BAB I
PENDAHULUAN
ditentukan. Catatlah suhu uap masuk dan keluar. Suhu air pendingin masuk dan
keluar, catat juga laju alir pendingin dan kondensat yang terbentuk tiap selang
waktu yang ditentukan dengan mengamati jenis embun yang terbentuk. Ulangi
percobaan dengan varian diameter pipa, letak pipa, dan laju alir yang berbeda.
Tujuan dari percobaan condensing vapor yaitu antara lain, untuk
menentukan koefisien perpindahan panas (koefisien pengembunan) dari uap pada
pipa pengembunan vertikal dan horizontal dengan menggunakan persamaan
Nusselt. Selain itu, Untuk mengamati jenis embun yang terbentuk dengan
berbagai variasi seperti diameter pipa, letak pipa dan laju alir fluida. Serta untuk
mengetahui perbedaan drop wise condensation dan film wise condensastion.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
……………………………………………(4)
(Tim Dosen, 2018)
Neraca panasnya :
Hx(dx-1)(Tsat-Tw)=k1(dx.1)((Tsat-Tw)/ ……….............………………………..(5)
Rata – rata koefisien pada persamaan diatas adalah :
hx = kl/………..….....................…………………...……..(6)
Dimana :
μ = Viskositas liquid kg/m.s)
μv = Viskositas uap (kg/m.s)
g = Percepatan gravitasi ( m/s2)
ρ = Densitas liquid (kg/m3)
ρv = Densitas uap (kg/m3)
2
2
hα =k/m1/4(α1 - α2) dα/……………………………….(8)
Sehingga akan diperoleh persamaan akhir koefisien perpindahan panas pada pipa
kondensat horizontal :
ħ = 0,725 (k3ƿ2 g / DT)1/4…………………………………(9)
Dimana :
h = Koefisien perpindahan panas (W/m2K)
kg = Panas laten dari penguapan (Joule/kg)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Do = Diameter luartube (m)
Δtf = Penurunan titik beku (°C)
Kf = Panas laten dari kondensasi
(Tim Dosen, 2018)
Pengembunan campuran uap yang mengandung gas sering dijumpai di
industri. Penelitian mengenai pengaruh gas pada proses pengembunan telah
banyak dilakukan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah penurunan koefsien
perpindahan panas rerata pada pengembunan campuran uap air dan udara dan
meningkatkan hambatan permukaan dan menurunkan estimasi nilai koefisien
pengembunan, mempengaruhi kurva karakteristik perpindahan kalor kondensasi
terutama pada daerah hambatan difusi pada pengembunan campuran uap-air,
etanol dan udara. Pada pembangkit listrik tenaga panas bumi, keberadaan gas
mempengaruhi kinerja termodinamiknya.
(Soehendro, 2010)
Proses pengembunan adalah proses perubahan wujud gas menjadi wujud
cair karena adanya perbedaan temperature. Temperatur pengembunan berubah
sejalan dengan tekanan uap. Oleh karena itu temperatur pengembunan
didefinisikan sebagai temperatur pada kondisi jenuh akan dicapai bila udara
didinginkan pada tekanan tetap tanpa penambahan kelembaban. Untuk
menghasilkan pengembunan dilakukan dua cara, yaitu :
1. Menurunkan temperatur sehingga mereduksi kapasitas dari uap air.
2. Menambah jumlah uap air
Kondensasi diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhinya :
1. Jenis kondensasi: homogenous, heterogenous, dropwise, film, atau direct
contact.
2. Kondisi uap: satu komponen; banyak komponen dengan semua komponen
mampu terkondensasi; banyak komponen beserta komponennya yang tidak
mampu terkondensasi.
3. Geometri sistem: plane surface, external, internal, dan lain-lain.
(Affandi, 2009)
kondensor, sedangkan steam akan masuk pada bagian atas dan air kondesat akan
keluar pada bagian bawah.
(Mafandi,2015)
II.1.5 Asas Black
“ Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepaskan zat yang suhunya
lebih tinggi itu sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang memiliki
suhu yang lebih rendah”.
Dan secara umum rumus asas black ini adalah :
Q lepas = Q terima.....................................................................(10)
(M1 X C1) (T1-Ta) = (M2 X C2) (Ta-T2)..................................................(11)
Atau
(M1 X T1 + M2 X T2) / (M1 + M2)................................................................(12)
Keterangan :
M1 = Masa dari benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih tinggi
C1 = Kalor jenis benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih tinggi
T1 = Temperatur benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih tinggi
Ta = Temperatur akhir dari pencampuran kedua buah benda
M2 = Massa dari benda yang memiliki tinggkat temperatur yang lebih rendah
C2 = Kalor jenis benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih rendah
T2 = Temperatur dari benda yang memiliki temperatur yang lebih rendah
(Nami, 2017)
II.1.6 Panas Laten
Panas laten adalah panas yang diberikan atau diambil dari suatu zat untuk
merubah wujud zat tersebut. Sesuai dengan perubahan wujud zat, panas laten
dibedakan antara lain:
1. Panas laten pencairan, yakni panas yang diberikan kepada zat padat (es)
menjadi zat cair (air) pada suhu tetap.
2. Panas laten penguapan (evaporasi), yakni panas yang diberikan kepada zat
cair (air) menjadi zat gas (uap) pada suhu tetap.
3. Panas laten pengembunan (kondensasi), yakni panas yang diambil dari zat
gas (uap) menjadi zat cair (air) pada suhu tetap.
4. Panas laten pembekuan, yakni panas yang diambil dari zat cair (air) menjadi
zat padat (es) pada suhu tetap.
(Fitri, 2011)
II.1.7 Aplikasi di Industri
Proses kondensasi juga penting dalam industri yang menggunakan bahan
kimia destilasi atau zat. Komponen kimia misalnya dapat dipisahkan atau diisolasi
melalui proses distilasi yang menggunakan kondensasi sebagai salah satu cara
utamanya. Percobaan kimia juga menggunakan kondensasi dalam memeriksa
dan/atau mengisolasi komponen yang berbeda dari zat. Kondensasi kadang-
kadang dianggap sebagai proses yang tidak diinginkan karena efeknya pada
properti. Dalam kasus bangunan dan lukisan misalnya, konversi udara lembab ke
dalam cairan akan berarti kemungkinan kelembaban ekstra yang tidak diinginkan
dan pembentukan noda.
(Mulyadi, 2015)
II.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondensasi
1. Suhu
Tingkat kondensasi meningkat jika suhu gas berkurang
2. Kelembaban
Tingkat kondensasi meningkat jika kelembaban berkurang
3. Luas permukaan
Tingkat kondensasi meningkat jika luas permukaan cairan menurun
4. Laju alir
Semakin besar laju alir, udara menjadi lebih cepat dingin
(Mayalibit, 2012)
II.3 Hipotesa
Semakin besar laju air pendingin yang masuk maka semakin besar nilai
koefisian perpindahan panas. Jika semakin besar tekanan uap yang diberikan
maka koefisien perpindahan panas pengembunan akan semakin kecil.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Air
III.2 Alat
1. Satu set alat kondensing vapor
2. Gelas ukur
3. Stopwatch
4. Termometer
5. Ember
Keterangan :
1 Penampung Air 7a Suhu Uap masuk (T1) dan 7b Suhu Air
2 Penampung Uap Pendingin (T1)
3 Bejana Penguap 8 Elemen Pemanas
4a dan 4b (Kondensor Vertical)
5a dan 5b (Kondensor Horizontal)
6 Barometer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teka- Suhu Air (oC) Suhu Uap (oC) Volume (ml) Debit (ml/s)
nan t1 t2 T1 T2 Kon- t Kon-
Bukaan (psi) (Masuk) (Keluar) (Masuk) (Keluar) Air densat (s) Air densat
11 30 37 91 86,1 1670 42 5 334 8,4
13 30 37,5 91,4 86,5 1645 39 5 329 7,8
1 15 30 38,2 92,2 87,4 1610 38 5 322 7,6
11 30 38,1 91 86 1715 43 5 343 8,6
13 30 38,6 91,3 86,7 1680 41 5 336 8,2
1 1/2 15 30 39,2 91,7 87,8 1648 39 5 329,6 7,8
11 30 38,9 92 87,2 1800 49 5 360 9,8
13 30 39,4 92,2 87,2 1772 48 5 354,4 9,6
2 15 30 40,0 92,7 86,2 1745 47 5 349 9,4
IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Kondensor Horizontal
k Viscosity h
Density Lamda Gravity L Tf
(Btu/ft- (lbm/ft Delta Tf (Btu/ft2hr°
(lb/ft3) (Btu/lb) (ft/hr2) (ft) (Celcius)
hr0F) hr ) (Farenheit) F)
0,3802 61,2432 617 416962080 0,4452 1,4435 64,0 147,2 729,2395
0,3804 61,2278 618 416962080 0,4424 1,4435 64,5 148,0 731,1468
0,3808 61,2022 619 416962080 0,4377 1,4435 65,2 149,4 733,6073
0,3805 61,2244 618 416962080 0,4417 1,4435 64,6 148,2 733,5197
0,3807 61,2107 618 416962080 0,4393 1,4435 65,0 148,9 735,2011
0,3809 61,1936 619 416962080 0,4362 1,4435 65,5 149,8 737,5110
0,3809 61,1936 620 416962080 0,4362 1,4435 65,5 149,8 736,5572
0,3811 61,1816 623 416962080 0,4340 1,4435 65,8 150,4 739,1968
0,3814 61,1628 625 416962080 0,4306 1,4435 66,4 151,4 741,7812
IV.3 Grafik
744.0000
742.0000
740.0000
h (Btu/ft2hoF)
738.0000
736.0000 Bukaan 1
732.0000 Bukaan 2
730.0000
728.0000
0 5 10 15 20
p (psi)
1140.0000
1120.0000
1100.0000
1080.0000
h (Btu/ft2hoF)
1060.0000
1040.0000 Bukaan 1 1/2
1020.0000 Bukaan 2 1/2
1000.0000
Bukaan 3 1/2
980.0000
960.0000
940.0000
0 5 10 15 20
p (psi)
IV.5 Pembahasan
Dari hasil yang didapatkan baik pada kondensor horizontal maupun
kondensor vertikal dimana semakin besar bukaan kran dan semakin besar
tekanannya maka koefisien perpindahan panas akan semakin besar pula, hal ini
dapat dilihat naik pada grafik 1 maupun grafik 2. Koefisien perpindahan panas
paling besar pada kondensor horizontal terletak pada bukaan kran 2 pada tekanan
15 psi yaitu 741,7812 Btu/ft2hof, sedangkan pada kondensor vertikal pada bukaan
kran 3 ½ pada tekanan 15 psi yaitu sebesar 1113,8515 Btu/ft2hof.
Hasil yang didapatkan dapat dinyatakan sesuai dengan teori pada literatur
dari Mc. Cabe dimana semakin tinggi tekanan maka semakin besar temperature
kondensasi. Temperatur berpengaruh pada nilai koefisien perpindahan panas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Dari pengamatan pada kondensor vertikal diketahui bahwa jenis embun yang
terbentuk berupa Film Wise.
2. Semakin tinggi tekanan, maka semakin besar temperatur kondensat.
3. Semakin besar bukaan kran dan tekanan, maka harga koefisien perpindahan
panas semakin besar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien perpindahan panas yaitu tekanan
dan bukaan kran.
V.2 Saran
1. Praktikan diharapkan lebih teliti pada saat mengamati suhu pada termometer
dan mengukur debit aliran air, sehingga tidak berpengaruh terhadap
perhitungan koefisien perpindahan panas.
2. Praktikan diharapkan lebih berhati-hati dalam melakukan praktikum
Condensing Vapor karena bermain pada tekanan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
ħ = 962,5421 Btu/ft2hr°f