Anda di halaman 1dari 22

“CONDENSING VAPOR”

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kondensasi adalah proses melepaskan kalor dari suatu sistem yang
menyebabkan uap (vapour) berubah menjadi cair (liquid). Kondensasi memainkan
peranan yang penting di alam semesta, dimana kondensasi menjadi bagian penting
dari siklus air, begitu pula perannya penting dalam industri. Proses kondensasi
merupakan proses yang cukup komplek, yang terjadi dalam banyak contoh kasus.
Kondensasi homogen (homogenous) terjadi ketika uap didinginkan di bawah
temperatur jenuhnya untuk menghasilkan droplet nucleation. Hal ini disebabkan
oleh campuran dua aliran uap pada temperatur yang berbeda, pendinginan radiatif
(memancar) pada campuran uap dan komponen uap yang tak terkondensasikan
seperti pada pembentukan kabut (fog) di atmosfer, atau penurunan tekanan uap
yang tiba-tiba. Pada kenyataannya, sebagian besar proses kondensasi
adalah heterogenous, dimana droplet terbentuk dan muncul pada permukaan
benda padat. Pendinginan uap yang cukup sangat dibutuhkan untuk memulai
kondensasi ketika permukaannya halus dan kering. Kondensasi heterogen dapat
memicu terjadinya jenis kondensasi film atau dropwise Kondensasi butiran
(dropwise condensation) terjadi ketika cairan kondensat jatuh membasahi
permukaan dan membentuk lapisan (film). Kondensat membentuk butiran di
sepanjang permukaan. Kondensasi butiran merupakan jenis perpindahan kalor
yang paling efisien karena laju perpindahan kalor kondensasinya jauh lebih besar
dibandingkan kondensasi film. Akumulasi dari butiran pada permukaan dapat
memicu terbentuknya lapisan cairan (liquid film).
Percobaan condensing vapor dilakukan dengan mengisi tangka penampung
air pendingin sampai overflow. Kemudian memanaskan tangka pembangkit uap
yang berisi air kurang lebih ¾ bagian, ditunggu hingga terbentuk uap yang
ditutup. Selanjutnya mengalirkan uap dengan cara membuka kran aliran uap
bersamaan dengan mengalirkan uap, alirkan juga air pendingin dengan cara
membbuka pula kran aliran air pendingin pipa pengembun, dengan laju alir yang

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 4


“CONDENSING VAPOR”

ditentukan. Catatlah suhu uap masuk dan keluar. Suhu air pendingin masuk dan
keluar, catat juga laju alir pendingin dan kondensat yang terbentuk tiap selang
waktu yang ditentukan dengan mengamati jenis embun yang terbentuk. Ulangi
percobaan dengan varian diameter pipa, letak pipa, dan laju alir yang berbeda.
Tujuan dari percobaan condensing vapor yaitu antara lain, untuk
menentukan koefisien perpindahan panas (koefisien pengembunan) dari uap pada
pipa pengembunan vertikal dan horizontal dengan menggunakan persamaan
Nusselt. Selain itu, Untuk mengamati jenis embun yang terbentuk dengan
berbagai variasi seperti diameter pipa, letak pipa dan laju alir fluida. Serta untuk
mengetahui perbedaan drop wise condensation dan film wise condensastion.

I.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk menentukan koefisien perpindahan panas (koefisien pengembunan)
dari uap pada pipa pengembunan vertical dan horizontal dengan
menggunakan persamaan Nusselt
2. Untuk mengamati jenis embun yang terbentuk dengan berbagai variasi seperti
diameter pipa, letak pipa dan laju alir fluida.
3. Untuk mengetahui perbedaan drop wise condensation dan film wise
condensation.

I.3 Manfaat Praktikum


1. Agar praktikan dapat mengaplikasikan proses dari condensing vapour dalam
bidang industri.
2. Agar praktikan dapat mengetahu prinsip dan cara kerja condensing vapor
3. Agar praktikan dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
condensing vapor.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 5


“CONDENSING VAPOR”

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


Kondensasi atau nama lainnya yang kita kenal dengan pengembunan
adalah proses perubahan wujud zat dari zat gas menajdi zat cair. Pengembunan
atau kondensasi merupakan proses perubahan zat yang melepaskan kalor/ panas.
Proses terjadinya pengembunan atau kondensasi ini adalah saat uap air di udara
melalui permukaan yang lebih dingin dari titik embun uap air, maka uap air ini
akan terkondensasi menjadi titik – titik air atau embun. Embun terbentuk ketika
udara yang berada di dekat permukaan tanah menjadi dingin mendekati titik
dimana udara tidak dapat lagi menahan semua uap air. Kelebihan uap air itu
kemudian berubah menjadi embun di atas benda-benda di dekat tanah. Sepanjang
hari benda-benda menyerap panas dari matahari. Sedangkan di malam hari benda-
benda kehilangan panas tersebut melalui suatu proses yang disebut radiasi termal.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat fenomena kondensasi.
Banyak konsep yang diartikan oleh setiap orang, salah satunya anggapan bahwa
titik-titik air tersebut keluar melalui pori-pori gelas dan juga yang mengatakan es
menguap dan membasahi dinding gelas. Bintik-bintik air tersebut berasal dari
peristiwa pengembunan udara yang berada di sekitar dinding gelas. Embun
terbentuk ketika udara yang berada di dekat permukaan tanah menjadi dingin
mendekati titik dimana udara tidak dapat lagi menahan semua uap air. Kelebihan
uap air itu kemudian berubah menjadi embun di atas benda-benda di dekat tanah.
Sepanjang hari benda-benda menyerap panas dari matahari. Sedangkan di malam
hari benda-benda kehilangan panas tersebut melalui suatu proses yang disebut
radiasi termal.
(Sugesti, 2013)
Kondensasi (pengembunan) uap diatas permukaan tabung yang lebih
dingin dari suhu kondensat uap sangat penting dalam pengolahan uap seperti air,
hidrokarbon, atau zat atsiri (mudah menguap) lainnya. Uap kondensat mungkin
terdiri dari satu zat saja, mungkin berupa campuran zat mampu-kondensasi

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 6


“CONDENSING VAPOR”

(condensable) dan zat tak mampu-kondensasi (noncondensable), atau mungkin


pula campuran dua zat mampu-kondensasi atau lebih. Gesekan di dalam
kondensor biasanya cukup kecil, sehingga kondensasi ini dapat dikatakan
merupakan proses tekanan-tetap. Suhu kondensasi satu zat murni bergantung
semata-mata pada tekanan, dank arena itu proses kondensasi zat murni merupakan
proses isothermal. Demikian pula, kondensatnya merupakan zat cair murni. Uap
cairan yang megkondensasi pada tekanan tetap, kondensasinya berlangsung dalam
suatu jangkau kisaran suhu, dan menghasilkan kondensat yang komponennya
variabel (berubah-ubah), hingga seluruh uap itu mengembun. Barulah komposisi
kondensat sama dengan komposisi awal uap sebelum kondensasi. Contoh umum
mengenai kondensasi satu konstituen (zat pembentuk campuran) dari zat kedua
yang tak mampu-kondensasi ialah kondensasi air dari campuran uap dan udara.
(McCabe,1999)

II.1.1 Mekanisme kondensasi


Pada proses kondensasi uap menjadi suatu liquid cair dan proses
perubahan fase cair menjadi fase uap melibatkan suatu proses perpindahan panas
dan proses perpindahan massa yang besar. Proses kondensasi terjadi ketika
terjadinya kontak antara uap jenuh dengan suhu solid yang suhu permukaannya
berada dibawah saturasi untuk membentuk suhu liquida cair yang bersifat seperti
air hal ini disebut sebagai proses kondensasi.
Biasanya ketika suatu uap mengembun pada suhu permukaan yang
terbentuk seperti tabung yang memilik posisi vertical maupun horixontal atau
bahkan pada suatu permukaan lapisan fil air kondensat akan terbentuk pada
permukaan dan akan mengalir diatas suhu permukaan tabung oleh gaya gravitasi.
Jenis film kondensasi pada dinding tabung baik pada tabung vertical
maupun pada tabung horizontal. Secara analitik atau melalui suatu perhitungan
dengan anggapan aliran pada fluida merupakan aliran laminar dari film kondensat
kedinding tabung. Ketebalan film adalah 0 dibagian atas dinding tabung dan akan
mengalami penebalan pada bagian bawah dinding tabung dan hanya hal ini terjadi

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 7


“CONDENSING VAPOR”

karena adanya proses kondensasi. Nuselt menganggap bahwa proses ternyadinya


perpindahan panas dari uap pada keadaan Tsat film cairan ini.
(Geankoplis, 1978)
II.1.2 Kondensasi pada Kondensat Vertikal
Laju dari perpindahan panas air pendingin yang melewati fase uap yang
kemudian pada kondensat akan terbentuk lapisan film, untuk laju dari air
pendingin diberikan persamaan, yaitu :
Q / A = k (t’ – t) / y’ =  W’ = h (t’ – t)……………………………....(1)
Dimana:  = panas latent dari penguapan
W’ = berat kondensat (lbm / hr ft)
y’ = tebal dari kondensat film
Sedangkan untuk kondensating vapour diberikan persamaan :
W’ = k (t’ – t) /  y’…………………………......……………(2)
Koefisien perpindahan panas yang melewati lapisan kondensat pada arah x dari
luas permuakaan setiap unit pers. 1
𝑄𝑋
⁄𝐴 𝑘
ℎ𝑥 = 𝑋
= 𝑦′………………………………..............……..(3)
𝑡 ′ −𝑡

Substitusi y’ dari persamaan 3 :

……………………………………………(4)
(Tim Dosen, 2018)
Neraca panasnya :
Hx(dx-1)(Tsat-Tw)=k1(dx.1)((Tsat-Tw)/ ……….............………………………..(5)
Rata – rata koefisien pada persamaan diatas adalah :
hx = kl/………..….....................…………………...……..(6)
Dimana :
μ = Viskositas liquid kg/m.s)
μv = Viskositas uap (kg/m.s)
g = Percepatan gravitasi ( m/s2)
ρ = Densitas liquid (kg/m3)
ρv = Densitas uap (kg/m3)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 8


“CONDENSING VAPOR”

L = Tinggi dari surface vertical (m)


k𝓁 = Konduktivitas thermal
hfg = Panas laten dari kondensasi
(Geankoplis, 1983)
II.1.3 Kondensasi pada Kondensat Horizontal
Aliran massa dari uap menuju lapisan kondensator pada area r dx dan
dengan tebal lapisan y’ dihubungkan dengan persamaan konduktivitas.
…………………………………………………………(7)

Rata-rata koefisien perpindahan panas hα dari segment antara α1 dan α2 adalah :


1 1


2

2
hα =k/m1/4(α1 - α2) dα/……………………………….(8)
Sehingga akan diperoleh persamaan akhir koefisien perpindahan panas pada pipa
kondensat horizontal :
ħ = 0,725 (k3ƿ2  g / DT)1/4…………………………………(9)
Dimana :
h = Koefisien perpindahan panas (W/m2K)
kg = Panas laten dari penguapan (Joule/kg)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Do = Diameter luartube (m)
Δtf = Penurunan titik beku (°C)
Kf = Panas laten dari kondensasi
(Tim Dosen, 2018)
Pengembunan campuran uap yang mengandung gas sering dijumpai di
industri. Penelitian mengenai pengaruh gas pada proses pengembunan telah
banyak dilakukan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah penurunan koefsien
perpindahan panas rerata pada pengembunan campuran uap air dan udara dan
meningkatkan hambatan permukaan dan menurunkan estimasi nilai koefisien
pengembunan, mempengaruhi kurva karakteristik perpindahan kalor kondensasi
terutama pada daerah hambatan difusi pada pengembunan campuran uap-air,

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 9


“CONDENSING VAPOR”

etanol dan udara. Pada pembangkit listrik tenaga panas bumi, keberadaan gas
mempengaruhi kinerja termodinamiknya.
(Soehendro, 2010)
Proses pengembunan adalah proses perubahan wujud gas menjadi wujud
cair karena adanya perbedaan temperature. Temperatur pengembunan berubah
sejalan dengan tekanan uap. Oleh karena itu temperatur pengembunan
didefinisikan sebagai temperatur pada kondisi jenuh akan dicapai bila udara
didinginkan pada tekanan tetap tanpa penambahan kelembaban. Untuk
menghasilkan pengembunan dilakukan dua cara, yaitu :
1. Menurunkan temperatur sehingga mereduksi kapasitas dari uap air.
2. Menambah jumlah uap air
Kondensasi diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhinya :
1. Jenis kondensasi: homogenous, heterogenous, dropwise, film, atau direct
contact.
2. Kondisi uap: satu komponen; banyak komponen dengan semua komponen
mampu terkondensasi; banyak komponen beserta komponennya yang tidak
mampu terkondensasi.
3. Geometri sistem: plane surface, external, internal, dan lain-lain.
(Affandi, 2009)

II.1.4 Prinsip Kerja Kondensor


1. Type Horizontal Condenser
Pada type kondesor ini, air pendingin masuk melalui bagian bawah, kemudian
masuk kedalam pipa (tube) dan akan keluar pada bagian atas, sedangkap uap akan
masuk pada bagian tengah kondensor dan akan keluar sebgai kondensat pada
bagian bawah.

2. Type Vertical condenser


Pada jenis kondensor ini, tempat masuknya air pendingin melalui bagian
bawah dan akan mengalir di dalam pipa selanjutnya akan keluar pada bagian atas

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 10


“CONDENSING VAPOR”

kondensor, sedangkan steam akan masuk pada bagian atas dan air kondesat akan
keluar pada bagian bawah.
(Mafandi,2015)
II.1.5 Asas Black
“ Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepaskan zat yang suhunya
lebih tinggi itu sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang memiliki
suhu yang lebih rendah”.
Dan secara umum rumus asas black ini adalah :
Q lepas = Q terima.....................................................................(10)
(M1 X C1) (T1-Ta) = (M2 X C2) (Ta-T2)..................................................(11)

Atau
(M1 X T1 + M2 X T2) / (M1 + M2)................................................................(12)
Keterangan :
M1 = Masa dari benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih tinggi
C1 = Kalor jenis benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih tinggi
T1 = Temperatur benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih tinggi
Ta = Temperatur akhir dari pencampuran kedua buah benda
M2 = Massa dari benda yang memiliki tinggkat temperatur yang lebih rendah
C2 = Kalor jenis benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih rendah
T2 = Temperatur dari benda yang memiliki temperatur yang lebih rendah
(Nami, 2017)
II.1.6 Panas Laten
Panas laten adalah panas yang diberikan atau diambil dari suatu zat untuk
merubah wujud zat tersebut. Sesuai dengan perubahan wujud zat, panas laten
dibedakan antara lain:
1. Panas laten pencairan, yakni panas yang diberikan kepada zat padat (es)
menjadi zat cair (air) pada suhu tetap.
2. Panas laten penguapan (evaporasi), yakni panas yang diberikan kepada zat
cair (air) menjadi zat gas (uap) pada suhu tetap.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 11


“CONDENSING VAPOR”

3. Panas laten pengembunan (kondensasi), yakni panas yang diambil dari zat
gas (uap) menjadi zat cair (air) pada suhu tetap.
4. Panas laten pembekuan, yakni panas yang diambil dari zat cair (air) menjadi
zat padat (es) pada suhu tetap.
(Fitri, 2011)
II.1.7 Aplikasi di Industri
Proses kondensasi juga penting dalam industri yang menggunakan bahan
kimia destilasi atau zat. Komponen kimia misalnya dapat dipisahkan atau diisolasi
melalui proses distilasi yang menggunakan kondensasi sebagai salah satu cara
utamanya. Percobaan kimia juga menggunakan kondensasi dalam memeriksa
dan/atau mengisolasi komponen yang berbeda dari zat. Kondensasi kadang-
kadang dianggap sebagai proses yang tidak diinginkan karena efeknya pada
properti. Dalam kasus bangunan dan lukisan misalnya, konversi udara lembab ke
dalam cairan akan berarti kemungkinan kelembaban ekstra yang tidak diinginkan
dan pembentukan noda.
(Mulyadi, 2015)
II.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondensasi
1. Suhu
Tingkat kondensasi meningkat jika suhu gas berkurang
2. Kelembaban
Tingkat kondensasi meningkat jika kelembaban berkurang
3. Luas permukaan
Tingkat kondensasi meningkat jika luas permukaan cairan menurun
4. Laju alir
Semakin besar laju alir, udara menjadi lebih cepat dingin
(Mayalibit, 2012)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 12


“CONDENSING VAPOR”

II.2 Sifat Bahan


1. Air
A. Sifat fisika:
a. Densitas : 1 g / cm3
b. Titik lebur : 0 oC
c. Titik didih : 100 oC
d. Fase : Cair
e. Warna : Tidak berwarna
B. Sifat kimia :
a. Rumus Molekul : H2O
b. pH : Netral
c. Berat Molekul : 18.02 gr/mol
d. Korosifitas : Tidak korosif
e. Polimerisasi : Tidak akan terjadi.
(MSDS, 2013)
C. Fungsi : Sebagai bahan proses kondensasi

II.3 Hipotesa
Semakin besar laju air pendingin yang masuk maka semakin besar nilai
koefisian perpindahan panas. Jika semakin besar tekanan uap yang diberikan
maka koefisien perpindahan panas pengembunan akan semakin kecil.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 13


“CONDENSING VAPOR”

II.4 Diagram Alir

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 14


“CONDENSING VAPOR”

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan
1. Air

III.2 Alat
1. Satu set alat kondensing vapor
2. Gelas ukur
3. Stopwatch
4. Termometer
5. Ember

III.3 Gambar Alat

Thermometer Gelas ukur Stopwatch Ember

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 15


“CONDENSING VAPOR”

III.4 Rangkaian Alat

Keterangan :
1 Penampung Air 7a Suhu Uap masuk (T1) dan 7b Suhu Air
2 Penampung Uap Pendingin (T1)
3 Bejana Penguap 8 Elemen Pemanas
4a dan 4b (Kondensor Vertical)
5a dan 5b (Kondensor Horizontal)
6 Barometer

III.5 Prosedur Praktikum


1. Isi tangki penampung air pendingin sampai overflow
2. Memanaskan tangka pembangkit uap yang berisi kurang lebih ¾ bagian,
tunggu hingga terbentuk uap yang cukup
3. Selanjutnya mengalirkan uap dengan cara membuka kran aliran uap.
Bersamaan dengan mengalirkan uap, alirkan juga air pendingin dengan cara
membuka pula kran aliran air pendingin ke pipa pengembunan, dengan laju alir
yang ditentukan.
4. Mencatat suhu uap masuk dan keluar, suhu air pendingin masuk dan keluar.
5. Mencatat pula laju alir pendingin dan kondensat yang terbentuk tiap selang
waktu yang ditentukan dan amati jenis (embun) yang terbentuk
6. Mengulangi percobaan diatas dengan variasi diameter pipa, letak pipa (vertical
dan horizontal) dan laju alir fluida yang berbeda (dengan bukaan/putaran kran
(valve) yang berbeda.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 16


“CONDENSING VAPOR”

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan


IV.1.1 Kondensor Horizontal

Teka- Suhu Air (oC) Suhu Uap (oC) Volume (ml) Debit (ml/s)
nan t1 t2 T1 T2 Kon- t Kon-
Bukaan (psi) (Masuk) (Keluar) (Masuk) (Keluar) Air densat (s) Air densat
11 30 37 91 86,1 1670 42 5 334 8,4
13 30 37,5 91,4 86,5 1645 39 5 329 7,8
1 15 30 38,2 92,2 87,4 1610 38 5 322 7,6
11 30 38,1 91 86 1715 43 5 343 8,6
13 30 38,6 91,3 86,7 1680 41 5 336 8,2
1 1/2 15 30 39,2 91,7 87,8 1648 39 5 329,6 7,8
11 30 38,9 92 87,2 1800 49 5 360 9,8
13 30 39,4 92,2 87,2 1772 48 5 354,4 9,6
2 15 30 40,0 92,7 86,2 1745 47 5 349 9,4

IV.1.2 Kondensor Vertikal


Teka Suhu Air (oC) Suhu Uap (oC Volume (ml) Debit (ml/s)
Bu- nan t1 t2 T1 T2 Kon- t Kon-
kaan (psi) (Masuk) (Keluar) (Masuk) (Keluar) Air densat (s) Air densat
11 30 40,3 98 92,3 463,3 276,7 5 92,66 55,34
13 30 45,0 104 97 480 263 5 96 52,6
1 1/2 15 30 60,0 108,2 103 525 158,4 5 105 31,68
11 30 45,7 100,3 96,7 470 275 5 94 55
13 30 50,0 106,5 98 504 257 5 100,8 51,4
2 1/2 15 30 65,0 110 107 537 155,9 5 107,4 31,18
11 30 50,3 102,3 100,7 491,7 273,3 5 98,34 54,66
13 30 55,0 107 100 538 248 5 107,6 49,6
3 1/2 15 30 70,0 112 110 553 152,2 5 110,6 30,44

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 17


“CONDENSING VAPOR”

IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Kondensor Horizontal

k Viscosity h
Density Lamda Gravity L Tf
(Btu/ft- (lbm/ft Delta Tf (Btu/ft2hr°
(lb/ft3) (Btu/lb) (ft/hr2) (ft) (Celcius)
hr0F) hr ) (Farenheit) F)
0,3802 61,2432 617 416962080 0,4452 1,4435 64,0 147,2 729,2395
0,3804 61,2278 618 416962080 0,4424 1,4435 64,5 148,0 731,1468
0,3808 61,2022 619 416962080 0,4377 1,4435 65,2 149,4 733,6073
0,3805 61,2244 618 416962080 0,4417 1,4435 64,6 148,2 733,5197
0,3807 61,2107 618 416962080 0,4393 1,4435 65,0 148,9 735,2011
0,3809 61,1936 619 416962080 0,4362 1,4435 65,5 149,8 737,5110
0,3809 61,1936 620 416962080 0,4362 1,4435 65,5 149,8 736,5572
0,3811 61,1816 623 416962080 0,4340 1,4435 65,8 150,4 739,1968
0,3814 61,1628 625 416962080 0,4306 1,4435 66,4 151,4 741,7812

IV.2.2 Kondensor Vertikal


k Viscosity h
Lamda Gravity L Tf
(Btu/ft- Density (lbm/ft Delta Tf (Btu/ft2hr°
(Btu/lb) (ft/hr2) (ft) (Celcius)
hr0F) (lb/ft3) hr ) (Farenheit) F)
0,3824 61,0671 625 416962080 0,4132 1,4435 69,2 156,5 962,5421
0,3846 60,8719 630 416962080 0,3845 1,4435 74,5 166,1 981,2276
0,3887 60,5040 675 416962080 0,3399 1,4435 84,1 183,4 1066,4433
0,3847 60,9286 625 416962080 0,3918 1,4435 73,0 163,4 986,9759
0,3866 60,7302 650 416962080 0,3663 1,4435 78,3 172,9 1010,4142
0,3899 60,3663 680 416962080 0,3271 1,4435 87,5 189,5 1090,6436
0,3859 60,8039 640 416962080 0,3758 1,4435 76,3 169,3 1011,9423
0,3876 60,6262 650 416962080 0,3529 1,4435 81,0 177,8 1033,8025
0,3912 60,2245 680 416962080 0,3138 1,4435 91,0 195,8 1113,8515

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 18


“CONDENSING VAPOR”

IV.3 Grafik

744.0000

742.0000

740.0000
h (Btu/ft2hoF)

738.0000

736.0000 Bukaan 1

734.0000 Bukaan 1 1/2

732.0000 Bukaan 2

730.0000

728.0000
0 5 10 15 20
p (psi)

Grafik 1. Hubungan antara tekanan dengan koefisien perpindahan panas pada


kondensor horizontal
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar bukaan kran,
maka koeffisien perpindahan panas akan cenderung semakin besar pula, sehingga
apabila dibandingkan, maka koefisien perpindahan panas paling besar adalah saat
bukaan kran 2 dengan tekanan 15 psi. Hasil yang didapatkan sesuai pada
literature karena semakin besar bukaan maka semakin besar pula koeffisien
perpindahan panasnya.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 19


“CONDENSING VAPOR”

1140.0000
1120.0000
1100.0000
1080.0000
h (Btu/ft2hoF)

1060.0000
1040.0000 Bukaan 1 1/2
1020.0000 Bukaan 2 1/2
1000.0000
Bukaan 3 1/2
980.0000
960.0000
940.0000
0 5 10 15 20
p (psi)

Grafik 2. Hubungan antara tekanan dengan koefisien perpindahan panas pada


kondensor vertikal
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar bukaan kran,
maka koeffisien perpindahan panas akan cenderung semakin besar pula, sehingga
apabila dibandingkan, maka koefisien perpindahan panas paling besar adalah saat
bukaan kran 3 ½ dengan tekanan 15 psi. Hasil yang didapatkan sesuai pada
literature karena semakin besar bukaan maka semakin besar pula koeffisien
perpindahan panasnya.

IV.5 Pembahasan
Dari hasil yang didapatkan baik pada kondensor horizontal maupun
kondensor vertikal dimana semakin besar bukaan kran dan semakin besar
tekanannya maka koefisien perpindahan panas akan semakin besar pula, hal ini
dapat dilihat naik pada grafik 1 maupun grafik 2. Koefisien perpindahan panas
paling besar pada kondensor horizontal terletak pada bukaan kran 2 pada tekanan
15 psi yaitu 741,7812 Btu/ft2hof, sedangkan pada kondensor vertikal pada bukaan
kran 3 ½ pada tekanan 15 psi yaitu sebesar 1113,8515 Btu/ft2hof.
Hasil yang didapatkan dapat dinyatakan sesuai dengan teori pada literatur
dari Mc. Cabe dimana semakin tinggi tekanan maka semakin besar temperature
kondensasi. Temperatur berpengaruh pada nilai koefisien perpindahan panas

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 20


“CONDENSING VAPOR”

pengembunan yang didapat. Semakin besar temperature, maka nilai koefisien


perpindahan panas pengembunan yang didapat semakin meningkat.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa h (koefisien
perpindahan panas) berbanding lurus dengan kf3 (konstanta panas laten), ρf2
(massa jenis), λ (panas laten), g (percepatan gravitasi), jika ketiga nilai tersebut
besar maka nilai koefisien perpindahan panas juga besar.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 21


“CONDENSING VAPOR”

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Dari pengamatan pada kondensor vertikal diketahui bahwa jenis embun yang
terbentuk berupa Film Wise.
2. Semakin tinggi tekanan, maka semakin besar temperatur kondensat.
3. Semakin besar bukaan kran dan tekanan, maka harga koefisien perpindahan
panas semakin besar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien perpindahan panas yaitu tekanan
dan bukaan kran.

V.2 Saran
1. Praktikan diharapkan lebih teliti pada saat mengamati suhu pada termometer
dan mengukur debit aliran air, sehingga tidak berpengaruh terhadap
perhitungan koefisien perpindahan panas.
2. Praktikan diharapkan lebih berhati-hati dalam melakukan praktikum
Condensing Vapor karena bermain pada tekanan tinggi.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 22


“CONDENSING VAPOR”

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, dkk. 2009. “Studi Eksperimental Sistem Kondensasi Uap Hasil


Evaporasi pada Sistem Desalinasi Tenaga Matahari”. (digilib.its.ac.id/ITS-
paper-42121150007396/37462). Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018
pukul 11.00 WIB.
Fitri, Susanti. 2011. “Sistem AC”. (http://susantifitri.blogspot.com/2011/05/
sistem-ac.html). Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul 11.00 WIB.
Geankoplis,J.Cristie.1978.”Transport Process and Unit Operatictis”. New York:
Mc Graw hill
Mafandi, 2015. “Kondensor dan Prinsip Kerjanya”. (https://www.prosesindustri.
com/2015/01/kondensor-dan-prinsip-kerjanya.html). Diakses pada tanggal
28 Oktober 2018 pukul 18.40 WIB
Mayalibit, Nurul Fajri 2012. “Kondensasi dan Pembentukan Awan”.
(https://www.academia.edu/12458559/Kondensasi_dan_Pembentukan_Aw
an 1/). Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul 19.00 WIB
McCabe W.L,Smith J.C. 1997. “Operation of Chemical Engineering”. New York :
Mc Graw Hill.Co
MSDS.2013. “Water”. (www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321).
Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul 19.00 wib.
Mulyadi, Tedi. 2015. “Proses Kondensasi”. (budisma.net/2015/03/proses-
kondensasi.html). Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul 11.20
WIB.
Nami. 2017. “Rumus Asas Black, Bunyi”. (https://rumusrumus.com/ rumus-asas-
black/). Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul 18.00 WIB
Soehendro, dkk. 2010. “ Perpindahan Panas Dan Massa Pada Pengembunan
Campuran Metanol-Propanol-Udara Dalam Kondensor Tegak”. ().Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2018 Pukul 11.00 WIB.
Sugesti,revy.2003.”proses terjadinya embun pada gelas diisi air dingin”.(
http://revysugesti.blogspot.co.id/2013/12/proses-terjadinya-embun-pada-
gelas-yang.html). Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul 17.00 WIB

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 23


“CONDENSING VAPOR”

Tim Dosen. 2017. “Coundensing Vapour”, Surabaya : Universitas Pembangunan


Nasional “ Veteran” Jawa Timur

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 24


“CONDENSING VAPOR”

APPENDIX

Bukaan Kran 1 ½ , P = 11 Psi


L= 44 cm = 1,4435 ft
V air = 463,3 ml
V Kondensat = 390 ml
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 463,3 𝑚𝑙
Q air = = = 92,66 ml/s
𝑡 5𝑠
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 276,7 𝑚𝑙
Q kondensat = = = 55,34 ml/s
𝑡 5𝑠

Suhu uap masuk (T1) = 98 °C


Suhu uap keluar (T2) = 92,3 °C
Suhu air masuk (t1) = 30 °C
Suhu air keluar (t2) = 40,3 °C
tf = ½ (T1+ t2) = ½.(98 + 40,3) = 69,2 °C = 156,5 °F
∆tf = tf - t2= 69,2 – 40,3= 28,9 °C = 83,93 °F
Data dari Literatur : Pada tf = 213°F
 ⍴f = 61,0671 lbm/ft3
 μf = 0,413 lbm/ft hr
 λf = 625 Btu/lbm
 kf = 0,3824 Btu/ft2 hr 0F
 g = 416900000 ft/hr2
Menghitung nilai koefisien perpindahan panas
𝑘𝑓 3 ⍴𝑓2 𝜆 𝑔 1/4
ħ = 0,943( )
𝜇𝑓 ∆𝑡𝑓 𝐿

0,38243 𝑥 61,0671 2 𝑥 625𝑥416900000 1/4


= 0,943( )
0,413 𝑥 83,93 𝑥 1,4435

ħ = 962,5421 Btu/ft2hr°f

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 25

Anda mungkin juga menyukai