Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oprasi untuk menentukan uap air dalam aliran gas Pada pemrosesan bahan dikenal
sebagai proses humidifikasi. Sedangkan untuk mengurangi uap air dalam aliran gas disebut
proses dehumidifikasi. Pada proses humidifikasi, kadar uap air dapat ditingkatkan dengan
melewatkan aliran gas diatas cairan yang kemudian akan menguap ke dalam aliran gas.
Perpindahan ke aliran utama berlangsung dengan cara difusi dan pada perbatasan (interface)
perpindahan panas dan massa yang berlangsung terus-menerus, sedangkan dalam
dehumidifikasi dilakukan kondensasi (pengembunan) parsial dan uap yang terkondensasi(
terhubungkan) dibuang.
Implementasi dari proses humidifikasi dan dehumidifikasi menyangkut sistem udara-air.
contoh paling sederhana adalah pengeringan padatan basah dengan pengurangan jumlah
kandungan air sebagai tujuan utama dan dehumidifikasi aliran gas sebagai efek samping.
Pemakaian AC dan pengeringan gas juga menggunakan proses humidifikasi dan
dehumidifikasi. Sebagai contoh kandungan uap air harus dihilangkan dari gas klor basah,
sehingga gas ini bisa digunakan pada peralatan dari baja untuk menghindari
korosi.Sedangkan, contoh proses humidifikasi adalah pengkondisian kelembaban udara pada
budidaya jamur atau contoh lain adalah proses melembabkan lingkungan di daerah tandus
seperti Arab Saudi dengan cara menyemprotkan air keudara.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Dapat mengukur temperatur humiditi baik temperatur bola basah maupun temperatur
bola kering
2. Dapat mencari selisih humiditi sebelum dan sesudah masuk kolom humidifikasi dan
massa air yang terserap
3. Dapat mencari selisih entalpi sebelum dan sesudah masuk kolom dehumidifikasi
BAB II
DASAR TEORI

Penggunaan yang paling luas dari proses humidifikasi dan dehumidifikasi menyangkut
sistem udara-air. Contoh yang paling sederhana adalah pengeringan padatan basah dengan
pengurangan jumlah kandungan air sebagai tujuan utama dehumidifikasi aliran gas sebagai efek
samping.

Untuk mendapatkan laju humidifikasi yang tinggi, kontak antar permukaan dari udara
dan air dibuat sebesar mungkin. Modifikasi yang dapat dilakukan adalah memakai jenis packing
yang dapat mendukung perluasan kontakantar permukaan dan laju air sirkullasi air diatur
optimum sehingga dapat mendukung terbentuknya laji film pada permukaan packing kolom.

Gambar 2.1 Skema Humidifikasi dan De-Humidifikasi


(Sumber: Pramudono, 2009)

2.1 Pengertian Humidifikasi dan Dehumidifikasi


Dalam pemrosesan bahan sering diperlukan untuk menentukan uap air dalam
larutan gas. Operasi ini dikenal dengan proses humidifikasi. Sebaliknya, untuk mengurangi
uap air dalam aliran gas dikenal dengan proses dehumidifikasi. Dalam humidifikasi, kadar
uap iar dapat ditingkatkan dengan melewatkan aliran gas diatas cairan yang kemudian akan
menguap kedalam aliran gas.’perpindahan ke aliran utama berlangsung dengan cara difusi
dan pada perbatasan (interface) perpindahan panas dan massa yang berlangsung terus-
menerus sedangkan dalam dehumidifikasi dilakukan kondensasi (pengembunan) parsial
dan uap yang terkondensasi (terhubungkan) dibuang.

2.2 Istilah-Istilah dalam Proses Humidifikasi dan Dehumidifikasi


1) Kelembaban yaitu massa uap yang dibawa oleh satu satuan massa gas bebas uap,
karena itu humidity hanya bergantung pada tekanan bagian uap di dalam campuran bila
tekanan total tetap.
2) Suhu bola basah yaitu suhu pada keadaan tunak dan tidak berkesetimbangan yang
dicapai bila sutu massa kecil dari zat cair dikontakkan dalam keadaan adiabatik di
dalam arus gas yang kontinu.
3) Kelembaban jenuh yaitu udara dalam proses yang berkesetimbangan dengan air pada
suhu dan tekanan tertentu. Dalam campuran ini, tekanan parsial uap air dalam
campuran udara - air adalah sama tekanan uap murni pada temperatur tertentu.
4) Kelembaban relative yaitu ratio antara takanan bagian dan tekanan uap zat cair pada
suhu gas. Besaran ini dinyatakan dalam persen ( % ) sehingga kelembaban 100 %
berarti gas jenuh sedang kelembaban 0 % berarti gas bebas uap.
5) Kalor lembab yaitu energi kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu satuan
massa beserta uap yang dikandungnya.
6) Entalpi lembab yaitu entalpi satu satuan massa gas ditambah uap yang terkandung di
dalamnya.
7) Volume lembab yaitu volume total satu satuan massa bebas uap beserta uap yang
dikandungnya pada tekanan 1 atm.
8) Titik embun campuran udarra – uap air yaitu temperature pada saat gas telah jenuh oleh
uap air.

2.3 Peralatan dengan Prinsip Humidifikasi dan Dehumidifikasi


2.3.1 Humidifier (Peningkat Kelembaban)
Peralatan pelembab udara harus memiliki perangkat utama yang terdiri
perangkat untuk pemanasan udara, baik sebelum atau sesudah pelembaban atau
keduanya, dan beberapa metode untuk membuat udara di dalam kontak dengan air.
Perangkat pemanas biasanya berupa elemen atau susunan dari tabung bersirip. Udara
dapat dibuat kontak dengan air dalam berbagai perangkat (Djauhari, 2002).

Gambar 2.2 Humidifier

2.3.2 Dehumidifier (Pengering Udara)


Alat dipakai untuk menguranagi tingkat kelembaban di udara dalam bangunan
perumahan atau perkantoran. Biasanya karena alasan kesehatan. Karena tingkat
kelembaban yang tinggi menigkatkan pertumbuhan jamur juga tidak menyenangkan
bagi manusia. Dapat juga menyebabkan kondensasi dan dapat membuat sulit tidur.
Sedangkan dalam dunia industri (contohnya : percetakan ) dipakai untuk
menjaga tingkat kelembaban yang diinginkan karena berpengaruh pada kualitas
hasil cetak (Djauhari, 2002).

Gambar 2.3 Dehumidifier

2.4 Dasar-Dasar Psikometrik


Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang menentukan sifat-sifat fisis dan
termodinamika suatu gas yang didalamnya terdapat campuran antara gas-uap. Sebagai contoh
adalah menentukan sifat-sifat dari campuran udara dan uap air. Adapun sifat-sifat tersebut
anatara lain: temperatur bola kering (Tdb), temperatur bola basah (Twb), dew point, kelembaban
relatif (RH), rasio kelembaban (w), entalpi (h), volume spesifik (v) (Stanley, 1988).
Untuk memahami proses-proses yang terjadi pada psychrometric chart perlu adanya
pemahaman tentang hukum Dalton dan sifat-sifat yang ada dalam karta psikometrik, antara lain :
1. Temperatur bola kering
Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada termometer sensor kering
dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur ini tidak tepat karena adanya pengaruh radiasi
panas.
2. Temperatur bola basah
Temperatur bola basah merupakan temperatur yang terbaca pada termometer dengan sensor
yang dibalut dengan kain basah. Temperatur bola basah sering disebut dengan temperatur jenuh
adiabatik.
3. Titik embun
Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya sama dengan
tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap air dalam udara mulai mengembun
dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab didinginkan. Pada tekanan yang berbeda titik
embun uap air akan berbeda, semakin besar tekanannya maka titik embunnya semakin besar.
4. Kelembaban relatif
Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap air di dalam
udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu dan tekanan yang sama, atau
perbandingan antara tekanan persial uap air yang ada di dalam udara dengan tekanan jenuh uap
air yang ada pada temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai
kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi semakin besar RH semakin kecil
kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap air. Kelembaban ini dapat dirumuskan :

dimana :
Pw = Tekanan parsial uap air
Pws = Tekanan jenuh uap air
(Stoecker, W.F and Jones, J.W. 1989)

5. Kelembaban spesifik (rasio kelembaban)


Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang terkandung didalam setiap
kilogram udara kering, atau perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering yang
ada didalam atmosfir. Kelembaban spesifik dapat dirumuskan :

Dimana :
W = Kelembaban spesifik
Mw = Massa uap air
Ma = Massa udara kering
(Stoecker, W.F and Jones, J.W. 1989)

6. Entalpi
Entalpi merupakan energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada temperatur tertentu, atau
jumlah energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg udara kering dan x kg air (dalam
fasa cair) dari 0℃ sampai mencapai t℃ dan menguapkannya menjadi uap air (fasa gas).
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
Dimana :
Hy = Entalpi
H = Humiditas
(Geankoplis, 2003)

7. Humidias
Humiditas (H) campuran udara-uap air didefinisikan massa uap air dalam 1 kg udara kering.

kgH2O 18.02 PA
H 
kgdryair 28.97 P  PA
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
 Seperangkat alat humidifikasi dan dehumidifikasi
 Termometer bola basah dan termometer bola kering
 Kompresor
 Anemometer
1.1.2 Bahan yang digunakan
 Air
 Udara tekan
3.2 Langkah Kerja
3.2.1 Humidifikasi Tanpa Pemanasan

Control air pressure dan switch diputar pada posisi ON secara


berurutan

Kompresor (P2) dinyalakan.


V1 dan V4 dibuka. V2, V3, V5, dan V6 ditutup

Beda tekanan diatur hingga 30 mbar

Centrifugal Pump dinyalakan dan diatur hingga laju alir air 80


L/h

Dicatat semua suhu (suhu bola basah dan suhu bola kering) setiap
5 menit selama 15 menit

Laju alir air divariasikan (80 L/h , 130 L/h dan 180 L/h) tiap 15
menit

Langkah diatas diulangi untuk beda tekan pada 40 mbar


tekanan 20 mbar
3.2.2 Dehumidifikasi tanpa Pemanasan

V1, V3, dan V5 ditutup. V2 dan V4 dibuka

Beda tekanan diatur hingga 20 mbar

Dicatat semua suhu (suhu bola basah dan suhu bola kering) setiap
5 menit selama 15 menit

Langkah diatas diulangi untuk beda tekan pada 30 mbar dan 40


mbar
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

4.1.1 Kalibrasi Laju Alir Udara

12
y = 0.0606x + 3.3553
∆P Laju Alir Udara
10 R² = 0.9872
(mbar) (m3/s)

laju udara (m/s)


20 4.47 8
30 4.83
6
40 5.91 laju udara
60 7.43 4
Linear (laju udara )
80 8.35 2
100 9.32
0
120 10.45 0 50 100 150
ΔP (mbar)

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Laju Udara

4.1.2 Humidifikasi

Udara Masuk Udara Keluar


Laju Alir
(°C) (°C)
Waktu Air ΔP Laju Alir
Run T
(menit) (liter/h) (mbar) Udara (m3/s) T bola T bola T bola
bola
kering basah kering
basah
1 5 60 20 4.47 24 28 23.5 25.5
10 60 20 4.47 23 28 24 26
15 60 20 4.47 23 28 23.5 25.5
rata-rata 23.3 28 23.67 25. 67
2 5 120 20 4.47 23 28 24 26.5
10 120 20 4.47 23.5 28 23.5 26
15 120 20 4.47 24 28 23.5 26
rata-rata 23.5 28 23. 67 26.167
3 5 200 20 4.47 24 27 23.5 26
10 200 20 4.47 24 28 23.5 25.5
15 200 20 4.47 23 28 23.5 25.5
rata-rata 23. 67 27. 67 23.5 25. 67
4 5 60 30 4.83 23 28 23 26
10 60 30 4.83 23 29 22.5 26.5
15 60 30 4.83 23 28.5 22.5 26.5
rata-rata 23 28.5 2267 26.33
5 5 120 30 4.83 23 29.5 24 26.5
10 120 30 4.83 24 30 24.5 27
15 120 30 4.83 24 30 23.5 27
rata-rata 23.67 29.83 24 26.83
6 5 200 30 4.83 23 29 23.5 26.5
10 200 30 4.83 23 29 23 26.5
15 200 30 4.83 23 29 23 26.5
rata-rata 23 29 23.167 26.5

4.1.3 Dehumidifikasi

Waktu ΔP Laju Alir Udara Masuk Udara Keluar


Run
(menit) (mbar) Udara (m3/s) (°C) (°C)
Tw Tg Tw Tg
5 20 4.47 22.5 30.5 23 32
10 20 4.47 23 30 23.5 33
1
15 20 4.47 23 30.5 23 33
Rata-rata 22.83 30.33 23.167 32.67
5 30 4.83 22.5 31.5 23 33.5
10 30 4.83 23 30.5 23 33.5
2
15 30 4.83 22.5 31.5 23 33.5
Rata -rata 22.67 31.167 23 33.5
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Humidifikasi

Dengan Grafik Dengan Perhitungan


Enthalpy Humiditi Entalpy
Run
(KJ/Kg udara kering) (kg uap air/kg udara kering) (KJ/Kg udara kering)
Masuk Keluar ΔH Masuk Keluar ΔHR Masuk Keluar ΔH
76.761 74.712 2.049 0.019 0.0192 0.0002 76.66676 74.57483 2.091932
72.501 76.846 4.345 0.0173 0.0199 0.0026 72.32489 76.88057 4.55568
1
72.501 74.712 2.211 0.0173 0.0192 0.0019 72.32489 74.57483 2.249936
73.76 75.4 1.64 0.0178 0.0195 0.0017 73.60191 75.51324 1.911328
72.501 76.825 4.324 0.0173 0.0196 0.0023 72.32489 76.63641 4.31152
74.607 74.691 0.084 0.0182 0.019 0.0008 74.62353 74.58532 0.038208
2
76.761 74.691 2.07 0.019 0.019 0 76.66676 74.58532 2.08144
74.6 75.42 0.82 0.0182 0.0193 0.0011 74.62353 75.52395 0.90042333
76.804 74.691 2.113 0.0194 0.019 0.0004 76.6469 74.58532 2.061584
76.761 74.712 2.049 0.019 0.0192 0.0002 76.66676 74.57483 2.091932
3
72.501 74.712 2.211 0.0173 0.0192 0.0019 72.32489 74.57483 2.249936
75.35 74.7 0.65 0.0186 0.0192 0.0006 75.29849 74.74834 0.550144
72.501 72.583 0.082 0.0173 0.0182 0.0009 72.32489 72.5451 0.220204
72.461 70.5 1.961 0.017 0.0172 0.0002 72.59564 70.51348 2.082156
4
72.481 70.5 1.981 0.0171 0.0172 0.0001 72.33266 70.51348 1.819174
72.5 71.2 1.3 0.0171 0.0175 0.0004 72.33266 71.10587 1.22679133
72.44 76.825 4.385 0.0167 0.0196 0.0029 72.34706 76.63641 4.28935
76.676 79.006 2.33 0.0182 0.02 0.0018 76.70196 78.1782 1.47624
5
76.676 73.65 3.026 0.0182 0.0186 0.0004 76.70196 74.60518 2.096784
75.25 76.8 1.55 0.0177 0.0195 0.0018 75.25001 76.72851 1.478496
72.45 74.67 2.22 0.017 0.0188 0.0018 72.59564 74.59544 1.999796
72.45 72.562 0.112 0.017 0.018 0.001 72.59564 72.55446 0.04118
6
72.45 72.562 0.112 0.017 0.018 0.001 72.59564 72.55446 0.04118
72.45 73.3 0.85 0.017 0.0183 0.0013 72.59564 73.31983 0.724186

Keterangan : Kolom berwarna biru merupakan rata – rata data


* Grafik psikometrik yang digunakan dengan parameter ketinggian Bandung (768 mdpl)
4.2.2 Dehumidifikasi

Dengan Grafik Dengan Perhitungan


Humiditi*
∆P friksi
Run (kg uap air/kg udara Entalpy* Entalphy
(mbar)
kering)
Masuk Keluar ΔHR Masuk Keluar ΔH masuk Keluar ΔH
0.0155 0.0156 0.0001 70.342 72.34 1.998 70.31297 72.12034 1.807366 6
0.0165 0.0161 0.0004 72.42 74.4 1.98 72.3537 74.43638 2.082684 6
1
0.0163 0.0152 0.0011 72.4 72.3 0.1 72.35996 72.12929 0.230674 6
0.0161 0.0157 0.0004 71.714 73.008 1.294 71.67567 73.06617 1.3905
0.0151 0.015 0.0001 70.302 72.278 1.976 70.32286 72.1332 1.810338 7
0.0163 0.015 0.0013 72.4 72.278 0.122 72.35996 72.1332 0.226762 7
2
0.0151 0.015 0.0001 70.302 72.278 1.976 70.32286 72.1332 1.810338 7
0.0153 0.015 0.0003 70.978 72.278 1.3 70.4904 72.1332 1.642802

Keterangan : Kolom berwarna biru merupakan rata – rata data


* Grafik psikometrik yang digunakan dengan parameter ketinggian Bandung (768 mdpl)

4.2.3 Grafik Hasil Pengolahan Data

0.002 0.0018
HR (kg uap air/kg udara kering)

0.0017
0.0018
0.0016
0.0013
0.0014
0.0011
0.0012
0.001
0.0008 0.0006 laju udara 4.47m3/s
0.0006 0.0004 laju udara 4.83m3/s
0.0004
0.0002
0
0 50 100 150 200 250

Laju Alir Air (L/h)

Grafik 4.2 Laju Alir Air terhadap Nilai Selisih Rata-Rata Humiditas pada Proses Humidifikasi
0.00045
0.0004

HR (kg uap air/kg udara kering)


0.0004
0.00035
0.0003
0.0003
0.00025
0.0002
0.00015
0.0001
0.00005
0
4.45 4.5 4.55 4.6 4.65 4.7 4.75 4.8 4.85
Laju Alir Udara (m3/s)

Grafik 4.3 Laju Alir Udara terhadap Nilai Selisih Rata-Rata Humiditas pada Proses
Dehumidifikasi

2.5

2 1.911

1.64
H (kg/kg udara kering)

1.55
1.4785 laju udara 4.47m/s
1.5 berdasarkan grafik
1.3
1.2268
laju udara 4.83m/s
berdasarkan grafik
1 0.9
0.82 0.85 laju udara 4.47m/s
0.7242 berdasarkan perhitungan
0.65
0.5502 laju udara 4.83m/s
berdasarkan perhitungan
0.5

0
0 50 100 150 200 250
Laju Alir Air (L/h)

Grafik 4.4 Laju Alir Air Terhadap Nilai Selisih Rata-Rata Entalpi pada Proses Humidifikasi
1.8 1.642802
1.6
1.3905
1.4 1.294 1.3
H (kg/kg udara kering)
1.2 berdasarkan
grafik
1
0.8
berdasarkan
0.6 perhitungan
0.4
0.2
0
4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9
Laju Alir Udara (m3/s)

Grafik 4.5 Laju Alir Udara Terhadap Nilai Selisih Rata-Rata Entalpi pada Proses Dehumidifikasi

4.3 Pembahasan
Pembahasan oleh Nabilla Amalia N.S (151424020)

1. Pengukuran temperature Bola Basah dan Bola Kering

Pada praktikum humidifikasi dan dehumidifikasi dilakukan pengukuran bola basah dan
bola kering. Untuk pengukuran bola kering dilakukan secara langsung dan untuk pengukuran
temperature bola basah diukur dengan melakukan pendekatan menggunakan grafik
psikometrik (pendekatan temperature jenuh adiabatik).

2. Pengaruh laju alir air dan laju alir udara terhadap selisih humiditas
a. Humidifikasi
Pada praktikum humidifikasi dilakukan 6 variasi pengamatan, yaitu pada laju alir air 60
L/h, 120 L/h dan 200 L/h serta variasi laju alir udara 4.47 m3/s dan 4.83m3/s. Hasil
penolahan data praktikum, dapat dilihat pada grafik 4.2, bahwa nilai selisih humiditas
tertinggi terjadi pada laju alir air sebesar 120 L/jam dan laju alir udara 4.83 m3/s yang
menunjukkan bahwa pada laju alir tersebut banyak packing dalam kolom yang terbasahi. Hal
ini menyebabkan semakin besarnya kontak antara udara dengan uap air yang membuat
perpindahan uap air ke dalam udara semakin banyak. Selain itu, semakin besar laju alir
udara, kemampuan udara untuk menampung uap air juga semakin besar. Namun pada laju
alir air sebesar 200L/jam menunjukan penurunan nilai selisih humiditas, hal ini menunjukan
bahwa pada laju alir tersebut tidak banyak packing dalam kolom yang terbasahi, hal tersebut
dapat terjadi karena laju udara yang kurang mampu berkontak dengan air, sehingga packing
yang terbasahi menjadi sedikit.
b. Dehumidifikasi
Pada praktikum dehumidifikasi,dilakukan 2 variasi laju alir udara, yaitu sebesar 4.47 m3/s
dan 4.83m3/s. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada grafik 4.3, terjadi penurunan
humiditas seiring dengan kenaikan laju alir udara. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin
besar laju alir udara, maka semakin besar kontak yang terjadi antara laju alir udara dengan
silica gel sehingga semakin bayak uap air dalam udara yang diserap oleh silica gel.

3. Pengaruh laju alir air dan laju alir udara terhadap selisih entalpi
a.Humidifikasi
Pada praktikum humidifikasi, dapat dilihat pada grafik 4.4, saat laju alir air naik, baik
secara perhitungan ataupun secara grafik, nilai selisih entalpi semakin menurun pada laju alir
udara yang sama (4.47m3/s). Hal ini dapat terjadi karena adanya chanelling, yang disebabkan
oleh laju alir air yang terlalu tinggi sehingga kontak air dengan udara tidak efektif.
Sedangakan pada laju alir udara 4.83m3/s, nilai selisih entapli mengalami kenaikan pada laju
alir air 60L/h dan 120 L/h, namun pada laju alir air 200L/h nilai selisih entalpi mengalami
penurunan, hal ini juga dapat terjadi karena adanya chanelling. Dalam teori dijelaskan bahwa
semakin tinggi laju alir air atau laju alir udara, nilai selisih entalpi semakin tinggi,karena
semakin banyak air, semakin banyak panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air ke udara.

b. Dehumidifikasi

Pada praktikum dehumidifikasi, pengaruh laju alir udara terhadap nilai selisih rata-rata
entalpdapat dilihat pada grafik 4.5,baik secara grafik ataupun perhitungan menunjukkan
bahwa semakin besar laju alir udara, maka nilai selisih rata-rata entalpi semakin naik. Hal ini
terjadi karena entalpi yang masuk lebih kecil dari entalpi yang keluar, entalpi yang masuk
lebih kecil dapat terjadi karena nilai laju alir udara yang digunakan pada praktikum ini terlalu
kecil, sehingga saat laju udara terlalu kecil, akan ada penurunan suhu masuk, dan nilai entalpi
menjadi menurun juga. Namun dalam teori dijelaskan bahwa semakin besar laju alir
udara,maka semakin kecil perubahan entalpi. Secara teoritis pada dehumidifikasi entalpi
yang masuk lebih besar daripada entalpi yang keluar, hal ini dikarenakan kadar uap air dalam
udara berkurang, sehingga jumlah energi kalor yang diperlukan lebih kecil pada udara keluar
kolom dibandingkan udara masuk kolom.

Pembahasan Oleh Nurlailatush Sholihah (151424021)


 Proeses Humidifikasi
a. Pengaruh laju alir air terhadap nilai humiditas dan nilai entalpi

Berdasarkan teori diketahui bahwa semakin tinggi laju alir air, maka humiditas udara
akan semakin besar karena banyaknya packing yang terbasahi, namun pada praktikum yang telah
dilakukan dengan data yang terdapat pada gambar 4.2 tidak sesuai dengan teori. Bahkan pada
laju alir air 120 L/jam dan 200 L/jam dengan laju alir udara 4.47 m 3/s mengalami penurunan
begitu pula pada laju alir 200 L/jam dengan laju udara 4.83 m3/s. Hal ini disebabkan packing
yang tidak terbasahi dengan rata karena terlalu jauhnya perbedaan dari laju alir 60 L/jam ke laju
alir 120 L/jam maupun ke laju 200 L/jam sehingga terjadi shocking dan air hanya membasahi
packing sebagian.

Hal ini pun berakibat kepada turunnya perbedaan entalpi (∆H). Berdasarkan teori bahwa
semakin tinggi laju alir air, maka kandungan uap air yang keluar humidifier akan semakin tinggi.
Semakin tinggi kandungan uap air maka energi kalor yang dimilikinya pun semakin tinggi.

b. Pengaruh laju alir udara terhadao nilai humiditas dan entalpi

Kemungkinan terbesar yang menyebabkan data tidak sesuai dengan teori adalah karena
terlalu besarnya laju alir air dan laju alir udara. Diketahui bahwa pada saat praktikum telah
dicoba beberapa kali pergantian variasi laju alir udara maupun laju alir air dan hasilnya ketika
laju alir udara (diatur dari manometer) dengan tekanan diatas 30 mbar (diatas 4.83 m3/s)
kemudian laju alir air diatas 120 L/jam terjadi flooding. Sehingga dilakukan penyesuaian berkali
kali sampai didapatkan variasi yang pas. Namun pada run ke 2, dengan laju alir udara 4.83 m3/s,
tetap tidak teraliri dengan rata air pada packing.

 Proses Dehumidifikasi
a. Pengaruh laju alir udara terhadap nilai humiditas

Berdasarkan gambar 4.4, pada proses dehumifikasi dapat diketahui bahwa semakin tinggi
laju alir udara, maka perbedaan humiditas semakin rendah. Dapat dilihat pada grafik bahwa
semakin besar laju alir udara semakin kecil penurunan humiditynya, hal ini disebabkan jika
semakin banyak udara yang diproses maka semakin sulit bagi silica untuk menyerap kandungan
uap air didalam udara. Hal ini sesuai dengan teori dimana setelah dilakukan proses
dehumidifikasi, uap air yang terkandung dalam udara diserap oleh silica sehingga uap air
menjadi berkurang dan nilai kelembapan pun menjadi berkurang.

b. Pengaruh nilai entalpi terhdap proses dehumidifikasi

Berdasarkan gambar 4.5, menurut teorinya setelah uap air diserap oleh silica maka suhu
udara akan lebih meningkat dan ΔH-nya pun akan menjadi positif, nilai entalpi yang masuk lebih
besar dari keluarannya karena terlah terjadinya proses pengurangan uap air sehingga pada
praktikum dapat dikatakan sesuai dengan teori hanya saja jika dilihat berdasarkan grafik tidak
terdapat kenaikan entalpi yang berarti. Hal ini dapat terjadi karena kondisi silica yang sudah
jenuh. Silica tidak pernah diregenerasi atau diganti sebelumnya terlihat dari banyaknya pengotor
dan lumut dipermukaan silica gel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan oleh Nabilla Amalia N.S (151424020)
 Temperatur bola basah dan bola kering diukur secara langsung dan diukur dengan
melakukan pendekatan menggunakan grafik psikometrik (pendekatan temperature
jenuh adiabatik)
 Proses humidifikasi optimum terjadi pada laju alir air 120 L/jam dan laju alir udara
4.83 m3/s karena memiliki nilai selisih humiditas tertinggi sebesar 0,0018 kg uap
air/kg udara kering.
 Pada proses dehumidifikasi untuk pengaruh laju alir udara tehadap nilai selisih
humiditas sudah sesuai dengan teori,nilai selisih humiditas terkecil yaitu 0,0003 kg
H2O/kg udara kering pada laju alir udara 4.83 m3/s. Namun untuk pengaruh laju
alir udara tehadap selisih entalpi tidak sesuai dengan teori karena besarnya entalpi
masuk lebih kecil dari entalpi keluar, sedangkan dalam teori dijelaskan bahwa
entalpi masuk lebih besar dari entalpi keluar. Kecilnya nilai entalpi masuk dapat
terjadi karena nilai laju alir udara yang digunakan saat prkatikum terlalu
kecil,sehingga menurunkan suhu masuk, dan nilai entalpi menjadi ikut turun.

5.1.2 Kesimpulan oleh Nurlailatush Sholihah (151424021)


Berdasarkan tujuan, dapat disimpulkan bahwa :


Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa terjadi penurunan
nilai temperatur bola kering dan bola basah rata rata sehingga memengaruhi nilai
humiditi dan entalpi.
 Selisih humiditi maupun entalpi sebelum dan sesudah masuk kolom distilasi terhadap
laju alir air hanya pada laju udara 4.83 m3/s dengan laju alir air 60 L/jam dan 120 L/jam
yang mengalami kenaikan sesuai teori. Titik efektif yaitu pada laju alir udara 120L/jam
dan laju alir udara 4.83 m3/s.
 Pada proses dehumidifikasi setelah uap air diserap oleh silica maka suhu udara akan lebih
meningkat dan ΔH-nya pun akan menjadi positif.

5.2 Saran
 Saat kalibrasi pengukuran laju alir udara , pompa air jangan dinyalakan terlebih
dahulu agar udara yang keluar berupa udara kering .
 Membasahi sumbu temperature bola basah setiap akan dilakukan pengukuran
temperature.
 Memastikan valve untuk setiap operasi humdifikasi maupun dehumidifikasi sudah
terbuka ataupun tertutup secara benar .
 Saat operasi humdifikasi jangan gunakan laju alir udara yang terlalu tinggi
 Mengukuran temperature bola basah dan bola kering dilakukan dengan
menempelkan temometer pada tempat keluaran udara .
 Mengganti isian packing karena sudah berlumut dan kotor begitu juga dengan air
yang dipakai pada proses sudah kotor.
DAFTAR PUSTAKA

Djauhari, A. 2002. Peralatan Kontak dan Pemisah Antar Fasa. Diktat Kuliah, hal 3-5. Bandung :
Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.

Geankoplis, Christie.J. 2003. Transport Processes and Separation Process Principles,


4th edition. New Jersey: Prentice Hall.

McCabe, W., Smith, J.C., dan Harriot, P. 1993. Unit Operation of Chemical
Engineering. United States of America: McGraw Hill Book, Co.

Pine, Stanley H. 1987. Organic Chemistry. New York: McGraw-Hill.

Pramudono, Bambang. 1987. Humidifikasi dan Pengeringan. Yogyakarta: Proyek


Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi UGM.
LAMPIRAN

Tabel 7. Perhitungan Entapli pada Dehumidifikasi


Run Entalpi Masuk (kJ/kg) Entalpi Keluar (kJ/kg)
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0155)) (30.5) + = (1.005+1.88(0.0156)) (32) +
2501.4(0.0155) 2501.4(0.0156)
= 70.313 = 72.1203
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0165)) (30) + = (1.005+1.88(0.0161)) (33) +
2501.4(0.0165) 2501.4(0.0161)
= 72.3537 = 74.4364
1
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0163)) (30.5) + = (1.005+1.88(0.0152)) (33) +
2501.4(0.0163) 2501.4(0.0152)
= 72.36 = 72.1293
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0161)) (30.33) + = (1.005+1.88(0.0157)) (32.67) +
2501.4(0.0161) 2501.4(0.0157)
= 71.6757 = 73.0662
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0151)) (31.5) + = (1.005+1.88(0.015)) (33.5) +
2501.4(0.0151) 2501.4(0.015)
= 70.3229 = 72.1332
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0163)) (30.5) + = (1.005+1.88(0.015)) (33.5) +
2
2501.4(0.0163) 2501.4(0.015)
= 72.36 = 72.1332
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0151)) (31.5) + = (1.005+1.88(0.015)) (33.5) +
2501.4(0.0151) 2501.4(0.015)
= 70.3229 = 72.1332
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0153)) (31.67) + = (1.005+1.88(0.015)) (33.5) +
2501.4(0.0153) 2501.4(0.015)
= 70.4904 = 72.1332
Keterangan : Kolom berwarna biru merupakan rata – rata data
* Grafik psikometrik yang digunakan dengan parameter ketinggian Bandung (768 mdpl)
Tabel 8. Perhitungan Entalpi pada Humidifikasi
Run Entalpi Masuk (kJ/kg) Entalpi Keluar (kJ/kg)
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.019)) (28) + = (1.005+1.88(0.0192)) (25.5) +
2501.4(0.019) 2501.4(0.0192)
= 76.6668 = 74.5748
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0173)) (28) + = (1.005+1.88(0.0199)) (26) +
2501.4(0.0173) 2501.4(0.0199)
= 72.3249 = 76.8806
1
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0173)) (28) + = (1.005+1.88(0.0199)) (25.5) +
2501.4(0.0173) 2501.4(0.0199)
= 72.3249 = 74.5748
o
Hy = (1.005+1.88H) (T C - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0178)) (28) + = (1.005+1.88(0.0195)) (25.67) +
2501.4(0.0178) 2501.4(0.0195)
= 73.6019 = 75.5132
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0173)) (28) + = (1.005+1.88(0.0196)) (26.5) +
2501.4(0.0123) 2501.4(0.0171)
= 72.3249 = 76.6364
2
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0182)) (28) + = (1.005+1.88(0.019)) (26) +
2501.4(0.0118) 2501.4(0.019)
= 74.6235 = 74.5853
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.019)) (28) + = (1.005+1.88(0.019)) (26) +
2501.4(0.019) 2501.4(0.019)
= 76.668 = 74.5853
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0182)) (23.67) + = (1.005+1.88(0.0193)) (26.167) +
2501.4(0.0182) 2501.4(0.0193)
= 74.6235 = 75.524
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0194)) (27) + = (1.005+1.88(0.019)) (26) +
2501.4(0.0194) 2501.4(0.019)
= 76.6469 = 74.5853
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.019)) (27) + = (1.005+1.88(0.0192)) (25.5) +
2501.4(0.019) 2501.4(0.0192)
= 76.6668 = 68.70264
3
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0173)) (28) + = (1.005+1.88(0.0192)) (25.5) +
2501.4(0.0173) 2501.4(0.0192)
= 72.3249 = 74.5748
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0186)) (28) + = (1.005+1.88(0.0167)) (25.67) +
2501.4(0.0186) 2501.4(0.0192)
=75.2985 = 74.7483
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0173)) (28) + = (1.005+1.88(0.0182)) (26) +
2501.4(0.0173) 2501.4(0.0182)
= 72.3249 = 72.5451
4
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.017)) (29) + = (1.005+1.88(0.0172)) (26.5) +
2501.4(0.017) 2501.4(0.0172)
= 72.5956 = 70.5135
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0171)) (28.5) + = (1.005+1.88(0.0172)) (26.5) +
2501.4(0.0171) 2501.4(0.0172)
= 72.3327 = 70.5135
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0171)) (28.5) + = (1.005+1.88(0.0175)) (26.33) +
2501.4(0.0171) 2501.4(0.0175)
= 72.3327 = 71.1059
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0167)) (29.5) + = (1.005+1.88(0.0196)) (26.5) +
2501.4(0.0167) 2501.4(0.0196)
= 72.3471 = 76.6364
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0182)) (30) + = (1.005+1.88(0.02)) (27) +
2501.4(0.0182) 2501.4(0.02)
= 76.702 = 78.1782
5
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0182)) (30) + = (1.005+1.88(0.0186)) (27) +
2501.4(0.0182) 2501.4(0.0186)
= 76.702 = 74.6052
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.0177)) (29.83) + = (1.005+1.88(0.0195)) (26.83) +
2501.4(0.0177) 2501.4(0.0195)
= 75.25 = 76.7285
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.017) (29) + = (1.005+1.88(0.0188)) (26.5) +
2501.4(0.0117) 2501.4(0.0188)
= 72.5956 = 72.5954
6
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.017) (29) + = (1.005+1.88(0.018)) (26.5) +
2501.4(0.0117) 2501.4(0.018)
= 72.5956 = 72.5545
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.017) (29) + = (1.005+1.88(0.018)) (26.5) +
2501.4(0.0117) 2501.4(0.018)
= 72.5956 = 72.5545
Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H Hy = (1.005+1.88H) (ToC - 0) + 2501.4H
= (1.005+1.88(0.017) (29) + = (1.005+1.88(0.0183)) (26.5) +
2501.4(0.0117) 2501.4(0.0183)
= 72.5956 = 73.3198

Keterangan : Kolom berwarna biru merupakan rata – rata data


* Grafik psikometrik yang digunakan dengan parameter ketinggian Bandung (768 mdpl)
LABORATORIUM PILOT PLANT
HUMIDIFIKASI DAN DEHUMIDIFIKASI
Dosen Pembimbing :Dr.Ir Endang Sri Rahayu M.T

oleh ,
Kelompok : VII
Nama : 1. Nabilla Amalia N,S (151424020)
2. Nurlailatush Sholihah (151424021)
Kelas : 3A-TKPB

Tanggal Praktikum : 13 Desember 2017


Tanggal Pengumpulan Laporan : 20 Desember 2017

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017

Anda mungkin juga menyukai