2 Kandungan Tandan Kosong Kelapa Sawit ................................................ 5

II.3 Metode Pembuatan Sodium Lignosulfonat ............................................... 6

II.4 Sulfonasi Lignin Tandan Kosong Kelapa Sawit ...................................... 7

II.5 Uji Organoleptik Pasta Gigi ...................................................................... 8

II.6 Landasan Teori .......................................................................................... 9

II.7 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................6

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 6

III.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 6

III.2.1 Alat Penelitian ............................................................................12


III.2.2 Bahan Penelitian .........................................................................12
III.3 Persiapan Bahan baku ............................................................................ 12

III.4 Metode Penelitian .................................................................................. 13

III.4.1 Pembuatan Sodium Lingnosulfonat dan Sulfonasinya ...............13


III.4.2 Analisa Penentuan Nilai pH .......................................................14
III.4.3 Uji Densitas ................................................................................14

iii
III.4.4 Uji Organoleptik .........................................................................15
III.4.5 Uji Pembentuk Daya Busa ..........................................................15
III.4.6 Analisa Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) .......15
III.5 Alur Penelitian ....................................................................................... 16

BAB IV JADWAL PENELITIAN ........................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bidang perkebunan merupakan salah satu sektor yang mempunyai
dampak signifikan untuk negara Indonesia .Salah satunya Perkebunan buah
kelapa sawit, yang telah populer baik di dalam negeri bahkan di luar negeri.
Perkebunan buah kelapa sawit merupakan salah satu komoditas terbesar di
Indonesia, khusus nya pulau Sumatra dan Kalimantan . Buah sawit
merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan Crude Palm Oil
(CPO) serta Palm Kernel Oil (PKO). Pada saat ini rata rata Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) belum bisa mengolah hasil samping yang berupa limbah pada
buah kelapa sawit. Limbah buah kelapa sawit terdiri dari dua tipe yaitu
limbah padat dan limbah cair . Limbah padat bisa berupa Empty Fruit Bunch
(EFB), fiber, dan shell . Pada limbah cair bisa berupa Palm Oil Mill Effluent
(POME). Rata-Rata Pabrik Kelapa Sawit (PKS) hanya dapat memanfaatkan
sebagai pupuk organik.
Jika tidak diperhatikan serta tidak di tindak lanjuti dengan cepat dan baik
limbah industri ini akan terus mencemarkan lingkungan, mengakibatkan
dampak ekologi, salah satunya pada pencemaran udara yang dapat menaikkan
emisi efek rumah kaca. Untuk itu kita harus kritis dalam permasalahan ini ,
tunjukkan rasa peduli yang lebih terhadap lingkungan, bahkan dengan
memanfaatkan limbah tersebut , tidak hanya menyelamatkan lingkungan saja,
tapi juga dapat membuat produk baru , ataupun mengembangkan,
mengevaluasi limbah tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat yang
mempunyai value yang tinggi serta dapat diterima oleh umum. Contoh nya
ialah dengan memanfaatkan limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
yang dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kandungan nya, salah satunya
ialah surfaktan .

1
2

Jenis – jenis surfaktan berbagai macam mulai dari anionik, kationik,


nonionik, dan surfaktan amfoter. Surfaktan yang dapat dihasilkan dari bahan
buah kelapa sawit dan turunan nya ialah berupa surfaktan Metil Ester
Sulfonat (MES),surfaktan Sodium Lignosulfonat (SLS), surfaktan
Dietanolamida (DEA), dsb.
Namun pada penelitian fokus pada pembuatan surfaktan Sodium
Lignosulfonate (SLS) dari pemanfaatan lignin, dan kandungan lain nya pada
limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan proses sulfonasi.
Proses sulfonasi bertujuan untuk mengubah sifat kelarutan lignin yang
nonpolar menjadi garam lignosulfonat yang polar, dengan cara memasukkan
gugus sulfonat ( SO³ˉ ) dan garamnya kedalam gugus hidroksil ( OHˉ ) lignin,
sehingga garam lignosulfonat tersebut menjadi struktur pelengkap
amphiphilic dari surface active agent atau surfaktan.
Pada penelitian ini lebih mengutamakan pembuatan surfaktan yang
nantinya akan dijadikan sebagai produk oleokimia sebagai salah satu bahan
tambahan pada pasta gigi. Alasan adanya penelitian ini ialah karena surfaktan
yang dipakai pada saat ini kebanyakan menggunakan bahan utama Asam
Laurat pada Palm Kernel Oil (PKO) . Dan juga Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
rata-rata jarang mengolah Palm Kernel Oil (PKO) berbanding terbalik pada
pengolahan Crude Palm Oil (CPO) yang tiap Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
mengolah nya . Penelitian mengenai surfaktan ini pada umum nya sudah
banyak, namun sedikit yang mengembangkan nya dengan bahan baku
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) serta mengevaluasi pengaruh nya
pada pasta gigi.
Semoga , pada penelitian ini dapat menyelamatkan pencemaran
lingkungan, dengan memanfaatkan daur ulang kandungan pada limbah
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai bahan tambahan pada pasta
gigi, serta mempunyai value yang tinggi dan dapat diterima oleh
umum.Terlebih Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) mengandung kadar
lignin yang cukup besar dilain sisi juga , dengan memanfaatkan limbah
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), pada penelitian ini semoga para
3

manager dan atasan serta anggota lainya pada Pabrik Kelapa Sawit lebih
kritis ,peduli, dan kreatif dan inovatif dalam mengolah Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) serta menciptakan, mengembangkan, mengevaluasi produk hilir
yang lebih berkualitas.

I.2 Tujuan Penelitian


Penelitian yang diusulkan mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh penambahan Sodium Lignosulfonat (SLS) dengan
berbagai variasi konsentrasi terhadap pasta gigi
2. Mengetahui komposisi pasta gigi yang tepat setelah ditambah Sodium
Lignosulfonat (SLS) dengan acuan uji organoleptik.

I.3 Keaslian Penelitian


Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan antara lain:
1. Gharin Nur Fattah Savero (2020) telah meneliti tentang “Pembuatan
Sodium Lignosulfonat (SLS) dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Serta Pengaruh Komposisi Formulasi Surfaktan Untuk Aplikasi Enhanced
Oil Recovery (EOR)”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dari hasil
percobaan, didapatkan formulasi F2 memiliki kinerja paling baik dengan
compatibility baik, phase behavior memenuhi, dan incremental recovery
yang baik, namun dari keempat formulasi, belum didapatkan satupun nilai
IFT yang memenuhi standar.
2. Devita Cahyaningsih, dkk. (2019) telah meneliti tentang “Pengujian
Parameter Fisik Sabun Mandi Cair Dari Surfaktan Sodium Laureth Sulfate
(SLS)”. Hasil penelitiannya menunjukan Sediaan sampel sabun mandi cair
F1 menggunakan Sodium Laureth Ether Sulfate (SLES) dengan parameter
warna, aroma, kekentalan, homogenitas, uji stabilitas (oven test, room test,
sun test dan cycle test), uji viskositas dan uji pH sesuai dengan standar.
3. Putri Fiona Rachim (2012) telah meneliti tentang “Pembuatan Surfaktan
Natrium Lignosulfonat Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan
Sulfonasi Langsung”. Hasil penelitiannya menunjukan hasil penelitian
4

didapatkan kondisi optimum suhu pembuatan surfaktan natrium


lignosulfonat pada 90°C, semakin lama waktu perebusan maka semakin
besar pula kadar lignosulfonat yang didapatkan, dan berdasarkan analisis
surfaktan anionik dengan spektrofotometer secara metilen biru didapatkan
konsentrasi lignosulfonat sebesar 458,206 ppm untuk kondisi optimum.
4. Eoudia B. Wawo,dkk. (2016) telah meneliti tentang “Uji Pengaruh
Penggunaan Pasta Gigi Dengan Kandungan Detergen Sodium Lauryl
Sulfate Terhadap Kecepatan Alir Saliva Pada Masyarakat Di Desa
Walantakan”. Hasil penelitiannya menunjukan hasil penelitian
menunjukan bahwa ada pengaruh bermakna pada penggunaan pasta gigi
dengan kandungan detergen sodium lauryl sulfate terhadap kecepatan alir
saliva sehingga menurunkan kecepatan alir saliva.

Sementara pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan Sodium


Lignosulfonat (SLS) dari limbah padat Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) dengan menggunakan variabel jenis . konsentrasi, dan juga
variabel jenis suhu. Pada variabel Jenis konsentrasi , peneliti membuat
dengan variasi perbandingan 0,2%, 0,4%, 0,6%. 0,8% 1%, dan pada
variabel jenis suhu, peneliti membuat variasi dengan perbandingan 70˚C,
80 ˚C, 90 ˚C, 100 ˚C, 110 ˚C, 120 ˚C. Pada penelitian ini akan dilakukan
perbandingan konsentrasi pengaruh penambahan Sodium Lignosulfonat
(SLS) terhadap pasta gigi, dan juga melihat perbandingan suhu yang
optimum dalam pembuatan pembuatan Sodium Lignosulfonat (SLS) dari
limbah padat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), dan juga peneliti
akan melakukan uji organoleptik , dan juga fokus pada uji pH, uji
viskositas, serta uji daya busa terhadap pasta gigi yang telah ditambah
Sodium Lignosulfonat (SLS) tersebut, dengan tujuan dihasilkan pasta gigi
yang memiliki karakteristik baik dan sesuai standar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kelapa sawit ialah tanaman sektor perkebunan yang membawa
pengaruh peranan penting khusus nya dalam industri pangan. Pada
tahun 2011 produksi buah kelapa sawit di Indonesia meningkat hingga
22.508.011 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mengalami
penyusutan (BPS 2012). Jenis limbah yang dihasilkan dari proses minyak
sawit adalah limbah dengan jenis padat yang terdiri dari cangkang, tandan
kosong, dan serabut dari mesocarp (Yunindanova et al, 2013).
Pengolahan minyak buah kelapa sawit menghasilkan limbah utama
yaitu tandan kosong, dengan perhitungan dalam satu ton Tandan Buah Segar
(TBS) akan dihasilkan 21% Crude Palm Oil (CPO), 5% Palm Kernel Oil
(PKO) , tandan kosong 23%, serat 13,5%, dan cangkang sebanyak 5,5%
(Darnoko cit Anwar, 2008).
Saat ini tandan kosong dominan dimanfaatkan sebagai bahan organik
pembuatan pupuk, baik itu untuk pertanaman kelapa sawit secara langsung
dan tidak langsung, pada umumnya jika dilakukan dengan tidak langsung
tandan kosong tersebut harus dikomposkan terlebih dahulu, dan yang tidak
langsung, tandan kosong digunakan sebagai serbuk atau mulsa, yang
bermanfaat sebagai meningkatkan kesehatan dan kualitas tanah (Widiastuti
dan Panji, 2007).
Tandan kosong memiliki kandungan unsur hara yang baik untuk
tanaman, dilain sisi juga dapat berfungsi sebagai alternatif pupuk organik,
karena sebanyak 23% limbah yang dimanfaatkan menggunakan tandan
kosong, serta dapat menggantikan 50% dari pupuk sintesis (Fauzi et al.,
2002).
II.2 Kandungan Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan kosong mempunyai kandungan kaya unsur hara N, P, Mg, dan
K. Dalam setiap ton Tandan Buah Segar (TBS) terdapat jumlah dari masing-
masing kandungannya, di antaranya N sebanyak 1,5%, P 0,5%, K 7,3% dan

5
6

Mg dengan jumlah 0,9% yang pada umumnya digunakan sebagai tambahan


dan substitusi pupuk tanaman kelapa sawit (Sarwono, 2008). Pabrik kelapa
sawit menghasilkan tandan kosong yang cukup besar karena semakin
berkembangnya peningkatan kapasitas Tandan Buah Segar (TBS) (Winarna
et al., 2007).
Limbah yang dihasilkan dari tandan kosong tidak hanya limbah padat,
namun terdapat juga limbah cair. Kedua jenis limbah tersebut nantinya
dapat diolah menjadi produk yang bernilai ekonomi yang tinggi. (Ditjen
PPHP, 2006). Seperti tandan kosong dapat digunakan menjadi pupuk,
kompos, pulp kertas, dan papan partikel. Sludge dapat digunakan sebagai
pupuk, kompos, dan pakan ternak. Cangkang dapat digunakan sebagai arang
karbon aktif, dan papan partikel. Serabut dapat digunakan sebagai pulp
kertas , dan papan partikel. Limbah cair air kondensat dapat digunakan
kompos, umpan boiler, dan bahan pupuk. (tim PT. SP (2000) cit Ditjen
PPHP (2006)).
Komposisi kimia tandan kosong menurut Darnoko et. Al (1993) cit
Darmosarkoro dan Rahutomo (2007). Selulosa 45,95%, hemiselulosa
22,84%, lignin 16,49%, abu 1,23%, nitrogen 0,53%, dan minyak 21,41%.

II.3 Metode Pembuatan Sodium Lignosulfonat


Sodium Lignosulfonate dibuat dengan cara melakukan persiapan bahan
baku yaitu mengekstraksi kandungan kimia Lignin pada tandan kosong
terlebih dahulu, dengan cara tandan kosong dihaluskan lalu dimasak dengan
bantuan katalis NaOH 25% pada suhu diatas titik didih air yaitu 120 ˚C
dengan waktu kisaran 3 jam. Setelah itu larutan disaring dengan
menggunakan kain steril untuk menghilangkan kontaminan pada larutan.
Kemudian larutan ditambahkan bantuan katalis Asam Sulfat (H2SO4)
dengan konsentrasi 20% lalu ditunggu dan diukur dengan bantuan pH meter
sampai dengan pH 2 , larutan yang masih dalam keadaan cair harus
diendapkan dengan waktu 1 hari 24 jam. Setelah sudah mengendap, larutan
harus dipisah dengan bantuan alat penyaring vacuum filter serta diambil
7

larutan yang sudah benar-benar padat. Selanjutnya padatan tersebut


dipindahkan ke dalam krusibel, dan dikeringkan dengan bantuan oven pada
suhu 60˚C dengan waktu 1 hari 24 jam untuk menghilangkan kadar air yang
masih mengendap. Untuk tahap selanjutnya ialah padatan dilakukan proses
sulfonasi dengan kandungan Na2SO3, dan tambahan air (perbandingan
1:0,5:10). Pada proses ini dilakukan cek pH pada sampel. pH pada padatan
harus dalam kondisi netral, kemudian agar lignin mudah larut padatan
ditambahkan katalis NaOH, dan pH tetap diukur sampai dengan
menunjukan pH 9. Selama berlangsungnya proses, sampel harus tetap
dilakukan pengadukan dan pemanasan, dan suhu harus tetap dijaga dengan
suhu 80˚C dengan kisaran waktu 4 jam, serta pemanasan dengan suhu mulai
dari 100˚C agar kadar kandungan air yang mengendap dapat menyusut.
Kemudian padatan dilakukan pengeringan dengan oven yang terakhir
dengan suhu 60 ˚C selama 1 hari 24 jam, lalu terakhir ditumbuk dengan
bantuan alat mortar sampai padatan menjadi halus, SLS yang dihasilkan
harus dilakukan uji gugus fungsi dengan bantuan alat Fourier Transform
Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk mengetahui struktur SLS yang
dihasilkan. (Gharin 2020)

II.4 Sulfonasi Lignin Tandan Kosong Kelapa Sawit


Sodium lignosulfonat merupakan surfaktan jenis anionik yang
terbentuk dari hasil reaksi lignin dengan natrium sulfit (Na2SO3) atau
natrium bisulfit (NaHSO3) dengan katalis NaOH. SLS mempunyai rantai
hidrokarbon yang berfungsi sebagai gugus hidrofobik dan ion SO3- sebagai
gugus hidrofiliknya. SLS merupakan suatu surfaktan yang dihasilkan dari
lignin.
Tujuan proses sulfonasi pada pembuatan SLS adalah untuk mengubah
sifat hidrofilitas lignon non polar menjadi garam sulfat polar dengan cara
memasukan gugus sulfonat (SO3-) berlebih ke dalam gugus hidroksil (OH-
) pada lignin, sehingga menjadi struktur surfaktan (Fengel dan Wegener,
1995).
8

Na2SO3 + 2H2O SO32- + 2 Na+ + 2 H+ + 2 OH- (Li, 2016)

Gambar proses Sulfonasi lignin menjadi Lignosulfonat (GAO dkk., 2019)


Proses sulfonasi lignin pada pembuatan Sodium lignosulfonat (SLS)
dibantu dengan katalis NaOH dan bahan utama nya merupakan natrium
bisulfit (NaHSO3), keberhasilan proses sulfonasi dapat dipengaruhi oleh
pH , kemurnian sifat lignin, suhu. Fengel dan Wegener (1995)

II.5 Uji Organoleptik Pasta Gigi


Pada dasarnya uji organoleptik merupakan uji secara langsung dengan
penglihatan sensor atau indera manusia yang menjadi tolak ukur dalam
penerimaan suatu sampel produk. Dalam mempelajari mutu, uji
organoleptik sangat penting digunakan sebagai tolak ukur kualitas sebuah
mutu, kemunduran mutu, dan indikasi kebusukan (Shfali Dhingra, Sudesh
Jood. 2007)
Sifat umum yang harus dimiliki sebuah pasta gigi adalah, kemampuan
menggosok, lalu konsistensi, pasta gigi yang baik mempunyai sifat
konsistensi yang tinggi, yang dimana mampu mempertahankan bentuk
aslinya ketika dikeluarkan dari wadah. Kemudian ada pembentuk busa,
suatu pasta gigi harus bisa mengeluarkan busa, agar mudah mensuspensikan
kotoran pada plak gigi, sifat selanjutnya adalah penampilan, pasta gigi harus
mempunyai karakter yang lembut, bebas dari gelembung udara, homogen
yang berfungsi sebagai daya tarik, lalu sifat yang terakhir adalah rasa. Rasa
dan aroma pada pasta gigi merupakan suatu karakter yang harus
diperhatikan oleh konsumen. (Butler, 2000)
9

II.6 Landasan Teori


Pemanfaatan Limbah Padat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
dalam pembuatan surfaktan Sodium Lignosulfat (SLS) merupakan inovasi
yang menarik. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan hasil
pembuangan proses pengolahan buah kelapa sawit yang berupa limbah,
dengan jenis limbah padat.Tandan sawit juga merupakan limbah utama
dalam proses industri minyak sawit. Saat ini Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) kelapa sawit rata-rata hanya dimanfaatkan sebagai pupuk organik,
yang dimana masih banyak kandungan dalam ini Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS) dapat diolah secara lebih khusus seperti pada penelitian ini
yang memanfaatkan kandungan ligninnya.
Kandungan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) didominasi dengan
senyawa selulosa, hemiselulosa, dan senyawa lignin, dan juga terdapat
kandungan komposisi logam seperti Ca, K, Mg, Na, Zn, Cr, dan anion
seperti SO43- , CL- , NO3- , serta PO43-.. Pada penelitian ini lignin menjadi
peran utama dalam proses pembuatan surfaktan Sodium Lignosulfat (SLS),
dikarenakan kandungan lignin yang cukup besar yang mencapai 20-35%,
sehingga efektif dalam pembuatan surfaktan Sodium Lignosulfat
(SLS),semakin banyak kandungan lignin pada Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) maka akan semakin baik dalam proses pembuatannya.
Dalam peenelitian ini lignin dari tandan kosong direaksikan dengan
natrium sulfit (Na2S03) dapat juga digunakan natrium bisulfit (NaHSO3)
dengan menggunakan basa kuat seperti NaOH dan KOH, alasan
digunakannya basa tersebut adalah untuk mempercepat reaksi yang
berlangsung dikarenakan basa tersebut masuk dalam kategori basa yang
reaktif, serta mengandung larutan alkalin, serta mudah larut dalam air, dan
itu merupakan suatu alasan peneliti terdahulu menggunakan katalis NaOH
dan KOH, yang dalam penelitian ini digunakan dalam proses ekstraksi
lignin, dan sulfonasi lignin. Namun untuk pada umum nya katalis yang
dominan digunakan ialah NaOH dengan alasan mudah didapat, serta harga
yang tidak semahal KOH.
10

Lalu kandungan lignin yang sudah didapat, direaksikan dengan bantuan


katalis asam kuat seperti H2S04 untuk mempercepat reaksi dengan tujuan
agar kandungan lignin yang masih dalam keadaan cair, dan basa dapat
berubah menjadi pH asam 2 agar mudah dalam proses pengendapan untuk
diambil padatan lignin tersebut. Penelitian ini menggunakan metode
sulfonasi lignin , dengan alasan untuk mengubah sifat kelarutan lignin yang
polar , menjadi garam non polar, dengan cara sulfonasi gas SO3 berlebihan
kedalam gugus OH- pada senyawa lignin, sehingga garam lignosulfat
bereaksi menjadi surface active agent yang disebut juga dengan surfaktan.
Sebelum di sulfonasi lignin dilakukan dengan cara diekstraksi, alasan
diekstraksi ialah untuk menghilangkan kadar zat ekstraktif pada Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) baik dalam asam karboksilat, amina, amida
,dsb. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di rendam dengan bantuan
larutan NaOH, untuk mempercepat reaksi dari ekstraksi lignin tersebut.
Sesudah lignin diekstraksi dan sulfonasi, dilakukan dikarakterisasi
menggunakan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) untuk
melihat kandungan dari SLS yang dibuat dari TKKS.
Pada penelitian sebelumnya membahas uji pengaruh sensitivitas rasa
penggunaan pasta gigi yang mengandung detergen, maka dari itu pada
penelitian ini peneliti akan melakukan uji organoleptik pada pasta gigi yang
telah ditambah dengan SLS yang berbahan lignin tandan kosong, dengan
alasan untuk mengetahui parameter yang sesuai standar seperti penampakan
fisik, warna, tekstur , aroma , dan rasa , serta dilakukannya uji konsistensi
pada pasta gigi, dengan alasan untuk mengetahui seberapa lama pasta gigi
tersebut dapat mempertahankan bentuk aslinya , biasanya dapat dilakukan
dengan menggunakan mengukur viskositas,densitas,dsb. Lalu parameter
yang selanjut nya harus diperhatikan yaitu penampilan pada pasta gigi
dengan standar yaitu homogen, mengkilat, lembut,serta bebas dari
gelembung udara , dan parameter selanjutnya adalah pada uji daya busa,
karena daya busa yang dihasilkan surfaktan SLS ini harus mampu
membersihkan dan mensuspensikan kotoran yang terdapat pada gigi.
11

II.7 Hipotesis Penelitian


1. Semakin rendah variasi konsentrasi penambahan SLS terhadap pasta gigi,
maka pasta gigi akan mengeluarkan kandungan busa yang sedikit, dan
semakin tinggi variasi konsentrasi penambahan SLS terhadap pasta gigi,
maka pasta gigi akan mengeluarkan kandungan busa yang banyak
sehingga mampu membersihkan dan melonggaran perlekatan plak pada
gigi,serta kotoran pada gigi mudah dibersihkan.
2. Komposisi pasta gigi yang sudah dilakukan uji organoleptik yang sesuai
standar akan menghasilkan pasta gigi dengan karakter yang baik,sehingga
dapat membuat daya tarik dan mudah diterima oleh konsumen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian in direncanakan berlangsung selama 6 bulan dengan estimasi
waktu bulan agustus sampai dengan bulan januari 2021 di Laboratorium
Teknologi pengolahan,Program Studi Teknik Kimia, Politeknik LPP
Yogyakarta, dengan Uji FTIR yang akan dilakukan Laboratorium FMIPA,
UGM.

III.2 Alat dan Bahan


A. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan meliputi: labu leher tiga, kondensor, statif,


magnetik stirer, pH meter, pemanas, gelas kimia 500 ml, erlenmeyer
250 ml, gelas ukur 250 ml, labu ukur 100 ml, labu ukur 250 ml, labu
ukur 1000 ml, spatula dan pengaduk, neraca analitik, pipet tetes,
piknometer, corong pemisah, Ph meter, vacuum filter, oven
B. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan meliputi: tandan kosong kelapa sawit;


sodium bisulfit (NaHSO3), asam sulfat (H2SO4), sodium hidroksida
(NaOH), aquades, pasta gigi non deterjen/herbal

III.3 Persiapan Bahan baku


Limbah padat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) disiapkan,
Pembuatan Sodium Lignosulfonate (SLS) dilakukan dengan cara
mengekstraksi kandungan lignin yang terdapat pada TKKS, dengan
memasaknya dengan larutan NaOH selama kurang lebih 3 jam pada suhu
120˚C (Ibrahim & Azian, 2005). Lignin yang didapat kemudian
dikarakterisasi menggunakan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy
(FT-IR) untuk melihat kandungan dari Lignin tersebut.

12
13

III.4 Metode Penelitian


1. Pembuatan Sodium Lingnosulfonat dan Sulfonasinya
Pada penelitian ini, SLS yang dibuat berasal dari Tandan kosong
kelapa sawit (TKKS). Kelapa sawit yang telah dihaluskan dimasak
bersama dengan NaOH 25% (w/v) dengan perbandingan 1:10 pada
suhu dan waktu berdasarkan variasi yang telah ditetapkan. Larutan
masak kemudian disaring menggunakan cloth untuk menghilangkan
kontaminan. Larutan yang telah disaring kemudian ditambahkan asam
sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 20% (v/v) sampai mencapai kurang
lebih pH 2, kemudian diendapkan selama kurang lebih 1 hari. Larutan
kemudian dipisahkan menggunakan vacuum filter dan diambil
padatannya. Padatan yang didapat kemudian dipindahkan ke krusibel,
dan kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60˚ C
selama kurang lebih 24 jam.

Lignin yang telah dikeringkan kemudian disulfonasi dengan


Na2SO3, dan air dengan perbandingan berturut-turut 1:0,5:10. pH
larutan pada saat ini adalah netral, untuk melarutkan lignin, larutan
ditambahkan NaOH sampai mencapai pH 9 atau lebih. Kemudian reaksi
dilakukan dengan pengadukan dan pemanasan dengan suhu 80˚ C
selama kurang lebih 4 jam. Setelah reaksi selesai pemanasan dilakukan
dengan suhu lebih dari 100˚ C untuk menguapkan cairan dan
menyisakan hanya padatan (masih dalam bentuk paste). Padatan
kemudian dikeringkan di oven dengan suhu 60˚C selama kurang lebih
24 jam. Setelah SLS dikeringkan, padatannya kemudian ditumbuk
menggunakan mortar sampai menjadi butiran-butiran kecil. SLS yang
sudah berbentuk butiran/powder kemudian dikarakterisasi
menggunakan FT-IR untuk dianalisis strukturnya.
14

2. Analisa Penentuan Nilai pH


Menurut Suwetja, (2007) penentuan pH dapat dilakukan dengan
menggunakan pH meter, dengan urutan kerja sebagai berikut: - sampel
pasta gigi ditimbang sebanyak 10 g dihomogenkan menggunakan
mortar dengan 20 ml aquades selama 1 menit. , sample pasta gigi
dituang kedalam beaker glass 10 ml, kemudian diukur pH-nya dengan
menggunakan pH meter. Sebelum pH meter digunakan, harus ditera
kepekaan jarum penunjuk dengan larutan buffer pH 7. Besarnya pH
adalah pembacaan jarum penunjuk pH setelah jarum skala konstan
kedudukannya.

3. Uji Densitas
Uji densitas menggunakan neraca digital merk sarforious. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam pengujian densitas adalah sebagai
berikut: sample pasta gigi disiapkan. Kemudian neraca digital diatur
supaya tepat di titik nol. Lalu sampel kering dimasukkan ke dalam
piknometer. Setelah itu sampel ditimban , lakukan penimbangan sampai
tiga untuk diambil massa rata-rata. Dan lakukan pencatatan angka yang
ditunjukkan neraca digital. Pengukuran densitas yang materialnya
berbentuk padatan atau bulk digunakan metode Archimedes. Untuk
menghitung nilai densitas aktual dan teoritis digunakan persamaan :

D=

Keterangan:

D adalah densitas sampel (kg/m3)

Mc adalah massa wadah ukur yang diisi sampel (kg)

Mm adalah massa wadah ukur (kg)

Vm adalah volume wadah ukur (m3)


15

4. Uji Organoleptik
Uji Organoleptik pada pasta gigi dilakukan dengan memperhatikan
parameter warna, aroma, rasa, bentuk, dengan waktu yang divariasikan
dengan interval 3-5 hari dari waktu awal pengujian.

5. Uji Pembentuk Daya Busa


Uji pembentukan busa pasta gigi dilakukan dengan mengambil 1 gr
pasta gigi dan dimasukkan dalam gelas ukur 50 mL, kemudian
dilarutkan dengan aquades sebanyak 10 mL. Gelas ukur ditutup
kemudian dikocok sebanyak 5 kali dan diamati tinggi busa yang
terbentuk. Pengujian tinggi busa pasta gigi dilakukan 3 kali selama 14
hari

6. Analisa Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)


Metode analisa Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)
bertujuan untuk mencirikan gugus fungsi lignin dan SLS. Sampel SLS
yang sudah disiapkan ditimbang bersamaan dengan KBr dengan
perbandingan SLS: KBr sebanyak 1:10. Sampel yang sudah ditimbang
kemudian digiling menggunakan mortar, setelah itu sampel dimasukkan
ke dalam pellet die untuk membentuk pellet. Kemudian pellet die
dimasukkan ke dalam instrumen FTIR untuk dianalisa absorbansi dan
spektrumnya. Data spektrum dan absorbansi yang dihasilkan kemudian
dianalisis menggunakan spectrum table dan dicocokkan gugus-gugus
fungsinya.
16

III.5 Alur Penelitian

MULAI

Persiapan Bahan
Baku Lignin TKKS

Ekstraksi Lignin NaOH 1:10 25%


(waktu , suhu sesuai variasi)

Pengendapan (H2SO4 pH 2) dan


pengeringan (Oven T:60˚C

Proses Sulfonasi (NA2SO3+NaOH) t: 4jam T: 80˚C

Penguapan (T: 100˚C) , Pengeringan (Oven 60˚C),


Pencampuran pada pasta gigi non
detergen/herbal

Analisis & Uji

Gugus Fungsi FTIR (Lignin & Uji Organoleptik, nilai pH, Densitas,
SLS) Pembentuk Daya Busa Pada Pasta
Gigi.

Analisis Data

Kesimpulan

SELESAI
BAB IV
JADWAL PENELITIAN
Adapun rencana pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel :

Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan Proposal
Persiapan Alat dan
Bahan
Uji Pendahuluan
Proses Ekstraksi Lignin,
sulfonasi,Analisa FTIR,
Uji Organoleptik, Daya
busa, densitas, Uji pH
Pengolahan data dan
pembuatan laporan

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K. 2008. Optimasi Suhu dan Konsentrasi Sodium Bisulfit (NaHSO3) Pada
Proses Pembuatan Sodium Lignosulfonat Berbasis Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor, Bogor. 87 hal

Butler, H. 2000. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps Tenth Edition.


Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Hal. 210.

Cahyaningsih, D., Ariesta, N., & Amelia, R. (2019). Pengujian Parameter Fisik
Sabun Mandi Cair Dari Surfaktan Sodium Laureth Sulfate (Sles). Jurnal
Sains Natural, 6(1), 10-15.

Darmosarkoro, W. dan S. Rahutomo.2007. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai


Bahan Pembenah Tanah.Jurnal Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit
Edisi1.Pusat Penelitian Kelapa Sawit,C3: 167-180.

Darmosarkoro, W. dan Winarna.2007. Penggunaan TKS dan Kompos TKS untuk


Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman.Jurnal Lahan dan
Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1.Pusat Penelitian Kelapa Sawit, C4: 181-
194.

Darnoko, Z. Poeloengan dan I. Anas. 1993. Pembuatan Kompos Organik Dan


Tandan Kosong Kelapa Sawit. Buletin Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Vol.1. No.1 Juli 1993.

Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa


Sawit. Subdit Pengelolaan Lingkungan Ditjen PPHP. Jakarta.

Farad S.,dkk. (2016). Meningkatkan Pemulihan Minyak Menggunakan Formulasi


Surfaktan yang Diekstrak dari Kelapa Sawit dan Sabut Kelapa Lokal
Mengandung Kutipan Lignosulfonat.Jurnal Internasional Teknik dan
Teknologi .3 (32): 53-60

Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I.Satyawibawa dan R. Hartono. 2002.Budidaya


Pemanfaatan dan Analisa Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit.
Jakarta:Penebar Swadaya.

Fengel, D., & Wegener, G. (1995). Kayu: Kimia, Ultrastruktur, reaksi-reaksi. In


S. Prawirohatmojo (Ed.), Wood Chemistry, Ultrastructure, Reactions (H.
Sastroamijoyo, Trans.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
(Original work published 1984).

18
Gang, C., Gao, L., Sun, Y., Gu, X., Hu, W., Du, W., ... & Qu, C. (2019). A Green
Shale Inhibitor Developed from Lignin Sulfonate and the Mechanism
Study. Journal of Biobased Materials and Bioenergy, 13(6), 778-783.

Ibrahim, M., dan Azian, H.( 2005). Ekstrak soda lignin dari cairan hitam tandan
kosong kelapa sawit. Jurnal Teknologi. vol.42, hlm. 11-20,

Rachim, P. F., Mirta, E. L., & Thoha, M. Y. (2012). Pembuatan surfaktan natrium
lignosulfonat dari tandan kosong kelapa sawit dengan sulfonasi
langsung. Jurnal Teknik Kimia, 18(1).

Sarwono, E. 2008. Pemanfaatan Janjang Kosong Sebagai Substitusi Pupuk


Tanaman Kelapa Sawit. Jurnal APLIKA, 8 (1): 19-23

Savero, G. N. F. (2020). Pembuatan Sodium Lignosulfonat (SLS) dari Tandan


Kosong Kelapa Sawit Serta Pengaruh Komposisi Formulasi Surfaktan
untuk Aplikasi Enhanced Oil Recovery (EOR) (Doctoral dissertation).

Shfali Dhingra, Sudesh Jood. 2007. Organoleptic and nutritional evaluation of


wheat breads supplemented with soybean and barley flour. Food
Chemistry 77 (2001) 479–488.

Suwetja, I. K. 2007. Biokimia Hasil Perikanan. Jilid III. Rigormortis, TMAO, dan
ATP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi
Manado.

Tim PT. SP. 2000. Produksi bersih pengolahan tandan buah segar di pabrik
kelapa sawit (pengalaman PT. Salim Indoplantation di Riau). Makalah
Lokakarya Pelaksanaan Produksi Bersih pada Industri Minyak Sawit.
Pekanbaru.

Wawo, E. B. (2016). Uji Pengaruh Penggunaan Pasta Gigi Dengan Kandungan


Detergen Sodium Lauryl Sulfate Terhadap Kecepatan Alir Saliva Pada
Masyarakat Di Desa Walantakan. PHARMACON, 5(4).

Widiastuti dan Panji, T. 2007. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sisa
Jamur Merang (Volvaria volvacea) (TKSJ) sebagai Pupuk Organik pada
Pembibitan Kelapa Sawit. Menara Perkebunan, 75 (2) 70-79. Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.

Yunindanova, M. B., Agusta, H., & Asmono, D. (2013). Pengaruh tingkat


kematangan kompos tandan kosong sawit dan mulsa limbah padat kelapa
sawit terhadap produksi tanaman tomat (lycopersicon esculentum mill.)
Pada tanah ultisol. Jurnal Ilmu Tanah Dan Agroklimatologi, 10(2), 91-
100.

19

Anda mungkin juga menyukai