PRESIPTASI
Proses kejadian presipitasi berhubungan
dengan uap air /kelembaban udara yang ada
di atsmosfir yang dipengaruhi oleh penguapan
baik dari permukaan lautan maupun dari
permukaan lahan atau tanah.
Besar kecilnya presipitasi ditentukan oleh
kelembaban udara.
Peristiwa presipitasi selalu didahului oleh
proses kondensasi atau sublimasi atau
kombinasi dari kedua proses tersebut,
sedangkan sublimasi adalah perubahan
langsung dari uap air menjadi es atau
sebaliknya.
Tidak semua proses kondensasi atau
sublimasi segera diikuti proses presipitasi.
Contoh; proses pembentukan awan yang
merupakan proses kondensasi tidak selalu
segera diikuti oleh terjadinya hujan.
Kelembaban Udara
Kelembaban udara menggambarkan bahwa atmosfer dapat
mengandung uap air. Jumlah kelembaban yang ditemukan di
udara bervariasi bergantung karena sejumlah faktor.
Ada dua faktor penting adalah penguapan dan kondensasi.
Pada permukaan lautan sejumlah besar air cair yang menguap
menjadi uap air atmosfer.
Proses penguapan air disebabkan oleh penyerapan radiasi
matahari yang menyebabkan panas di permukaan laut sehingga
menguapkan air laut. Dalam atmosfer kita, uap air akan diubah
kembali ke menjadi bentuk cair saat massa udara kehilangan
energi panasnya dan udara bertambah dingin.
Proses ini bertanggung jawab untuk pembentukan awan
sehingga menghasilkan hujan yang jatuh ke permukaan bumi.
Para ilmuwan mengembangkan sejumlah langkah yang
berbeda dari kelembaban udara atmosfer.
Ada tiga langkah-langkah yakni rasio pencampuran
kelembaban, rasio pencampuran kelembaban jenuh, dan
kelembaban relatif.
Rasio pencampuran adalah ukuran massa komponen
gas relatif spesifik terhadap massa komponen gas yang
tersisa dari udara atsmosfir.
Untuk mengukur rasio pencampuran kelembaban
dilakukan dengan mengukur massa uap air relatif
terhadap massa dari semua gas-gas lain.
Dalam pengukuran meteorologi, rasio pencampuran
kelembaban biasanya dinyatakan dalam gram uap air
per kilogram udara kering.
Rasio pencampuran jenuh mengacu pada perbandingan
massa uap air pada satu kilogram udara kering pada
kondisi jenuh.
Kejenuhan udara didefinisikan sebagai kondisi dimana
adanya penambahan uap air ke massa udara yang
menyebabkan kondensasi air cairan atau pengendapan
es pada suhu dan tekanan tertentu.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa udara yang
hangat memiliki rasio pencampuran kejenuhan tinggi dari
udara dingin pada tekanan atmosfer konstan.
Penting untuk dicatat bahwa hubungan antara
temperatur dan kandungan uap air di udara tidak linier
tapi eksponensial. Dengan kata lain, untuk setiap
kenaikan suhu 10 akan meningkatkan rasio
pencampuran jenuh yang lebih besar.
Tabel 1: rasio pencampuran
jenuh (pada tekanan 1000 mb).
Uapair(g)perKilogramofUdara
Suhu(DegreesCelsius) kering
50 88.12
40 49.81
30 27.69
20 14.85
10 7.76
0 3.84
Ukuran paling umum untuk kelembaban
udara yang digunakan adalah kelembaban
relatif.
Kelembaban relatif didefinisikan sebagai
jumlah air di udara relatif terhadap jumlah
kejenuhan udara pada suhu tertentu
dikalikan dengan 100.
Kelembaban relatif sebesar 50% berarti
berisi setengah dari uap air yang bisa
ditahan pada suhu tertentu (Gambar 1). .
Gambar 1 menggambarkan konsep kelembaban relatif
Gambar.1 menggambarkan adanya perubahan
kelembaban udara relatif dengan peningkatan suhu
udara.
Pada 10 Celcius, sejumlah udara kering seberat
satu kilogram dapat menyimpan uap air maksimum
sebanyak 7,76 gram (lihat Tabel 1).
Dalam keadaan ini, bila sejumlah udara berada
pada kejenuhan dan kelembaban relatif akan
menjadi 100%. Dengan peningkatan suhu akan
meningkatkan kemampuannya untuk menahan uap
air.
Kenaikan suhu 10 derajat Celcius akan
meningkatkan rasio pencampuran kejenuhan
sebesar 14,85 gram. Karena tidak ada air yang
ditambahkan, maka jumlah uap air sebenarnya
dalam udara itu akan tetap 7,76 gram.
Kuantitas uap air dalam udara ini dikenal sebagai
rasio pencampuran.
Dengan membagi rasio pencampuran dengan rasio
pencampuran jenuh dan kemudian mengalikan
angka ini dengan 100 maka akan dapat menentukan
kelembaban udara relatif yakni (7.76/14.85 x 100 =
52%). Pada suhu 20 derajat Celsius, kelembaban
udara relatif akan menjadi 52%. Dengan
meningkatkan suhu udara sebanyak 10 Celcius
lagi akan menurunkan kelembaban relatif (28%).
Pada keadaan ini, rasio pencampuran aktual akan
tetap 7,76 gram, sementara rasio pencampuran
jenuh akan meningkat menjadi 27,69 gram.
Kelembaban relatif akan turun menjadi 28% pada
suhu 30 derajat Celsius (7.76/27.69 x 100 = 28%).
Pengukuran Kelembaban Udara
Kelembaban udara dapat diukur menggunakan berbagai
peralatan. Kelembaban udara relatif sering ditentukan
menggunakan psychrometer sling atau hygrometer
rambut.
Sebuah psychrometer selempang adalah alat yang
terdiri dari dua termometer bergabung dengan sepotong
plastik atau logam (Gambar 2).
Salah satu termometer, disebut termometer bola lampu
basah, telah ditutupi oleh kain kecil (sumbu) yang ditarik
atas reservoir. Termometer lain disebut termometer
bola lampu kering.
Pada salah satu ujung peralatan berputar menangani.
Untuk menggunakan psychrometer sling, sumbu yang
dibasahi dengan air bersih dan perangkat berputar di
udara menggunakan pegangan.
Gambar 2: psychrometer Sling. Perhatikan termometer
basah-bola lampu terletak di atas.
Penguapan air dari termometer bola lampu
basah itu berarti terjadi pendinginan. Jumlah
penguapan dan pendinginan dikendalikan oleh
kekeringan udara. Jika udara jenuh, termometer
bola lampu basah dan termometer bola lampu
kering akan memiliki suhu yang sama karena
tidak terjadi penguapan.
Setelah beberapa menit berputar-putar, suhu
dari bola-basah dan termometer bola kering
ditentukan, penurunan suhu bola lampu basah
dihitung (suhu bola kering minus suhu bola
basah), dan meja psychrometric digunakan
untuk menentukan kelembaban relatif yang
sesuai dari suhu bola lampu kering dan
penurunan suhu bola lampu basah.
Higrometer rambut bekerja pada saat terjadi
perubahan panjang rambut bila kelembaban
bervariasi.
Perangkat ini biasanya terdiri dari sejumlah
rambut manusia atau kuda dihubungkan dengan
sistem tuas mekanik.
Bila kelembaban meningkat maka panjang
rambut menjadi bertambah. Perubahan panjang
rambut kemudian ditransmisikan dan diperbesar
oleh sistem tuas ke dalam pengukuran
kelembaban relatif.
Kelembaban udara juga diukur dalam skala
global menggunakan satelit remote .
Satelit ini mampu mendeteksi konsentrasi air di
troposfer pada ketinggian antara 4 dan 12
kilometer.
Satelit dapat mengukur uap air karena memiliki
sensor yang sensitif terhadap radiasi infra
merah. Uap air menyerap dan memancarkan
radiasi kembali dalam band spektral.
Citra satelit uap air memainkan peran penting
dalam memantau kondisi iklim (seperti
pembentukan badai) dan dalam pengembangan
ramalan cuaca di masa depan
Titik Embun dan Titik Beku
Berkaitan dengan kelembaban relatif, titik embun
(jika titik embun berada di bawah titik beku) disebut
sebagai titik embun beku).
Titik Beku adalah suhu di mana uap air jenuh dan
massa udara berobah menjadi hujan dan biasanya
membentuk cair atau padat, salju, es, atau embun.
Titik Embun biasanya terjadi ketika massa udara
memiliki kelembaban relatif 100%. Hal ini terjadi di
atmosfer sebagai hasil dari pendinginan melalui
sejumlah proses yang berbeda.
Kondensasi
Air tersedia di bumi dalam tiga bentuk sebagai
berikut: uap, cair, dan padat.
Proses air berobah dari satu bentuk ke bentuk yang
lain disebut fase atau mengubah fase.
Di atmosfer ada tiga proses berlangsung untuk
membuat tetesan air atau kristal es yakni;
Kondensasi - air bergerak dari uap ke keadaan
cair.
Pembekuan - air bergerak dari cair ke keadaan
padat.
Deposisi - air bergerak dari uap ke keadaan padat.
Setiap perubahan fase maka energi panas harus
ditambahkan atau dihilangkan dari molekul air.
Pembentukan tetesan air dan kristal es terjadi ketika
air di atmosfer didinginkan.
Udara yang mengandung uap air dingin, maka
kelembaban udara relatif meningkat sampai pada
titik embun atau tercapai pembentukan salju.
Pada titik embun (kelembaban relatif = 100%), maka
air mulai mengembun menjadi tetesan.
Jika kelembaban relatif tercapai 100% di bawah
suhu 0 Celcius maka es akan membentuk kristal.
Pembentukan tetesan air dan kristal es juga
memerlukan permukaan untuk berkondensasi,
pembekuan, atau deposisi.
Di atmosfer, permukaan ini adalah partikel
mikroskopis dari debu, asap, dan inti garam, maka
kondensasi yang biasa disebut Inti Deposisi,
dimana enam sisi partikel dibutuhkan untuk
pembentukan kristal es.
Jika ada kekurangan dari inti, keadaan super jenuh
hanya dapat memberikan hasil kondensasi,
pembekuan, atau pengendapan dengan
kelembaban relatif yang lebih besar dari 100%
Citation: Pidwirny, M. (2006). "Condensation, Freezing, and Deposition".
Fundamentals of Physical Geography, 2nd Edition. Date Viewed.
http://www.physicalgeography.net/fundamentals/8d.html
Proses Pembentukan Awan
Kondensasi atau pengendapan air di atas permukaan
bumi menciptakan awan.
Secara umum, awan berkembang di setiap massa
udara yang menjadi jenuh (kelembaban relatif menjadi
100%). Kejenuhan dapat terjadi dengan cara
mekanisme atmosfer yang menyebabkan suhu massa
udara harus didinginkan ke titik embun atau titik beku.
Mekanisme berikutnya atau proses yang dapat
menyebabkan awan berkembang menjadi hujan yakni:
a. Pengangkatan orografis
b. Pengangkatan konvektif
c. Pengangkatan frontal atau konvergensi
d. Pendinginan
1. Pengangkatan orografis
Pengangkatan orografis terjadi ketika udara
dipaksa untuk naik karena kehadiran fisik
tanah ditinggikan (bukit atau gunung).
Karena awan naik akan mendingin sebagai
akibat dari ekspansi adiabatik dengan laju
suhu sekitar 10 derajat Celsius per 1000
meter ketinggian sampai menjadi jenuh
(Gambar 3). Perkembangan awan ini akan
menghasilkan sejumlah besar curah hujan di
sepanjang pantai barat Sumatera terutama
karena proses ini.
2. Pengangkatan Konvektif
Pengangkatan konvektif berkaitan dengan
pemanasan permukaan udara di permukaan tanah.
Jika pemanasan cukup tinggi terjadi, maka massa
udara menjadi lebih hangat dan lebih ringan
daripada udara di lingkungan sekitarnya, maka
massa uadara berbentuk seperti balon udara panas
itu mulai menaik, memperluas, dan sejuk sehingga
terjadi pendinginan. Ketika pendinginan yang cukup
akan mengakibatkan terjadi kejenuhan udara, maka
terbentuklah awan (Gambar 3) .
Proses ini aktif terjadi di pedalaman benua dan
dekat khatulistiwa dengan pembentukan awan
kumulus dan atau awan cumulonimbus (badai).
Hujan yang terjadi diikuti oleh perkembangan awan
petir dalam jumlah besar selama jangka waktu
yang singkat di daerah sangat lokal
3. Konvergensi atau pengangkatan frontal
Pengangkatan frontal terjadi ketika dua massa udara
yang datang bersama-sama.
Dua massa udara ini memiliki temperatur dan ciri
kelembaban yang berbeda. Biasanya ada massa udara
yang hangat dan lembab, sementara masa udara yang
lain dingin dan kering.
Massa udara dingin dan kering bertindak sebagai
dinding miring sehingga menyebabkan massa udara
lembab dan hangat terangkat ke atas. Pengangkatan
menyebabkan massa udara lembab dan hangat ini akan
mendingin karena ekspansi udara menghasilkan
kejenuhan (Gambar 3) .
Mekanisme pembentukan awan seperti ini umum
dijumpai pada lintang pertengahan di mana badai yang
terbentuk sepanjang kutub dan dekat khatulistiwa di
mana angin siklon bertemu di zona konvergensi
intertropis
Gambar 3. Pengangkatan awan dan pembentukan
hujan
4. Pendinginan
Pendinginan terjadi ketika radiasi matahari
tidak lagi memanaskan tanah dan udara
diatasnya dengan energi yang berasal dari
insolation matahari (misalnya, malam).
Sebaliknya, permukaan bumi sekarang mulai
kehilangan energi dalam bentuk radiasi
gelombang panjang yang menyebabkan tanah
dan udara di atasnya untuk mendingin. Awan
yang dihasilkan dari jenis pendinginan ini akan
berbentuk permukaan kabut.
Jadi perkembangan awan tidak selalu terjadi secara
tunggal. Hal ini mungkin untuk memperoleh
kombinasi dari empat jenis proses tersebut,
misalnya ketika terjadi proses konveksi dan
pengangkatan pada musim panas akan
menyebabkan pengembangan orografis awan dan
hujan di pegunungan.
Gambar 4 dan 5) mendeskripsikan persen cakupan
awan global rata-rata untuk bulan Juli dan Januari
dengan menggunakan data selama 8 tahun. Dari
gambar ini dapat lihat efek dari pengangkatan
konvergensi, frontal, dan pengangkatan orografis
dalam meningkatkan awan menutupi area terpilih
dari permukaan bumi.
Gambar 4: Persen awan meliputi: Juli 1983-1990. Tingkat tertinggi awan terjadi di
atas jejak badai topan pada lintang pertengahan kedua belahan bumi, intertropis
Zona Konvergensi atas permukaan tanah, dan daerah monsun India (lifting
orografis). Nilai Terendah terjadi atas gurun subtropis, daerah cekungan dari
lautan subtropis, dan daerah kutub. Kisaran Warna: biru - merah - putih, Nilai: 0 -
100%. Global berarti = 59%, Minimum = 1%, Maksimum = 95%. (Sumber: NASA
Surface Radiation Budget Project ).
Gambar 5: Persen awan meliputi: Januari 1984-1991. Tingkat tertinggi dari
awan terjadi di atas daerah badai topan pada lintang pertengahan pada kedua
belahan bumi dan Zona Konvergensi intertropis terjadi di atas permukaan
tanah. Terendah nilai terjadi atas gurun subtropis, daerah cekungan dari lautan
subtropis, dan lebih dari Kutub Selatan. Kisaran Warna: biru - merah - putih,
Nilai: 0 - 100%. Global berarti = 59%, Minimum = 1%, Maksimum = 96%.
(Sumber: NASA Surface Radiation Budget Project ).
Presipitasi
Presipitasi didefinisikan sebagai setiap kumpulan
awan berair cair atau padat yang terbentuk di suasana
jenuh (kelembaban relatif sama dengan 100%) dan
jatuh dari atsmosfir ke permukaan tanah.
Sebagian besar awan tidak menghasilkan presipitasi.
Banyak awan, tetesan air dan kristal es yang terlalu
kecil untuk mengatasi arus naik yang terdapat di
atmosfer yang lebih rendah. Akibatnya, tetesan air
kecil dan kristal es tetap tergantung di atmosfer
sampai mereka diubah kembali menjadi uap.
Tetesan air dan kristal es hanya bisa jatuh ke permukaan
bumi jika mereka tumbuh sampai ukuran yang dapat
mengatasi arus naik.
Kondisi tetesan air yang bertumbuh dapat berkembang
di awan melalui dua proses yang berbeda.
Dalam awan dengan suhu di atas titik beku, pergolakan
pencampuran atmosfer dapat menyebabkan tetesan air
tumbuh melalui proses tabrakan dan peleburan.
Satu kondisi awal, bagaimanapun, harus dipenuhi agar
proses ini dapat dimulai: ukuran tetesan awan harus
bervariasi. Kondisi awal memungkinkan tetesan yang
lebih besar dan lebih berat untuk bertabrakan dan
bergabung dengan tetesan yang lebih kecil ringan. Jika
pencampuran atmosfer cukup terjadi tetesan yang lebih
besar dapat memperluas hingga 250 kali dan dapat
menjadi cukup berat untuk jatuh ke permukaan bumi.
Mekanisme lain dari pembangunan presipitasi
melibatkan awan yang suhu di bawah titik beku.
Dalam awan, kristal es besar tumbuh karena
perbedaan tekanan uap antara kristal es dan
tetesan air yang sangat dingin. Perbedaan
tekanan uap antara es dan air sangat dingin
menyebabkan migrasi uap air dari tetesan air ke
kristal es. Kristal es kemudian menyerap uap air,
menyimpannya pada permukaannya.
Pada saat yang sama, hilangnya uap dari
tetesan air menyebabkannya akan mengecilkan
ukuran. Suatu persyaratan awal yang diperlukan
untuk proses ini adalah adanya kedua inti
kondensasi dan inti deposisi.
Sedangkan deposisi inti kristal es terbentuk
pada suhu di bawah nol derajat Celcius, inti
kondensasi dapat tetap cair (sangat dingin)
pada suhu serendah -40 Celsius bergantung
pada ukuran.
Karena fenomena ini, awan dingin dapat
mengandung kristal es dan tetesan air yang
sangat dingin. Proporsi relatif dari kedua jenis
partikel tersebut menentukan apakah kristal
salju tumbuh untuk ukuran tertentu untuk
mengatasi arus naik atmosfer
Bagaimana menjelaskan berbagai jenis curah
hujan yang dapat terbentuk di atmosfer ?.
Hujan adalah setiap deposit cairan yang jatuh
dari atmosfer ke permukaan bumi dan memiliki
diameter lebih dari 0,5 milimeter. Ukuran
maksimum butiran hujan adalah sekitar 5
milimeter.
Di luar ini, ukuran kohesif antar molekul air
menjadi terlalu lemah untuk menahan massa air
bersama menetes. Pembekuan hujan terjadi
ketika tetesan air permukaan yang jatuh
bertemu dengan suhu di bawah 0 Celcius.
Setelah kontak dengan permukaan ini, maka
hujan cepat berubah menjadi es.
Kondisi lain yang penting diperlukan untuk membekukan
hujan adalah suasana di mana hujan berkembang di
atas titik beku. Sebuah situasi di mana udara hangat
ditemukan di atas udara dingin disebut inversi suhu
(Gambar 3).
Suhu inversi bukan merupakan fase umum dari
atmosfer yang lebih rendah. Biasanya, suhu udara
menurun dengan peningkatan ketinggian di troposfer.
Pada lintang pertengahan, kita sering menemukan
inversi suhu berkembang sepanjang tepi permukaan
yang bergerak dari massa udara dingin yang menyalip
udara lebih hangat. Kondisi ini menyebabkan udara
hangat yang kurang padat harus mendorong dan melalui
udara dingin lebih padat.
Gambar 6: Profil temperatur Khas di troposfer dibandingkan dengan
situasi di mana ada inversi suhu
Partikkel es atau hujan es adalah bidang transparan
atau tembus air beku. Mereka memiliki diameter
lebih kecil dari 5 milimeter.
Bentuk curah hujan berkembang sebagai hujan
dalam suasana yang relatif hangat di mana suhu di
atas titik beku. Hujan ini kemudian turun ke lapisan
lebih dingin dan lebih rendah dari suhu beku
atmopshere tempat terjadinya.
Dalam lapisan ini, suhu dingin menyebabkan hujan
membeku menjadi pelet es selama pemindahan
mereka ke permukaan tanah. Jadi suatu inversi
suhu udara dibutuhkan untuk pembentukan pelet
es.
Salju adalah jenis presipitasi umum pada lintang pertengahan
dan lintang tinggi (Gambar 4). Salju terjadi ketika deposisi uap
air itu sendiri melewati fase cair dan langsung menjadi kristal
padat (segi enam inti es) pada suhu di bawah titik beku.
Bentuk unik dari kepingan salju terjadi karena pertumbuhan
kristal es yang paling cepat pada enam titik yang terkait
dengan bentuk geometris dari inti pengendapan.
Titik-titik ini lebih langsung terkena udara dan akibatnya
mengkonversi lebih banyak uap air menjadi es. Salju
biasanya dihasilkan dengan pengangkatan frontal uap air
yang berhubungan dengan siklon lintang pertengahan.
Hujan salju dapat terjadi pada musim gugur, musim dingin,
dan bulan-bulan musim semi pada saat suhu atmosfer bisa
turun di bawah titik beku. Sebagian besar permukaan tanah
Amerika Utara bisa ditutupi dengan salju selama beberapa
bulan dalam tahun itu (Gambar 5).
ambar 7: Close-up foto sebuah kepingan salju. (Sumber: NOAA Photo
Koleksi Website
Gambar 5: Luas tanah cakupan salju Amerika Utara, Feburary 2-9, 2002. .
(Source: MODIS Snow/Ice Global Mapping Project
Pelet salju adalah butir putih bulat es yang
memiliki diameter kurang dari 5 milimeter. pelet
salju berkembang ketika tetesan sangat dingin
membekukan ke permukaan kepingan salju
jatuh. Pelet salju biasanya jatuh hanya untuk
periode waktu singkat ketika perubahan curah
hujan dari pelet es ke salju.
Salju adalah jenis curah hujan beku dengan
diameter lebih besar dari 5 milimeter (Gambar
6). Hujan es sering memiliki betuk konsentris es
bergantian antara mereka dengan penampilan
berawan putih.
Gerakan udara vertikal yang kuat dalam badai awan
menyediakan mekanisme untuk pembentukan hujan es.
Gerakan udara vertikal ini bergerak membentuk batu
hujan es (sering hujan beku besar) ke atas melalui badai
awan di mana mereka menemukan lapisan kristal es,
salju, dan hujan sangat dingin (Gambar 7).
Setiap pertemuan menyebabkan hujan batu es tumbuh
lebih besar dalam ukuran sebagai es, salju, dan hujan
es ke permukaan. Hujan es bisa tumbuh sangat besar
dalam ukuran ketika mereka dibawa ke atas oleh lebih
dari satu pengangkatan. Ketika hujan batu es menjadi
terlalu berat maka Ia mulai jatuh di bawah pengaruh
gravitasi. hujan es bisa kehilangan sejumlah besar
massa mereka karena meleleh saat mereka menghadapi
udara panas yang ditemukan di antara dasar awan dan
permukaan bumi. hujan es kecil sering meleleh
sepenuhnya sebelum mereka mencapai tanah.
Gambar 8: butir es terukur lingkar 21 sentimeter. (Sumber:
NOAA Photo Collection Website).
Gambar 9: jalur pertumbuhan khas butir es melalui badai awan
(topan). Hujan es bertambah sebagian besar massa mereka selama
arus naik
Kabut