Anda di halaman 1dari 13

TUGAS OTK II

(HUMIDITY)
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Operasi Teknik Kimia II
Dosen Pengampu:
Ir.Mariani Sebayang,M.Si.

OLEH:
MUHAMMAD NUR WAHYU (2201054)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
2023
DEFINISI SINGKAT

Kelembaban atau humidifikasi termasuk perpindahan massa antara fase cair murni
dan gas yang tetap (gas tidak dapat larut dalam cair). Sistem yang terlibat dalam humidifikasi
adalah air dan udara. Perpindahan air dari fase liquid ke udara disebut humidifikasi (karena
memperbesar humidity udara), sedangkan perpindahan uap air yang ada di udara ke dalam air
(uap air mengembun) disebut dehumidifikasi (karena memperkecil humidity udara). Bahan yang
ditransfer dalam operasi humidifikasi merupakan bahan cair murni dan ditransfer dengan cara
penguapan atau pengembunan. Selain transfer massa, terjadi transfer panas sehingga selain
karakteristik keseimbangan system juga perlu diketahui karakteristik entalpi
system.Humidifikasi akan menyediakan udara dengan suhu dan kelembaban tertentu sehingga
perlu pemanas udara dan alat kontak udara-air. Humidifikasi diterapkan pada cooling tower
system.
1.Suhu dan Kelembaban Udara
Suhu dan kelembaban udara merupakan aspek yang penting dalam
menentukan kondisi cuaca pada suatu daerah. Suhu dan kelembaban udara memiliki hubungan
yang sangat erat. Jika Kelembaban udara berubah, suhu juga akan berubah atau sebaliknya.Hal
ini disebabkan kandungan air dalam
tanah dan di udara tidak dapat mempertahankan suhu dan kelembabannya.Oleh karena itu,
penambahan volume air sangat erat hubungannya dengan ketersediaan air dalam tanah, misalnya
suhu rendah pada musim penghujan
membuat kelembaban menjadi tinggi. Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu.
Semakin tinggi suhu udara , maka kelembaban udara semakin kecil karena suhu yang semakin
tinggi membuat terjadinya presipitasi
(pengembunan molekul).
2. Jenis-jenis Kelembaban.
a. Kelembaban spesifik yaitu perpandingan antara massa udara sebenarnya di atmosfer dengan
satu massa udara, biasanya dinyatakan dalam system matrik, gram/kilogram.
b. Kelembaban mutlak yaitu massa uap air yang terdapat dalam satu satuan udara, dinyatakan
dalam gram/m3. Contohnya: kelembaban mutlak wilayah tropika umumnya lebih tinggi dari
wilayah temperatur.
c. Kelembaban nisbi yaitu perbandingan antara massa uap air yang ada di dalam satu satuan
volume , dengan massa uap air yang maksimum dapat dikandung pada suhu dan tekanan yang
sama. Oleh karena itu kelembaban
nisbi dapat pula merupakan perbandingan antara tekanan uap air(actual) dengan tekanan uap air
jenuh pada suhu yang sama. Satuan kelembaban nisbi dinyatakan dalam bentuk %.
3. Pengukuran Kelembaban Udara
Uap air adalah suatu gas yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu bagian dari
atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang-layang di udara.
Kabut melayang-layang dekat permukaan tanah,
kalau awan melayang-layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dapat dikandung oleh
hawa.Seperti gas-gas lainnya , uap air juga mempunyai tekanan , yang makin lebih besar apabila
temperature naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan uap.Tekanan uap adalah tekanan yang
diberikan oleh uap air sebagai bagian dari udara pada temperature tertentu. Tekanan uap adalah
bagian dari tekanan udara semuanya dapat diukur dengan millimeter air raksa atau milibar. Jika
udara pada suatu temperature sudah jenuh maka tekanan uap pada temperature tersebut mencapai
maksimum. Angka maksimum tersebut disebut tekanan uap maksimum. Tinggi rendahnya
kelembaban udara disuatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu:
a. Suhu
b. Tekanan udara
c. Pergerakan angin
d. Kuantitas dan kualitas penyinaran
e. Vegetasi
f. Ketersediaan air di suatu wilayah

PERALATAN OPERASI HUMIDIFIKASI


Peralatan untuk melakukan proses kelembaban di industry sebagai berikut :

1. Humidifier dan dehumidify


Humidifier adalah alat yang digunakan untuk memperbesar kelembaban gas,sedangkan
dehumidifier untuk alat yang digunakan untuk memperkecil kelembaban gas.Prinsipnya sebagai
berikut :
a. Humidifier, cairan disemprotkan ke dalam gas jenuh dan hangat, panas sensible dan
perpindahan massa terjadi seperti pada adiabatic saturator.
b. Dehumidifier , gas yang mempunyai kelembaban besar dan cairan dingin, suhu gas diturunkan
sampai di bawah titik embun maka uap dalam gas akan mengembun dan kelembaban gas akan
turun. Contoh alat humidifier dan dehumidifier adalah packed tower.Dalam hal ini aliran air
diatur mengalir dari atas,sedangkan gas mengalir dari bawah.
2. Cooling tower
Cooling tower didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang berfungsi mendinginkan air melalui
kontak langsung dengan udara yang mengakibatkan sebagian kecil air menguap. Cooling tower
yang bekerja pada system pendinginan udara biasanya menggunakan pompa sentrifugal untuk
menggerakkan air melintasi menara. Cooling tower secara garis besar berfungsi untuk menyerap
kalor dari air tersebut dan menyediakan sejumlah air yang relatif sejuk (dingin) untuk
dipergunakan kembali di suatu instalasi pendingin atau dengan kata lain cooling tower berfungsi
untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan
mengemisikannya ke atmosfer. Cooling tower mampu menurunkan suhu air lebih rendah
dibandingkan dengan peralatan - peralatan yang hanya
menggunakan udara untuk membuang panas, seperti radiator dalam mobil,dan oleh karena itu
biayanya lebih efektif dan efisien energinya.
Prinsip kerja cooling tower berdasarkan pada pelepasan kalor dan perpindahan kalor.
Perpindahan kalor pada cooling tower berlangsung dari air ke udara. Cooling tower
menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan
kemudian dibuang ke atmosfir, sehingga air yangtersisa didinginkan secara signifikan.

RELATIVE HUMADITY
Menurut Widodo dan Syamsuri (2008: 70) Kandungan uap air yang dapat bercampur dengan
udara kering tergantung pada suhu udara. Karena jumlah uap air di udara menentukan tekanan
parsial pada uap air, maka sudah pasti, udara akan dapat mengandung uap air maksimum bila
uap air di udara menerima tekanan parsial maksimum. Karena tekanan parsial maksimum yang
dapat diterima oleh uap air merupakan tekanan saturasi yang berhubungan langsung dengan suhu
saturasi, maka udara akan mengandung uap air maksimum (mempunyai berat jenis uap air
maksimum) ketika tekanan yang diterima uap air sama dengan tekanan saturasi pada suhu udara
tersebut. Pada kondisi ini, suhu udara dan suhu bola kering menjadi sama, dan udara dikatakan
menjadi saturasi. Sebagai catatan, semakin tinggi suhu udara, semakin tinggi pula tekanan parsial
maksimum dan semakin tingi pula kandungan uap air di udara.
Widodo dan Syamsuri (2008: 72) Relative humidity atau biasa disebut kelembaban relatif adalah
perbandingan antara tekanan parsial aktual yang diterima uap air dalam suatu volume udara
tertentu dengan tekanan parsial yang diterima uap air pada kondisi saturasi pada suhu udara saat
itu, rumus RH ditunjukan pada persamaan berikut:
RH = Tekanan parsial actual/Tekanan parsial saturasi
Untuk keperluan praktis, RH seringkali dinyatakan sebagai suatu perbandingan yang dinyatakan
dalam (%) antara berat jenis uap air aktual dengan berat jenis uap air pada keadaan saturasi.
Menurut LaPotin dkk (2019: 1593) telah mengemukakan Dengan asumsi uap air adalah gas yang
ideal, nilai RH bisa dihitung dengan persamaan berikut:
RH = P/P sat (T)
Dimana:
RH = Nilai RH dalam lingkungan (%)
P = Tekanan parsial uap air di udara (pascal)
Psat (T) = Tekanan saturasi uap Air di T (pascal)
a. Penghitungan Kerja Kompresor (Win)
Menurut poernomo (2015: 5) Apabila perubahan energi kinetik dan energi potensial diabaikan,
maka kerja kompresor ditunjukkan pada persaman berikut:
Win = (H2 – H1)
Dimana: Win = kerja kompresor (kJ/kg)
H2 = nilai entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)

H1 = nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)


Menurut Santoso (2017: 13) kerja kompresor per satuan masa refrigeran, dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
Win = (h2 – h1)
Dimana:
Win = kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kJ/kg)
H2 = nilai entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
H1 = nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)
Berdasarkan penjabaran rumus di atas maka nilai kerja kompresor dapat dicari dengan nilai
entalpi refrigeran saat keluar kompresor dikurangi nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor.
Hal ini menunjukan bahwa semakin besar nilai 29 entalpi refrigeran saat keluar kompresor maka
nilai kerja kompresor semakin baik.
b. Penghitungan Kalor yang Diserap Evaporator (Qin)
Kalor yang diserap evaporator merupakan perhitungan pada tahap 4-1, pada tahap ini merupakan
penambahan kalor reversibel pada tekanan tetap, yang menyebabkan penguapan menuju uap
jenuh. Menurut poernomo (2015: 5) kapasitas laju aliran kalor evaporasi dirumuskan pada
persamaan berikut:
Qin = (H1 – H4)
Jika, H4 = H3,
maka: Qin = (H1 – H3)
Dimana: Qin = energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran. (kJ/kg)
H1 = nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator atau sama dengan nilai entalpi saat masuk
kompresor. (kJ/kg)
H3/H4 = nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan nilai entalpi saat keluar
pipa kapiler. (kJ/kg)
Sedangkan Menurut Santoso (2017: 14) besarnya energi kalor persatuan massa refrigeran yang
diserap oleh evaporator dapat dihitung dengan persaman berikut:
Qin = h1 – h4 = h1 – h3
Dimana:
Qin = energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran. (kJ/kg)
H1 = nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator atau sama dengan nilai entalpi saat masuk
kompresor. (kJ/kg)
H3/H4 = nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan nilai entalpi saat keluar
pipa kapiler. (kJ/kg)
Berdasarkan penjabaran rumus di atas maka nilai kalor yang diserap evaporator dapat dicari
dengan nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor dikurangi nilai entalpi refrigeran saat
masuk evaporator. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai entalpi refrigeran saat masuk
kompresor maka nilai kalor yang diserap evaporator semakin baik.

FLOWSHEET PEMBUATAN PUPUK UREA


MEKANIKA 7

Volume 11 Nomor 2, Maret 2013

PENGARUH TEMPERATUR UDARA TERHADAP UNJUK KERJA UNIT


DESALINASI BERBASIS POMPA KALOR DENGAN MENGGUNAKAN
PROSES HUMIDIFIKASI DAN DEHUMIDIFIKASI

Indri Yaningsih1
1
Staf Pengajar – Jurusan Teknik Mesin – Universitas Sebelas Maret

Keywords : Abstract :
Dehumidification Desalination unit based on heat pump with humidification and dehumidification
Desalination processes was one of the heat pump applications system, with addition of a
Heat pump humidifier, sprinkler and evaporator (dehumidifier) that integrated in a unit.
Humidification In this unit, evaporator of heat pump was used for dehumidification process
which would produce fresh water from the air that has been humidified in the
humidifier with the spray of sea water through the sprinkler. The addition of
electric air heater was used to vary the inlet air temperature to the humidifier
on this system. In this research was examine the effect of air temperature on
the performance of desalination unit based on heat pump with using
humidification and dehumidification processes. In this research the air
temperature was varied at 35oC, 45oC, 55oC and 65oC, sea water temperature
was conditioned at a constant temperature of 35oC, and ambient
temperature was kept constant. Compressor was operated at a constant
rotation of 1,200 rpm, the sea water volumetric flow rate was kept at 300 l/h,
and sea water in this system was recirculated. The result of this research
showed that the volume of fresh water production increase with increasing
the inlet air temperature to the humidifier on this desalination unit.

PENDAHULUAN WHO, batas kadar garam yang diijinkan dalam air


Sejak dimulainya kehidupan di bumi, jumlah adalah 500 parts per million (ppm), dan untuk kasus
sumber air tawar yang ada di dunia dapat dikatakan khusus mencapai 1.000 ppm.
hampir mendekati konstan. Namun dalam kurun waktu
kurang dari 200 tahun, jumlah penduduk di dunia terus
meningkat dengan cepat. Hal ini diikuti dengan
peningkatan konsumsi air di dunia, yang meningkat
dua kali lipat setiap 20 tahun melampaui dua kali laju
pertumbuhan penduduk [1].
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
merekomendasikan batas minimal kebutuhan air
adalah 15 - 20 liter/orang/hari, dimana jumlah ini
hanya dapat digunakan untuk kebutuhan dasar seperti
minum, persiapan makanan, kebersihan pribadi serta
mencuci. Di Amerika Serikat konsumsi air rata-rata
mencapai 400 liter per orang. Di beberapa negara di
Afrika, konsumsi air tawar berada pada kisaran 20
liter per kapita per hari [2]. Sedangkan di Indonesia
kebutuhan air rata-rata berkisar 100 – 150 liter/orang
/hari [3].
Sumber air yang hampir tidak akan habis adalah
lautan. Kekurangan utamanya adalah kadar garamnya
yang tinggi. Air laut, air payau, dan air tawar memiliki
tingkat salinitas yang berbeda, yang sering dinyatakan
dengan konsentrasi padatan terlarut total. Menurut
MEKANIKA 8

Volume 11 Nomor 2, Maret 2013


Sebagian besar air yang terdapat di dunia
mempunyai kadar garam sampai 10.000 ppm, dan air
laut secara normal mempunyai kadar garam dalam
rentang 35.000 – 45.000 ppm dalam bentuk total
garam terlarut [4].
Air laut dapat dijadikan air tawar dengan proses
desalinasi. Desalinasi, secara umum bertujuan untuk
menghilangkan garam dari air yang mengandung
larutan garam. Tujuan dari sistem desalinasi adalah
untuk membersihkan dan memurnikan air laut atau
air payau serta mendapatkan air dengan total padatan
terlarut dalam batas yang diijinkan yaitu 500 ppm
atau kurang. Proses desalinasi ini melibatkan tiga
aliran cairan, yaitu umpan berupa air garam
(misalnya air laut), produk bersalinitas rendah, dan
konsentrat bersalinitas tinggi.
Salah satu perkembangan teknologi desalinasi
adalah dengan menggunakan pompa kalor (heat
pump) dengan menggunakan proses humidifikasi dan
dehumidifikasi (HD). Prinsip dari proses ini
berdasarkan fakta bahwa udara dapat bercampur
dengan uap air karena perbedaan konsentrasi.
Kandungan uap air yang dibawa udara akan
meningkat bersamaan dengan meningkatnya
temperatur udara. 1 kg udara kering dapat membawa
0,5 kg uap air atau sekitar 670 kkal ketika temperatur
udara meningkat dari 30°C - 80°C. Proses HD
MEKANIKA 9

Volume 11 Nomor 2, Maret 2013


terdiri dari tiga sub sistem, yaitu pemanas air atau kalor. Dalam sistem ini, udara dipanaskan melalui
udara, humidifier, dan dehumidifier atau evaporator. kondenser dan pemanas udara kemudian
Penelitian tentang desalinasi dengan proses dilembabkan di humidifier dengan dorongan blower
humidifikasi dan dehumidifikasi telah banyak (proses humidifikasi). Udara lembab ini didinginkan
dilakukan. Fath dan Ghazy, [5] melakukan studi ketika melewati evaporator, sehingga udara
mengembun menjadi air tawar (proses
secara numeris untuk mengetahui unjuk kerja
dehumidifikasi). Air laut disemburkan melalui
desalinasi surya dengan sistem humidifikasi- sprinkler ke humidifier untuk menambah
dehumidifikasi sederhana. Orfi, [6] melakukan studi kelembaban udara kering dari pemanas udara.
teoritis dan eksperimental sistem desalinasi surya Refrigeran yang digunakan pada unit pompa
menggunakan proses humidifikasi dan kalor adalah HFC 134-a, dan kompresor yang
dehumidifikasi. Sistem tersebut terdiri dari dua buah dipakai dalam penelitian ini adalah tipe torak 2
kolektor surya (udara dan air), sebuah evaporator silinder. Kondensor yang digunakan adalah
kondensor AC mobil yang berjumlah 2 buah dengan
dan kondensor. Yuan dan Zhang, [7] melakukan
dimensi panjang 58 cm, lebar 36 cm dan tebal 1,5
penelitian secara eksperimen dan teoritis untuk cm tiap kondensor. Evaporator yang digunakan pada
meningkatkan unjuk kerja dari sistem desalinasi tipe window 2 PK berjumlah 2 buah yang dipasang
surya sirkulasi tertutup dengan proses humidifikasi- secara paralel. Humidifier yang digunakan terbuat
dehumidifikasi. Gao, [8] meneliti tentang unjuk dari aluminium dengan dimensi panjang 30 cm,
kerja unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan lebar
37 cm, tinggi 35 cm yang disusun secara sejajar
humidifikasi dan dehumidifikasi. Pada sistem ini,
sebanyak 72 buah dengan jarak antar plat 5 mm dan
udara dipanaskan melalui kolektor surya dan sudut elevasi 45o tiap gelombangnya. Sprinkler pada
kemudian dilembabkan di honeycomb (alveolate penelitian ini berjumlah 5 buah yang dipasang di
humidifier) melalui blower. Yamali dan Solmus, [9] atas humidifier, disusun membentuk persegi dengan
melakukan studi eksperimental untuk mengetahui jarak antar sprinkler 16,5 cm. Termokopel yang
unjuk kerja dari sistem solar desalinasi digunakan dalam penelitian ini adalah termokopel
menggunakan proses humidifikasi dan tipe T dengan diameter 0,1 mm. Flowmeter
refrigeran yang digunakan adalah Variable Area
dehumidifikasi, dan hasilnya dibandingkan dengan
Glass Flowmeter Dwyer tipe VA20440. Pemanas
hasil yang diperoleh secara teoritis. Amer, 10 udara digunakan untuk memanaskan udara (air
meneliti secara eksperimen dan secara teoritis unit preheat) yang akan masuk ke dalam humidifier.
desalinasi menggunakan humidifikasi dan Pemanas udara yang digunakan berjumlah 5 buah
dehumidifikasi. Sistem ini didasarkan pada siklus dengan daya total 2.500 Watt.
terbuka untuk air dan siklus tertutup untuk aliran Parameter yang dibuat konstan yaitu putaran
kompresor sebesar 1200 rpm, laju aliran volumetrik
udara. Yaningsih, 11 meneliti desalinasi surya
air laut sebesar 300 liter/jam, dan temperatur air laut
berbasis pompa kalor dengan proses humidifikasi sebesar 35ºC. Air laut yang digunakan mempunyai
dan dehumidifikasi secara indoor experiment salinitas sebesar 31.342 ppm dan pada sistem ini
dengan menggunakan simulator surya, dimana disirkulasi ulang. Pengujian dilakukan dengan
radiasi surya disimulasikan dengan cahaya lampu variasi temperatur udara masuk humidifier sebesar
halogen. 35°C, 45°C, 55°C, dan 65°C dengan cara mengatur
Unjuk kerja dari sistem desalinasi berbasis daya pemanas udara.
pompa kalor dengan proses HD untuk meningkatkan Data penelitian yang diambil adalah besar
produksi air tawar sangat tergantung pada tekanan masuk dan keluar pada kompresor,
temperatur masukan air laut ke humidifier, kondensor, dan evaporator; temperatur refrigeran
temperatur udara masuk humidifier, laju aliran yang masuk dan keluar pada evaporator, temperatur
massa air laut, laju aliran massa udara 8, 9, 10. refrigeran yang masuk dan keluar pada kondensor,
Oleh karena itu penelitian untuk mengetahui unjuk temperatur udara sebelum dan sesudah humidifier,
kerja dari sistem desalinasi ini sangat penting. temperatur udara sebelum dan sesudah dehumidifier
Penelitian ini akan menguji pengaruh temperatur dan volume air tawar yang dihasilkan. Unit
udara terhadap unjuk kerja unit desalinasi berbasis desalinasi dijalankan selama 180 menit untuk
pompa kalor dengan menggunakan proses HD. masing
– masing variasi, dimana pengambilan data
dilakukan setiap 20 menit.
METODOLOGI PENELITIAN
Persamaan yang digunakan untuk menghitung
Skema unit desalinasi berbasis pompa kalor
unjuk kerja sistem pompa kalor standar :
dengan menggunakan proses humidifikasi dan

Q mref .(h  h )
dehumidifikasi dapat dilihat pada gambar 1. Sistem COP  kond
 2 3

HP 
ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu pemanas udara, W kom
unit humidifikasi dan dehumidifikasi dan unit p
mref .(h2  h1 ) (1)
pompa
MEKANIKA 10

Volume 11 Nomor 2, Maret 2013


Persamaan yang digunakan untuk menghitung Penambahan massa uap air total setelah
unjuk kerja sistem pompa kalor aktual : melewati humidifier dapat dihitung dengan

persamaan :
COP Qkond m ref .(h2a  h3 ) 
 
HP
W

W1  m a (w2  w1 ) (4)
kom (2)
p
m ref .(h2 a  h1 )
Pengurangan massa uap air total setelah
Laju aliran massa udara ( ) dapat dihitung melewati dehumidifier dapat dihitung dengan
dengan persamaan : persamaan :
 

m a   udaraVa A W2  m a (w2  w3 )


(3) (5)

Gambar 1. Gambar 3D unit desalinasi berbasis pompa kalor dengan menggunakan proses
HD
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Pengaruh Temperatur Udara Masuk
Humidifier Terhadap Produksi Air Tawar terhadap waktu dengan variasi temperatur
udara.

Gambar 2. Grafik akumulasi produksi air tawar


MEKANIKA 11

Volume 11 Nomor 2, Maret 2013


Gambar 2. menunjukkan grafik akumulasi
produksi air tawar terhadap waktu dengan variasi
temperatur udara masuk humidifier. Dari gambar 2 dapat
dilihat bahwa produksi air tawar meningkat terhadap
waktu dan temperatur udara masuk humidifier. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi temperatur udara maka
kemampuan untuk menyerap uap air juga semakin tinggi.
Seperti pada gambar 3, bahwa semakin tinggi temperatur
udara maka penambahan massa air total dalam udara
setelah melewati humidifier juga semakin tinggi.
Penambahan massa air total dalam udara yang semakin
tinggi ini dikarenakan udara pada temperatur yang lebih
tinggi mempunyai kelembaban relatif yang lebih kecil
daripada udara pada temperatur rendah, sehingga
kemampuan untuk menyerap uap air menjadi semakin
tinggi.
MEKANIKA 12

Volume 11 Nomor 2, Maret 2013


pendinginan paling rendah dibandingkan dengan
temperatur udara yang lain. Sedangkan seiring
dengan naiknya temperatur udara yang masuk ke
dalam sistem maka beban pendinginan yang
diterima sistem pompa kalor juga akan semakin
meningkat. Nilai COPHP pada temperatur udara
tertentu relatif sama terhadap waktu. Hal ini karena
sistem pompa kalor menerima beban pendinginan
sama selama dijalankan pada temperatur udara
tertentu yang konstan.

c. Salinitas Air Tawar Hasil Proses Desalinasi


Produk air tawar hasil proses desalinasi ini
memiliki nilai salinitas 715 ppm. Ini berarti air tawar
yang dihasilkan dari proses desalinasi ini telah
Gambar 3. Grafik penambahan massa uap air memenuhi standar air yang dapat digunakan untuk
total terhadap waktu dengan variasi temperatur air minum, kebutuhan rumah tangga (memasak,
udara masuk humidifer mencuci, berkebun, dll) dan beberapa keperluan
industri 12.
Volume air tawar yang dihasilkan setiap 20
menit untuk setiap variasi temperatur udara relatif
KESIMPULAN
sama. Hal tersebut terjadi karena temperatur udara,
Volume produksi air tawar meningkat seiring
laju aliran volumetrik air laut, temperatur air laut
dengan kenaikan temperatur udara masuk humidifier
serta kecepatan udara yang masuk ke dalam sistem
dari unit desalinasi. Laju produksi air tawar rata-rata
selama waktu pengujian untuk setiap variasi relatif
dari unit desalinasi pada variasi temperatur udara
sama. aju produksi air tawar rata-rata untuk
rata-rata masuk humidifier 35oC, 45oC, 55oC, dan
temperatur udara masuk humidifier 35°C, 45°C,
65oC berturut-turut 10 ml/menit, 12 ml/menit, 14
55°C, dan 65°C berturut-turut 10 ml/menit, 12
ml/menit, dan 15 ml/menit atau berturut-turut 14,40
ml/menit, 14 ml/menit, dan 15 ml/menit. Sehingga
L/hari, 17,28 L/hari, 20,16 L/hari, dan 21,60 L/hari.
unit desalinasi ini dapat memproduksi air tawar
untuk temperatur udara masuk humidifier 35°C,
45°C, 55°C, dan 65°C berturut-turut rata-rata 14,40 DAFTAR PUSTAKA
L/hari, 17,28 L/hari, [1] Sinha, R.K., 2010, Desalination & water
20,16 L/hari, dan 21,60 L/hari. purification technologies, Goverment of India,
b. Pengaruh Temperatur Udara Masuk Mumbai.
Humidifier Terhadap COPHP Aktual. [2] Cipollina, A., Micale, G., Rizzuti, L., 2009,
Gambar 4 menunjukkan grafik hubungan antara Seawater desalination-conventional and
COPHP aktual terhadap waktu dengan variasi renewable energy processes, Springer
temperatur udara. Heidelberg Dordrecht London, New York.
[3] Entjang, I., 1991, Ilmu kesehatan masyarakat,
PT Citra Aditya Bakti, Bandung
[4] Kalogirou, S.A., 2004, Solar thermal collectors
and applications, Progress in Energy and
Combustion Science ,vol. 30, pp. 231-295
[5] Fath, H.E.S., Ghazy, A.,2002, Solar desalination
using humidification-dehumidification
technology, Desalination, vol.142, pp.119-113
[6] Orfi, J., Laplante, M., Marmouch, H., Galanis,
N., Benhamou, B., Ben Nasrallah, S., Nguyen,
C.T., 2004, Experimental and theoretical study
of a humidification-dehumidification water
desalination system using solar energy,
Desalination, vol. 168, pp. 151-159
Gambar 4. Grafik COP HP aktual terhadap waktu
dengan variasi temperatur udara masuk humidifier [7] Yuan, G., Zhang, H., 2007, Mathematical
modeling of a closed circulation solar
Dari gambar 4 dapat dilihat nilai COPHP aktual
desalination unit with humidification-
menurun dengan kenaikan temperatur udara. Nilai
COPHP tertinggi terjadi pada temperatur udara 35°C. dehumidification, Desalination ,vol. 205, pp.
Hal ini disebabkan karena pada temperatur udara 156-162
35°C sistem pompa kalor memiliki beban [8] Gao, P., Zhang, L., Zhang, H., 2008,
Performance analysis of a new type
desalination
MEKANIKA 13

Volume 11 Nomor 2, Maret 2013


unit of heat pump with humidification and
dehumidification, Desalinasi, vol. 220, pp. 531–
537
[9] Yamale, C., Solmus,I., 2008, A solar desalination
system using humidification– dehumidification
process: experimental study and comparison
with the theoretical results”,
Desalination, vol. 220, pp. 538-551

[10] Amer,E.H., Kotb,H., Mostafa,G.H., El-Ghalban,


A.R., 2009, Theoretical and experimental
investigation of humidification–
dehumidification desalination unit,
Desalination, vol. 249, pp. 949–959
[11] Yaningsih, I., Istanto, T., Purwanto, A., 2012,
Pengaruh temperatur udara terhadap unjuk
kerja unit desalinasi surya berbasis pompa
kalor dengan menggunakan proses humidifikasi
dan dehumidifikasi, Prosiding Seminar Nasional
Teknik Mesin 7, tanggal 21 Juni 2012, Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri, UK
Petra Surabaya
[12] El-Dessouky. H T. and Ettouney, H.M., 2002,
Fundamentals of salt water desalination, First
edition, Elsevier, Netherland

NOTASI
A = luas penampang saluran (m2)
COPHP = koefisien prestasi pompa kalor aktual
h1 = entalpi refrigeran keluar
evaporator (kJ/kg)
h2 = entalpi refrigeran pada tekanan keluar
kompresor (kJ/kg)
h2a = entalpi refrigeran masuk
kondensor (kJ/kg)
h3 = entalpi refrigeran pada tekanan keluar
kondensor (kJ/kg)
ṁa = laju aliran massa udara (kg/s)
ṁref = laju aliran massa refrigeran (kg/s)
Qkond = kalor yang dilepas oleh kondensor (kW)
Va = kecepatan udara (m/s)
Wkomp = daya kompresor (kW)
w1 = rasio kelembaban udara masuk
humidifier (kg uap air/kg udara kering)
w2 = rasio kelembaban udara keluar
humidifier (kg uap air/kg udara kering)
w3 = rasio kelembaban udara keluar
humidifier (kg uap air/kg udara kering)
ρudara = densitas udara (kg/m3)
∆W1 = penambahan massa uap air total (kg/s)
∆W2 = penambahan massa uap air total (kg/s)

Anda mungkin juga menyukai