Anda di halaman 1dari 8

1.

2. Penyerapan cahaya pada lapisan atmosfer dianggap sempurna jika mencapai level 1
atau 100% (range dari 0,00 -1) Absorptivitas atau penyerapan cahaya tergantung oleh
partikel atau gas yang ada di atmosfer. Ada gas yang banyak menyerap gelombang
panjang dan ada juga gas yang banyak menyerap gelombang pendek.
3. Absorptivitas gelombang panjang terbesar/terbanyak oleh gas rumah kaca di atmosfer
khususnya dilakukan oleh Uap air atau H2O. Uap air yang terbentuk secara alami
ternyata menyebabkan 36 sampai 70 persen efek rumah kaca di Bumi
4.

5.
Menguap (evaporasi) adalah peristiwa perubahan zat cair menjadi gas. Terdapat empat
cara untuk mempercepat terjadinya penguapan, yakni memanaskan, memperluas
permukaan, meniup udara di atas permukaan, dan mengurangi tekanan di atas
permukaan.
Mencair merupakan peristiwa perubahan zat padat menjadi zat cair. Suatu benda dapat
mencair karena adanya kenaikan suhu menjadi lebih panas. Contoh perubahan zat padat
menjadi zat cair adalah es batu di dalam air yang semakin lama akan berubah menjadi air.
Menyublim (sublimasi) adalah peristiwa perubahan zat padat menjadi gas. Contoh
peristiwa menyublim adalah kapur barus (kamper) yang disimpan di dalam lemari dan
semakin lama akan semakin habis.
Mengkristal (deposisi) adalah peristiwa perubahan zat gas menjadi zat padat. Proses ini
dapat terjadi karena adanya pelepasan energi panas dari suatu benda.
Mengembun (kondensasi) adalah peristiwa perubahan zat gas menjadi zat cair. Peristiwa
ini dapatterjadi karena adanya paparan energi panas pada suatu benda. Contoh peristiwa
mengembun adalah gelas yang berisi air es dan diletakkan di ruangan dengan suhu yang
panas akan memunculkan embun di bagian permukaan luar gelas.
Membeku adalah peristiwa perubahan zat cair menjadi zat padat. Peristiwa ini
membutuhkan suhu yang dingin hingga titik beku. Contoh peristiwa membeku adalah air
yang berubah menjadi es saat dimasukkan ke dalam freezer.
6. Menguap (evaporasi) adalah peristiwa perubahan zat cair menjadi gas. Terdapat empat
cara untuk mempercepat terjadinya penguapan, yakni memanaskan, memperluas
permukaan, meniup udara di atas permukaan, dan mengurangi tekanan di atas
permukaan.
Mengembun (kondensasi) adalah peristiwa perubahan zat gas menjadi zat cair. Peristiwa
ini dapatterjadi karena adanya paparan energi panas pada suatu benda. Contoh peristiwa
mengembun adalah gelas yang berisi air es dan diletakkan di ruangan dengan suhu yang
panas akan memunculkan embun di bagian permukaan luar gelas.
7. parsel udara yang naik ke atmosfer setelah mengalami proses kondensasi akan terhenti
gerakannya pada saat suhu udara parsel lebih kecil dibandingkan suhu lingkungannya.
Dalam meteorologi yang merupakan ilmu tentang cuaca dikenal suatu istilah yang
bernama parsel udara, parsel udara ini merupakan volume udara yang imajiner yang
memiliki ukuran yang kecil tetapi terdiri dari berbagai molekul, jadi bisa dikatakan jika
parsel udara merupaka sekumpulan molekul yang membentuk suatu volume pada elemen
fluida, dalam parsel udara hukum gravitasi newton tetap berlaku meskipun memiliki
ukuran yang kecil dan massa yang sangat ringan.
8. Level kondensasi terangkat atau level kondensasi pengangkatan secara formal
didefinisikan sebagai ketinggian di mana kelembaban relatif suatu paket udara akan
mencapai 100% sehubungan dengan air cair ketika didinginkan oleh pengangkatan
adiabatik kering.

Dengan mengikuti metode plotting suhu dan suhu titik embun berdasarkan proses
adiabatik maka akan didapatkan beberapa keadaan yaitu:
1. ConvectionCondensation Level (CCL)
Merupakan ketinggian dimana parsel udara yang dipanasi dari bawah akan naik secara
adiabatik sampai menjadi jenuh. CCL merupakan ketinggian dasar awan cumuliform
yang hanya disebabkan oleh konveksi termal.
2. Lifting Condensation Level (LCL)
Merupakan ketinggian pada saat paket udara yang naik secara adiabatik kering mulai
jenuh dan merupakan ketinggian dasar awan. Ketinggian LCL berada dibawah CCL.
Tetapi jika ada lapse rate maka ketinggian LCL dan CCL menjadi sama.
3. Level of Free Convection (LFC)
Merupakan ketinggian dimana parsel udara mulai bergerak bebas secara vertikal karena
suhunya yang menjadi lebih rendah sampai kemudian menjadi tidak jenuh lagi.
Ketinggian dimana LFC terhenti merupakan ketinggian puncak awan.
4. Tropopause Level
Menyatakan ketinggian tropopause, batas antara lapisan troposfer dengan stratosfer yang
ditandai ada kenaikan suhu terhadap ketinggian.
5. Freezing Level,
Menyatakan ketinggian di mana suhu mencapai 0 ºC.
6. Convection Avaliable Potential Energy
Menyatakan energi potensial yang tersedia untuk proses konvektif.
7. Potential Temperature
Menyatakan suhu yang harus dimiliki suatu parsel udara jika dibawa secara adiabatik
kering ke ketinggian 1000 mb.
8. Convection Temperature
Menyatakan suhu di permukaan yang harus dicapai untuk memulai pembentukan awan-
awan konvektif melalui pemanasan permukaan dan lapisan udara.
9. Precipitable Water
Menyatakan tinggi kolom air di atmosfer yang dapat curah menjadi hujan.
10. Lifting Condensation Level (LCL)
Merupakan ketinggian pada saat paket udara yang naik secara adiabatik kering mulai
jenuh dan merupakan ketinggian dasar awan. Ketinggian LCL berada dibawah CCL.
Tetapi jika ada lapse rate maka ketinggian LCL dan CCL menjadi sama.
11. Level of Free Convection (LFC)
Merupakan ketinggian dimana parsel udara mulai bergerak bebas secara vertikal karena
suhunya yang menjadi lebih rendah sampai kemudian menjadi tidak jenuh lagi.
Ketinggian dimana LFC terhenti merupakan ketinggian puncak awan.
12. Tropopause Level
Menyatakan ketinggian tropopause, batas antara lapisan troposfer dengan stratosfer yang
ditandai ada kenaikan suhu terhadap ketinggian.
13. Freezing Level
Menyatakan ketinggian dimana suhu mencapai 0 ºC.
14. Convection Avaliable Potential Energy
Menyatakan energi potensial yang tersedia untuk proses konvektif.
15. Potential Temperature
Menyatakan suhu yang harus dimiliki suatu parsel udara jika dibawa secara adiabatik
kering ke ketinggian 1000 mb.
16. Convection Temperature
Menyatakan suhu di permukaan yang harus dicapai untuk memulai pembentukan awan-
awan konvektif melalui pemanasan permukaan dan lapisan udara.
17. Precipitable Water
Menyatakan tinggi kolom air di atmosfer yang dapat curah menjadi hujan.
9. Water bombing dilakukan dengan cara menurunkan air secara langsung dari helikopter
atau pesawat ke wilayah dengan titik api. Dengan metode water bombing, pemadaman
api bisa diarahkan tepat di lokasi kebakaran. Namun kekurangan dari metode ini adalah
terbatasnya air yang bisa dibawa oleh pesawat atau helikopter untuk memadamkan api.
Air yang bisa dibawa oleh pesawat atau helikopter hanya terbatas pada maksimal sekitar
delapan meter kubik saja, teman-teman.
Sedangkan untuk melakukan hujan buatan, ada beberapa tahap dan proses yang harus
dilakukan, nih, teman-teman. Hujan buatan diawali dengan memonitor cuaca yang
dilaksanakan oleh BPPT dibantu BMKG. Monitor cuaca ini dilakukan menggunakan alat
seperti radar cuaca. Hujan buatan jumlah airnya bisa banyak, tapi hujan tidak bisa
diarahkan ke tempat-tempat kebakaran. Selain itu, hujan buatan juga tergantung pada
keberadaan awan, arah angin yang bergerak, serta kecepatan awan.
10. Cara untuk mengerem laju pemanasan global:
- Dengan menggunakan angkutan umum, kita telah turut serta membantu mengurangi
emisi karbon yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor pribadi anda.
- Matikan dan cabut kabel peralatan listrik dirumah anda jika tidak digunakan. Serta
jemur lah pakaian anda dengan panas matahari, jangan menggunakan mesin
pengering. Karena membuang-buang bahan bakar fosil untuk konsumsi listrik.
- Pengolahan daging merah akan menghabiskan banyak emisi gas rumah kaca daripada
mengolah daging ayam, buah-buahan, sayur-sayuran, dan sereal. Jika terasa sulit
untuk melakukannya, anda bisa mengurangi mengonsumsi daging setidaknya satu
hari dalam seminggu.
- Bagaimanapun daur ulang lebih sedikit dalam mengonsumsi energi daripada
memproduksi dari awal. Hal ini berlaku juga untuk air, kita harus menyimpan dan
mendaur ulang air sembari berusaha untuk menampung air hujan.
- Kita bisa memberitahu dan menyebarkan pengetahuan tentang perubahan iklim serta
ikut mendidiknya. Bisa bergabung dengan komunitas-komunitas untuk menyebarkan
cara mengurangi pemanasan global kepada orang lain.
11. Proses penggaraman dilakukan dengan cara mengurangi kadar air
12. Hujan asam adalah istilah untuk segala bentuk presipitasi (pengendapan) dengan
komponen berupa asam, seperti asam sulfat atau nitrat, yang jatuh ke tanah dari atmosfer
dalam bentuk basah atau kering. Proses ini bisa berupa hujan, salju, kabut, hujan es atau
bahkan debu yang bersifat asam. Hujan asam memiliki tingkat keasaman atau pH di
bawah normal, yakni kurang dari 5,6. Adapun hujan yang turun di wilayah Indonesia
memiliki pH normal, sekitar 6.
Asamnya hujan ini dikarenakan kandungan karbondioksida atau CO₂ yang larut dengan
air hujan itu dan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Hujan asam terjadi ketika sulfur
dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOX) menyebar di atmosfer setelah diangkut oleh
angin atau arus udara. Dampak hujan asam bisa mempengaruhi tanaman, tanah, bangunan
dan benda lain di permukaan bumi. Hujan ini bisa mengubah komposisi tanah dan air
sehingga menjadi tidak layak untuk tanaman maupun hewan.
13. Reduce yaitu mengurangi, Reuse yaitu menggunakan kembali, Recycle yaitu
mengolahnya menjadi produk baru
14. Berikut ini beberapa manfaat dan fungsi terasering:
- Memaksimalkan penyerapan air hujan dan retensi air.
- Meningkatkan peresapan air ke dalam tanah.
- Mengurangi jumlah aliran permukaan sehingga memperkecil resiko pengikisan oleh
air.
- Mencegah longsor yang rentan terjadi di dataran tinggi. 
- Kestabilan lereng dapat terjaga.
- Perawatan atau konservasi lereng jadi lebih mudah.
- Memperkecil tingkat kemiringan lereng.
- Memperkuat struktur tanah.
- Mengendalikan arah aliran air menuju ke daerah yang lebih rendah sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu tempat.
- Menampung dan menahan air pada lahan miring.
- Proses ekologis alami yang dapat mempertahankan kelembaban, meningkatkan
kesuburan tanah, dan mengurangi hama.  
- Pemandangannya yang indah membuat kawasan yang terdapat sengkedan menjadi
destinasi wisata yang diminati banyak orang.
15. Konsekuensi pertama dari polusi polutan atmosfer adalah peningkatan dan perburukan
penyakit pernapasan dan kardiovaskular pada orang yang tinggal di pusat kota besar, atau
dekat dengan sumber industri yang melepaskan produk beracun ke atmosfer.
Diperkirakan sekitar 3% dari penerimaan di rumah sakit di negara kita dihasilkan oleh
penyakit yang berkaitan dengan tingkat polusi udara.
Efek serius lain dari polusi udara adalah apa yang disebut " efek rumah kaca " dan
penghancuran lapisan ozon, yang di satu sisi membantu menyebabkan pemanasan global
yang cepat dengan konsekuensi yang merusak bagi pemeliharaan ekosistem yang ada,
perubahan iklim, penggurunan daerah yang luas, naiknya permukaan laut, lenyapnya
tanah yang saat ini sesuai dengan negara, proliferasi serangga, dan kepunahan banyak
spesies, pada saat yang sama dengan lapisan yang melindungi kita dari aksi langsung dari
Sinar ultraviolet, juga meningkatkan risiko luka bakar dan kanker kulit.
Polusi lingkungan juga menghasilkan hujan asam, terutama terdiri dari asam nitrat dan
asam sulfat, yang selain berasal dari gunung berapi dan bahan organik yang terurai,
terutama dihasilkan oleh buangan ke atmosfer yang disebabkan oleh penggunaan bahan
bakar dalam aktivitas manusia.
Polusi udara serta pula mengakibatkan perubahan iklim yang ekstrim. Perubahan iklim
tersebut juga berkaitan dengan intensitas atau curah hujan yang terjadi di suatu yang
kemudian dapat menyebabkan banjir. Rentetan kejadian yang menyebabkan perubahan
iklim tersebut berawal dari polusi udara yang menyebabkan pemanasan kota atau
peningkatan temperatur.
16. Dinding kaca pada bangunan akan membuat sinar matahari masuk ke ruangan sehingga
mengurangi penggunaan energi listrik. Dengan begitu kita sudah melakukan kegiatan
ecoefisiensi dan berlandaskan pembangunan berkelanjutan.
17. Tenaga surya merupakan energi bersih yang paling potensial untuk dikembangkan di
Indonesia dibandingkan dengan sumber energi baru terbarukan (EBT) lainnya. Pasalnya,
Indonesia memiliki sumber tenaga surya yang besar dan harganya yang kian kompetitif.
18.

Pra-Bencana meliputi pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan.


Pencegahan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan mengurangi ancaman bencana. Contohnya: penanaman mangrove di
wilayah pantai untuk menahan abrasi, menjaga hulu sungai dari kerusakan misalnya,
dengan pembukaan lahan pertanian atau perkebunan.
Mitigasi bencana adalah rangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana dan
menanggapi ancaman bencana melalui pengembangan material, kesadaran dan
peningkatan kapasitas. Mitigasi dapat digolongkan menjadi mitigasi yang bersifat: Non
struktural yang berupa peraturan, penyuluhan, pendidikan, penguatan, sistem
kelembagaan seperti BMKG, BNPB, LAPAN. dan bersifat Struktural yang berupa
bangunan dan prasarana.
Kesiapsiagaan yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memprediksi bencana
melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat dan efektif. Seperti,
perencanaan siaga dan sistem peringatan dini.
Saat bencana ini, yang disebut tanggap darurat. Tanggap darurat adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan segera pada saat bencana terjadi untuk menangani dampak
buruk penyelamatan dan evakuasi, harta benda, pemenuhan kebutuhan, perlindungan,
manajemen pengungsi, dan lain-lain yang disebabkan oleh korban bencana serta
pemulihan infrastruktur dan fasilitas penting.
Dalam pascabencana perlu adanya rehabilitasi dan rekonstruksi. Di mana rehabilitasi itu
untuk meningkatkan dan mengembalikan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat
di wilayah pascabencana ke tingkat yang sesuai dan tujuan utamanya adalah untuk
menormalkan kehidupan masyarakat di wilayah pascabencana dan seluruh aspek
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Sedangkan rekonstruksi adalah pembangunan kembali seluruh prasarana dan sarana di
wilayah pascabencana, termasuk instansi pemerintah dan masyarakat yang tujuan
utamanya adalah mengembangkan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan
ketertiban, serta memulihkan peran serta masyarakat dalam segala hal aspek kehidupan
masyarakat di wilayah pascabencana.
19. Efektif dan efisien
20. mitigasi struktural lebih fokus kepada upaya-upaya yang terlihat secara fisik sedangkan
mitigasi non struktural lebih kepada upaya non fisik.
21. Hampir 90 persen peristiwa tsunami di dunia disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di
bawah laut. Gempa bumi yang terjadi di bawah laut akan menimbulkan banyak getaran
yang akan mendorong timbulnya gelombang tsunami. Gempa bumi yang terjadi di bawah
laut ini adalah jenis gempa tektonik yang timbul akibat adanya pertemuan atau tubrukan
dari lempeng tektonik.
22. Nonstruktural

23. Ancaman bencana lahar panas hanya terdapat pada gunung api yang mempunyai danau
kawah. Suhu lahar panas dipengaruhi oleh proses pemanasan air di danau kawah oleh
magma di dalam perut bumi. Gunung yang pernah mengeluarkan lahar panas yaitu
Gunung Galunggung, Gunung Kelud, Gunung Rinjani, dan Gunung Batur.
24. Bencana hidrometeorologi adalah sebuah fenomena alam yang terjadi berkaitan dengan
lapisan atmosfer, hidrologi dan oceanografi yang berpotensi membahayakan, merusak,
dan menyebabkan hilangnya nyawa penduduk. Bencana hidrometeorologi ini adalah
bencana yang termasuk banjir, tanah longsor, angin puting beliung, badai es atau di
indonesia sering terjadi hujan es, badai salju, bencana kekeringan, hujan yang sangat
lebat, hujan salju yang sangat lebat dan lain – lain.
25. Lebih dari 99% penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut adalah akibat ulah manusia,
baik yang sengaja melakukan pembakaran ataupun akibat kelalaian dalam menggunakan
api.

Anda mungkin juga menyukai